Anda di halaman 1dari 19

Materi Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Agama Kristen


Dosen Pengampu: Enos Ndawa Raja S.Th

KARYA ALLAH
1. Pencipta
Doktrin penciptaan menekankan bahwa fakta tentang Allah adalah
asal mula dari segala sesuatu dan bahwa segala sesuatu adalah
kepunyaan- Nya dan berhadapan dengan-Nya. Pengetahuan tentang
doktrin penciptaan ini diturunkan dari Alkitab saja dan diterima
melalui iman (Ibrani 11:3)

Ilmu Filsafat berusaha memahami asal mula alam semesta dan segala
sesuatu berdasarkan kemampuan pemikiran manusia,

Bukti Alkitab dan Dasar Teologis Penciptaan

Kisah tentang penciptaan adalah permulaan dari wahyu Allah sendiri, dan
memperkenalkan kita pada hubungan yang mendasar di mana segala
sesuatu termasuk manusia harus berdiri di hadapan-Nya.

Pasal-pasal yang menekankan kemahakuasaan Allah dalam karya


penciptaan: Yesaya 40:26-28; Amos 4:13.
Ayat-ayat yang menunjuk kepada pemuliaan Allah di atas alam semesta
sebagai Allah yang besar dan tiada terbatas: Mazmur 90:2; Kisah Para
Rasul 17:24.

2. Pemeliharaan Allah (Providensia Allah)

Arti Etimologi (Asal Kata Providensi)


Kata ini berasal dari bahasa Yunani "Pronoia", yang artinya
pengetahuan awal. Dalam bahasa Latin "Providentia", artinya
tindakan kemurahan Allah menyediakan segala sesuatu yang
diperlukan ciptaan-Nya.

 Pengertian

 Providensi adalah aktivitas Allah (Pencipta) yang terus-


menerus oleh rahmat-Nya dan kebaikan-Nya yang melimpah
menegakkan ciptaan-Nya dalam keadaan teratur, memimpin
dan memerintahkan segala sesuatu kepada tujuan yang telah
ditetapkan demi kemuliaan-Nya.

 Keterlibatan Allah secara terus-menerus dengan semua


ciptaan-Nya sedemikian rupa, sehingga Allah selalu menjaga
keberadaan ciptaan dan memelihara semua sifat-sifat yang
dimiliki mereka sebagaimana Allah menciptakan mereka.
Dan juga bekerja sama dengan semua ciptaan-Nya dalam
setiap tindakan, dan menuntun serta mengarahkan semua
sifat-sifat yang dimiliki mereka itu sebagaimana seharusnya,
dan mengarahkan mereka untuk memenuhi semua kehendak-
Nya.

Jadi Inti pengajaran doktrin Providensia /pemeliharaan Allah


adalah penekanan pada pemerintahan Allah atas alam semesta.
Dia memerintah ciptaan-Nya dengan kedaulatan dan otoritas
yang mutlak.

Objek dari Providensia Allah


1. Ajaran Alkitab
Alkitab jelas mengajarkan pengaturan providensia Allah atas seluruh
alam semesta secara luas (Mazmur 103:19). Atas penciptaan binatang
(Mazmur 104:14); atas semua kegiatan bangsa-bangsa (Ayub 12:23); atas
kelahiran dan hidup manusia (Galatia 1:1-15); atas keberhasilan dan
kegagalan manusia (Mazmur 75:6); atas hal-hal yang tampaknya
hanyalah ketidaksengajaan atau tidak penting (Amsal 16:33); dalam
perlindungan atas orang benar (Mazmur 4:8); dalam memenuhi
kebutuhan umat-Nya (Filipi 4:19); dalam memberikan jawaban terhadap
doa (1 Samuel 1:19); dan dalam menghukum kejahatan (Mazmur 7:12)

2. Providensia umum dan khusus


Para teolog pada umumnya membedakan antara providensia umum dan
providensia khusus.
1. providensia umum adalah pengaturan Allah atas seluruh alam semesta
sebagai satu kesatuan,
2. providensia khusus adalah pemeliharaan Allah dari setiap bagian
alam semesta dalam hubungannya dengan keseluruhan.

Keduanya bukanlah dua jenis providensia yang dilakukan dalam


hubungan yang berbeda. Istilah "providensia khusus" mungkin dapat
memiliki konotasi khusus dan dalam beberapa hal menunjuk pada
perlindungan dan campur tangan Allah secara khusus bagi manusia.
3. ketetapan Allah

Ketetapan Allah adalah rencana kekal Allah yang dilandaskan pada


pertimbangan ilahi yang paling bijaksana dan kudus. Dengan jalan
ini maka Allah secara bebas dan tidak berubah, demi kemuliaan-
Nya sendiri, telah menetapkan secara efektif segala sesuatu yang
akan terjadi.

