Anda di halaman 1dari 13

21

Kegiatan Belajar 2 : Allah Bapa Pencipta dan Pemelihara


A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar Pendidikan Agama
Kristen dalam perspektif Alkitabiah maupun ilmu pengetahuan lainnya sehingga dapat
menjawab apa, siapa, bagaimana dan mengapa Sifat Allah Tritunggal dan KasihNya
harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan :


1. Menyimpulkan karya Allah sebagai Pencipta
2. Memaknai karya Pemeliharaan Allah
3. Menguraikan ajaran Allah sebagai Bapa

C. Pokok-Pokok Materi
1. Allah sebagai Pencipta
2. Pemeliharaan Allah
3. Allah sebagai Bapa

D. Uraian Materi
1. Allah Sebagai Pencipta
Menciptakan adalah istilah yang dipakai dalam dua arti dalam Alkitab, yakni
dalam arti menciptakan secara langsung dan tidak langsung. Penciptaan langsung
merupakan tindakan bebas Allah tritunggal , yang menciptakan sesuatu yang nampak
dan tidak nampak untuk kemuliaan-Nya tanpa memakai bahan. Sedangkan
penciptaan tidak langsung merupakan tindakan Allah yang disebut penciptaan ,
namun tidak bermula dari ketiadaan. Melalui tindakan ini , Allah membentuk,
menyesuaikan, menggabungkan, atau mengubah bahan-bahan yang sudah ada. Pokok
Allah sebagai Pencipta memainkaan peranan penting ketika orang Israel memandang
dirinya sendiri dari luar dan berupaya memahami tempatnya di tengah-tengah dunia.
Melalui kegiatan belajar dua ini, anda akan dibelajarkan tentang karya-karya
Allah sebagai Pencipta sehingga tidak akan pernah ada keraguan untuk meyakini
bahwa Allah ada pribadi yang memulai alam semesta, dan penyataan yang paling
jelas dari pengajaran Yesus yang dicatat dalam Injil-Injil Sinoptis terutama yang
terdapat dalam Markus 13:19.
22

a. Allah menciptakan langit dan bumi


Kalimat pembukaan di Alkitab “Pada mulanya Allah menciptakan langit
dan bumi” (Kej. 1:1) mengisyaratkan bahwa karya penciptaan Allah bersifat
langsung dan segera, yaitu terjadi pada permulaan zaman dan alam semesta
diciptakan Allah secara ex-nihilio yang berarti diciptakan tanpa memakai bahan
yang sudah ada sebelumnya. Dan pada Kej. 2:7 dikisahkan Allah menciptakan
manusia dari debu tanah dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan Allah secara tidak langsung.
Hodge mengatakan, ketika membandingkan penciptaan langsung dan tidak
langsung, maka penciptaan langsung terjadi seketika sedangkan penciptaan tidak
langsung terjadi secara bertahap.
Penciptaan langsung bukan hanya langit, tetapi juga malaikat-malaikat yang
menghuni sorga (Ay. 38:7; Neh. 9:6). Jangkauan universal dari karya ciptaan
Allah ditegaskan dalam Efesus 3:9; Kolose 1:16. Selain itu, beberapa perincian
dari berbagai bagian ciptaan menjelaskan bahwa segala sesuatu tercakup: langit
dengan segala isinya, dan bumi dengan segala isinya, dan laut dengan segala
isinya (Why. 10:6).
Melalui kisah penciptaan langit dan bumi, umat Israel mengklaim bahwa
Pencipta itu tak lain adalah Allah yang membebaskannya dari Mesir dan mengikat
perjanjian dengan mereka. Dengan kata lain Allah sebagai Pencipta adalah sebuah
bentuk pengakuan iman umat Israel. Pengakuan ini dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yakni pertama , Allah dan bukan dewa-dewi agama lain yang
menciptakan segala sesuatu dan menganugerahkan hidup dan berkat. Kedua,
Allah bukanlah Allah umat Israel dan gereja saja, melainkan juga alam semesta
dan umat manusia seluruhnya. Karena Allah menjadikan dunia, memberikan
hidup kepada sekalian makhluk dan memberkatinya agar berdamai sejahtera.
Selain itu umat Allah dipanggil untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka
bumi serta makhluk ciptaan lainnya (bdg. Kej. 12:3).
Kedua pandangan ini saling melengkapi. Karena Allah menciptakan demi
penyelamatan, dan orang yang percaya kepada-Nya harus melawan setiap
penyalahgunaan kuasa yang menindas makhluk yang lemah. Selain itu orang yang
percaya kepada-Nya harus menolak dalil bahwa agama hanya berarti dalam hidup
pribadi. Karena Allah memberkati seluruh ciptaan-Nya untuk menjadi berkat di
dalam kehidupan bermasyarakat.
23

