Anda di halaman 1dari 23

PANDANGAN AGAMA KATOLIK TENTANG ALAM SEMESTA

29 Apr 2020

Suara Mahasiswa

Nama : Celine Edena

Kelas : LL21

NIM : 2201747804

Jurusan : Akuntansi

“Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.” —
Mazmur 115:16

Menurut saya, Tuhan memberikan bumi kepada manusia sebagai bentuk cinta kasih-Nya kepada
manusia sebagai ciptaan-Nya. Kita sebagai manusia terus memuliakan Tuhan sebagai pencipta kita
dengan memberikan cinta kasih kita kepada ciptaan Tuhan lainnya. Selain beribadah Kita dapat
memuliakan Tuhan dengan cara memelihara bumi yang telah Tuhan berikan kepada kita. Memelihara
bumi dapat kita lakukan sebagai bentuk syukur dan cinta kasih kita kepada Tuhan sebagai pencipta alam
semesta. Belakangan ini, kita sebagai manusia dihadapkan dengan banyak bencana alam karena kita
kurang sadar pentingnya memelihara lingkungan. Padahal, Tuhan memberikan bumi dengan harapan
agar manusia dapat memelihara bumi dengan baik. Manusia masih membuang sampah sembarangan,
menebang pohon secara liar, mencemari laut dengan menangkap ikan menggunakan bahan peledak,
menggunakan plastik padahal mereka tahu tindakantindakan tersebut dapat merusak lingkungan.
Dampak yang terjadi belakangan ini adalah pemanasan global, perubahan iklim yang mengakibatkan
banjir, longsor, mencairnya es di kutub, dll. Hal tersebut menjadi peringatan bagi manusia untuk sadar
akan pentingnya menjaga lingkungan di sekitar kita. Saya sadar saya masih belum memelihara bumi
dengan maksimal tetapi saya telah mencoba semampu saya. Saya mencoba untuk mengurangi sampah
plastik dengan membawa botol minum saya sendiri, membawa tas belanja sendiri dari rumah dan
membuang sampah pada tempatnya. Dengan melakukan hal kecil seperti yang telah disebutkan tadi,
saya harap saya dapat membawa perubahan kecil bagi bumi ini. Saya sering menemukan beberapa
orang yang mulai tidak mengkonsumsi produk hewani (vegan) untuk menjaga lingkungan. Mereka
percaya permintaan daging yang semakin meningkat menjadi latar belakang kebakaran hutan yang
disengaja untuk menambah lahan peternakan. Saya menjadi sadar, ternyata ada banyak orang yang
sangat mencintai lingkungan sampai mengorbankan keinginan mereka untuk mengkonsumsi produk
hewani. Meskipun belum banyak orang yang sadar, tetapi saya rasa dengan adanya bencana alam yang
semakin terasa dampaknya akan membuat makin banyak lagi orang yang peduli terhadap lingkungan di
sekitar mereka. Apalagi memelihara bumi adalah tugas kita sebagai umat-Nya. Bumi ini harus kita kelola,
tetapi pengelolaannya harus dilakukan dengan penuh kasih sayang. Kalimat “Langit itu langit kepunyaan
Tuhan, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia” dari Kitab Mazmur menurut saya
memiliki makna bahwa manusia memiliki kewajiban untuk memelihara bumi, dan Tuhan memiliki langit
agar manusia memahami bahwa segala kuasa berada pada Tuhan. Karena manusia tidak memiliki kuasa
atas panas bumi yang selalu meningkat, hujan, dan sebagainya karena langit adalah kepunyaan Tuhan.
Jika manusia mulai lalai akan tugasnya untuk memelihara bumi maka Tuhan dapat memperingati
manusia dengan perubahan iklim seperti yang terjadi saat ini agar manusia selalu ingat bahwa
memelihara bumi itu penting dan sebagai salah satu bentuk cinta kasih kita kepada Tuhan dan sesama
makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

444444444

PANDANGAN KATOLIK TENTANG ALAM

10 Mar 2020

Suara Mahasiswa

Oleh: Nicander Steven Fu

Allah telah menciptakan manusia seturut dengan citra-Nya, segambar dengan rupa Dia. Manusia
dianugerahi dengan akal budi dan rasa tanggung jawab untuk menjaga bumi dan seluruh isinya.