 Ciri-ciri khas Ketetapan Allah

a. Ketetapan Allah bersifat kekal


Dalam pengertian bahwa ketetapan ini terletak sepenuhnya
dalam kekekalan. Dalam satu pengertian tertentu dapat
dikatakan bahwa semua tindakan Allah adalah kekal, sebab
tidak ada urut-urutan waktu dalam keberadaan Allah. Dalam
Efesus 1:4, "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita
sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat
di hadapan-Nya." 2 Timotius 1:9, "Dialah yang
menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan
kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan
berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang
telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum
permulaan zaman." 1 Petrus 1:20, "Ia telah dipilih sebelum
dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-
Nya pada zaman akhir."

b. Ketetapan berdasarkan Hikmat dan Pengetahuan Allah

Allah membentuk ketetapan-Nya dengan satu kebijaksanaan


dan pengetahuan yang berasal dari dalam diri-Nya.

Efesus 3:10-11, "Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan


pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah-pemerintah
dan penguasa penguasa di sorga, sesuai dengan maksud
abadi, yang telah dilaksanakanNya dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita."

c. Ketetapan Allah itu tidak berubah


Allah tidak akan mengubah segala ketetapan-Nya, karena Ia
adalah Allah yang tidak berubah dan karena Ia adalah setia
dan benar. "Tetapi Ia tidak pernah berubah - siapa dapat
menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya,
dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa
yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu
dimaksudkan-Nya." (Ayub 23:13-14) Selanjutnya, Yakobus
1:17, "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang
sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala
terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena
pertukaran."

d. Ketetapan itu tanpa syarat/mutlak

Hal ini berarti bahwa ketetapan Allah sama sekali tidak


tergantung pada segala sesuatu yang bukan merupakan
bagian dari ketetapan itu sendiri. Allah bukan hanya
menetapkan untuk menyelamatkan orang berdosa dengan
menentukan sarana untuk melaksanakan ketetapan itu,
sarana yang menuju kepada akhir yang telah ditentukan
sejak semula itu juga ditetapkan. Ciri kemutlakan ketetapan
itu berasal dari kekekalan-Nya dan ketidakberubahan-Nya.

Kisah Para Rasul 2:23, "Dia yang diserahkan Allah menurut


maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu
bunuh oleh tangan bangsa bangsa durhaka.

e. Ketetapan Allah itu bersifat universal untuk semua makhluk

Ketetapan itu mencakup apa saja yang akan terjadi dalam


dunia, baik dalam hal fisik maupun moral, baik ataupun jahat.
Ketetapan itu mencakup tindakan-tindakan manusia yang
baik, perbuatan manusia yang buruk, dan peristiwa-peristiwa
yang belum jelas di sepanjang usia manusia dan tempat
tinggal mereka. Dalam Efesus 2:10, menyatakan, "Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah
sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

f. Ketetapan Allah itu kudus


Semua ketetapan Allah dilandaskan pada pertimbangan ilahi
yang paling bijaksana dan kudus. Ia Mahakudus dan tidak
mungkin bersikap pilih kasih atau tidak adil, Allah dapat
membuat semua rencana-Nya sesuai dengan apa yang
sungguh-sungguh benar adanya. Jadi, atas dasar
kebijaksanaan dan kekudusan-Nya Allah membuat segala
ketetapan itu. "Aku akan melakukannya oleh karena Aku, ya
oleh karena Aku sendiri, sebab masakan nama-Ku akan
dinajiskan? Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku
kepada yang lain!" (Yesaya 48:11

g. Ketetapan Allah itu mempunyai tujuan akhir untuk


kemuliaan-Nya sendiri

Tujuan terakhir dan tertinggi dari semua ketetapan Allah


ialah kemuliaanNya. Ciptaan memuliakan Dia. Daud
mengatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mazmur
19:2).

A. Tanggung jawab manusia kepada Allah, kepada sesama dan


kepada lingkungan hidup

Dalam diri orang percaya melekat 2 tanggung jawab yaitu :tanggung


jawab retrospektif dan prospektif.

Retrospektif berkaitan dengan perbuatan yang telah berlangsung dan


segala konsekuensi yang terjadi menjadi bagian dalamnya,sedangkan
prospektif berkaitan atas perbuatan yang akan datang (Bertens, 2013).

Dalam perspektif teologis tanggung jawab terutama dilihat sebagai


tanggung jawab retrospektif atas perbuatan di masa lalu dan
konsekuensinya di hadapan Allah (Huber, 2020) ada kewajiban dilakukan
saat ini untuk mempengaruhi masa depan, hal itu semua merupakan
tanggung jawab manusia seiring dengan rencana dan kehendak Allah
(Kol. 3:2-4), baik sebagai individu maupun sebagai wakil Allah.

