Banyak dari kita sering mengeluh tentang lingkungan sekitar kita. Ada yang bilang
terlalu banyak sampah dimana-mana, disana kotor, danaunya jorok, kok banjir, aduh semakin
hari udara semakin panas saja dan masih banyak keluhan lainnya. Bahkan banyak dari kita
menemukan ada orang – orang yang sudah dewasa suka membuang sampah sembarangan
khususnya ketika sedang berkendara. Dan hal ini sungguh sangat menyebalkan. Kadang harus
membuat kita berkata, “sudah TK, SD, SMP, SMA masih buang sampah sembarangan? 16
tahun sekolah masih buang sampah sembarangan?” Namun itulah keadaan kebanyakan
Bukan hanya merusak, tapi manusia juga mengeksploitasi lingkungan yang ada.
Manusia menggunakan sumber daya alam yang disediakan di bumi ini dipakai untuk
memenuhi kebutuhan manusia tanpa kesadaran untuk memperbaikinya. Dan hal itu tentu
merusak lingkungan. Bukan hanya itu hasil olahan dari sumber daya yang di sediakan
Bumi sebagai tempat tinggal seluruh makluk menghadapi kerusakan yang semakin
serius. “Kemerosotan kualitas fisik planet bumi terbukti berasal dari berbagai fenomena yang
saling berhubungan seperti deforestasi dengan laju yang cepat, desertifikasi, salinitas tanah,
hilangnya keanekaragaman hayati, kekurangan air tawar dan khususnya perubahan iklim”1.
Penyebab pokok dari krisis bumi/lingkungan hidup ini adalah pola pendekatan manusia
modern terhadap alam yang keliru. Manusia kurang memperlakukan alam sebagai sahabat dan
hanya melihat sebagai obyek semata-mata. Alam dipandang sebagai sarana, tambang
kekayaan, sumber energi, sumber kekayaan yang memang harus diekspoitasi bagi kebutuhan
manusia. Inilah yang menyebabkan kerusakan lingkungan semakin parah. Etika lingkungan
muncul sebagai reaksi terhadap penafsiran firman Allah yang membenarkan praktek
ekspoitasi alam tanpa batas sehingga menimbulkan krisis lingkungan. Manusia kurang sadar,
“dengan merusak alam ciptaan, manusia sebenarnya sedang menghancurkan peradaban dirinya
sendiri.”
Akhir-akhir ini perhatian dan kesadaran umat manusia untuk menjaga dan memelihara
kelestarian lingkungan hidupnya semakin meningkat. Hal itu sejalan dengan pengetahuan yang
makin baik dan pengalaman yang semakin nyata bahwa lingkungan hidup atau planet bumi
sedang sakit atau rusak. Dan bahwa sakitnya atau rusaknya planet bumi itu disebabkan oleh
ulah manusia sendiri yaitu dalam kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber-
sumber alam. Cara memanfaatkan dan mengelola lingkungan cenderung bersifat eksploitatif
dan destruktif. Maka proses pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan mengandung aspek
Dari keterangan di atas menjadi nyata bahwa benturan yang menyebabkan lingkungan
hidup menderita sakit atau rusak datang dari manusia dalam proses mengambil, mengolah dan
terlampui ketika manusia semakin mampu dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi
memanfaatkan sumber-sumber secara masal, intensif dan cepat dan sekaligus mengotori atau
mencemarinya. Tetapi yang lebih parah lagi, yaitu bahwa manusia yang merasa semakin enak,
semakin tak tabu diri, sehingga ia seolah-olah menjelma menjadi tuan dan pemilik alam. Maka
kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan hidup harus dikembalikan pada manusia,
mempertanyakan tentang dirinya dan kelakuannya terhadap alam. Apa kata teologi atau etika
Kristen?