Seperti yang difirmankan oleh Tuhan, “Beranak cuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang
yang merayap di bumi” (Kejadian 1:28). Tuhan menghendaki umat-Nya untuk menguasai dan
memanfaatkan seluruh kekayaan alam yang telah diciptakan-Nya. Perintah ini tertulis pada pasal 29
kitab yang sama “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh
bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah yang akan menjadi makananmu”.
Pemanfaatan yang dikehendaki Tuhan tentunya bukanlah pemanfaatan yang tidak beretika. Sumber
daya alam (SDA) yang melimpah ini diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, yang harus diimbangi dengan sikap etis berupa tindakan pemeliharaan dan pelestarian.

Seperti halnya Yesus Kristus yang lahir ke dunia sebagai utusan Allah Bapa untuk mewartakan kabar
gembira kepada manusia, kita sebagai umat beriman harus melanjutkan misi Yesus tersebut. Dengan
ikut menjaga kelestarian alam, kita dapat menjadi saksi keagungan karya Tuhan. Lewat tindakan
sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, menghemat pemakaian air, listrik, bahan bakar
dan lain-lain, kita bisa merubah wajah bumi kita yang kurang terawat ini menjadi lebih baik.

Kita sebagai umat beriman dapat meneladani Santo Fransiskus Asisi dalam memperlakukan alam. Santo
Fransiskus Asisi menunjukkan sikap hormat pada makhluk hidup karena ia melihat Tuhan di dalam setiap
makhluk hidup yang ia temui. Pantaslah kita juga sadar bahwa seluruh hewan, tumbuh-tumbuhan dan
alam sekitar merupakan ciptaan dari Allah sendiri. Sebuah karya agung yang tidak tertandingi
keindahannya ini tentu mengandung cinta Allah terhadap manusia melalui keberadaan setiap makhluk
di sekitar kita.

Tuhan juga berfirman dalam Kitab Mazmur 107:33-34, “Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang
gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah yang gersang, tanah yang subur menjadi padang asin,
oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya”. Tuhan kembali menegaskan bahwa
penguasaan atas seluruh ciptaan-Nya tidak bersifat semena-mena dan tidak bertanggung jawab.
Manusia diharapkan menguasai seluruh makhluk ciptaan Tuhan ini dengan penuh perhatian dan penuh
kasih.

Perikop di atas juga menyadarkan kita manusia bahwa sesungguhnya, bencana atau kerusakan alam
yang terjadi selama ini disebabkan oleh tindakan manusia yang kurang bersahabat dengan alam. Tujuan
utama yang semula ingin mencapai kesejahteraan hidup menjadi tidak tercapai oleh karena ulah
manusia yang kurang bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Sikap manusia terhadap alam


Manusia yang diciptakan segambar dengan Allah juga mempunyai arti bahwa lingkungan yang diberikan
oleh Allah untuk manusia harus dipelihara dengan baik. Bukan hanya dimanfaatkan saja, atau malah
dirusak dengan sikap tidak terpuji. Pemanfaatan alam harus memperhatikan sisi penanaman kembali,
jangan hanya mementingkan kepuasan atau tercapainya kesejahteraan manusia. Perlu diingat bahwa
semua memiliki batas, termasuk juga sumber daya alam. Jika pemanfaatan alam oleh manusia semakin
tidak terkontrol, bukan tidak mungkin bumi kita yang merupakan tempat kita berlindung akan berbalik
menyerang kita.

Masalah lingkungan yang terjadi saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak segera ditangani,
kerusakan lingkungan akan bertambah luas dan menjadi lebih sulit lagi ditemukan jalan keluarnya. Dunia
seakan-akan masih bertanya-tanya bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk dapat keluar dari
ancaman ketidakseimbangan lingkungan ini. Tidak hanya diperlukan perhatian penuh dari seluruh pihak,
tindakan konkret yang menunjukkan rasa kepedulian yang tinggi juga sangat dibutuhkan. Melalui
tindakan kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan saja, jika dilakukan oleh semua orang hal
ini dapat membawa perubahan yang besar bagi lingkungan sekitar. Mari kita mencoba.

