Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................1

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN............................................................................2

Bab IV : Orang Beriman Menanggapi Karya Keselamatan Allah..............2

A. Alam sebagai bagian hidup manusia.......................................................3

B. Bersahabat dengan alam..........................................................................3

Bab V : Orang beriman membangun persaudaraan dengan semua oran.....4

A. Kemajemukan Agama dan Kepercayaan ...............................................4

B. Sikap Gereja Katolik terhadap Agama dan Kepercayaan Lain…...........5

C. Kebersamaan Itu Indah............................................................................6

Bab VI : Orang Beriman Membangun Masa Depan....................................7

A. Cita-cita demi menanggapi masa depan..................................................7

B. Sakamen perkawinan...............................................................................8

C. Sakrame Imamat/ Thabisan......................................................................9

DAFTAR PUSTAKA……...........................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Menjadi Katolik, beriman katolik, beragama katolik atau beriman kepada Yesus Kristus berarti
orang diajak untuk mengambil sikap tertentu dalam diri dan kehidupannya, dengan cara
meninggalkan dunianya yang lama dan berani untuk mengarahkan hidup dalam dunia baru. Menjadi
Katolik tidak hanya hidup baru dengan agama Katolik dan ajaran Katolik, tetapi menjadi manusia
yang sungguh-sungguh baru. Menjadi orang beriman Katolik berarti menjadi percaya dan
menyerahkan dirinya secara utuh dan penuh kepada Yesus Kristus.

Orang beriman adalah mereka yang sudah disatukan dengan kristus melalui sakramen pembabtisan
dan membentuk umat Allh. Karna mereka sudah mengambil bagian dalam fungsi imamat, kenabian,
dan rajawi kristus dalam cara masing-masing, mereka dipanggil untuk melaksanakan misi yang sudah
dipercayakan Allah kepada Gereja. Mereka semua sama dan sederajat dalam martanat sebagai anak-
anak Allah. Bagi orang yang telah menanggapi panggilan bebas yang diberikan oleh Allah, dan
memilih untuk menjadi Katolik, beriman Katolik dan beragama katolik harus menjalani segala
kehendak Allah.

Iman merupakan karunia dari Tuhan kepada kita. Iman itu merupakan buah kerja Roh Kudus di
dalam hati kita, Roh yang menghidupkan dan mengarahkan semua kemampuan manusiawi kita untuk
mengakui dan mengalami campur tangan Tuhan di dunia ini serta mengarahkan kita menuju satu
tujuan. Iman memungkinkan kita untuk melihat apa yang tidak kelihatan. Yesus sendiri berfirman
(Yoh. 20:29), "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya". Dengan demikian,
sementara mempercayai apa yang kita lihat dan pahami akan mendatangkan manfaat, percaya pada
apa yang tidak terlihat dan hanya dipahami secara samar-samar mendatangkan manfaat yang lebih
besar.

BAB II

PEMBAHASAN
BAB IV : Orang Beriman Menjaga Keutuhan Alam Ciptaan Allah

Allah telah menciptakan alam beserta isinya untuk kelangsungan semua makhluk yang telah Allah
ciptakan, termasuk manusia. Manusia merupakan satu-satunya makhluk ciptaan Tuhan yang berakal
budi. Alam merupakan lingkungan kehidupan atau segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang. Manusia dan alam mempunyai hubungan yang saling
membutuhkan dan saling tergantung, sehingga di antara ciptaan tersebut hendaknya tak boleh
kekurangan satu pun. Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup di alam semesta ini kita
sangat tergantung dari alam. Oleh karenanya adalah menjadi tugas kita untuk senantiasa menjaga dan
merawat serta memelihara alam demi kelangsungan hidup semua makhluk termasuk kita sendiri Kita
hidup dengan alam dan berada di tengah alam Alam menjadi sumber hidup kita. Sejak semula Allah
telah menciptakan alam ini untuk kita (Kejadian 1. 126) Maka setiap manusia harus kembali kepada
panggilannya untuk bertanggung jawab atas alam yang telah dipercayakan Allah kepadanya