Penciptaan merupakan karya Allah Tritunggal. Dalam Perjanjian Lama


kisah penciptaan hanya mengaitkannya dengan Allah, bukan dengan Bapa, Anak
dan Roh Kudus. Kerena perbedaan dalam Tritunggal belum sepenuhnya
dinyatakan (Kej. 1:1; Mzm. 96:5; Yes. 37:16; 44:24; Yer. 10:11-12). Tetapi dalam
Perjanjian Baru dijumpai perbedaan. Misalnya dalam 1 Korintus 8:6 Paulus
membahas tentang boleh tidaknya orang memakan makanan yang sudah
dipersembahkan kepada berhala. Untuk membahas hal ini Paulus memakai
penjelasan beberapa ayat Perjanjian Lama seperti Mazmur 96:5; Yesaya 37:16;
dan Yeremia 10:11-12. Inti dari ayat-ayat ini adalah bahwa Allah sejati telah
menciptakan segala sesuatu yang ada, berhala-berhala tidak mampu menciptakan
apa-apa.
Menurut Millard Erikson ada maksud tertentu dari Allah menciptakan langit
dan bumi dengan segala isinya. Secara khusus maksud Allah menciptakan langit
dan bumi adalah agar seluruh ciptaan-Nya memuliakan Allah dengan melakukan
kehendak-Nya. Hal ini dilukiskan dalam Mazmur 19:2, Ciptaan yang tidak
bernyawa memuliakan Allah, makhluk-makhluk hidup menaati rencana Allah
bagi kehidupan mereka. Setiap ciptaan Allah mampu memenuhi maksud Allah
baginya, namun setiap ciptaan mematuhi Allah dengan caranya sendiri. Ciptaan
yang tidak bernyawa menaati Allah secara mekanis, yaitu dengan menaati hokum-
hukum alam yang mengatur dunia fisik. Ciptaan yang hidup menaati Allah secara
naluriah, yakni dengan menanggapi dorongan-dorongan yang ada di dalam
dirinya. Hanya manusia saja yang menaati Allah dengan sadar dan rela, sehingga
dapat memuliakan Allah dengan sempurna.
Selain itu Henry C. Thiessen, Allah menciptakan alam semesta untuk
menerima kemuliaan. Alkitab memerintahkan,”Berilah kepada Tuhan kemuliaan
nama-Nya” (1 Taw. 16:29), juga dapat dibacakan dalam Mazmur 29:1-2; Yeremia
13:16. Tanggung jawab gereja juga adalah memuliakan Allah (Rom. 15:6,9; 1
Kor. 6:20, 2 Kor. 1:20, 1 Pet. 4:16). Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:31
mengatakan “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua itu untuk kemuliaan Tuhan.
24