44444

Bencana Alam dan Ketakberdayaan Manusia

11 Juli 2016

Bencana Alam dan Ketakberdayaan Manusia

Pastor Peter C Aman OFM (Foto: JPIC-OFM Indonesia)

DIBAGIKAN

Oleh: Pastor Peter C. Aman OFM, Direktur JPIC-OFM Indonesia dan dosen Teologi Moral di STF
Driyarkara, Jakarta
Ketika manusia dikuasai hasrat menikmati dan mengumpulkan harta, alam ciptaan hanya dilihat dari
aspek kegunaan, fungsi dan manfaatnya saja. Alam berada dalam genggaman kuasa manusia. IPTEK
membantu manusia menundukkan alam. Manusia begitu digdaya menaklukkan alam.

Kedigdayaan itu ternyata semu, di hadapan kekuatan bencana alam. Manusia dan “candi babel”
buatannya (gedung-gedung besar dan kuat, rumah kediaman atau gedung pencakar langit, dan industri,
dll) luluh lantak dalam hitungan detik. Manusia diajar untuk menemukan kebenaran tentang dirinya. Ia
laksana sebutir debu dalam tiupan angin, atau setitik air dalam deburan tsunami.

Alam adalah satu entitas, yang melampaui manusia. Alam tidak dapat dikuasai. Pengetahuan manusia
tentang alam, mesti mengembangkan sikap respek dan mengubah persepsinya tentang alam. Alam
bukan sekedar sumber nafkah dan kekayaan. Dia adalah “oikos” – rumah dan ruang hidup manusia. Tak
cukup melihat alam dari sudut pandang manfaat atau kegunaan.

Dibutuhkan pemahaman dan pendekatan menyeluruh.

Pendekatan menyeluruh bertitik tolak dari pemahaman bahwa ekologi adalah suatu refleksi dan seni
interaksi. Segala sesuatu berelasi atau berinteraksi. Alam adalah suatu sintesa di mana tak ada satu
elemen pun yang tidak mendapat tempat di dalamnya (ekosistem). Melihat alam hanya dari sudut
pandang manfaat dan kegunaan bagi manusia adalah keliru.

Memahami Bencana

Bencana alam adalah petunjuk adanya disharmoni dalam ekosistem. Persoalannya, manusia melihat
bencana selalu dari sudut antroposentris. Bencana itu negatif, karena mengorbankan manusia. Alam
bukan melulu sahabat, tetapi juga musuh.Bencana sesungguhnya merupakan bagian dari evolusi
biologis alam.

Dalam bencana terjadi seleksi alam, dalam ruang dan waktu. Manusia hidup dalam ruang dan waktu. Ia
serba terbatas. Ia dapat menjadi korban bencana. Bencana alam tak dapat dienyahkan, manusia mesti
mengubah cara memahami bencana.
Ada tiga pandangan untuk memahami bencana. Yang pertama, diajukan oleh T.H. Huxley (1893) dalam
karyanya Evolution and Ethic. Dia mengatakan alam itu kasar, jahat dan kejam. Kekuatan jahat alam
harus dihadapi kekuatan moral dan rasional. Ilmu pengetahuan berguna bagi manusia untuk mengusai
alam. Alam harus ditundukkan demi kebaikan manusia.

Pandangan kedua diajukan Henry Drummond. Karyanya The Ascent of Man (1894) mempertegas
pandangan teisme Kristiani dan ajaran tentang penyelenggaraan ilahi. Evolusi menurut dia harus dilihat
dari hasil akhir dan hasil yang terbaik, untuk manusia dan keseluruhan. Kebaikan keseluruhan lebih
penting dari kebaikan masing-masing ciptaan. Ilmu pengetahuan dan teologi berhubungan.

Ilmu pengetahuan memberi informasi penting bagi teologi, tentang bagaimana Allah menciptakan,
melalui suatu evolusi. Teologi lantas membingkai ilmu pengetahuan dengan memberikan makna religius
dan spiritual. Menurut Drummond evolusi adalah suatu proses berkelanjutan menuju titik kulminasi
yakni suatu altruisme manusiawi dan kasih.

Pandangan ketiga diajukan Thomas Aquinas. Ciptaan dimaksudkan untuk mengkomunikasikan kebaikan
Allah dan setiap ciptaan memperlihatkan kebaikan Allah (cf. S.T.I,47). Kerusakan pada ciptaan
merupakan akibat dari kenyataan bahwa Allah menciptakan makhluk ciptaan dengan kondisi
keterbatasan dan peluang (untuk berkembang). Kesempurnaan keseluruhan alam ciptaan tidak
sebanding dengan hal-hal yang negatif itu (yang rusak itu).