Tanggung jawab dalam kekristenan adalah cerminan mengasihi Allah dan


sesama, bukan sekedar sikap yang benar atau tidak, karena perbuatan ini
tidak mempengaruhi janji keselamatan. Utk itu Gereja adalah komunitas
yang terpanggil untuk melakukan tujuan tersebut (bdk. Kis.13:47).

B. TANGGUNG JAWAB MANUSIA KEPADA ALLAH


a. Hidup Menurut, Imago Dei/ Gambar Dan Rupa Allah

Imago Dei adalah manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Dengan landsan kej 1:26-28,

Jika manusia adalah imago Dei berarti manusia harus hidup dalam tiga
Prinsip

 hidup manusia harus segambar dengan Allah, pola hidup manusia


harus sesuai dengan firman Allah yang artinya etika hidup manusia
Kristen harus sesuai dengan gambaran etika kehidupan yang
difirmankan Allah dalam Alkitab.

 kemanusiaan manusia yang potensinya adalah potensi karya ilahi


yang terdapat dalam diri manusia.

 mengajak manusia kembali untuk menghayati dan merefleksi siapa


dirinya, menemukan tujuan sesuai rencana Tuhan dalam hidupnya,
dan mengajak untuk peka akan isyarat alam di tengah deras arus
dunia yang nyata.

b. Takut Akan Tuhan


Landasan etika Kristen dalam Alkitab menunjukkan keberhasilan
manusia bukan diukur dari keberhasilan harta duniawi melainkan dari
takut akan Tuhan. Sebagaimana Salomo yang telah memenuhi semua
nilai-nilai manusia mengenai keberhasilan: berhikmat/pintar, berkuasa,
memiliki harta materi yang banyak, memiliki istri yang banyak. Namun
dia berkata semua sia-sia, hanya satu yang tidak sia-sia yaitu, takut akan
Tuhan.

c. selalu berkata baik /KAJIAN IMAGO DEI


Dua 2 Gambaran tentang kajian Imago Dei yang menyatakan bahwa
hidup harus seturut apa yang tertulis dalam Alkitab sebagai Firman Allah

a) Alkitab mengatakan bahwa hidup kita itu very good, berarti bila
rambut kita keriting atau lurus, kulit kita putih atau hitam, mata kita sipit,
dan tubuh kita pendek atau tinggi, semuanya itu very good. Jadi
katakanlah pada diri anda sendiri sambil melihat cermin “I am very good
b) Alkitab juga mengatakan bahwa hidup kita adalah bait Allah; 1 Kor
3:16, 6:19-20. Karena kita adalah bait Allah, dan kita adalah milik Allah,
maka kita tidak boleh merusak tubuh ini dengan rokok, narkoba,
minuman keras dan kita harus menggunakan tubuh ini untuk
memuliakan-Nya, bukan untuk melihat pornografi, melakukan seks di
luar nikah, bukan untuk digunakan memuaskan nafsu, tetapi memakai
tubuh ini untuk kemuliaan Allah. Karena tubuh kita adalah tempat tinggal
Allah, bait Allah

TANGGUNG JAWAB MANUSIA KEPADA SESAMANYA

“kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap


jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). Tuhan menaruh manusia
di bumi dengan tujuan supaya manusia mengusahakan dan
memeliharanya (Kej. 2:15).

a) Alkitab juga mengatakan kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi


dirimu sendiri. Manusia akan seperti manusia sewaktu dia melakukan
perintah ini, tetapi jika tidak melakukannya, maka manusia tidak akan
seperti manusia, bahkan bisa lebih jahat dari binatang atau seperti setan.

b) Alkitab juga mengatakan bahwa kamu harus merupakan pasangan


yang seimbang (2 Kor. 6:14). Banyak orang Kristen yang mudah
berpacaran dan bahkan menikah dengan orang yang tidak percaya, karena
berpikir semua agama adalah sama.

TANGGUNG JAWAB MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP

Untuk melestarikan lingkungan hidup diperlukan adanya kesadaran,


kemauan dan tanggung jawab moral, bahwa lingkungan hidup tidak
hanya untuk generasi saat ini, melainkan untuk generasi yang akan datang
juga. Maka yang perlu diubah pada dasarnya adalah pandangan umat
manusia, dari penguasaan lingkungan kepada pembinaan lingkungan
hidup. Perubahan pandangan akan menumbuhkan etika lingkungan, yang
dimanefestasikan dalam bentuk tanggung jawab moral dalam
melestarikan lingkungan hidup.

a . Kesaksian Alkitab Perjanjian Lama


Pertanyaan yang sederhana terhadap isu lingkungan hidup adalah: Bumi
ini milik siapa? Alkitab mmberikan jawaban yang jelas dalam Mazmur
24:1 bahwa “Tuhanlah yang empunyai bumi serta segala isinya”.
Selanjutnya dalam Mazmur 115:16 Alkitab memberikan satu jawaban
lagi bahwa: “Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu telah
diberikannya kepada anak-anak manusia”. Berdasarkan dua nas Alkitab
di atas, maka dapat diberikan jawaban bahwa bumi ini milik Allah
sekaligus milik manusia. Bumi ini milik Allah karena Ia yang
menciptkannya, dan bumi ini milik manusia karena Ia telah
memberikannya kepada manusia.