A. Alam sebagai bagian hidup manusia

Alam merupakan bagian dari hidup. Oleh karena itu, manusia tidak dapat dipisahkan dengan
alam. Manusia dapat hidup karena Allah telah mempersiapkan alam dengan baik sebagai tempat
hidup bagi manusia. Manusia dan alam hidup secara berdampingan secara harmonis dan saling
membutuhkan. Bagi manusia, tumbuhan dan hewan dibutuhkan bukan hanya untuk bahan
makanan, melainkan juga untuk hal-hal lainnya. Misalnya, tumbuhan membantu kita untuk
bernapas, untuk membuat tempat tinggal, hasil karya seni, dan sebagainya. Sedangkan hewan
yang kita pelihara dapat menjadi partner kerja mengolah tanah, bahkan dapat menjadi sumber
protein hewani bagi kita. Perlakuan kita terhadap kelestarian lingkungan menentukan
kesejahteraan hidup kita. Namun demikian, pada kenyataannya saat ini banyak perilaku manusia
yang justru dapat menimbulkan kerusakan alam lingkungan. Karena keegoisan dan keserakahan
manusia, maka manusia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan alam dan bahkan kehancuran
alam lingkungan.

Berbagai contoh tindakan manusia yang dapat merusak keutuhan alam ciptaan atau lingkungan
hidup, antaralain: membuang sampah sembarangan, penebangan hutan secara liar, asap
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang sedikit demi sedikit dapat meracuni kita dan
seluruh alam lingkungan kita, dan sebagainya. Alam yang rusak dapat menyebabkan terjadinya
berbagai bencana seperti banjir, longsor, kekeringan, dan lain-lain

Dalam kitab Kejadian 1: 1- 31 yang mengisahkan bagaimana Allah menciptakan alam ini
dengan begitu indah adanya. Dan Kejadian 3:17-19 yang mengisahkan bahwa sejak
meninggalkan Taman Firdaus dengan segala kebutuhan hidupnya yang serba ada, manusia Adam
dan Hawa terpaksa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari bacaan kitab
suci tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa alam sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan manusia, sehingga kita harus selalu menjaga alam.

B. Bersahabat dengan Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), arti sahabat adalah kawan, teman, atau
handai. Semua pengertian tersebut merujuk pada hubungan yang saling mendukung. Hubungan
antara alam dengan manusia dapat terjalin dengan baik jika dalam diri manusia ada kehendak
yang baik untuk berusaha memanfaatkan dan mengelola serta memelihara alam dengan bijak
sesuai dengan kehendak Allah. Kita harus memanfaatkan alam dengan memperhatikan dampak
positif dan negatifnya, agar keseimbangan ekosistem tidak terganggu. Meskipun demikian,
kenyataannya masih banyak manusia yang belum menyadari akan hal ini, sehingga mereka tidak
peduli terhadap kondisi dan kelestarian alam lingkungan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan sangat mempengaruhi pencemaran


lingkungan, yang sangat merugikan kehidupan. Kenyataannya, manusia sedang menghancurkan
dirinya ketika tanpa merasa bersalah menghancurkan alam semesta. Manusia sedang menyia-
nyiakan hidupnya, ketika menghambur-hamburkan sumber daya alam. Kita seharusnya
meneladan sikap santo Fransiskus yang selalu bershabat dengan ciptaan lainnya. Kita harus
melestarikan sumber daya alam yang kita miliki sehingga kelak dapat digunakan oleh anak cucu
kita.

Ada tiga bentuk pencemaran yang kita kenal, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, dan
pencemaran air. Ini merupakan beberapa bentuk dari perilaku manusia yang dapat mnghancurkan
alam.

Dalam kitab kejadian khususnya Kej 1: 26-31, yang mengisahkan manusia dipanggil oleh
Allah untuk senantiasa memperhatikan alam lingkungannya. Allah memberikan kekuasaan
kepada manusia untuk menguasai alam dengan mengolah, mempergunakan, dan melestarikan
alam ciptaan ini.

Melalui ciptaan, Allah menyatakan diri-Nya sebagaimana Ia ada. Segala ciptaan yang ada
menunjukkan bahwa Allah sungguh mencintaimanusia. Kita patut bersyukur menyaksikan
keindahan, keharmonisan, keselarasan serta betapa sempurna dan takjubnya alam raya. Ungkapan
syukur kita kepada Allah dapat kita wujud nyatakan dengan menjaga dan melestarikan alam ini
karena alam dan manusia adalah bagian hidup yang tak terpisahkan satu sama lain.