Adanya kerusakan tidak membuat seluruh ciptaan rusak. Allah menghendaki kesaling-tergantungan
antara ciptaan sebagai suatu organisme alami dan menghendaki adanya proses alami di mana ada
ciptaan yang bertahan hidup karena ciptaan lainnya mati. Kerusakan yang terjadi bukanlah sesuatu yang
jahat pada dirinya, sebaliknya justru dapat membawa kebaikan bagi keseluruhan. Kebaikan keseluruhan
jauh lebih bermakna dari adanya hal negatif, seperti bencana.

Manusia tidak dapat menyangkal adanya sakit, penderitaan dan yang jahat dalam alam. Ada hal-hal yang
kurang baik, yang berdampak buruk pada manusia. Kejahatan juga dilakukan manusia dan
mengorbankan manusia lain. Jika kejahatan itu adalah kejahatan moral, maka tanggapan terhadapnya
adalah bahwa manusia harus memperbaiki, mengampuni dan saling menanggung (S.T. II-II, 25.6).
Bencana alam bukanlah kejahatan moral. Karena bukan merupakan kejahatan moral, menurut Aquinas,
ketika terjadi bencana kebajikan moral harus diutamakan: memperhatikan korban, melalui karya-karya
karitatif (S.T. II-II.32.2). Bencana alam tidak bisa dihadapi dengan menguasai alam, atau mengakrabi
alam. Alam tidak bisa menjadi musuh atau sahabat manusia. Perlu kebajikan teologis, terutama iman
dan harapan pada penyelenggaraan Pencipta.

Bencana merupakan bagian integral dari dinamika evolusi internal alam, sebagai ekosistem. Manusia
adalah bagiannya dan merasakan dampaknya. Manusia tidak dapat menuntut tanggungjawab siapapun
bila bencana terjadi. Manusia justru semakin disadarkan bahwa dia adalah bagian dari alam.
Keberlangsungan keberadaannya tergantung pada ciptaan lainnya. Di saat bencana, manusia mesti
meningkatkan solidaritas dan kebajikan sosial.

Akan lain jika bencana disebabkan tindakan eksploitatif manusia, yang menyebabkan disharmoni
ekosistem lantas menyebabkan bencana. Disharmoni dalam ekosistem merupakan asal-muasal bencana.
Bencana alam akibat perbuatan manusia, menuntut tanggungjawab moral manusia.

Bencana dalam kehidupan manusia, terutama disebabkan oleh manusia sendiri. Tak tepat ketika
bencana datang, Tuhan yang diomeli. Tuhan tidak akan melenyapkan bencana ketika pola hidup dan
cara berada manusia tidak berubah. Manusia harus mengubah gaya hidup dan sikap terhadap alam.
Kata bijak berikut baik direnungkan: Tuhan menggerakkan langit, karena manusia tidak dapat
melakukannya, tetapi Tuhan tidak mengeluarkan duri dari kaki manusia, karena manusia dapat
melakukannya.

Arne Naess dan St. Fransiskus Assisi

Berkaitan dengan perubahan sikap dan prilaku terhadap alam, Arne Naess, mengajukan konsep yang
disebut ecosophy T, atau ‘deep ecology’. Ada tiga prinsip utama dari “deep ecology”: (1). Kebaikan serta
berkembangnya kehidupan (manusia dan ciptaan) bernilai pada dirinya sendiri; (2). Kekayaan serta
keberagaman hayati amat bermanfaat bagi realisasi dari nilai-nilai ciptaan; (3). Manusia tidak berhak
merusak atau mengurangi keberagaman hayati kecuali demi kebutuhan vital.

Manusia bukanlah kriteria atau nilai unggul yang kepadanya nilai-nilai ciptaan harus dikorbankan. ‘Deep
ecology’ bukanlah suatu teori tetapi suatu cara berada dan cara hidup. Deep ecology adalah suatu etika
hidup baru, di mana agama, tradisi, budaya, kearifan lokal, spiritualitas, dan praksis nyata menjadi amat
penting.