Semua ciptaan adalah berharga, cerminan keagungan Allah (Mazmur 104)
Kebesaran Tuhan yang Mahaagung bagi karya ciptaan-Nya (dalam artian lingkungan
hidup) tampak dalam Mazmur 104. Perikop ini menggambarkan ketakjuban pemazmur yang
telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak hanya mencipta, tapi juga
menumbuhkembangkannya dan terus memelihara ciptaan-Nya. Ayat 13, 16, 18, dan 17
misalnya, menggambarkan pohon-pohon diberi makan oleh Tuhan, semua ciptaan menantikan
makanan dari Tuhan. Yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan
berkat Allah, tapi seluruh ciptaan (unsur lingkungan hidup). Di samping itu, penonjolan
kedudukan dan kekuasaan manusia atas ciptaan lainnya di sini tidak tampak. Itu berarti bahwa
baik manusia maupun ciptaan lainnya tunduk pada kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 30,
secara khusus dikatakan: "Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi." Kata "roh" sering kali dikaitkan dengan unsur kehidupan, atau hidup
itu sendiri. Ini berarti seluruh makhluk ciptaan di alam semesta ini diberikan unsur kehidupan
oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang diberi kehidupan,
tapi juga ciptaan lainnya. Betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh Allah
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya
yang agung telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-
masing dalam hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu
dengan yang lainnya. Jadi, sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan
Dalam perikop ini diungkapkan dimensi kosmologis yang terkait erat dengan hal
Kristus dunia diciptakan, dan melalui Kristus pula Allah berinisiatif melakukan pendamaian
dengan ciptaan-Nya. Sekarang alam berada di bawah kuasa-Nya dan dengan demikian kosmos
mengalami pendamaian. Bagian ini juga menekankan arti universal tentang peristiwa Kristus
keselamatan bagi seluruh dunia, termasuk semua ciptaan. Kristus membawa pendamaian dan
keharmonisan bagi semua ciptaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Penebusan Kristus
juga dipahami sebagai penebusan kosmos yang mencakup seluruh alam dan ciptaan.
Penyelamatan juga mencakup pendamaian atau pemulihan hubungan yang telah rusak antara
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa baik manusia maupun segala ciptaan atau
makhluk yang lain merupakan suatu kesatuan kosmik yang memiliki nilai yang berakar dan
sebabnya manusia yang dikuasai dosa keserakahan dan kerakusan itu cenderung sangat
konsumtif. Secara teologis dapat dikatakan bahwa dosa telah menyebabkan krisis moral/krisis
etika dan krisis moral ini menyebabkan krisis ekologis, krisis lingkungan. Dengan demikian
setiap perilaku yang merusak lingkungan adalah pencerminan krisis moral yang berarti
tindakan dosa. Dalam arti itu maka upaya pelestarian lingkungan hidup harus dilihat sebagai
tindakan pertobatan dan pengendalian diri. Dilihat dari sudut pandang Kristen maka tugas
pelestarian lingkungan hidup yang pertama dan utama adalah mempraktekkan pola hidup baru,
hidup yang penuh pertobatan dan pengendalian diri, sehingga hidup kita tidak dikendalikan
praktek penyembahan alam (dinamisme modern). Alam dalam bentuk benda menjadi tujuan
mamonisme (cinta uang/harta) yang dapat disamakan dengan sikap rakus terhadap sumber-
sumber alam (Mat 6:19-24 par.; 1 Tim 6:6-10). Karena mencintai materi, alam di eksploitir
guna mendapatkan keuntungan material. Maka supaya alam dapat dipelihara dan dijaga
kelestariannya manusia harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Manusia harus
menyembah Allah dan bukan materi. Dalam arti itulah maka usaha pelestarian alam harus
dilihat sebagai ibadah kepada Allah melawan penyembahan alam, khususnya penyembahan
alam modern alias materialisme/mamonisme. Pelestarian alam juga harus dilihat sebagai wujud
kecintaan kita kepada sesama sesuai ajaran Yesus Kristus, di mana salah satu penjabarannya
Alam atau lingkungan hidup telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita untuk
digunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Manusia dapat menggunakan alam
untuk menopang hidupnya. Dengan kata lain alam diciptakan oleh Tuhan dengan fungsi
ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi bukan hanya kebutuhan
manusia menjadi alasan penciptaan. Alam ini dibutuhkan pula oleh makhluk hidup lainnya
bahkan oleh seluruh sistem kehidupan atau ekosistem. Alam ini berfungsi ekumenis (untuk
didiami) oleh seluruh ciptaan lainnya. Alam ini rumah kita. Kata-kata ekonomi, ekumene dan
ekologi berakar dalam kata Yunani oikos artinya rumah. Ekonomi berarti menata rumah, itulah
tugas pengelolaan kebutuhan hidup. Ekumene berarti mendiami rumah. Itulah tugas penataan
Dalam menata kehidupan dunia ini umat Kristen harus bekerjasama dengan semua
orang, bahkan dengan semua makhluk. Tugas itu adalah tugas bersama semua orang dan
seluruh ciptaan. Maka tugas orang Kristen adalah memberi kontribusinya sesuai dengan iman
dan pengharapan kepada Allah, memperkaya dan mengoptimalkan ibadahnya dengan terus
menerus menjaga dan memelihara kehidupan yang diberikan Tuhan kepadanya sebagai
ungkapan syukur kepada Tuhan. Optimalisasi ibadah itu dinyatakan dalam bentuk disiplin,