Dalam perspektif Perjanjian Lama. bahwa Mulanya langit dan bumi


belum berbentuk dan kosong. Dalam frasa bahasa latin disebut dengan
istilah creation ex nihilo yang artinya Allah menciptakan langit dan bumi
dari yang tidak ada menjadi ada .

b. Kesaksian Alkitab Perjanjian Baru


Perjanjian Baru sendiri mempunyai pandangan yang positif terhadap alam.
Pengertian ini bersifat kristologis, di dalam Injil dan Surat Rasuli
ditegaskan bahwa kedatangan Yesus Kristus ke dunia untuk menebus/
menyelamatkan seluruh dunia (Yohanes 3:16), dan bahwa pendamaian
yang dilakukan Yesus Kristus di salib adalah untuk seluruh dunia/ciptaan
(II Korintus 5:19; Kolose 1:20).

c. Panggilan Gereja

Gereja selaku persekutuan orang-orang yang telah ditebus yang sekaligus


menjadi tanda ciptaan baru dalam Kristus (II Korintus 5:7), dipanggil
oleh Allah untuk berperan dalam pembaruan ciptaan. Dengan dikuatkan
oleh Roh Kudus, orang-orang Kristen dipanggil untuk bertobat dari
penyalahgunaan dan perlakuan kejam terhadap alam. Gereja perlu
merefleksikan apresiasi baru tentang ciptaan sebagai dasar dan dorongan
bertanggung jawab terhadap seluruh
ciptaan.

Dilihat dari sudut pandang iman Kristen, maka tugas pelestarian


lingkungan hidup yang pertama dan utama adalah mempraktikkan pola
hidup baru, hidup yang penuh pertobatan dan pengendalian diri, sehingga
hidup kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya, tetapi dikendalikan
oleh cinta kasih.

Maka supaya alam dapat dipelihara dan dijaga kelestariannya, manusia


harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Dalam arti itulah
maka usaha pelestarian alam harus dilihat sebagai ibadah kepada Allah.
Pelestarian alam juga harus dilihat sebagai wujud kecintaan kita kepada
sesama sesuai ajaran Yesus Kristus, di mana salah satu penjabarannya
adalah terhadap seluruh ciptaan Allah sebagai sesama ciptaan. sudah
saatnya gereja menyadari bahwa gereja memiliki tugas panggilan
menjaga keutuhan ciptaan atau kelestarian lingkungan hidup. Gereja tidak
boleh melepaskan tanggung jawab atas lingkungan ini.

ETIKA KRISTEN

A. LANDASAN ALKITAB

Etika Kristen adalah etika hidup orang-orang Kristen yang berlandaskan


firman Tuhan. Landasan Firman Tuhan adalah Alkitab sebagai pedoman
hidup orang-orang Kristen yang tinggal dalam tatanan Kerajaan Allah.
Oleh karena itu, perintah Tuhan kepada manusia adalah bahwa manusia
adalah Imago Dei Allah, sebagaimana nats firman Tuhan dalam Kejadian
1:26-28,
B. LANDASAN UMUM

Secara umum, arti Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau
nilai yang berkenaan dengan akhlak; mengenai nilai benar dan salah,
yang dianut suatu golongan atau masyarakat (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1989).

Dalam perkembangannya etika dapat dibagi dua yaitu etika


perangai dan etika moral :

1.Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang


menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah
tertentu dan pada waktu tertentu. Etika perangai tersebut diakui dan
berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penelitian.
Contoh etika perangai yaitu :

Berbusana adat
Pergaulan muda mudi
Perkawinan campur
Upacara adat

2. Sementara itu untuk etika moral adalah berkenaan dengan kebiasaan


berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia apabila etika
tersebut dilanggar timbullah kejahatan yaitu perbuatan yang tidak baik
dan tidak benar, kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut
moral. Contoh moral adalah:

Berkata dan berbuat jujur


Menghormati orang tua
Menghargai orang lain
Membela kebenaran dan keadilan
Menyantuni anak yatim piatu

Landasan etika secara umum, bahwa manusia adalah sentral dalam ilmu
etika. Beretika berarti berfungsi mulai dari kita, dan untuk orang lain,
sehubungan dengan kehadiran manusia dan arti identitasnya.

C. LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan Agama Kristen yang berkaitan dengan pembentukan karakter
etika dan moral mempunyai peran yang luar biasa, jika seorang pendidik
mampu mengaplikasikan etika dan moral tersebut pada proses pendidikan
yang baku namun luwes, sehingga anak didik tidak pernah merasa
terbebani dengan aturan-aturan yang selama ini menganggap aturan-
aturan (etika dan moral) tersebut hanya untuk orang-orang tua atau tidak
gaul.
D. KARAKTERISTIK ETIKA KRISTEN
Karakteristikan etika Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah
menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi
serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, karakter Kristen disebut juga sifat-sifat Kristen,
yaitu kualitas rohani yang dimiliki seorang Kristen.

Pembentukan pribadi mencakup kombinasi dari beberapa unsur yang


tidak mungkin dapat dihindari, yaitu unsur hereditas, unsur lingkungan,
dan kebiasaan.

(1) Unsur hereditas adalah unsur-unsur yang dibawa (diwariskan)


dari orang tua melalui proses kelahiran, seperti keadaan fisik,
intelektual, emosional, temperamen dan spiritual;

(2) Unsur lingkungan mempunyai peranan dan pengaruh yang


besar dalam membentuk karakter dari pribadi seseorang. Unsur
lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan tradisi dan
budaya, serta lingkungan alamiah (tempat tinggal);
(3) Unsur kebiasaan adalah suatu tindakan atau tingkah laku yang
terus menerus dilakukan menjadi suatu keyakinan atau keharusan.
Kebiasaan-kebiasan ini akan turut membentuk karakter seseorang

PENTINGNYA KARAKTERISTIK ETIKA KRISTEN

Tiga Alasan penting mengapa kita perlu mengajarkan dan menampilkan


karakter Kristen adalah:
(1) Kemerosotan moral, karena saat ini sudah begitu luas kalangan yang
merasakan terjadinya kemErosotan moral. Pengajaran karakter adalah
suatu perlawanan terhadap kemErosotan moral dan terhadap etika
modern yang rasionalistik yang dipengaruhi oleh pencerahan dan
individualistik;
(2) Bahaya Pluralisme. Dalam zaman globalisasi dari postmodern saat ini
kita semakin menyadari berbagai aturan moral yang berbeda dari
berbagai budaya yang berbeda.
Saat ini kita hidup disuatu zaman perjumpaan global dan keragaman
budaya, dan itu membutuhkan kemampuan untuk beradaptasi;
(3) Pudarnya semangat keteladan. Karakter dibentuk oleh orang-orang
lain yang menjadi model atau mentor yang kita ikuti. Orang tua, guru,
pembina, pelatih yang menjadi model atau teladan bagi kita turut
membentuk karakter kita.

Tujuh (7) Pembentukan Karakteristik Etika Kristen

1. Pikiran yang benar/ hati yang benar= Pembaharuan budi


Transformasi karakter dimulai dari pikiran. Hal ini bisa berarti bertobat
(Metanoia) atau membersihkan pikiran dan hati dari segala kotoran,
sampah, tahayul dan filsafat dunia, dan mengisi pikiran dan hati dengan
firman Tuhan. Karakter yang baik dibangun di atas hati dan pikiran yang
baik. Itu sebabnya, kita harus melindungi hati dan pikiran kita dari
pengaruh, tontonan, dan bacaan yang merusak (Ams 4:23; 2 Kor 10:5; 2
Kor 4:4).

2. Disiplin Rohani

Disiplin Rohani adalah suatu aktivitas/latihan rohani yang bisa membantu


saya memperoleh kekuatan rohani untuk menjalani hidup seperti yang
dikehendaki Tuhan (1 Kor. 9:24-27). Latihan–latihan rohani tersebut
meliputi: Membaca dan mendalami Alkitab secara teratur, berdoa secara
teratur, bersekutu/berjemaat secara teratur, melayani dengan penuh
semangat, selalu bersukacita, ketaatan pada Firman Tuhan, dan bersaat
teduh secara teratur. Manfaat disiplin rohani sangatlah besar. Kita akan
menjadi orang Kristen yang kuat, terlatih, dan lincah/peka secara rohani.

3. Komitmen

Komitmen adalah janji serius untuk terus maju, untuk terus bangkit,
meskipun berulang-ulang kali kalah dan terjatuh. Orang yang
berkomitmen adalah orang yang siap membayar harga apa pun untuk
mencapai tujuan. Kurang berkomitmen memperlama terbentuknya sebuah
karakter, bahkan tidak sedikit yang menyerah dalam usaha ini.