Arne Naess menekankan pentingnya kebijaksanaan dalam mengatur dan menata hidup selaras alam.
Cara hidup dan persepsi manusia terhadap alam mesti diubah. Deep ecology’ melawan pengutamaan
kepentingan manusia di atas makhluk lainnya. Deep ecology adalah cara berada baru di dunia, karena
manusia bukan hanya makhluk rasional dan sosial, tetapi juga makhluk ekologis.

Ada hubungan erat antara “deep ecology” dan spiritualitas kosmik St. Fransiskus Assisi yang memulai
tradisi baru dalam mengejar kesucian hidup, yakni kontemplasi Allah dan keindahan-Nya dalam alam.
Spiritualitas Fransiskus Assisi berciri kosmik. Ia menyebut dirinya ‘saudara dari segala ciptaan’ dalam
satu bumi, yang adalah biaranya. Syairnya Gita Sang Surya adalah kristalisasi pengalaman dan penemuan
diri Fransiskus di hadapan Allah dan sesama ciptaan.

Spiritualitas kosmik berhubungan dengan kebajikan kemiskinan. Kemiskinan bukan sikap menolak
sesuatu, tetapi suatu cara berada yang menjamin kebebasan mencintai serta menghargai segala sesuatu
sebagai saudara dan saudari. Keinginan memiliki, adalah ‘induk’ keinginan menguasai, mengontrol dan
mengeksploitasi, yang melahirkan konflik dan bencana alam.

Kemiskinan membebaskan manusia dari keinginan tak teratur, terutama ketamakan. Ketamakan
melahirkan bencana dan orang miskin adalah korban utamanya. Kepedulian pada alam tidak dapat
dilepaskan dari kepedulian pada orang-orang miskin.

Leonardo Boff benar ketika mencatat bahwa pada hakekatnya krisis ekologi adalah derita bumi, ibu
pertiwi, yang memperparah derita orang-orang miskin. “Tangisan bumi adalah tangisan orang miskin”.
Hidup manusia menjadi indah karena ‘cinta’ dari alam ciptaan. Keindahan alam dan keindahan hidup
manusia adalah pancaran keindahan cinta Pencipta, yang oleh St. Agustinus disebut: “keindahan lama
yang selalu baru”.

Artikel ini sebelumnya dimuat di Jpicofmindonesia.com

ANDA MUNGKIN MENYUKAI


Mgid

Mgid

Napas Bau, Parasit akan Keluar dari Tubuh jika Coba Ini

Mengejutkan! Turunkan 26 Kg Dalam 2 Minggu Tanpa Olahraga

Uang selalu datang melimpah, jika benda ini ada dirumah

Diabetes Hilang Selamanya! Lakukan sebelum Tidur

Apakah anda ingin menjadi kaya? Sangat mudah!

Minumlah Ini Sebelum Tidur, Kecilkan Perut Anda Dalam 7 Hari

Komentar

KONTEN PROMOSI

Mgid

Mgid

Perut gemuk anda akan menjadi rata dalam seminggu. Coba ini!

Fit Expert

Dirga: Aku Lari dari Calon Istri Ketika Tau 29 bukan Umur Aslinya

Cellarin
Minumlah Ini Sebelum Tidur, Kecilkan Perut Anda Dalam 7 Hari

Amaislim

Artikel Terkini

Keuskupan Ruteng dan Pemerintah Daerah Bahas Jadikan Manggarai Timur sebagai ‘Kabupaten Sorgum’

Guru Pendidikan Agama Katolik SMA/SMK di Manggarai Timur Bentuk Komunitas: Apa Tujuannya?

Kunjungan Paus Fransiskus ke Irak Membawa Pengaruh Positif bagi Muslim di Wilayah Arab

Calon Imam di Kupang Akhiri Hidup dengan Gantung Diri

Suster Rose yang Berani Mati Demi Membela Pengunjuk Rasa di Myanmar

Keuskupan Sibolga: Setelah 30 Tahun Dipimpin Kapusin, Kini ‘Beralih’ ke Projo

KATOLIKNEWS.com

Katoliknews.com menyajikan berita-berita tentang Gereja Katolik dan hal-hal yang terkait dengannya,
baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain.