Adapun usaha-usaha yang dapat kita lakukan, misalnya: memanfaatkan transportasi umum,.
mengurangi penggunaan mobil dengan naik sepeda, jalan kaki, atau dengan bus. Semua kegiatan
tersebut dapat membantu mengurangi energi yang digunakan dan pada akhirnya dapat
mengurangi polusi udara dan dampak rumah kaca yang dapat menyebabkan global warning.
Hemat listrik hingga hidup seadanya (sederhana) yang tidak konsumtif. Melakukan composting,
composting merupakan cara untuk membuang sampah dapur. Membuang sampah pada
tempatnya dan jika bisa mendaur ulangnya, dan sebagainya.

BAB V : Orang beriman membangun persaudaraan dengan semua orang

Dalam arti sempit, saudara adalah hubungan antara anggota keluarga (baik laki-laki maupun
perempuan, dan juga yang lebih muda atau lebih tua). Dalam pengertian yang lebih luas, saudara
bermakna sebagai sanak atau kerabat, yaitu orang yang dekat atau bertalian secara kekeluargaan
dengan individu. Semua orang didunia ini merupakan saudara karena kita semua merupakan
keturunan adam dan hawa. Dalam persaudaraan tersebut terdapat banyak perbedaan. Perbedaan yang
ada itu seharusnya membawa kita untuk mampu menerima dan memeliharanya, karena di dalam
perundang-undangan pun telah diatur dan diberikan ruang untuk dapat berkembang demi kemajuan
dan kesejahteraan bersama. Kebersamaan dan kerja sama yang baik dengan semua pihak, menjadikan
cita-cita bersama dapat dilaksanakan dan dinikmati dalam kebersamaan.

A. Kemajemukan Agama dan Kepercayaan

kemajemukan sama artinya dengan keberagaman, yaitu bermacam-macam, berbagai jenis, dan
lain-lainnya yang mengarah pada kata banyak. Kepercayaan adalah sikap dimana kita
menjunjung tinggi suatu keyakinan yang dianggap benar dan mengikuti sesuatu tersebut karena
bernilai kebaikan dan kebenaran, serta dianggap baik dan benar oleh orang banyak.
Seperti kita ketahui bersama bahwa jika kita tidak memandang secara positif terhadap perbedaan
antar agama yang ada di Indonesia ini, maka kerusuhan yang dapat mengakibatkan kehancuran
dapat saja terjadi. Di beberapa negara masih kita dengar konflik antarumat beragama. Satu hal
yang perlu kita lihat bersama adalah bahwa konflik-konflik semacam itu pada akhirnya lebih
banyak membawa kehancuran, permusuhan, dan dendam. Korbannya seringkali ada di kedua
belah pihak. Tetapi dampak yang terbesar adalah hancurnya peradaban dan martabat manusia.

Ada beberapa penyebab konflik antar umat beragama: mereka masih belum memahami ajaran
agamanya atau menyimpang dari aturan/ajaran agama masing-masing, masyarakat masih
mementingkan diri sendiri atau menganggap agamanya yang paling benar, masyarakat masih
bertindak semaunya tanpa mengikuti kaedah yang ada. Kerukunan antar umat beragama itu
sangat penting Karena hidup dengan rukun merupakan cara untuk menyatukan berbagai macam
perbedaan, baik antar agama, budaya, suku dan lainnya harus menciptakan kerukunan. Sebab dari
memulai hidup rukun kerjasama tetap terjalin tanpa memandang perbedaan. Cara untuk menjaga
kerukunan antar umat beragama di Indonesia adalah dengan saling menghormati dan menjaga
perasaan orang yang berbeda pendapat.

Gereja Katolik secara nyata mendukung terciptanya persaudaraan sejati dalam kehidupan
bersama, termasuk dengan mereka yang berbeda agama dan kepercayaan, baik melalui dialog
kehidupan dan dialog karya. Karena semua bangsa merupakan satu masyarakat, mempunyai satu
asal, sebab Allah menempatkan seluruh manusia di bumi. Semua mempunyai juga tujuan akhir
yang satu: Allah. Penyelenggaraan-Nya dan bukti kebaikan-Nya mencakup semua orang, tanpa
kecuali. (bdk. Nostra Aetate. art. 1)

Toleransi antar umat beragama memang sangat diperlukan untuk terciptanya kedamaian.
Namun ini juga tidak berarti bahwa kita harus menyamakan semua agama. Masing-masing
agama memiliki kekhasan dan kekhususannya sendiri-sendiri. Yang tidak boleh dilakukan
adalah memaksa orang lain untuk mempercayai ajaran agamanya dan memaksakan ajaran
agamanya untuk diterapkan oleh penganut agama lain.