b. Makna teologis dokrin Penciptaan


Ada beberapa makna teologis yang dapat dipelajari dari dokrin Penciptaan
menurut Erikson, yakni sebagai berikut :
1. Merupakan pernyataan bahwa segala sesuatu yang bukan Allah memperoleh
eksistensinya dari Allah. Dengan kata lain, ide bahwa ada suatu realitas
tertinggi selain Allah ditolak, tidak ada tempat sama sekali bagi pandangan
dualisme.
2. Tindakan penciptaan Allah yang pertama bersifat unik dan berbeda dengan
tindakan-tindakan kreatif manusia, yang memerlukan pembuatan pola
dengan memakai bahan yang sudah ada. Satu-satunya keterbatasan Allah
ialah sifat dan ketetapan-Nya. Allah tidak memerlukan bahan, karenanya
maksud-maksud Allah tidaklah dibatasi oleh sifat bahan yang harus
digunakan-Nya untuk berkarya.
3. Dokrin penciptaan juga berarti bahwa tidak ada hasil ciptaan yang bersifat
jahat. Segala sesuatu bersumber dari Allah, dan kisah penciptaan
mengatakan sebanyak lima kali bahwa Ia melihat semuanya itu baik (Kej.
1:10,12,18,21,25). Dan ketika Allah menciptakan manusia, Alkitab
mengatakan bahwa Allah melihat segala yang telah dijadikan-Nya dan
semuanya sungguh amat baik (ay. 31). Dengan demikian tidak ada yang
jahar dari hasil karya Allah.Dan Allah tidak dapat disalahkan atas adanya
dosa dan kejahatan di dunia.
4. Dokrin penciptaan juga menonjolkan tanggung jawab manusia. Manusia
tidak dapat membenarkan tindakan kejahatannya dengan mempersalahkan
bidang kejahatan materi. Dosa manusia timbul karena manusia menggunakan
kebebasannya dengan tidak bertanggung jawab.
5. Dokrin penciptaan menjaga agar tidak terjadi penurunan nilai penjelmaan
Kristus. Selain itu menahan orang Kristen untuk tidak ikut menganut
asketisisme yang melihat fisik adalah jahat sehingga membuat orang
menghindari kepuasan tubuh jasmani serta segala bentuk kepuasaan badani
lainnya. Dan bagi kaum asketisisme karena Roh lebih ilahi maka merupakan
alam yang tepat bagi orang luhur dan saleh. Dengan demikian kegiatan
meditasi sangat diutamakan, dan puasa ketat serta hidup bertarak sebagai
syarat hidup rohani yang benar. Tetapi dokrin penciptaan menegaskan
bahwa semua ciptaan Allah itu baik adanya, sehingga dapat ditebus.
25

Keselamatan dan kerohanian harus ditemukan bukan dengan cara


menjauhinya dari dunia materi, tetapi justru dengan menyucikannya.
6. Segala sesuatu yang diciptakan dari Allah semuanya saling berhubungan.
Manusia dan benda tidak bernyawa berasal dari Allah, maka manusia pada
dasarnya satu dengan alam. Seluruh ciptaan adalah milik Allah dan penting
bagi-Nya. Yesus dalam pengajaran-Nya juga menjelaskan bahwa Allah
mengasihi dan memperhatikan seluruh ciptaan-Nya (Mat. 6:26-30; 10:29).
7. Dokrin penciptaan menunjukkan adanya berbagai keterbatasan hakiki dari
makhluk ciptaan. Tidak ada satu pun makhluk ciptaan yang dapat
disejajarkan dengan Allah. Tidak ada dasar bagi penyembahan terhadap
berhala, penyembahan terhadap alam atau pemujaan terhadap manusia. Alam
dan manusia lebih rendah dari Allah.
G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland mengemukakan bahwa ketika mengaku
bahwa Allah adalah Sang Pencipta langit dan bumi, hal ini berarti percaya
kepada hubungan kasih yang diadakan oleh Allah antara Dia dengan dunia dan
manusia. Alasannya adalah kata penciptaan mengemukakan kepada manusia,
bahwa Allah telah mengadakan suatu objek di luar diri-Nya sendiri, yaitu dunia
manusia untuk mewujudkan kasih-Nya. Allah itu bukanlah Nuda essential
(Keberadaan yang bugil), yang kekal tak bergerak, melainkan Allah yang hidup,
yang bertindak, yang mengasihi. Dalam perbuatan-perbuatan kasih-Nya, Ia
bertindak keluar dengan mengadakan suatu objek bagi kasih-Nya. Oleh
perbuatan kasih Allah, dunia dan manusia memperoleh keberadaan yang
bermakna.
Selanjutnya G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland juga mengetengahkan bahwa
jika mengaku Allah sebagai Pencipta langit dan bumi, maka kita mengaku
bahwa Allah merdeka dan berdaulat atas dunia dan manusia. Hal ini berarti kita
mengakui pandangan Alkitab tentang perbedaan dan jarak antara Allah dengan
manusia (Kej. 18:27; Pkh. 5:1; Yes. 6:5; Ayb. 42:5-6; Mzm. 8:4). Mengakui
kemerdekaan Allah terhadap apa yang dijadikan-Nya berarti juga mengakui
bahwa dunia dan manusia sama sekali bergantung kepada Allah (Mzm. 145:15;
104:27-30). Kemerdekaan Allah Sang Pencipta juga menekankan adanya
perbedaan antara Allah dengan para ilah. Para ilah memerlukan daerah, wilayah
manusia untuk menjadikannya ilah, sedangkan Sang Pencipta memerintah atas
semesta.
26

