Nim : 000000
Mata Kuliah : Ekoteologi
Tugas : Ringkasan Buku “Teologi dan Ekologi”
Ringkasan Buku
Teologi Dan Ekologi
(Celia Deane- Drummond)
d. Makna tanah sebagai bagian yang utuh dari pemikiran Perjanjian Lama
Nabi-nabi Perjanjian Lama menegaskan bahwa tanah adalah milik Allah dan
walaupun Allah telah memberikan tanah Perjanjian hak mereka untuk memilikinya
dapat dihapuskan. Hukuman Allah atas Israel karena mencemarkan Kesucian Nama
Allah adalah dengan mengambil tanah mereka. Pemulihan tanah itu hanya
dimungkinkan dalam suatu masyarakat yang berlaku adil terhadap semua warganya.
Selanjutnya, pemulihan tanah adalah untuk kemuliaan nama Allah.
e. Peralihan ke tema-tema penciptaan Perjanjian Baru
Orang Yahudi memberikan prioritas pada sejarah yang di dalamnya Allah telah
menyatakan diri dalam tindakan historis. Kultur Yunani menganggap sejarah kurang
penting dan meyakini bahwa keamanan mereka datang dari hukum-hukum alam.
Hukum alam ini bagian dari kosmos dan dilekatkan di dalamnya.
g. Penderitaan dan pengharapan masa depan untuk ciptaan dalam Surat Roma dan
Kolose
Surat Roma 8:18-23
Ciptaan dipahami menunjuk pada seluruh kosmos (dunia). Akibat utama dari krisis
ekologis dapat dipahami muncul dari akibat keberdosaan manusia, sesuai alternatif
yang kedua. Menurut pandangan ini, karya pendamaian Kristus menebus baik akibat
dosa manusia atas manusia maupun atas lingkungan bukan manusia.
Kolose 1:15-23
Kristus dijelaskan sebagai seorang yang di dalam Dia segala sesuatu telah diciptakan.
Kristus adalah dasar segala sesuatu, disini kasus segala sesuatu berarti seluruh alam
ciptaan.
Di sekitar kita ada rasa keterkaitan terhadap penciptaan tata ibadah yang memasukkan
kepedulian pada isu-isu lingkungan hidup. Jangkauan peran tata ibadah dalam kehidupan
suatu persekutuan lebih berpengaruh daripada sekedar isi ajaran. Tata ibadah
memungkinkan suatu keterbukaan menuju Allah dengan cara tercakup di dalamnya,
tetapi yang melebihi pengajaran tentang kebenaran alkitabiah, doktrin, dan perenungan
yang kita peroleh dalam khotbah dan pengajaran. Pada pusat ibadah dalam gereja, kita
menemukan perjamuan, yang juga mengungkapkan transformasi ciptaan melalui Allah
Roh Kudus. Perjamuan mengingatkan kita akan penderitaan dan kebangkitan Kristus.
Krisis ekologis menuntut kesadaran yang lebih besar akan kegagalan mengakui tanggung
jawab manusia untuk memelihara ciptaan, dan juga upaya menagungkan anugerahNya
yaitu kehidupan yang diberikan. Krisis ekologis itu menuntut suatu permulaan baru, suatu
sikap pertobatan, atau lebih tegas, metanoia. Perubahan sikap yang mendasar
dimungkinkan oleh peran sertayang lebih mendalam dalam kehidupan peribadahan
gereja.
VII. Ekologi dan Gaia
Hipotesis tentang Gaia adalah salah satu perkembangan terbaru dalam keterkaitan
hubungan antara ilmu pengetahuan, agama, spiritualitas. Hipotesis Gaia dalam arti
perkembangan organis ideal diterima oleh ahli-ahli lingkungan. Selanjutnya Gaia
mengisyaratkan bahwa bukan hanya organisme yang hidup bersama dalam jaringan
ekologis melainkan bahwa seluruh jaringan yang berinteraksi dan terkait dalam suatu
sistem raksasa yang tunduk pada aturan oleh bagian-bagian kehidupan. Dalam artian itu
Gaia telah berkembang sebagai suatu cara menolong kehidupan selaku suatu keseluruhan
untuk hidup.
Jurgen Moltmann adalah seorang teolog protestan yang menjadi salah seorang pelopor
teologi politis melalui Teologi Penghrapan. Teologi ini menentang struktur-struktur
masyarakat dan memandang ke arah Kerajaan masa depan yang membebaskan yang
berasal dari suatu Allah masa depan. Dalam karya Moltmann yang paling baru, ia
menekankan bagaimana Teologi Pengharapan secara langsung berisikan pembebasan atas
planet yang sedang menderita dan sekarat, yang merupakan suatu contoh penindasan
manusia yang par exelence (yang tak ada bandingannya). Dalam artian ini teologi politis
menjadi teologi-politis ekologis
c. Spiritualitas Ekologis
Doa berakar dalam kasih Allah dan ciptaan menjadi lebih nyata jika ia juga menjadi
bagian dari iman gereja. Kepekaan rohani secara ekologis juga termasuk wawasan-
wawasan dari mereka yang disingkirkan dari pengambilan keputusan khususnya
mereka yang dibiarkan tak berdaya karena alas an rasa tau gender.