4. Waktu

Membentuk karakter memerlukan waktu. Waktu bisa menjadi teman atau


musuh, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Karakter
datang dalam bentuk potongan-potongan, bukan dalam bentuk paket
lengkap

5. Tekanan/kesulitan/penderitaan (Ayub 23:10).

Salah satu tempaan yang membentuk karakter adalah penderitaan atau


pencobaan (Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4). Sikap dan respon yang tepat
ketika berada dalam kesulitan mempercepat munculnya karakter.
Sebaliknya, sikap/respon yang salah memperlambat terbentuknya sebuah
karakter.

6. Keputusan.

Karakter dibangun di atas keputusan sehari-hari dalam kehidupan, baik


kecil maupun besar. Setiap kali kita membuat keputusan, kita sedang
menandai dan mengukir diri. Ketika kita menahan lidah, mengendalikan
diri, kita sedang mengukir karakter.

7. Keberanian (2 kor 3:12; )

Keberanian adalah kemampuan untuk melakukan apa yang benar pada


waktu keadaan kacau dan sulit. Keberanian adalah kemampuan untuk
mengatakan atau melakukan apa yang benar meskipun sedang
menghadapi ancaman terhadap kehidupan kita. Keberanian juga adalah
kemampuan untuk melangkah dengan iman dalam situasi-situasi yang
sulit
ETIMOLOGI ETIKA KRISTEN DAN PERKEMBANGANNYA

ETIMOLOGI ETIKA KRISTEN

Etika berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu
“Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang
baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Etimologi etika Kristen dalam pengertian ETOS Yunani juga dapat


diartikan sebagai “tempat tinggal”, kebiasaan (Luk 22:39, Kis 25:16),
Adat istiadat (Kis 16:20-21, I Kor 16:33), sifat, karakter, cara berpikir,
cara bertindak. Etos juga mempunyai hubungan dimana kita tinggal dan
kita berada.

Ada beberapa karakteristik yang membedakan mengenai etika-etika


Kristen, setiap karakteristik tersebut akan dibahas disini secara singkat
yaitu :

1. Etika Kristen berdasarkan kehendak Allah

Etika Kristen merupakan satu bentuk sikap yang diperintah oleh Allah,
maka kewajiban etis merupakan sesuatu yang harus kita lakukan.
Kewajiban merupakan ketentuan atau perintah etis yang diberikan Allah
sesuai dengan karakter moral-Nya yang tidak dapat berubah

Maksudnya adalah Allah menghendaki apa yang benar sesuai sifat-sifat


moral-Nya sendiri. Jadilah kudus sebab Aku ini kudus (Ima 11:45). Harus
kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna
(Mat 5:48). “Allah tidak mungkin berdusta” (Ibr 6:18) “Allah adalah
kasih” (I Yoh 4:16). “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri” (Mat 22:39). Jadi singkatnya, etika Kristen didasarkan pada
kehendak Allah, tetapi Allah tidak pernah menghendaki apapun yang
bertentangan dengan karakter moral-Nya yang tidak berubah.

2. Etika Kristen bersifat mutlak


Karakter moral Allah tidak berubah (Mat 3:6 ; Yak 1:17), maka
kewajiban-kewajiban moral yang berasal dari natur-Nya itu bersifat
mutlak. Maksudnya adalah kewajiban-kewajiban tersebut selalu
mengikat semua orang dimana-mana.
Apapun juga yang ditemukan dalam moral Allah yang tidak
berubah merupakan satu kemutlakan moral. Termasuk di dalamnya
adalah kewajiban-kewajiban moral seperti: kekudusan, keadilan,
kasih, sifat yang sebenarnya dan belas kasihan

3. Etika Kristen berdasarkan Wahyu Allah

Etika Kristen berdasarkan perintah-perintah Allah, wahyu yang


bersifat umum (Rm 1:19-20; 2:12-25) dan khusus (Rm 2:18;3:2).
Allah telah menyatakan diri-Nya baik melalui alam (Maz 19:1-6)
dan di dalam kitab suci (Maz 19:7-14). Wahyu umum berisi
perintah Allah bagi semua orang. Wahyu khusus untuk
mendeklarasikan kehendak-Nya untuk orang-orang percaya. Tetapi
di dalam kedua hal tersebut, dasar dari tanggung jawab etis
manusia adalah wahyu
ilahi.

Gagal untuk mengenali Allah sebagai sumber kewajiban moral


tidak membebaskan siapapun juga, bahkan seorang Ateis, dari
kewajiban moralnya. Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak
memiliki hukum taurat, oleh dorongan diri sendiri melakukan apa
yang dikehendaki oleh hukum taurat, maka walaupun mereka tidak
memiliki hukum taurat, mereka menjadi hukum taurat bagi diri
mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi
hukum Taurat ada tertulis dalam hati mereka (Roma 2: 14-15).