B. Sikap Gereja Katolik terhadap Agama dan Kepercayaan Lain

Yesus Kristus berfirman: “… barangsiapa mengasihi Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1


Yohanes 4:21). Apa yang telah difirmankan oleh Yesus tersebut perlulah dimaknai dalam
konteks yang luas, konteks yang universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau
agama yang sama. Jadi bagi umat Kristen semua orang adalah saudara, dengan tanpa
membedakan satu dengan yang lain berdasarkan agama, kepercayaan, suku, ras, dan sebagainya.
Gereja senantiasa berjuang untuk mewujudkan persaudaraan itu menjadi persaudaraan yang
sejati. Persaudaraan yang didasarkan pada kasih yang saling menghargai, mengasihi, dan peduli
satu dengan yang lain.

Mewujudkan persaudaraan berarti setiap orang menjalankan kewajiban untuk menjalin


persaudaraan dengan orang lain dari berbagai suku, agama, ras, golongan, dan sebagainya dengan
tidak berpura-pura baik melainkan dengan serius, sungguh-sungguh, dan ketaatan secara total.
Dan Yesus telah memberikan teladan dalam hal membangun “persaudaraan sejati” yakni
kesetiaan hingga Dia rela disalib untuk kita. Gereja telah mewujudkan hal itu dengan senantiasa
menunjukkan sikap yang baik terhadap agama dan kepercayaan lain, yang dalam hal ini
dituangkan dalam dokumen Gereja yakni ”Unitatis Redintegratio, art.3”, juga dalam “Nostra
Aetate Art.2”, yakni Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang benar dan suci dalam agama-
agama lain serta mengajak seluruh umat Katolik agar dengan bijaksana dan cinta kasih
mengadakan dialog dan kerja sama dengan penganut agama dan kepercayaan lain untuk
menciptakan suasana kehidupan yang harmonis, rukun, dan damai.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh pengikut Kristus adalah dalam sikap baik kita
terhadap orang lain, apa pun latar belakang budaya dan agamanya, kita tidak boleh membenarkan
apa yang bertentangan dengan kebenaran iman kita. Sikap baik itu bukan berarti menerima ajaran
yang tidak sesuai dengan ajaran iman kita, atau malah mencampur-adukkan ajaran agama kita
dengan ajaran agama lain. Kita terpanggil untuk menyampaikan kasih Kristus dan membuat
terang kita bercahaya kepada semua orang, agar orang yang melihat perbuatan kita memuliakan
Bapa yang di sorga (Matius 5:16). Pengikut Kristus terpanggil untuk menyampaikan kebenaran,
bukan memaksakannya kepada orang lain, baik melalui kata dan perbuatan, bahwa Kristus adalah
jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak
melalui Dia (Yohanes 14:6).

C. Kebersamaan Itu Indah

Kata "Kebersamaan" memiliki makna sebuah ikatan yang terbentuk karena rasa
kekeluargaan/persaudaraan, lebih dari sekedar bekerja sama atau hubungan profesional biasa.
Kebersamaan menjadi penting adanya karena dengan selalu bersama dan hidup berdampingan
dalam masyarakat maka kita bisa saling bertukar pikiran, pengalaman hidup, dan pendapat yang
nantinya berguna saat kita menghadapi suatu masalah. Dalam kebersamaan berbagai
permasalahan dapat dipecahkan/diatasi. Kebersamaan yang indah itu dapat dusahakan dengan
dengan terlibat dalam berbagai kegiatan kebersamaan. Secara lebih nyata lagi dapat dilakukan
dengan membangun persahabatan tanpa membeda-bedakan.

Betapa bahagianya orang yang hidup dalam suasana kehidupan yang penuh dengan persaudaraan.
Hidup dalam persaudaraan adalah hidup dalam semangat kasih. Kasih itu tidak membeda-
bedakan, tulus, rela berkorban, dan kasih itu mau terlibat. Bagi umat Katolik, pengertian
persaudaraan bukanlah dalam arti sempit yaitu relasinya dengan sesama umat Kristiani dalam
satu paroki atau mereka yang sudah dibaptis sehingga menjadi anak-anak Allah dan menjadi
saudara. Dalam konteks persaudaran Kristen, Kristus mengatakan : “… barang siapa mengasihi
Allah, ia harus mengasihi saudaranya” (1 Yoh 4:21). Perkataan Kristus tersebut perlu dimaknai
dalam konteks universal, artinya tidak terbatas pada iman yang sama atau agama yang sama.
Sehingga bagi umat Kristen, segala tingkat kehormatan harus tunduk pada persamaan dasar:
“Kamu satu sama lain adalah saudara!”

