Anda di halaman 1dari 3

Manusia dari pandangan agama Kristen

A. Pendahuluan
Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi.
Alam merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu yang ada di langit dan di
bumi seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia dan alam mempunyai
hubungan yang saling tergantung dan saling membutuhkan. Pemazmur mengatakan
bahwa Allahlah pemilik alam semesta ini. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala
isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya” (Mazmur. 24:1). Tuhan telah
menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan, creatio ex nihilo. Jika manusia ingin
mencipta sesuatu, harus menggunakan apa yang telah diciptakan oleh Allah. Manusia
mencipta dan membangun senantiasa menggunakan yang tersedia di alam, yang
merupakan ciptaan Allah.
Alkitab berbicara tentang ciptaan yang baru dan bumi yang baru (Wahyu.
21:1), di mana bumi yang baru tersebut adalah bebas dari polusi (pencemaran),
destruksi (pengrusakan). Manusia ditugasi oleh Allah dalam rangka menggalang
keharmonisan manusia dan alam. Menurut ( Kejadian 1:28 ), ciptaan terakhir yakni
manusia, mendapatkan mandat untuk bertanggung jawab atas seluruh ciptaan.
Tanggung jawab terhadap alam sebagai ciptaan Allah, juga telah dipertegar lewat
kehadiran Kristus Yesus. Tetapi seiring berjalannya waktu, alam berubah wujud dari
tampilan sebelumnya. Pengembangan aspek kehidupan, tidak terlepas dari kemajuan
pola pikir manusia yang dititikberatkan kepada keadaan sekarang, usaha
mempermudah kehidupan manusia karena kebutuhan hidup. Penyebab dari
lingkungan hidup yang kian menjadi rusak adalah mungkin dikarenakan cara pandang
dan sikap manusia yang telah salah terhadap alam. Karena memang benar pemahaman
dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup akan mempengaruhi sikap mereka,
dan bagaimana mereka akan memperlakukan alam.
Pemikiran bahwa manusia yang paling memiliki kepentingan yang dianggap
akan paling menentukan tatanan ekosistem. Banyak yang berpandangan bahwa alam
dapat dilihat sebagai objek, alat, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan manusia. Adanya pemikiran seperti itu akan memicu munculnya sikap
yang tidak bersahabat dengan alam, dan tidak menghargai adanya lingkungan hidup
untuk kepentingan banyak orang.
Krisis lingkungan hidup yang dialami manusia pada masa sekarang
merupakan akibat langsung dari kurang pedulinya manusia terhadap pengelolaan
lingkungan hidup mereka sendiri. Artinya, manusia umumnya melakukan pengelolaan
sumber-sumber alam tidak peduli pada peran etika. Dengan kata lain, krisis
lingkungan hidup yang dialami manusia berakar pada krisis etika (moral). Manusia
kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau lebih peduli pada kepentingan diri
sendiri. Kita melihat dan merasakan sendiri bagaimana perubahan lingkungan telah
terjadi dan berdampak langsung pada kehidupan kita.
Secara teologis dapat dikatakan bahwa manusia dan alam adalah ciptaan,
properti dan bait Allah, semuanya itu berada dalam suatu hubungan perjanjian dengan
Allah. Barangsiapa yang merusak alam, maka ia merusak hubungan perjanjian itu. Di
samping itu, segala kegiatan pengrusakan alam akan mendatangkan kerusakan pada
hidup umat manusia. Alam merupakan pemberian Allah untuk manusia untuk
memelihara dan dipergunakan (Kejadian 1). Oleh karena itu, etika lingkungan tidak
berpusat pada manusia atau alam, melainkan berpusat kepada Allah.
Sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan
segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan
harmonis yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu dengan yang
lainnya. Sebab semua ciptaan berharga di mata Tuhan. Jadi, sikap eksploitatif
terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang
agung itu.
Berdasarkan pandangan umum maupun pandangan agama Kristen tentang
alam semesta lingkungan hidup, maka setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap
kerusakan lingkungan hidup berdasarkan pemahamannya. Setiap pandangan memiliki
dasar tanggung jawab etis terhadap kerusakan lingkungan hidup.
Di akhir kata, menjadi Kristen, berarti menjadi bagian dari karya Allah untuk
menata kehidupan yang harmonis. Keikutsertaan dalam melestarikan alam, bukan lagi
harus dilakukan sebagai bentuk formalitas taat negara, atau ikut-ikutan masyarakat
sekitar. Tetapi dilaksanakan sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab umat
Kristen sebagai umat ciptaan Allah. Yang bisa dimulai dari menyadarkan diri sendiri,
berlanjut ke lingkungan sekitar dan lalu masyarakat luas. Semua itu tentu saja,
diperbuat  untuk memuliakan Allah Sang Pencipta.