4. Etika Kristen Bersifat Menentukan

Kebenaran moral di tetapkan oleh Allah yang bermoral maka harus


dilaksanakan. Tidak ada hukum moral tanpa pembuatan Undang-
Undang moral. Dengan demikian etika Kristen berdasarkan
naturnya adalah preskriptif, bukan deskriptif. Etika berkaitan
dengan apa yang seharusnya dilakukan, bukan apa yang
sebenarnya sedang terjadi. Orang-orang Kristen tidak menemukan
kewajiban-kewajiban etis mereka di dalam standar orang-orang
Kristen tetapi di dalam standar bagi orang-orang Kristen di Alkitab.

5. Etika Kristen itu Deontologis


Sistem-sistem etis pada umumnya dapat dibagi menjadi dua
kategori. Deontologis (berpusat pada kewajiban) dan Teologis
(berpusat pada tujuan). Ada dua etika Kristen yaitu :

a. Etika Deontologis (berpusat pada kewajiban)


Peraturan menentukan hasil, peraturan adalah dasar tindakan,
peraturan itu baik tanpa menghiraukan hasil, hasil harus
diperhitungkan berdasarkan peraturan.

b. Etika Teologis
Hasil menentukan peraturan, hasil adalah dasar tindakan, peraturan
itu baik karena hasil, hasil kadang bisa melanggar peraturan.

Menurut Frans Magnis Suseno, ada tiga prinsip dasar norma


etis Kristen agar diterima untuk bersifat umum, universal.

1. Prinsip sikap melakukan yang baik terhadap sesama : memandang


seseorang/ sesuatu tidak hanya sejauh berguna membenarkan dan
menunjang perkembangan secara menyeluruh.

2. Prinsip keadilan : membahas apa yang adil dalam bidang-bidang


tertentu di dalam tiap-tiap lapangan hidup. Contoh : etika sosial,
upah yang adil. Hakikat adil adalah memberi, menghargai kepada
siapa saja apa yang menjadi haknya. Tuntutan dasar adil adalah
kewajiban perilaku yang sama terhadap semua orang dalam situasi
yang sama.
3.Prinsip hormat/ menghargai diri sendiri : manusia secara pribadi artinya
mempunyai akal budi, kecakapan, kapasitas, kemampuan, perasaan,
kehendak, suara hati, berkewajiban untuk berkembang dan mandiri
bertanggung jawab, sehingga dengan demikian setiap pribadi mempunyai
martabat di hadapan Allah.

Mengasihi

Makin banyak seseorang mengasihi,


makin serupa ia dengan Tuhan.
-MARTIN LUTHER
Dasar dan arti penting kasih kristiani yang dinyatakan-Nya
dalam firman Tuhan
"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti
Aku telah mengasihi kamu" (Yohanes 15:12).

"Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihi seorang terhadap yang lain"


(Yohanes 15:17).
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara (Roma 12:10).

Janganlah kamu berutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi


hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab siapa yang mengasihi
sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat (Roma
13:8).

Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih! (1 Korintus 16:14).

Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini,


yaitu : "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!"
(Galatia 5:14).

KASIH YANG SURUT

 Ketika kasih makin dingin, dosa kita akan makin menampakkan diri
dan kita makin tidak serupa dengan Yesus.

 Kita tidak akan bertumbuh dalam kasih jika kita punya waktu untuk
mengerjakan berbagai proyek, tetapi tidak ada waktu untuk sesama.

 Kasih mulai menurun ketika ia gagal melindungi, baik itu melindungi


reputasi seorang sahabat atau rekan kerja, atau kesehatan jasmani dan
rohani anggota keluarga.

 Kasih telah menjadi dingin ketika ia tak bersedia lagi berkonfrontasi


saat diperlukan.

 Di gereja, hal ini mungkin terlihat nyata karena kurangnya dukungan


disiplin gereja yang alkitabiah.

 Surutnya kasih mungkin juga ditandai oleh ketidakpedulian terhadap


orang-orang yang belum percaya.
 Kita kurang peka terhadap kebutuhan jasmani orang lain dan kurang
terbeban melihat kebutuhan rohani sesama kita.

 Satu-satunya pribadi yang tak pernah lalai mengasihi adalah Yesus


Kristus.
 Yesus datang ke dunia terutama untuk memberikan keselamatan kekal
bagi orang-orang berdosa, bukan sekedar untuk menyembuhkan tubuh
mereka yang sakit.
 Pernyataan kasih terbesar-Nya bagi kita adalah kematian-Nya, karena
melalui kematian-Nya, kita mengalami kasih Tuhan yang membawa
kita kepada kehidupan kekal.
 Hal yang paling penuh kasih yang dapat kita lakukan bagi sesama
adalah menyampaikan perkataan yang dapat memimpin mereka
kepada kekekalan dalam tubuh yang penuh dengan kemuliaan.
Namun, "marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran" (1 Yohanes
3:18). Kasih yang bertumbuh di dalam Yesus tidak hanya akan
mengucapkan perkataan-perkataan kasih, tetapi akan melakukan
perbuatan- perbuatan kasih juga, seperti yang dilakukan-Nya

KASIH DALAM KEHIDUPAN NYATA

Orang-orang Kristen yang bertumbuh dalam kasih akan menunjukkan


pertumbuhannya dalam tiga hal.