Jika kita menghayati dan mewujudnyatakan apa yang telah difirmankan Tuhan, maka
kehidupan persaudaraan yang penuh dengan keindahan akan dapat kita wujudkan pula.
Kebersamaan sejati adalah kebersamaan yang tidak memandang berbagai perbedaan. Termasuk
perbedaan agama. Kebersamaan itu dapat menjadi kegembiraan bagi siapa saja dalam
kebersamaan tersebut. Keindahan dalam hidup kebersamaan tidak akan datang begitu saja,
namun perlu untuk kita usahakan.

Gereja, melalui dokumen “Unitatis Redintegratio Art.2” ada bagian yang menekankan
pentingnya dialog antarumat beragama agar tercipta kehidupan kebersamaan yang indah;
“….maka Gereja mendorong para putranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui
dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian
tentang iman serta perihidup Kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta
kekayaan rohani moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka.”

Dalam kitab Matius 8 : 5-13 diceritakan seorang kepala prajurit kepada Tuhan Yesus. Prajurit
tersebut memohon agar Tuhan Yesus menyembukan salah satu prajurit yang sedang sakit karena
terluka. Dan yesus mengabulkannya. Yesus tidak memandang rendah perwira tersebut. Yesus
sadar bahwa dalam kebersamaan sebagai anak-anak Allah tidak boleh saling membeda-bedakan.

BAB IV : Orang beriman membangun masa depan

Masa depan adalah waktu setelah masa kini, yang sering dikaitkan dengan keinginan dan harapan seseorang
untuk memiliki kehidupan yang lebih baik dari masa kini atau masa lampau. Kita tentu memiliki cita-cita dan
masa depan yang ingin kita raih, oleh sebab itu kita perlu mengusahakan dan merencanakan masa depan
dengan sebaik-baiknya. Dalam realitanya masa depan merupakan salah satu hal yang sangat nyata ada di
depan kita, tidak ada alasan untuk menunda-nunda dalam hal mempersiapkan masa depan, masa depan
adalah milik mereka yang mempersiapkannya hari ini . Terutama bagi para remaja yang masih duduk di
bangku sekolah, saat ini merupakan masa persiapan untuk menggapai masa depan itu. Untuk itu para remaja
seharusnya mulai menata masa depan mereka sesuai dengan skil atau bakat masing-masing.

Selagi masih muda kita harus mempunyai banyak mimpi, mimpi yang besar, dan kita harus mampu bertindak
besar. Bermimpi besar itu menepikan kata tidak mungkin, selalu mulai dengan alasan kenapa kita bisa,
memandang masalah sebagai tantangan dan melihat tantangan sebagai kesempatan. Ukuran kepercayaan
diri dan mimpi itu menentukan ukuran kesuksesan. Dan jadilah manfaat bagi orang sekitar, perjuangan bukan
hanya hal yang penting bagi diri sendiri saja, tapi juga harus berdampak bagi orang lain

A. Cita-cita demi menggapai masa depan

Menurut KBBI, cita-cita memiliki arti keinginan yang selalu ada di dalam pikiran berupa tujuan
yang ingin dicapai. Cita-cita merupakan keinginan atau kehendak yang akan kita wujud
nyatakan, suatu keinginan yang akan kita tuju, ataupun juga dapat kita sebut sebagai suatu
harapan yang senantiasa kita perjuangkan untuk kita dapatkan. Cita-cita dapat memberikan
motivasi kepada seseorang supaya mau berusaha setiap harinya. Itulah pentingnya cita-cita, oleh
sebab itu kita harus memiliki cita-cita. Tidak ada batasan usia untuk bermimpi, maka tidak ada
batasan pula untuk motivasi hidup. Selama seseorang tersebut memiliki tujuan hidup yang jelas
akan cita-citanya, maka tentu saja kelak dapat meraih impian tersebut.
Cita-cita penting untuk kita canangkan, sebab dengan cita-cita yang telah kita tentukan akan
menjadikan kita mempunyai harapan dan tujuan dalam hidup kita. Pentingnya/manfaat memiliki
cita-cita antara lain: memberikan Semangat Hidup, dapat menghindarkan depresi, menjadi Lebih
Positif, dan tahu Akan Arah Hidup. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan cita-cita
ialah : mengatur kemampuan kita, bersikap realistis, selalu siap berubah, dan siap untuk bekerja
keras dan tidak mudah putus asa.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi (Flp 3: 14) mengatakan, bahwa ia “berlari-lari
kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus
Yesus.” Itulah yang menjadi tujuan akhir dari segala kegiatan yang kita lakukan, termasuk juga
dalam memperjuangkan cita-cita. Dari sini kita dapat melihat bahwa Kitab Suci memberikan
gambaran bahwa setiap orang hendaknya memiliki cita-cita dan berusaha berjuang (berlari-lari)
untuk menggapainya. Paulus menyampaikan bahwa cita-cita akhir dari hidup manusia ialah
memperoleh panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. Kitab suci mengajarkan kepada
kita untuk senantiasa memiliki cita-cita dan mengusahakannya dengan segenap kemampuan kita.
Dalam mengusahakan hal itu senantiasa menyandarkan pada bantuan dari kekuatan tuhan
sehingga menjadikan kita tetap rendah hati dan tidak sombong.

