Anda di halaman 1dari 7

MANUSIA DAN KEUTUHAN CIPTAAN : KONSEPSI ALKITAB, MAN DENGAN

CIPTAAN LAIN, MAKNA KPKC

DIBIMBIMG OLEH

Pdt. Nurmaya Simanjuntak, S.Th., M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK III :

OLYHABANA SITUMORANG [21600248]


GRACE LAOLY [21600254]
ROBIN HOOD LAIA [21600247]

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
T.A 2021
MANUSIA DAN KEUTUHAN CIPTAAN

Manusia Menurut Konsepsi Alkitab

Dalam alkitab menjelaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Manusia merupakan satu-
satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi. Dalam kitab kejadian 1:26 mengatakan
“baiklah kita menjadikan manusia”, yang berarti bahwa pada waktu Allah hendak
menciptakan manusia, Allah terlebih dahulu bermusyawarah dengan Allah Anak dan Roh
Kudus. Allah menciptakan manusia gambar dan rupa Allah atau IMAGO DEI ( kejadian 1:26-
27 ). Gambar dan rupa Allah yang terdapat dalam diri manusia adalah gambar alamiah dan
moral bukan secara fisik.

Keutuhan Ciptaan Menurut Konsepsi Alkitab 

Sesuai dengan kesaksian Alkitab, keutuhan ciptaan dipahami sebagai suatu bentuk
ketergantungan manusia dengan lingkungannya. Seluruh ciptaan merupakan satu
kesatuan yang saling melengkapi satu sama lain. Manusia ditempatkan Tuhan sebagai
mahkota ciptaan-Nya karena manusia lebih tinggi statusnya dari ciptaan yang lain dan
mempunyai tanggung jawab khusus terhadap ciptaan yang lain. Tanggung jawab
manusia ditandai dengan mengasihi seluruh ciptaan yang terdapat di sekitarnya.
Tanggung jawab tersebut dilakukan manusia bukan saja karena manusia diciptakan
sebagai mandataris Allah yang bertanggung jawab terhadap seluruh ciptaan tetapi
tanggung jawab ini dilakukan karena manusia pada dasarnya hidup dalam
ketergantungan dengan ciptaan lainnya. Itu berarti bahwa manusia hidup dalam
ketergantungan dengan makhluk dan ciptaan lainnya. Karena itu hubungan antara
manusia dengan ciptaan lainnya merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. 

Dalam Alkitab banyak ditemui aspek kesaksian penciptaan yaitu: 

 Allah adalah pencipta dan pemilik mutlak (Kejadian 1:1 ; Mazmur 24:1 ; Yesaya
48:12-13), 

 Allah pemberi dan pemelihara semua hidup di dunia ini (Mazmur 104:29b−30), 
 Allah menyediakan sumber yang berlimpah dan aneka untuk dinikmati manusia
dan ciptaan lain (Mazmur 104:10−18 ; 2 :27-28), 
 Roh Allah itu aktif terlibat, tidak hanya dikegiatan awal penciptaan tetapi juga
dalam mereproduksi kehidupan dalam kesinambungan pemeliharaan dan
pembaharuan alam semesta (Mazmur104:30), 
 Allah menciptakan beraneka tumbuhan dan spesies binatang yang berjuta-juta
banyaknya (Mazmur 104:24), 
 Allah menciptakan manusia sesuai gambar dan rupa Allah (Imago Dei), laki-laki
dan perempuan sama dihadapan Allah (Kejadian 1:27), 
 Allah menciptakan manusia agar menjadi mitra dan teman sekerja Allah dalam
memelihara ciptaan-Nya (Keluaran 1:28; Mazmur 8:6), 
 Membentuk tatanan ciptaan supaya manusia hidup beraturan dalam waktu, iklim
dan ruang yang dapat dihuni (Kejadian1:1−31; Yesaya 45:18), 
 Allah menciptakan dunia dari yang tidak ada menjadi ada atas kehendak-Nya
sendiri (Wahyu 4:11), 
 Keharmonisan dan berekosistem dari seluruh ciptaan-Nya, dalam kasih dan
anugerah yang telah diatur untuk bergerak bebas, sejahtera, bahagia, dan aman
(Mazmur 104:10−23). 