Selain itu menurut G.C. Van Niftrik dan B.J. Boland dengan kisah tentang
penciptaan dunia, maka Allah ditempatkan pada permulaan segala sesuatu yang
ada. Penciptaan itu digambarkan sebagai suatu perbuatan Allah pada suatu saat
tertentu. Hal ini mengandung suatu kebenaran teologis sebagai berikut:
hubungan antara Allah dengan dunia dan manusia adalah satu hubungan yang
sama sekali datang dari pihak Allah dan semata-mata timbul dari kehendak dan
perbuatan Allah yang merdeka dan berdaulat. Alkitab pun melanjutkan sejarah
keselamatan dengan memperlihatkan bahwa Allah terus menerus
memperdulikan dunia ini. Hal ini menyiratkan hubungan yang dimaksud oleh
kata-kata “khalik/Pencipta” dan “makhluk” yakni kesetiaan Allah. Kesetiaan
Allah Sang Pencipta adalah kesetiaan terhadap dunia dan manusia yang berdosa.
Hal ini berarti jika berbicara tentang penciptaan , maka memberitakan tentang
hubungan yang aktual antara Allah dengan dunia dan manusia. Tidak boleh
berbicara tentang Allah Sang Pencipta tanpa terus menerusnya Ia mempedulikan
dunia ini, tentang hubungan-Nya yang tetap dengan dunia dan manusia.

2. Pemeliharaan Allah
Pemeliharaan Allah merupakan hubungan berkesinambungan Allah dengan
ciptaan-Nya, yakni tindakan berkesinambungan Allah untuk melestarikan keberadaan
ciptaan-Nya serta menuntun ciptaan-Nya dengan tujuan yang Allah maksudkan bagi
ciptaan-Nya. Karena itu pemeliharaan Allah penting untuk sikap kehidupan Kristen,
yakni sikap yang mampu hidup dalam kepastian bahwa Allah hadir dan aktif dalam
kehidupan manusia, berada dalam perlindungan-Nya serta mendengar dan
menanggapi doa-doa yang dinaikkan pada-Nya. Pemeliharaan Allah dapat ditinjau
dari dua aspek, yakni tindakan Allah dalam melestarikan keberadaan ciptaan_nya
dengan memelihara dan menopang ciptaan-Nya. Aspek yang lain adalah tindakan
Allah untuk menuntun dan mengarahkan rangkaian peristiwa sedemikian rupa
sehingga memenuhi maksud-maksud-Nya.