Artikel Terbaru

Keuskupan Ruteng dan Pemerintah Daerah Bahas Jadikan Manggarai Timur sebagai ‘Kabupaten Sorgum’

Guru Pendidikan Agama Katolik SMA/SMK di Manggarai Timur Bentuk Komunitas: Apa Tujuannya?

Ikuti Kami

Facebook

Twitter

Instagram

Tentang Kami

Tentang Kami

Kirim Tulisan

Pedoman Media Siber

Iklan dan Partner


Kontak

© Katoliknews.com

Cari...

Nusantara

Dunia

Vatikan

Sosok

Opini

Katekese

Inspiratif

© 2020 Katoliknews

4444445

Yesus dan Politik

Tom Saptaatmaja Alumnus STFT Widya Sasana Malang dan Seminari St Vincent de Paul | Opini

MI/Duta MI/Duta

KEBETULAN Paskah tahun ini berlangsung setelah hajatan Pemilu 17 April 2019. Kiranya menarik dan
relevan jika kita berbicara tentang Yesus dan politik. Cukup banyak buku tentang Yesus dan politik,
apalagi dalam bahasa asing.Cukup representatif dalam bahasa asing, seperti bahasa Jerman ialah
Christlicher Glaube und politische Vernunft, karya Herwig Buechele (Wien-Zurich-Duesseeledorf, 1987)
atau bahasa Inggris karya Jim Wallis berjudul The Great Awakening: Reviving Faith & Politics in A Post-
Religious Right America (New York: HarperCollins, 2008).Yesus tidak berpolitik praktis

Umumnya memang ada benang merah yang memunculkan kesamaan dari berbagai buku tentang Yesus
dan politik. Rata-rata semua punya pemahaman senada bahwa Yesus itu bukan politikus. Meski
demikian, Yesus harus hidup dalam sikon yang kental dengan nuansa politis. Bahkan, Yesus pernah
diharapkan masyarakat Yahudi 2000 tahun silam sebagai tokoh politik yang akan membebaskan Israel
dari penjajahan Romawi. Itu terjadi pada Minggu Palma, lima hari sebelum penyaliban-Nya pada Jumat,
ketika Yesus dielu-elukan orang banyak saat dia memasuki kota Jerusalem.Orang-orang Yahudi memang
sudah sejak lama punya harapan akan datangnya Mesias sang Pembebas. Orang-orang yang mengelu-
elukan Yesus itu punya harapan mesianik bahwa Yesuslah sang Mesias itu.Namun, betapa kecewanya
orang-orang itu karena Yesus menolak untuk dijadikan raja atau tokoh yang sesuai dengan harapan
mereka. Yesus ternyata tidak mau berpolitik praktis.Dengan demikian, Yesus jelas bukan sosok politikus
atau bermain dalam tataran politik praktis. Ketika dibawa kepada Gubernur Pontius Pilatus, saat ditanya
wakil pemerintah Romawi, “Apakah Engkau seorang raja?”, Yesus menjawab bahwa kerajaan-Nya tidak
berasal dari dunia ini.Meski demikian, dunia tempat Yesus hidup ketika itu sudah menyeret-Nya ke
dalam permasalahan politik. Bahkan oleh para ahli agama Yahudi yang tidak suka dengan sepak terjang
Yesus yang selalu memihak orang kecil, disebarkan tuduhan atau fitnah bernada politis bahwa Yesus
punya agenda memberontak melawan pemerintah Romawi.Ajaran-ajarannya yang memuji orang miskin
dan teraniaya, Yesus dituduh sebagai provokator. Tuduhan itu membawa konsekuensi berat. Sampai
akhirnya Yesus dihukum mati lewat digantung disalib, sebuah hukuman ala Romawi yang biasanya
dilakukan untuk para kriminal.Ketika Yesus mati disalib, sebagian pengikut Yesus yang sejak semula
mengelus-elus-Nya sebagai Mesias atau tokoh politik yang membebaskan langsung terpuruk dalam rasa
putus asa yang besar. Yesus dianggap telah gagal dan keok oleh hukuman salib, sebagaimana ditulis
sejarawan sekuler, Tacitus.Politik etis