Manusia Dan Ciptaan Lain

Manusia dan alam memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan, dimana manusia
membutuhkan alam sebagai tempat mereka hidup. Namun saat ini kondisi alam semakin
memprihatinkan, banyak kerusakan yang terjadi karena ulah manusia yang memiliki
kecenderungan untuk menguasai alam yang sifatnya eksploitatif. Terjadinya kekeringan,
tanah-tanah tandus, erosi tanah, hilangnya pohon pelindung, banjir, tanah longsor,
pencemaran atmosfir, air, tanah, dan merosotnya kesuburan serta struktur tanah, degradasi
tanah (penurunan kualitas tanah), perubahan iklim, semua itu semestinya menyadarkan kita
bahwa alam atau lingkungan hidup di mana kita tinggal ini terancam kelestariannya. Semua
ulah manusia yang hanya mengeksploitasi alam demi keuntungan (ekonomis) semata, tanpa
mempedulikan kesehatan alam ciptaan dan kelestarian serta keberlangsungannya untuk
jangka panjang di masa depan, akan berakibat negatif bahkan bisa fatal, yaitu merusak
tatanan ekosistem. Alam menjadi tidak ramah dan bersahabat dengan manusia. Alam tidak
menjadi tempat yang memberikan kenyamanan dan ketentraman untuk manusia
menyelenggarakan hidup. Manusia lupa diri, bahwa mereka adalah mahluk yang diberi
kepercayaan oleh Allah, untuk menjaga maupun merawat alam semesta ini. Artinya manusia
seharusnya bertanggungjawab atas keberlangsungan yang ada di alam semesta ini. Kondisi
alam yang baik tentunya akan mendukung segala aspek kehidupan manusia, sehingga
menciptakan kedamaian, dan kenyamanan bagi seluruh mahluk hidup di muka bumi ini.
Melihat dari keprihatinan inilah, tema yang diusung dalam memperingati hari perdamaian
internasional adalah Climate Action For Peace. Dimana pada kesempatan ini kita diajak
untuk berefleksi dan melakukan sebuah aksi nyata, untuk melawan kerusakan dan menjaga
bumi sebagai bentuk tanggungjawab kita. Dalam kitab Mazmur pasal 104 kita diingatkan
posisi kita sebagai manusia, dimana dalam pasal ini mengemukakan bahwa manusia sebagai
bagian dari alam ciptaan Allah, manusia dan alam ditempatkan setara dan samasama berada
di bawah kuasa Allah. Dalam nyanyian Mazmur ini kita dapat menyaksikan bagaimana Allah
diagungkan sebagai pencipta yang sungguh besar, bahwa kehidupan dalam alam semesta
adalah bersumber dari Dia saja, dengan kekuasaanNya segala sesuatunya hidup.
Di Mazmur 104, manusia disebut dalam urutan yang sama dengan makhluk yang lain dan
habitatnya. Manusia mempunyai kedudukan yang setara dengan makhluk hidup yang lain.
Manusia memang merupakan penguasa alam, tetapi manusia itu juga ciptaan Allah, artinya
ia rapuh dan bergantung kepada Allah. Mungkin saat ini banyak orang berpendapat bahwa
untuk dapat menjaga atau menata alam, maka saat ini manusia harus memiliki otoritas
terlebih dahulu. Namun yang dibicarakan adalah mengenai menjaga alam dan bukan hanya
sekedar manusia mengelola alam yang mengandalkan pada wewenang sebagai penguasa.
Manusia yang ingin menata alam dalam rangka menyelamatkan alam, harus terlebih dahulu
menyadari bahwa sebelum manusia yang menata alam, sudah ada Tuhan yang lebih dahulu
menata. Tuhan menatanya dengan adil, sehingga penataan tersebut memperlihatkan irama
yang teratur. Kita manusia yang ditata Allah, ternyata merupakan bagian dari alam, maka
dari itu dalam Mazmur 104 digambarkan bahwa habitat itu menentukan.
Dengan demikian, kita sebagai ciptaan yang diberi mandat Allah, untuk menjaga alam
hendaknya berkomitmen untuk merawat alam ciptaan-Nya, untuk menciptakan kedamaian
dan menjaga generasi masa mendatang. Kekuasaan yang diberikan Allah kepada manusia
adalah kuasa sebagai penatalayan yang bertanggungjawab, termasuk penggunaan atau
pemanfaatan sumber daya yang ada. Suatu hal yang mustahil jika Allah menciptakan bumi
dan menyerahkan kepada manusia hanya untuk dihancurkan atau dieksploitasi untuk
memenuhi kebutuhan sekarang dengan mengorbankan kesejahteraan atau “mengkhianati
anak cucu kita” di masa mendatang. Sebaliknya, kuasa tersebut merupakan pendelegasian
atas alam ciptaan, yang di dalamnya memuat unsur pertanggungjawaban baik kepada Allah
sebagai Sang Pemilik bumi dan kepada sesama (sebuah kesolidaritasan) serta rasa hormat
terhadap lingkungan hidup kita. Selamat menjaga alam sebagai bentuk tanggungjawab kita
kepada dan menciptakan kedamaian dimuka bumi ini.