B. Ajaran Alkitab mengenai Kehamilan


Kehamilan dimulai ketika sperma membuahi sel telur wanita. Pada saat itu,
sebuah embrio terbentuk. Dalam beberapa hari, embrio itu akan menempel pada
rahim dan mulai bertumbuh dan berkembang. Bagi manusia, pada umumnya jangka
waktu kehamilan berlangsung 280 hari, atau 36 minggu. Karena umat manusia
berkembang melalui kehamilan, sesuai berkat dan perintah Allah dalam Kejadian
1:28, Alkitab banyak mengajar tentang kehamilan. Kehamilan manusia pertama
terjadi ketika Hawa hamil dan melahirkan Kain (Kejadian 4:1). Setelah itu banyak
kehamilan yang menyusul sambil umat manusia mulai bertambah banyak di bumi,
namun Alkitab tidak menceritakan kehamilan-kehamilan itu sampai dengan kisah
Abram (Abraham) dan Sarai (Sara) di dalam Kejadian 11:30: "Adapun Abraham dan
Sara telah tua dan lanjut umurnya dan Sara telah mati haid" (Kejadian 18:11), sebagai
pertanda bahwa Ia akan melakukan sesuatu yang istimewa. Allah mengaruniai
Abraham dan Sara seorang putra, Ishak, yang merupakan mujizat. Apa yang kita
pelajari tentang kehamilan dari Alkitab adalah bahwa Allah adalah Pengarang
kehidupan. Ia terlibat dalam pembuahan dan perkembangan setiap orang. Mazmur
139:13-16 mengajar tentang keterlibatan-Nya secara langsung: "Sebab Engkaulah
yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku
bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang
Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung
bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di
bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan
dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun
dari padanya."

Perikop ini menjelaskan bahwa Allah adalah Desainer setiap anak. Allah berfirman di
dalam Yesaya 44:24: "Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk
engkau sejak dari kandungan; 'Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu,
yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi--siapakah yang
mendampingi Aku?'" Alkitab memberi beberapa contoh yang menunjukkan bahwa
Allah menciptakan orang-orang tertentu dengan tujuan khusus. Di dalam Yeremia 1:5
Allah berfirman, "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah
mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah
menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-
bangsa." Yesaya 49:1 mengungkapkan bahwa Allah dapat memanggil anak-anak yang
belum lahir untuk menjadi hamba-Nya. Kita mengamati hal ini sebelum kehamilan
Elisabet, bahkan sebelum Yohanes Pembaptis dibuahkan dalam rahimnya (Lukas
1:13-17).
Kehamilan adalah cara Allah menghadirkan manusia yang baru ke dalam
dunia. Setiap manusia membawa gambaran Allah dalam dirinya (Kejadian 1:27).
Karena Allah adalah Pengarang kehidupan dan karena kehamilan seorang wanita
menggambarkan perekanan yang sakral dengan Allah, sang wanita tidak "berhak"
mengakhiri apa yang telah dimulai oleh Allah. Aborsi merupakan pencabutan nyawa
kejam yang telah Allah ciptakan. Ialah pembunuhan seorang penanggung gambaran
Allah yang tidak bersalah. Tindakan seperti ini sangat keji bagi Tuhan. Allah
mengecam keras ritual berhala mengurbankan anak kecil pada dewa-dewa (Yeremia
32:35; Imamat 20:2; Ulangan 12:31), dan Ia menghukum bangsa-bangsa yang
bertindak demikian. Allah menganggap kehamilan sebagai ruang kerja-Nya, dan
seorang wanita menghormati-Nya ketika dirinya bekerjasama dengan-Nya dalam
melindungi dan memelihara kehidupan baru yang berlindung dalam diri-Nya.

Anda mungkin juga menyukai