Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN


XII IPS 1

KELOMPOK 3
ROSEHAN FAHRIN
M.FAIZ ADITYIA
AHMAD RUJIANOOR
HAEKAL HALIS PASHA
M. AMIN HAFI
M. RYANDY SYIEFA
YUSRIEL ILHAM MUCHTAR
M.ARJU ABDILLAH

MAN 3 BANJARMASIN

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan
selesai.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Banjarmasin, September 2022
BAB I

1.1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia hidup di tatanan wilayah yang disebut dengan
lingkungan hidup Lingkungan hidup adalah jumlah semua
benda yang hidup maupun yang tidak hidup serta kondisi
apapun yang ada dalam ruang yang manusia tempati.Manusia
yang ada di bumi merupakan bagian dari lingkungan hidup.
Oleh karena itu perilaku manusia, dan kondisi sosialnya
merupakan unsur lingkungan hidup karena antara manusia dan
lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik. Manusia
mempengaruhi lingkungan hidup begitu juga sebaliknya.
Lingkungan hidup meliputi yang statis dan dinamis.
Lingkungan dinamis meliputi wilayah manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lingkungan statis meliputi alam
yang diciptakan Allah SWT dan industri yang diciptakan
manusia. Alam yang diciptakan Allah SWT meliputi bumi
beserta isinya, luar angkasa dan benda-benda langit. Sedangkan
industri ciptaan manusia meliputi segala yang digali manusia
dari bumi, rumah yang dibangun dan peralatan yang dibuat.
Alam diciptakan untuk kepentingan manusia, betapa banyak
manfaat yang dapat manusia ambil dari alam. Tidak ada sesuatu
pun yang diciptakan Allah SWT sia-sia. Betapa tidak
beradabnya manusia jika ia merusak sesuatu yang disiapkan
untuk kepentingannya. Peran manusia yang dalam Islam disebut
khalīfah sejatinya adalah sebagai makhluk yang didelegasi
Allah untuk memakmurkan bumi. Kontekstualisasi peran
khalifah yang menjadi langkah awal dalam memelihara
lingkungan hidup. Oleh karena itu, konteks kekhalifahan
manusia harus mampu memberikan keselarasan dunia dan
akhirat. Karena manusia adalah makhluk sosial yang
bersentuhan dengan makhluk lain disekitarnya.
Walaupun alam diciptakan untuk hidup manusia, namun
bukan berarti manusia semena-mena dalam memperlakukan
alam. Dalam berinteraksi dengan alam, manusia wajib
memperhatikan rambu-rambu yang tertuang dalam Alquran dan
Sunah. Prinsip tauhīd, amanah, islāh, rahmah, ‘adalah, iqtisād,
ri’āyah, hisarah, hafazah, dan lain-lain yang merupakan prinsip-
prinsip yang harus selalu menyemat pada diri manusia dalam
berinteraksi dengan alam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana redaksi hadits tentang menjaga dan melestarikan
lingkungan alam ?
2. Bagaimana kandungan hadits tentang menjaga dan
melestarikan lingkungan alam ?
3. Dampak terhadap kerusakan lingkungan ?
C. Tujuan Pembuatan
1. Mengetahui dan memahami hadits tentang menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
2. Memahami hadits tentang menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
3. Memahami serta mengaplikasikan hadits tentang menjaga
dan melestarikan lingkungan alam dalam kehidupan sehari-
hari.