MAKNA KPKC ( KEADILAN, PERDAMAIAN, DAN KEUTUHAN CIPTAAN )


A. Keadilan menurut konsepsi Alkitab
Kata keadilan dalam alkitab berasal dari istilah “ tsedeq “ atau “ tsedeqah “ yang
artinya “ lurus “ atau “ langsung “. Kedua kata ini mengacu kepada standard etika dan moral.
Sehingga istilah keadilan dalam alkitab selalu berkaitan dengan tingkah laku dan moral para
hakim dalam menjelaskan tugasnya. Ada tiga unsur yang menonjol di dalam keadilan, yaitu
etika, peradilan dan teokratis. Berkaitan dengan keadilan, kehidupan manusia harus
berlandaskan ketiga unsur diatas ini.
Apabila kehidupan individu atau kelompok berpadanan dengan ketiga unsur di atas
maka martabat dan wibawa manusia itu akan semakin tinggi dan terhormat ( bandingkan
Yesaya 1 : 21 ). Tugas utama raja atau hakim adalah melaksanakan keadilan dalam
persekutuan umatNya.
( bandingkan keluaran 23 : 7-8 ; Amos 16 : 12;1 Tawarikh 18 : 14 ). Didalam
kepemimpinan mereka di pengadilan, mereka harus menonjolkan unsur Teokratis, yaitu
menghormati Allah. Hidup dan melayani berazaskan hormat kepada allah ditandai dengan
suatu sikap yang solider terhadap orang miskin, tertindas dan terbelakang.
Dalam Perjanjian Baru jelas terlihat bahwa pengabdian yang dilakukan kepada Tuhan Yesus
juga meliputi pengabdian kepada orang:orang yang berkekurangan, sakit, tertindas,
terkurung dan orang asing (Mateus 25:31-46). Keadilan harus ditegakkan dengan nyata
melalui hubungan antara sesama manusia dengan masyarakat lainnya. Keadilan juga
berlaku bagi-tatanan alam, masyarakat dan korelasi antara manusia dengan sesamanya.
Dalam keadilan terwujud harmoni, keseimbangan dan keselarasan seluruh unsur-unsur
alam. Keadilan dan pemberian sedekah yang sudah terbiasa bagi masyarakat Mesir
merupakan penampakan arti keadilan dan damai sejahtera dalam tatanan alam dan
masyarakat. Keadilan dan syalom ini tidak terpisahkan satu dengan yang lain, walaupun dari
beberapa sisi masih dapat dilihat perbedaan. Dari keutuhan unsur keadilan dan syalom
inilah menjadi jelas hubungan antara keadilan dan pelestarian lingkungan.