a. Pemeliharaan Sebagai Pelestarian


Pelestarian adalah tindakan Allah yang mempertahankan keberadaan ciptaan-
Nya , yang meliputi tindakan Allah untuk melindungi ciptaan-Nya dari celaka dan
kehancuran, serta tindakan-Nya dalam menyediakan berbagai kebutuhan dari
anggota-anggota ciptaan-Nya. Nehemia 9:6, Kolose 1:17, dan Ibrani 1:3 menolak
27

pandangan bahwa setiap bagian dari ciptaan Allah dapat berdiri sendiri, dan menolak
bahwa karya Allah berakhir dengan penciptaan. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa
permulaan dan kelanjutan segala sesuatu yang ada merupakan masalah kehendak dan
tindakan Allah.
Tindakan pelestarian Allah terhadap ciptaan-Nya terutama nyata dalam
pelestarian Israel sebagai suatu bangsa. Tangan Allah ada saat menyediakan makanan
bagi umat-Nya saat bencana kelaparan dengan membawa Yusuf terlebih dahulu ke
Mesir untuk menyediakan makanan bagi umat-Nya. Kisah bangsa Israel keluar dari
tanah Mesir yang diawali dengan selamatnya Musa dari pembunuhan bayi laki-laki
Israel oleh Firaun sampai bangsa Israel dapat menyeberangi Laut Merah, menerima
makanan yang ajaib terutama manna, diberikan kemenangan dalam pertempuran
adalah juga cara Allah untuk melestarikan umat-Nya. Pelestarian Allah juga terus
berlanjut melalui kisah Zadrack, Mesakh dan Obednego dalam kitab Daniel.
Yesus juga telah memberikan ajaran yang jelas tentang pelestarian yang
dilakukan oleh Allah dalam ajarannya tentang hal kekuatiran (Mat. 6:26; 30-33), di
mana Yesus memusatkan perhatian para murid pada perlindungan Allah kepada
manusia. Penekanan penting dalam ajaran Yesus dan Paulus adalah tidak
terpisahkannya anak-anak Allah dari kasih serta pemeliharaan-Nya. Bahkan dalam
Roma 8: 35-39, Paulus sangat menekankan begitu besar kasih Allah yang diwujudkan
dalam pemeliharaan-Nya bagi umat ciptaan-Nya dengan mengungkapkan apapun
tidak akan dapat memisahkan umat-Nya dari kasih-Nya.Dengan demikian baik Yesus
maupun Paulus menekankan bahwa tidak ada bahaya jasmaniah maupun rohani yang
perlu ditakuti oleh ciptaan-Nya, karena ada Allah yang melindungi. Pemeliharaan,
perlindungan, serta kelepasan dari Allah akan memungkinkan manusia menanggung
pencobaan (1 Kor. 10;13).
Hal lain dari tindakan Allah melestarikan ciptaan-Nya serta membekali dengan
kebutuhan adalah bahwa orang percaya tidak dikecualikan dari bahaya dan
pencobaan, namun terpelihara dalam keduanya. Allah tidak berjanji bahwa
penganiayaan dan penderitaan tidak akan menimpa ciptaan-Nya, tetapi hal itu tidak
akan menang atas ciptaan-Nya. Yesus berbicara tentang ini dalam Matius 24:15-31
dan rasul Petrus dalam 1 Petrus 1:6; 4:12. Tetapi yang diminta dari Allah adalah tetap
bersukacita dalam pencobaan karena pengalaman tersebut memungkinkan ciptaan-
Nya ikut merasakan penderitaan Kristus (4:13), serta membuktikan kesungguhan
iman pada-Nya (1:7). Selain pemeliharaan Allah terus berlangsung kepada umat-Nya,
28

pemazmur menekankan karya pelestarian Allah itu juga berlangsung di seluruh alam
(Mzm. 104: 5,10,13,20-21,24-30; 5:10; 37:10). Allah bekerja melalui proses-proses
alam untuk menyediakan kebutuhan makhluk ciptaan-Nya.
Para penulis Alkitab memiliki keyakinan yang teguh tentang pelestarian Allah
dengan menggambarkan Tuhan sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanan
(Mzm. 91), dan Yesus juga mengajarkan para murid-Nya untuk tidak takut kepada
manusia yang hanya dapat membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa (Mat.
10;28). Penulis kitab Ibrani pun menekankan bahwa orang percaya tidak perlu takut
akan maut, karena maut tidak akan memisahkannya dari kasih Allah (Ibr. 9:27).
Dengan demikian karya pemeliharaan Allah sebagai pelestarian oleh Allah
mengajarkan kepada orang percaya untuk yakin akan keteraturan dunia yang
diciptakan Allah. Keyakinan ini bukanlah pada dasar realitas yang bersifat materi atau
impersonal, tetapi pada satu Oknum yang bijaksana, baik dan mempunyai maksud
tertentu yang terus menerus menghendaki kelestarian ciptaan-Nya.