Meski tidak mendirikan partai politik atau menjadi politikus dari aliran tertentu, Yesus sebenarnya
berpolitik juga, yakni politik etis. Dengan kata lain, lewat ajaran-ajaran-Nya seperti bisa kita baca dalam
Injil, Yesus ialah inspirator bagi gerakan moral untuk memperjuangkan kaum lemah yang kala itu amat
menderita.Politik Yesus ialah politik memihak kaum lemah. Dalam buku A Marginal Jew: Rethinking the
Historical Jesus: The Roots of the Problem and the Person oleh John P Meier, kita bisa melihat betapa
selama hidupnya, Yesus terlibat dan menyatu dengan kaum miskin.Dari kandang Betlehem hingga
puncak Kalvari ialah saksinya. Orang buta, pelacur, pengemis, hingga penyamun ialah sosok-sosok miskin
yang akrab dengan Yesus. Yesus bukan politikus yang suka menjual isu orang miskin, melainkan benar-
benar solider dengan kaum miskin. Bahkan di awal karya-Nya, kata pujian pertama yang keluar dari
mulut-Nya ialah ‘berbahagialah orang-orang miskin’ (Matius 5:2). Tidak sekadar memuji kaum miskin,
Yesus juga lantang mengecam kolusi antara pejabat agama dan penguasa yang berpusat di Bait Allah di
Jerusalem.Bait Allah pada waktu itu menjadi tempat atau kantor Imam Besar (eksekutif), kantor
Sanhedrin (legislatif), pusat peradilan (yudikatif) sekaligus tempat bagi Bank Sentral.Yesus marah Bait
Allah telah dijadikan ‘sarang para maling atau penyamun’. Yesus mengusir para pedagang dan penukar
uang dari halaman Bait Allah. Dia berani menyerang jantung kekuasaan yang ada waktu itu.

Dengan demikian, Yesus ialah pejuang bagi tegaknya politik etis atau politik moral yang berani
mengkritik persekongkolan antara pejabat agama dan birokrat pemerintah yang menyalahgunakan
kekuasaan di atas penderitaan orang-orang lemah. Semua itu akhirnya membawa konsekuensi, Yesus
dihukum mati lewat tiang salib.Sayangnya, dalam perjalanan sejarah kekristenan selama 2000 tahun,
kolusi antara pejabat agama dan penguasa yang dulu dikecam Yesus, justru sering dilakukan sendiri oleh
mereka yang mengklaim mengikuti ajaran Yesus. Malah ironis, kadang nama Yesus diperalat sebagai
tunggangan politik untuk meneror, bahkan membunuh, seperti ditulis dalam buku Jesus Before
Chritianity, buah karya pastor Albert Nolan OP dari Afrika Selatan.

Kezaliman kapitalisme yang justru marak dipraktikkan di negara-negara maju dan notabene mayoritas
warganya Kristen, bahkan di negara-negara maju masih ada parpol berlabel Kristen hingga sekarang,
justru sering terjadi praktik tak terpuji, martabat luhur manusia dijadikan komoditas belaka.

33 444 Dengan demikian, Yesus ialah pejuang bagi tegaknya politik etis atau politik moral yang berani
mengkritik persekongkolan antara pejabat agama dan birokrat pemerintah yang menyalahgunakan
kekuasaan di atas penderitaan orang-orang lemah. Semua itu akhirnya membawa konsekuensi, Yesus
dihukum mati lewat tiang salib.Sayangnya, dalam perjalanan sejarah kekristenan selama 2000 tahun,
kolusi antara pejabat agama dan penguasa yang dulu dikecam Yesus, justru sering dilakukan sendiri oleh
mereka yang mengklaim mengikuti ajaran Yesus. Malah ironis, kadang nama Yesus diperalat sebagai
tunggangan politik untuk meneror, bahkan membunuh, seperti ditulis dalam buku Jesus Before
Chritianity, buah karya pastor Albert Nolan OP dari Afrika Selatan.Kezaliman kapitalisme yang justru
marak dipraktikkan di negara-negara maju dan notabene mayoritas warganya Kristen, bahkan di negara-
negara maju masih ada parpol berlabel Kristen hingga sekarang, justru sering terjadi praktik tak terpuji,
martabat luhur manusia dijadikan komoditas belaka.Karena itu, bagi para politikus Kristiani yang
menang pemilu legislatif dan lolos ke Senayan, perjuangkan kaum lemah seperti sudah dilakukan Yesus.
Jadikan sejarah sebagai pelajaran, ketika agamawan atau politisi berbendera agama mengambil alih
kekuasaan negara dalam pemerintahan teokrasi, justru banyak bencana kemanusiaan sebagaimana
terjadi di era Yesus.Gereja di Eropa pernah terjebak dalam hal ini sehingga perang dan penindasan atas
orang-orang yang tak sealiran (seagama) pernah menjadi noda hitam dalam sejarah gereja. Bayangkan
perang agama antara katolik melawan protestan pascareformasi Martin Luther menyebabkan jutaan
orang mati sia-sia.Maka dari itu, mari berjuang bersama Yesus memperjuangkan politik moral, berupa
politik kenabian. Kita harus menjauhi politik partisan yang tidak lain ialah politisasi agama yang
menjadikan agama sebagai kendaraan politik untuk merebut kekuasaan politik, meski hal demikian baru
saja terjadi dalam pemilu di negeri ini.Jadi, bagi politisi kristiani yang sungguh berhasil mendapatkan
kursi kekuasaan, berusahalah agar dalam 5 tahun mendatang jangan sampai menyalibkan Yesus untuk
kedua kalinya lewat praksis politik tak terpuji. Opini