B. Perdamaian
di dalam Alkitab istilah “perdamaian” berakar dari kata “syalom” (Ibrani) dan
“eirene” (Yunani) yang artinya “damai”. “Damai” biasanya dikaitkan dengan perasaan
senang akibat memperoleh suatu benda yang dibutuhkan atau harta, kebahagiaan atau
kesehatan (bandingkan Lukas 11:12, Mazmur 73:3 dan Mazmur 38:4). Setiap individu atau
kelompok akan merasakan kedamaian apabila kehidupan dalam arti kesejahteraan dan
keamanan serta ketenteraman jiwa terjamin. Sebaliknya setiap individu tidak akan
merasakan kedamaian bila ia hidup didalam suasana perang dan kekacauan p(bandingkan 2
Raja 5:26, Roma 12:18 Yakobus 3:18: Pengkhotbah 3:8: Lukas 14:32: Kisah Rasul 12:20 dan 1
Korintus 14:33).
Syalom atau eirene yang berarti selamat dan sempurna selalu diharapkan oleh setiap
individu. Pengharapan ini selalu terdengar dengan ucapan “salam” yang hampir pada setiap
pertemuan dan perpisahan diucapkan seseorang kepada yang lain. Karna itu sampai akhir
hayat manusia, setiap individu selalu mengharapkan “selamat” di dalam hidupnya. Hal ini
dapat dimengerti dengan ungkapan yang selalu terdengar dari hampir semua individu yang
mengatakan: “Pergilah dengan selamat...” (Hakim-hakim 18:6), “Pulanglah dengan
selamat...” (I Samuel 25:35), “Engkau akan mati dengan damai” (Yeremia 34:5).
Keyakinan dan perasaan aman serta tanggung-jawab setiap individu atau kelompok
terhadap Allah merupakan suatu sarana yang mempererat hubungan mereka dengan Allah.
Persekutuan di dalam masyarakat akan menjadi efektip bila mereka mampu hidup bersama
dalam kedamaian dan kesejahteraan dan dalam keamanan yang secara menyeluruh
terjamin. Hal ini dapat dilihat dari ceritera tentang Yusuf anak Yakub (Kejadian 37-50).
Syalom akan muncul bila upaya manusia yang menonjolkan kekuatan, kekuasaan dan
kekerasan dalam berbagai aspek dan praktek kehidupan dapat diminimisasi atau
dihilangkan. Sebab perang yang mengandalkan kekuatan dan kekerasan bukanlah suatu
tujuan atau usaha untuk mencapai tujuan hidup manusia. Sebaliknya, perdamaian dan
keadilan yang dilandasi dengan kasih terhadap sesama merupakan citacita seluruh Makhluk
di atas bumi. Kedatangan Allah di Sion sekaligus meniadakan sikap permusuhan, mengganti
perang dengan damai melalui penggudangan dan pelucutan segala bentuk senjata perang.

C. Keutuhan Ciptaan
Syalom selalu berorientasi pada perdamaian masa depan yang ditandai dengan
pewujudan damai, keadilan dan penciptaan sebagai suatu kesatuan yang utuh. Perpaduan
ketiga unsur ini sangat berkaitan dengan keselamatan manusia kini dan di masa depan. Hal
ini sesuai dengan isi Yesaya 32 :15-17 : “sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka
padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan di kebun buahbuahan itu akan tetap
ada kebenaran. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat
kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”.
Dari ayat-ayat ini menjadi jelas dimengerti tentang prinsip-prinsip keutuhan ciptaan.
Kebun buah-buahan dibentuk dari padang gurun, dan kebun buah-buahan dianggap hutan
hijau yang dipandang sebagai lambang kesuburan. Baik bagi padang gurun maupun buah-
buahan berlaku keadilan dan kebenaran yang menumbuhkan damai sejahtera, ketenangan
dan ketenteraman yang abadi.
Ciptaan tidak dapat dipahami hanya menyangkut alam saja. . Ciptaan mencakup
keseluruhan yang utuh, termasuk masyarakat dan lingkungannya, baik unsur politik maupun
aneka keilmuan lainnya. Itu sebabnya dalam Yohanes 3:16 dikatakan bahwa Allah mengasihi
dunia ini, bukan hanya manusia saja. Jadi keutuhan ciptaan akan terjamin bila kontinuitas
keadilan, perdamaian dan pembebasan terhadap kekerasan dapat dipelihara secara
konsekwen.

KESIMPULAN
Kesimpulan dari materi yang kami pelajari adalah sebagai berikut,
Jadi manusia dan ciptaan lainnya merupakan konsep yang saling bergantung satu sama lain.
Allah menciptakan alam semesta lalu Allah menciptakan manusia dalam hari terakhir
penciptaannya. Makna penting dari penciptaan ini ialah bahwa alam semesta ini diciptakan
untuk manusia. Manusia sebagai wakil Allah di bumi yang bertugas untuk menjaga dan
memelihara alam semesta yang telah diciptakan Allah. Yesus sendiri memperlihatkan
hubungan manusia dengan alam yang sangat dekat dan saling terikat. Yesus juga
mengajarkan agar manusia selalu bersikap baik terhadap semua ciptaan Allah. Hal itu
menunjukkan bahwa Yesus mengasihi serta memiliki cinta kasih terhadap semua ciptaan
Allah termasuk alam semesta dan semua yang terdapat di dalamnya.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai