Oleh :
KELOMPOK 6
1. Diana Harianja
2. Fretty Sitorus
3. Renti Marlina Sihombing
ABSTRAK
Bencana tanah longsor di Indonesia semakin sering terjadi dari tahun ke tahun.Bencana tanah
longsor telah terjadi di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur pada tanggal 1 April 2017. Lokasi tanah longsor di Desa Banaran,
Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, terletak pada zona kerentanan tinggi.
Tipologi tanah longsor berupa longsoran bahan rombakan,yang kemudian ke arah bawah (Sungai
Tangkil) berkembang menjadi tipe aliran bahan rombakan. Faktor-Faktor yang berpengaruh
terhadap terjadinya tanah longsor lokasi penelitian adalah: kelerengan, batuan dan tanah,
rekahan/retakan batuan, konversi lahan, drainase dan keairan, curah hujan tinggi, dan aktivitas
manusia. Dari kesemuanya faktor-faktor tersebut, yang paling dominan dan berpengaruh
terhadap tanah longsor adalah: lereng yang sangat curam, soil hasil pelapukan sangat gembur dan
tebal, alih fungsi lahan dan curah hujan yang tinggi. Material longsoran tidak terkonsolidasi
dengan baik sehingga masih mudah bergerak, dan kemungkinan pembendungan pada Sungai
Tangkil oleh material longsoran tersebut bisa berpotensi terjadinya banjir bandang. Beberapa
permukiman yang berada di sekitar lokasi longsor mempunyai risiko tinggi dan sedang terhadap
longsor, sehingga perlu dibangun kesiapsiagaan masyarakat, pembangunan sistem peringatan
dini longsor serta untuk jangka panjang adalah relokasi jika memang kondisi semakin
parah.Pertanian lahan kering pada lereng-lereng sebaiknya menggunakan pola agroforestry.
Kawasan sub DAS berisiko longsor, sebaiknya dikembalikan fungsi lahan sebagai hutan
konservasi atau hutan lindung seperti sebelumnya
banyak berupa perbukitan. Data tersebut Badan Geologi dari Pusat Vulkanologi dan
didapatkan dari analisis GIS dengan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
menggunakan banyak parameter yang (2009).Zona Kerentanan Tinggi merupakan
ditumpangsusunkan (overlay) kemudian daerah yang berpotensi untuk terjadi gerakan
diberi pembobotan (skor). Dari hasil tanah.Jika terjadi hujan dengan intensitas
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dan durasi yang lama, gerakan tanah lama
Kabupaten Ponorogo dapat dikategorikan bisa aktif kembali.
sebagai daerah dengan kondisi tanah longsor
Tulisan ini bertujuan untuk
agak rawan di daerah perbukitan dan
mengetahui fenomena kejadian tanah
pegunungan, sedangkan pada bagian dataran
longsor, faktor-faktor yang berpengaruh
rendah sebagai daerah sedikit rawan.
terhadap kejadian longsor, faktorfaktor
Bencana tanah longsor telah melanda dominan, mekanisme kejadian, risiko
Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan masyarakat yang berada di sekitar lokasi
Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa longsor serta rekomendasi pengurangan
Timur pada hari Sabtu 1 April 2017, jam risiko bencana tanah longsor yang
08.00 WIB, pada saat masyarakat sudah diperlukan.
melakukan aktivitas bekerja di kebun
2. Metode Penelitian
masing-masing. Berdasarkan data dari
1. Lokasi Penelitian
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Ponorogo (2017), Lokasi tanah longsor di Desa Banaran,
orang belum ditemukan akibat tertimbun Jawa Timur.Penelitian dilakukan pada bulan
tanah longsor, dan 17 orang luka ringan. April 2017, dimulai pada dua hari pasca
Korban yang tertimbun longsor yang berasal kejadian bencana tanah longsor di kawasan
dari warga yang berada di dalam rumah dan tersebut padatanggal 1 April 2017.
Bencana (BNPB), BPBD Kabupaten mataair, sub DAS, tataguna lahan, jenis
Ponorogo, Badan Meteorologi vegetasi, sosial ekonomi masyarakat,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), diskusi dengan masyarakat
PVMBG, Universitas, serta setempat/korban, pemetaan longsor dan
Kementerian/Lembaga terkait. analisis mekanisme longsor
Kajian referensi/data sekunder berkaitan pendahuluan, serta pemetaan dengan
dengan bencana longsor di Dusun drone.
Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan 3. Hasil dan Pembahasan
Pulung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi 3.1. Tipologi Tanah Longsor
Jawa Timur. Data sekunder mencakup Tipe tanah longsor yang terjadi
kajian penelitian terdahulu tentang berupa longsoran bahan rombakan
longsor yang terjadi, termasuk tentang (debris slide) berbentuk rotasi, yaitu
daerah/lokasi, waktunya, catatan-catatan gerakan massa tanah yang membentuk
instansi terkait, cerita penduduk, geologi, cekungan atau tapal kuda dengan arah
geomorfologi, struktur geologi, geologi barat (N 270o E), yang kemudian ke
tata lingkungan, geologi teknik, foto arah bawah longsoran berbelok ke arah
udara curah hujan, DAS dan sub DAS, selatan melewati saluran air yang
keairan, sosial ekonomi, tata ruang / berkembang menjadi tipe aliran bahan
RTRW, penggunaan lahan, penduduk rombakan (debris flow) akibat
dan lain-lain geologi tata lingkungan, bercampur dengan masa air dalam
geologi teknik, foto udara, peta struktur jumlah besar dan menjadi lumpur. Aliran
geologi, peta jenistanah, peta bahan rombakan secara aktif bergerak
landsystem, Kabupaten Ponorogo dalam mengikuti aliran Sungai Tangkil, dan
Angka dan lain-lain. dalam beberapa hari material longsor
Survei lapangan pasca bencana tanah selalu bergerak khususnya
longsor secara komprehensif. Survei 3.2. Faktor-Faktor Penyebab
pasca longsor meliputi pengamatan Terjadinya Tanah Longsor di Dusun
dampak kejadian, luasan, kemiringan Tangkil, Desa Banaran
lereng, topografi, jenis litologi, 3.2.1. Kelerengan
pengukuran kekuatan tanah, tataguna Secara umum, geomorfologi
lahan, kondisi hidrologi, curah hujan, terbentuk oleh perbukitan sedang sampai
Jurnal Bencana Alam
konservasi tanah, lahan dengan atau hulunya berada pada bukit yang
kelerengan sangat curam tidak cocok longsor tersebut. Nampak juga aliran air
untuk budidaya tanaman dan harus tertoreh pada area potongan longsoran
merupakan kawasan konservasi/lindung. sebagai bentuk jalan aliran air yang
Namun apabila dilihat dari areal keluar dari badan bukit yang
terdampak longsor morfologi lahan pada terlepas/terpotong karena longsor.Jalur
kaki bukit relatif mempunyai kemiringan pola drainase permukaan juga nampak
lereng tidak terlalu curam.Pada lahan ini pada kerapatan tanaman keras yang
dimanfaatkan untuk persawahan padi tumbuh memotong kontur dan ini
sawah pada kaki bukit hingga sebagai bentuk drainase yang dibuang
pertengahan dan pada kawasan yang dari lereng lereng yang berteras pada
lebih atas (upland), lahan dimanfaatkan kegiatan budidaya tanaman
untuk pertanian tegalan dan pola semusim.Drainase yang berpola vertikal
pertanian agroforestry memotong kontur/lereng ada
Berdasarkan peta penggunaan tanah kecenderungan membentuk parit yang
diketahui bahwa penggunaan tanah di berfungsi membuang kelebihan air/run
lokasi longsor dan sekitarnya menurut off dari lereng lereng yang tidak
data peta RBI Skala 1:25.000 BIG terinfiltrasi pada lahan budidaya.
adalah perkebunan (jahe, jati, kelapa, Mata air kecil terbentuk pada bagian
kebun campuran), permukiman dan atas dan tengah bukit Gunung Gede,
agrikultur lahan kering. Pada mahkota kelihatan pada saat kejenuhan air sangat
longsor dan perbukitan di sebelahnya tinggi.Dari kejauhan terlihat adanya
memang memiliki sedikit pohon pohon torehan-torehan pada tebing longsor
besar namun dominan masih ditutupi membentuk alur-alur baik di bagian
oleh perkebunan dan agrikultur lahan bawah mahkota longsor.Sistem drainase
kering ini mengumpulkan kelebihan air dilahan
3.2.5. Drainase dan Keairan dan membuangnya dalam arah
Terdapat drainase alami yaitu Sungai horizontal searah kontur dan tegak lurus
Tangkil yang berada dan mengalir pada kontur.Sistem ini disebut juga parit yang
kaki perbukitan atau pada lembah lokasi secara tidak langsung dibuat oleh petani
longsor.Aliran air ini sebagian berasal lahan dalam rangka membuat guludan
Jurnal Bencana Alam
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, M. R. S., & Restu, R.
2012. Pemetaan Tingkat Risiko Banjir