BAB II

2.1 ISI

A. Lingkungan dalam Perspektif al-Qur'an dan al-Hadis

Lingkungan adalah semua yang mempengaruhi pertumbuhan


manusia dan hewan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia lingkungan
hidup adalah segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup
(organisme) yang mempunyai pengaruh timbal balik terhadap
makhluk hidup tersebut. Lingkungan hidup adalah semua benda, daya
dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat
manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi
hidupnya. (Jakarta:Erlangga, 2004)
di dalamnya termasuk manusia dan tingkah lakunya yang
terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi
hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Sedangkan
lestari memiliki arti tetap selama-lamanya, kekal tidak berubah. Kata
pelestarian artinya berupaya mengabdikan, memelihara, dan
melindungi sesuatu dari perubahan. (Jakarta: PT Balai Pustaka, 1976)
Dalam bahasa Arab pelestarian semakna dengan al-ishlah yang
berarti menjadikan sesuatu tetap adanya dan menjaga keberadaannya
karena dilandasi rasa kasih sayang. (Bairut: tth.)
Dengan demikian, upaya pelestarian lingkungan adalah
menjaga keberadaan lingkungan yang dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang. Ishlah juga bisa diartikan memperbaiki sesuatu yang
sebelumnya mengalami kerusakan atau kehancuran (QS al-A’raf [7]:
56)

‫َو اَل ُتْفِس ُد ْو ا ِفى اَاْلْر ِض َبْع َد ِاْص اَل ِح َها َو اْدُع ْو ُه َخ ْو ًف‬
‫َّو َطَم ًع ۗا ِاَّن َر ْح َم َت ِهّٰللا َقِر ْيٌب ِّم َن اْلُم ْح ِس ِنْين‬
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan)
dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh
harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang
berbuat kebaikan.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari
kehidupan manusia. Karena manusia tidak bisa hidup dalam
kesendirian. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, seperti dalam
mencari makan dan minum sangat bergantung dengan lingkungan.
Lingkungan hidup juga menyediakan berbagai sumber daya alam yang
menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia. Sehingga manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan bisa memperoleh daya atau tenaga.
Dengan lingkungan hidup pula manusia dapat berkreaasi dan
mengembangkan bakat atau seni.6
Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan
manusia, sehingga harus dipandang sebagai salah satu komponen
ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak
boleh disakiti. Integritas ini pula yang menjadikan manusia memiliki
tanggung jawab supaya berperilaku yang baik dengan kehidupan yang
ada di sekitarnya. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang
terdapat di alam yang berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia baik di masa kini maupun masa mendatang. Kelangsungan
hidup manusia tergantung dari kebutuhan lingkungannya, sebaliknya
kebutuhan lingkungan tergantung bagaimana kearifan manusia dalam
mengelolanya. Lingkungan hidup tidak semata mata dipandang
sebagai penyedia sumber daya alam serta sebagai daya dukung
kehidupan yang harus dieksploitasi, tetapi juga sebagai tempat hidup
yang mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan antara
manusia dengan lingkungan hidup. Manusia harus selalu menjaga dan
melestarikan lingkungan agar tidak rusak dan tercemar, sebab apa
yang Allah berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu
amanah untuk mengelolanya (QS. Al-Ahzab [33]: 72).

‫ِاَّنا َع َر ْض َنا اَاْلَم اَنَة َع َلى الَّسٰم ٰو ِت َو اَاْلْر ِض َو اْلِج َباِل َفَاَبْيَن َاْن َّيْح ِم ْلَنَها َو َاْش َفْقَن ِم ْنَها‬
‫َو َح َم َلَها اِاْل ْنَس اُۗن ِاَّنٗه َك اَن َظُلْو ًم ا َج ُهْو ۙاًل‬
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat),
lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat
zalim dan sangat bodoh,
Dalam konteks ayat di atas, amanat berarti mandat dan
kepercayaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagai
makhluk yang berakal. Langit bumi dan gunung tidak bersedia
menerimanya. Karena manusia bersedia menerima mandat tersebut,
maka setiap individu mempunyai kewajiban untuk memelihara
kelestarian lingkungan serta mencegah, menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup.
Allah menunjukkah dalam ayat ini, bahwa telah terjadi
kerusakan di bumi, baik di daratan dan lautan. Kejadian-kejadian di
alam itu membuat ketidakseimbangan alam seperti perubahan musim,
cuaca yang ekstrim, kemarau yang berkepanjangan yang
menyengsarakan manusia. Allah juga menjelaskan kepada manusia
bahwa kerusakan yang terjadi di muka bumi adalah karena perilaku
manusia sendiri. Baik disebabkan perilaku maksiat maupun kesalahan
pengelolaan bumi. Namun demikian Allah memberi kemungkinan
manusia untuk sadar dan kembali ke jalan Allah, setelah merasakan
sebagian dari akibat perilaku mereka. Allah Mari Memahami juga
memerintahkan manusia untuk merenungkan kejadian-kejadian yang
dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa lalu.( QS. Ar-Rum [ 30 ]:
41-42
‫َظَهَر اْلَفَس اُد ِفى اْلَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َاْيِد ى الَّناِس ِلُيِذ ْيَقُهْم َبْع َض اَّلِذ ْي َع ِم ُلْو ا‬
‫َلَع َّلُهْم َيْر ِج ُعْو َن‬
‫ُقْل ِس ْيُرْو ا ِفى اَاْلْر ِض َفاْنُظُرْو ا َك ْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ ْيَن ِم ْن َقْبُۗل َك اَن َاْكَثُر ُهْم‬
‫ُّم ْش ِر ِكْيَن‬