b. Tujuan Tindakan Pemeliharaan


Henry C. Thiessen mengemukakan beberapa tujuan dari tindakan pemeliharaan
Allah adalah sebagai berikut :
1. Allah memelihara dunia dengan tujuan untuk membahagiakan makhluk ciptaan-
Nya;
2. Allah memelihara dunia dengan tujuan mengembangkan mental dan moral umat
manusia.
3. Menyelamatkan dan mempersiapkan suatu umat milik-Nya sendiri. Allah memilih
Israel agar mereka menjadi umat-Nya (Kel. 19:5-6), dan Ia juga telah memanggil
gereja dengan tujuan yang sama (Tit. 2:14; 1 Pet. 2:9).
4. Tujuan utama pemeliharaan-Nya ialah kemuliaan-Nya sendiri. Allah memelihara
dan memerintah dengan tujuan menunjukkan kesempurnaan-Nya, kesucian-Nya
dan keadilan-Nya.

c. Sarana-Sarana yang Dipakai dalam Pelaksanaan Pemeliharaan


Allah memakai hukum-hukum alam dalam perkara-perkara lahiriah, misalnya
dalam menetapkan musim-musim dan memberikan kepastian tentang adanya
makanan (Kej. 8:22), memberikan manusia naluri penyelamatan diri dan rasa
tanggung jawab moral (Rm. 1:26; 2:15). Kadang Ia menambahkan hukum alam ini
29

dengan mengadakan mujizat (Kel. 14:21-31). Namun kadang juga Allah


mengadakan sesuatu dengan mengucapkan firman-Nya yang berkuasa (Mzm.33:9),
dan jika si jahat akan datang untuk memerintah dunia, maka Kristus akan tampil
untuk menghancurkan dia dengan firman-Nya yang berkuasa (2 Tes. 2:8; Why.
19:20-21).
Selain itu, untuk perkara-perkara batiniah, Allah memakai berbagai sarana,
yakni (1) Ia memakai firman-Nya (Yoh. 1:7-8; Yes. 8:20; Kol. 3:16), (2) Allah
menghimbau kepada akal manusia dalam hal menyelesaikan persoalan-persoalan
mereka (Kis. 6:2). (3) Allah memakai himbauan, Ia telah menetapkan pelayanan
hamba-hamba-Nya untuk mengajar dan mengajak umat-Nya untuk memercayai
kebenaran (Yer. 7:13;44:4, Zak. 7:7; Kis. 17:30). (4) Allah memakai perasaan batin
yang mengekang dan menahan (Kis. 16:6-7). (5) Allah memakai keadaan-keadaan
yang nampak (1 Kor. 16:9). (6) Allah mencondongkan hati manusia ke arah tertentu
(1 Raja. 8:58; Mzm 119:36). Dan dalam beberapa tindakan pemeliharaan, Allah
memakai wakil-wakil khusus, misalnya para malaikat dipakai dalam pelaksanaan
pemerintahan-Nya yang lahirian (2 Raja. 19:35; Dan 6:22), dan Allah menggunakan
Roh Kudus dalam pemerintahan yang batiniah dan rohaniah (Luk. 4:1; Yoh. 16:7-
15).