B. Sakramen perkawinan
Menurut Kamus Latin-Indonesia kata Sakramen berasal dari kata kerja bahasa Latin, yaitu
“Sacrare”, yang berarti menguduskan. Sakramen adalah tanda rahmat keselamatan yang kelihatan,
yang menghadirkan rahmat yang tidak kelihatan. Sakramen adalah kehadiran Allah dalam hidup
manusia. Perkawinan adalah hubungan permanen antara dua orang yang diakui sah oleh gereja
dan masyarakat yang berdasarkan atas peraturan perkawinan yang berlaku. Sakramen Perkawinan
merupakan persekutuan hidup dan cinta kasih suami istri yang diteguhkan oleh perjanjian nikah
atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali untuk membentuk keluarga kristiani.

Perkawinan merupakan salah satu bentuk keikutsertaan manusia dalam karya Allah. Allah
memanggil manusia untuk ikut serta dalam karya pewartaannya untuk mewartakan kerajaan Allah
dan ikut serta dalam pemeliharaan alam ciptaan-Nya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini
dipanggil oleh Allah untuk ikut serta dalam karya tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arum, R. (2022). Apa Itu Impian dan Cita-Cita? Gramedia, 2-3.

Fausta, H. (2020). MANUSIA DAN ALAM SEMESTA DARI


PANDANGAN AGAMA KRISTEN. Binus universitas, 1-2.

Gading, A. (2021). Masa Depan Adalah Milik Mereka yang Mempersiapkan


Hari Ini. Komunita, 1-2.

Gina, G. (2015). Pengertian Kemajemukan. Branly, 1-2.

Gina, G. (2015). Pengertian Kepercayaan. Brainly, 1-2.

Hendryanto, A. A. (2021). Ringkasan Materi Pendidikan Agama Katolik


dan Budi Pekerti Kelas 9. Aendydasaint, 12-19.

Natalia, B. V. (2019). BERBAGAI MACAM PERSELISIHAN UMAT


BERAGAMA DI INDONESIA. Paper pancasila, 2-3.

Porres, M. D. (2021). Orang beriman itu siapa? Pena Katolik, 1-2.

Prodeita, T. V. (2019). Pemahaman dan Pandangan Tentang Sakramen.


Teologi, 85-86.

Rumyaru, B. (2023). Beriman kepada Allah. Paroki Cikarang, 1-3.

Si, L. (2020). Beriman katolik beragama katolik. Gretha, 1-2.


https://aendydasaint.com/2021/03/22/link-lengkap-ringkasan-materi-pendidikan-agama-katolik-dan-budi-
pekerti-kelas-9/

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Paper%20Pancasila%20vio-1.pdf

https://brainly.co.id/tugas/2793208
https://binus.ac.id/character-building/2020/04/manusia-dan-alam-semesta-dari-pandangan-agama-kristen/

https://id.wikipedia.org/wiki/Saudara

https://brainly.co.id/tugas/2836204

https://id.wikipedia.org/wiki/Masa_depan

https://komunita.kemenkeu.go.id/post/detail/news/masa-depan-adalah-milik-mereka-yang-mempersiapkan-
hari-ini

https://www.gramedia.com/best-seller/impian-dan-cita-cita/#Apa_Itu_Cita-Cita

Anda mungkin juga menyukai