1. kasih kepada sesama orang kristiani makin kuat.

Salah satu indikasi paling jelas bahwa Roh Tuhan ada di dalam kita
adalah kasih bagi saudara-saudara yang memiliki Kristus di dalam hidup
mereka: "Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam
hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara seiman kita" (1 Yohanes 3:14).
Hubungan dengan saudara-saudari kristiani di gereja menjadi sesuatu
yang sangat penting bagi orang yang sama-sama memiliki kehidupan
kekal. Seperti Kristus, umat kristiani sejati juga memiliki kasih bagi
orang-orang nonkristiani, tetapi mereka punya kasih yang lebih besar bagi
orang-orang yang mengasihi Kristus. Sama seperti kita mengasihi banyak
orang, tetapi memiliki kasih yang lebih dalam bagi keluarga kita sendiri,

demikianlah kita yang ada di dalam keluarga Tuhan lebih mengasihi


sesama anggota keluarga daripada mengasihi orang-orang yang
membenci Kristus dan umat Nya. Selama kita mampu melakukannya,
Alkitab mengatakan supaya kita menyatakan kasih kita dengan
melakukan perbuatan baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada
anggota keluarga rohani kita: "Karena itu, selama masih ada kesempatan
bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama
kepada saudara-saudara seiman kita" (Galatia 6:10).

KASIH DALAM KEHIDUPAN NYATA


Hal kedua yang menunjukkan pertumbuhan kasih adalah

2. kasih bagi yang terhilang.

Suatu hari, seorang pemuda kaya datang kepada Yesus dan menanyakan
apa yang harus dilakukannya untuk memperoleh hidup yang kekal.
Pemuda ini beranggapan dirinya cukup baik karena telah berusaha
menjalankan Sepuluh Perintah Allah. Namun, setelah ia melontarkan
pertanyaannya, "Yesus mcmandang dia," Markus10:21 mencatat, "dan
menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya, 'Hanya satu lagi
kekuranganmu: Pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di surga,
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku"'

KASIH DALAM KEHIDUPAN NYATA


Hal ketiga yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
kasih Anda adalah

3. kasih bagi keluarga .

Bagi kebanyakan orang yang membaca kalimat ini, mungkin ini


akan menjadi bagian pemeriksaan yang paling kejam. Kita lebih
peka terhadap perkataan dan perbuatan tanpa kasih saat berada di
rumah, bukan di tempat lain. Dan, diri kita yang sebenarnya terlihat
pada saat kita berada di rumah. Namun demikian, kita tidak pernah
boleh meyakini bahwa kasih terhadap anggota keluarga tidak
mungkin bertumbuh. Tuhan tidak sedang bercanda ketika memberi
kita perintah seperti dalam Efesus 5:25: "Hai suami, kasihilah
istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya." Setiap orang kristiani dirancang
untuk bertumbuh, dan itu termasuk bertumbuh dalam kasih yang
dinyatakan bagi keluarga.
Seiring berjalannya waktu, anggota keluarga Anda -pasangan, anak,
orangtua, saudara sekandung- dapat merasakan bahwa Anda
mengasihi mereka lebih daripada sebelumnya. Mungkin hal
tersebut dinyatakan dalam rasa syukur yang lebih daripada
sebelumnya, atau jarang marah, atau lebih banyak belaian kasih
sayang, lebih sabar, bertanggung jawab, murah hati, hemat, atau
lebih banyak memanfaatkan waktu bersama mereka.

John Piper, "Kasih merupakan luapan sukacita di dalam Tuhan


yang dapat memenuhi kebutuhan orang lain.

kasih dalam dalam sudut Teologinya " Jonathan Edwards

 "Kasih muncul dari pemahaman akan kekayaan kasih karunia cuma-


cuma dan kedaulatan kasih Tuhan bagi kita di dalam Yesus Kristus""
 kasih bermula dari Tuhan. Kita mengasihi karena Dia lebih dulu
mengasihi kita.
 Makin besar kepuasan dan sukacita yang kita rasakan dalam kasih-
Nya, makin besar pula sukacita yang kita rasakan saat mengasihi
sesama.
 Makin besar sukacita yang kita dapatkan di dalam Tuhan , kita pun
makin menikmati keserupaan kita dengan-Nya saat mengasihi orang
lain.
 Makin besar suka cita kita di dalam Tuhan, makin besar pula sukacita
yang kita dapatkan dari sukacita orang lain yang menerima kasih kita.

Anda mungkin juga menyukai