d. Teori-Teori Yang Menentang Ajaran Tindakan Pemeliharaan


Ajaran tentang pemeliharaan Allah selain diterima oleh orang percaya, tetapi
juga ada teori yang menolaknya, yakni sebagai berikut :
1. Naturalisme. Teori ini menganggap bahwa alam merupakan seluruh realitas
yang ada. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta adalah hasil kerjanya
hukum-hukum alam. Kebahagian manusia serta kesempatan untuk berhasil
dalam hidup bergantung pada pengetahuan manusia serta kerja sama dengan
hukum-hukum ini.
2. Fatalisme. Teori ini menganggap bahwa semua peristiwa ditentukan oleh nasib,
dan bukan oleh sebab-sebab alamiah, dan bahwa manusia tidak mampu
mengubah jalannya peristiwa-peristiwa yang sudah ditetapkan nasibnya.
3. Panteisme. Teori ini menyatakan bahwa kehendak itu tidak bebas dan segala
sesuatu yang ada tanpa kecuali mempunyai sebab, maka panteisme tidak
memiliki ajaran tentang pemeliharaan. Selain itu panteisme menghancurkan
30

semua kemungkinan adanya moralitas yang sejati, dan menyangkal kebebasan


manusia.

3. Allah sebagai Bapa


Kebapakan Allah adalah ajaran yang paling khas dalam Perjanjian Baru dan
khususnya dalam ajaran Yesus. Ajaran ini muncul pada masa orang-orang
menyembah berhala dan beribadah kepada dewa-dewanya dalam suasana
ketakutan. Dan ajaran Allah sebagai Bapa hadir memberikan unsur kemesraan ke
dalam hubungan manusia dengan Allah yang tidak ada bandingannya dalam dunia
kafir. Ajaran Yesus tentang Allah sebagai Bapa dipahami sebagai Bapa umat-Nya.
Dalam Perjanjian Lama, Allah dianggap Bapa orang Israel dalam pengertiannya
sebagai bangsa, bukan sebagai pribadi. Namun menurut Donald Guthrie gagasan
kebapakan dalam hubungannya dengan suatu kumpulan orang tidak menghilangkan
gagasan kebapakan dalam hubungan secara pribadi, tetapi justru merupakan
persiapan bagi perkembangan gagasan secara penuh dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Baru dikemukakan 3 hal mengenai kebapakan Allah, yakni
Bapa Yesus, Bapa murid-murid Yesus dan Bapa dari semua ciptaan-Nya. Dan
hubungan Bapa anak hampir seluruhnya ditujukan bagi orang-orang percaya.
Contoh yang paling terkenal yang memperlihatkan Allah sebagai Bapa bagi murid-
murid-Nya ditunjukkan oleh Yesus dalam doa Bapa kami. Kata Bapa dalam doa ini
dikiaskan kepada Allah. Sebagaimana seorang bapa kepada anaknya, demikian pula
Allah. Allah sebagai Bapa menyelenggarakan segala-galanya, menjaga segala
sesuatu, mengatur dan memerintah atas semuanya dan sekali-kali menghukum jika
ada yang salah.
Ungkapan Allah Bapa yang terkandung dalam Pengakuan Iman Rasuli
bukanlah melukiskan manusia dengan sang Pencipta, tetapi menunjuk kepada
hakekat Alalh itu sendiri. Di dalam hakikat-Nya sendiri dan dari selama-lamanya
sampai selama-lamanya Allah adalah Bapa. Bagaimana mengaitkan Allah sebagai
Bapa dalam kehidupan orang percaya ?.G.J van Niftrik dan B.J. Boland
menjelaskan sebagai berikut :
1. Apabila Allah disebut Bapa, dan Yesus Kristus digelar Anak-Nya, maka yang
dimaksudkan adalah bahwa ada suatu hubungan dan nisbah yang sangat
istimewa dan eksklusif. Yang dimaksudkan dengan eksklusif adalah suatu
hubungan dan nisbah yang tidak dapat dibandingkan dengan hubungan antar
31