Berkaitan dengan upaya untuk pelestarian lingkungan hidup, ini


mendapat perhatian yang serius dari Nabi saw. ada beberapa hadis
yang menjelaskan tentang upaya pelestarian lingkungan, di antaranya
adalah:
1. Hadis tentang perintah menghidupkan lahan yang mati.

2. Hadis Tentang Menanam Tanaman


Dari Qatadah dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah
bersabda: "Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak
pula menanam tanaman kemudian pohon atau tanaman tersebut
dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan
menjadi sedekah baginya." (HR. Bukhari Muslim).

‫َع ْن َج اِبٍر َم ْر ُفؤًعا َم اِم ْن ُم ْس ِلِم َيْغ ُرُس َغْر ًساِاَّالَم اُاِكَل ِم ْنُه َلُه َص َد َقٌة َو َم اُس ِر ْق‬
‫ َو َالَيْر َز ُء ؤُه – َاى َيْنُقُصُه‬، ‫ َو َم اَاَك َلِت الَّطْيُر َفُهَو َلُه َص َد َقٌة‬, ‫ِم ْنُه َلُه َص َد َقٌة‬
‫ – ِالى َيؤِم اْلِقَياَم ِة‬. ‫َو َيْأُخ ُذ ِم ْنُه – َاحْد ِاَّال َك اَن َلُه َص َد َقٌة‬

Rasulullah saw, bersabda, “Seorang muslim tidak


menanam tanaman kecuali apa yang dimakan dari tanaman itu
menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri dari tanaman itu
menjadi sedekah baginya. Apa yang dimakan binatang buas
menjadi sedekah baginya. Apa yang dimakan burung menjadi
sedekah baginya. Dan tidaklah orang lain mengambil manfaat
(dari pohon iti) kecuali menjadi sedekah bagi (penanam)nya.
……..”(HR Muslim dari Ibnu Numair).

B. kandungan hadits tentang menjaga dan melestarikan


lingkungan alam

1. Hadis Nabi tentang perintah menghidupkan lahan yang mati, ini


mengajarkan bagi pemilik tanah untuk menanami lahannya atau
menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Jangan
sampai membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak
membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum.
Memanfaatkan lahan dengan menanami tumbuh-tumbuhan akan
bermanfaat bagi kesejahteraan pemiliknya maupun bagi bagi
orang lain.
2. Hadis ini menunjukkan kepedulian ajaran Islam terhadap
lingkungan. Bahkan sikap melestarikan lingkungan, misalnya
menanam pohon atau tanaman, mendapatkan pahala dari Allah
swt.. Sebagaimana diketahui bahwa sebatang pohon dewasa
mampu menghasilkan oksigen yang cukup menopang
kebutuhan nafas manusia. Padahal betapa pentingnya nafas
untuk kehidupan manusia. Belum lagi buah yang dihasilkan,
akar yang menampung air, sehingga keberadaannya menjaga
keseimbangan air tanah.
3. Hadis ini menekankan pentingnya menanam, bukan semata
menikmati hasilnya. Para penanam pohon adalah para
penyedekah dengan pahala yang mengalir, sadar atau tidak.
Berdasarkan hadis-hadis Nabi, Imam as-Suyuthi menggubah
syair tentang 10 amal yang pahalanya terus mengalir kepada
orang yang sudah meninggal, yakni : ilmu yang disebarluaskan,
doa anak saleh, menanam pohon, sedekah jariyah, mewariskan
mushaf, membangun tempat untuk fakir miskin, menggali
sumur/ mengalirkan air, membuat rumah singgah, membangun
tempat zikir, mengajarkan Alquran.
Dari 10 amal di atas, tampak bahwa aktivitas melestarikan
lingkungan hidup menjadi amal jariyah, yakni menanam pohon
dan menyediakan air yang dibutuhkan.Syair ini tentu tidak
untuk dimaknai bahwa hanya itu perbuatan amal jariyah
manusia, karena semua yang berdampak positif dan bermanfaat
jangka panjang pada dasarnya adalah amal yang pahalanya terus
mengalir (jariyah).
C. Dampak terhadap kerusakan lingkungan

Pada saat sekarang ini kerusakan lingkungan tampaknya


sangat memprihatinkan, seperti: kerusakan sumber daya alam,
penyusutan cadangan-cadangan hutan, musnahnya spesies
hayati, erosi, sungai yang tercemar akibat dari sampah-sampah
yang menumpuk. Manusia tidak bisa lepas dari udara, tanah dan
air. Ketika udara, tanah dan air yang dijadikan sebagai tumpuan
hidup makhluk hidup di bumi telah mengalami polusi, sehingga
tidak dapat dikendalikan lagi, maka unsur-unsur yang ada di
dalamnya pun dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang
mengkonsumsinya. Sehingga akan terikat di dalam aliran darah
dan inilah yang memicu munculnya berbagai penyakit terutama
penyakit kanker. (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2001)
Kerusakan di darat seperti membangun perumahan di
daerah-daerah tempat penyerapan air, sehingga ketika musim
hujan tiba menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor,
hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air,
penebangan pohon secara liar, pembakaran hutan dan lain
sebagainya, itu semua merupakan bencana karena ulah tangan
manusia. (Yogyakarta: ElsaQ Press, 2011)
Demikian pula kerusakan di laut seperti pendangkalan
pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran
air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah
telah menghamparkan bumi beserta seluruh isinya sebagai
sumber kehidupan. Dijadikannya gunung-gunung dengan iklim
yang cocok untuk pertanian, laut dijadikan sebagai sumber
pencarian bagi para nelayan. Begitu pula dengan sungai-sungai
yang mengalir, tumbuh-tumbuhan bahkan hewan diciptakan
Allah untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh sebab itu sudah
sepantasnya manusia harus bersyukur atas semua nikmat-Nya.
BAB III

3.1 Penutup

A. Kesimpulan
Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk bersikap
hormat terhadap alam, karena alam adalah bagian dari hidup
manusia. Jika manusia tidak mengelola alam dengan baik, maka
sama saja akan menghancurkan hidupnya sendiri. Hadis-hadis
yang menyebutkan tentang pelestarian lingkungan merupakan
isyarat tentang adanya keteraturan yang harus dijaga dan
dilestarikan. Seperti hadis perintah untuk bercocok tanam,
menanam pohon (reboisasi), tidak boleh membuang hajat
sembarangan.
Daftar Pustaka

Awang Jauharul Fuad, Global Warming dalam Pandangan


Islam,(Yogyakarta: eLSAQ Press, 2001), hlm. 224.
Hernedi Ma’ruf, Bencana Alam dan Kehidupan Manusia dalam
Perspektifal-Qur’an, (Yogyakarta: ElsaQ Press, 2011),
hlm. 203.
N.H.T, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi
Pembangunan, (Jakarta:Erlangga, 2004), hlm. 4.
WJS. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Balai Pustaka, 1976), hlm.
Luwih Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-adab wa al-Ulum,
(Bairut: tth.),Cet. ke-7, hlm. 45.

Anda mungkin juga menyukai