manusia sendiri, dan yang berlainan juga dari hubungan antara Allah dengan
manusia pada umumnya. Dan hubungan yang istimewa dari Allah kepada Yesus
Kristus yang disebut “kebapaan” Allah sedangkan hubungan yang istimewa dari
Yesus Kristus kepada Allah disebut “keanakan”Yesus Kristus. Hubungan yang
eksklusif antara Allah sebagai Bapa dengan Yesus diperjelas Yesus melalui
perkataan “Semua itu diserahkan kepadaKu oleh BapaKu dan tidak ada
seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menyatakannya.(Mat. 11:27).
Jika dikaitkan dengan ungkapan Tritunggal, maka perhubungan yang eksklusif
antara Allah Bapa dengan Yesus Kristus dapat disebut suatu Dwi-Tunggal.
Maksudnya apabila Allah disebut Bapanya Yesus Kristus, Anak-Nya, maka hal
ini berarti :
a. Bahwa seakan-akan ada jamak di dalam hakekat Allah yang esa sehingga
harus berbicara tentang dua cara berada, yakni Allah Bapa dan Anak Allah.
b. Bahwa ada suatu kesamaan hakikat bahkan keesaan hakikat sehingga Bapa
dan Yesus bukannya dua Tuhan melainkan sungguh adalah satu dan esa.
Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30).
Berbicara tentang Bapa dengan Anak-Nya Yesus Kristus pada satu pihak bahwa
Allah bapa merupakan asal untuk Anak-Nya, sedangakn Allah Bapa dan Anak-
Nya bersama-sama merupakan asal untuk Roh Kudus. Namun di pihak lain asal
itu tidak terletak dalam waktu dan sejarah tapi bahwa Allah dari kekal.
2. Jika berbicara tentang Allah sebagai Bapa kita, Bapa Anak-Anak-Nya, maka
harus diselidiki apa maksudnya menurut Alkitab. Dalam Matius 6:26-33, Yesus
mengajarkan para murid-Nya untuk tidak kuatir akan hidup ini, karena para
murid jauh lebih berarti dari burung-burung. Burung-burung tergolong ke dalam
dunia binatang, tetapi para murid di dalam Kerajaan Allah. Kerajaan Allah
datang kepada kita dalam diri Yesus Kristus. Injil tentang Kerajaan Allah itu
Injil tentang Yesus Kristus. Jadi, ketika Yesus berbicara tentang Allah sebagai
Bapa Kamu, maka perkataan itu bukan berlaku bagi semua manusia atau segala
makhluk, melainkan bagi mereka yang telah menjawab ya kepada Yesus Kristus
(Kol 1:11-14). Hal ini mengisyaratkan bahwa menjadi anak-anak Allah terjadi
oleh panggilan dan pilihan, dan merupakan anugerah Allah yang tidak layak kita
terima (Hos. 11:1; Rm.8:15; Rm. 6:4-11). Selain itu, pengertian anak di dalam
32

Alkitab bukan hanya dalam pengertian biologis, namun anak adalah dia yang
bersikap benar kepada bapa dan hidup dalam hubungan yang benar dengan bapa.

E. Tugas
Selamat anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar Dua dari Modul Satu Tentang
Allah Sang Pencipta dan Pemelihara. Agar anda semakin memahami materi yang
terdapat pada Kegiatan Belajar satu ini, kerjakan tugas-tugas berikut ini :
1. Buatlah kesimpulan tentang makna teologis dari pengakuan Allah sebagai
Pencipta !.
2. Salah satu teori yang menentang ajaran tentang Allah sang Pemelihara adalah
Naturalisme. Teori ini menganggap bahwa alam merupakan seluruh realitas yang
ada. Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta adalah hasil kerjanya hukum-
hukum alam. Kebahagian manusia serta kesempatan untuk berhasil dalam hidup
bergantung pada pengetahuan manusia serta kerja sama dengan hukum-hukum
ini. Buatlah tanggapan anda terhadap teori ini !
3. Salah satu ajaran yang istimewa dari umat Kristen adalah Allah sebagai Bapa.
Ada 2 aspek yang ditekankan dalam ajaran ini yakni Allah sebagai Bapa dan
Yesus adalah Anak. Aspek yang lain Allah sebagai Bapa dan umat yang percaya
kepada-Nya dalam Yesus Kristus sebagai anak. Buatlah uraian tentang ke aspek
ini !.

Anda mungkin juga menyukai