BERITA TERKAITMedcom.id

Opini
Saatnya Anak Perempuan Maju dan Memimpin

MI/TIYOK

Opini

Mikraj Kebudayaan

Suryopratomo Duta Besar Indonesia untuk Singapura

Opini

Satu Tahun Pandemi Covid-19

(MI/Tosiani)

Opini

Diskursus Vaksin Covid-19 Masyarakat Urban dan Lokal

MI.SUSANTO

Opini

Petaka Demokrasi di Demokrat

Veneer ini 300 kali lebih baik dari gigi palsu! Dan harganya sangat murah!

Gigi patah, bengkok, lepas! Veneer!

READ MORE

Siswi genius Jakarta temukan obat bakar lemak 7kg sehari

Kurus seperti lidi

READ MORE

Ini dia penyebab nafas bau dan perut sakit!

Mengetahui cara membunuh parasit dalam 1 malam


READ MORE

Tidak punya gigi - pakai veneer yang nyaman! Bisa dipasang

langsung di rumah hanya dalam 2 menit, biaya sangat murah...

READ MORE

Veneer ini 300 kali lebih baik dari gigi palsu! Dan harganya sangat murah

Gigi patah, bengkok, lepas! Veneer!

READ MORE

Veneer ini 300 kali lebih baik dari gigi palsu! Dan harganya sangat murah

Gigi patah, bengkok, lepas! Veneer!

READ MORE

Tidak punya gigi - pakai veneer yang nyaman! Bisa dipasang

langsung di rumah hanya dalam 2 menit, biaya sangat murah...

READ MORE

Veneer ini 300 kali lebih baik dari gigi palsu! Dan harganya sangat murah

Gigi patah, bengkok, lepas! Veneer!

READ MORE

Cara Menghilangkan Papiloma secara Alami 24 Jam

Agar semua cacing keluar dari tubuhmu, minum ini saat perut koso

READ MORE
Begini Tips Rahasia Turunkan Berat Badan Dengan Herbal Alami

-4 kg dalam 5 hari! Itu nyata! Para Ahli Ungkapkan Tips Jitu Turunkan Berat Badan,Simak Disini

READ MORE

MENARIK UNTUK ANDA

Mgid

Mgid

Siswi Jenius Jakarta Temukan Obat Bakar Lemak 7 Kg Sehari

Saya Lari dari Istri ketika Tahu bahwa Dia Berusia 63 Tahun

Siapa Yang Menderita Diabetes Baca Segera Sebelum Dihapus

Ilmuwan Jepang Temukan Cara Tumbuhkan Rambut dalam Hitungan Hari

Tagana Ikut Perangi Covid-19

Seluruh Indonesia Kaget! Diabetes Mudah Diobati (lihat di Sini)

Napas Bau, Parasit akan Keluar dari Tubuh jika Coba Ini

Rasa Sakit di Sendi akan Hilang untuk Selamanya! Baca di Sini

Bukopin Dapat Technical Assistance dari Bank Pemerintah


Penghancur Lemak yang Ampuh! Turun 30 Kg hanya dalam 2 Minggu

Minum Dosis Ini secara Rutin dan Hilangkan 10 Kg dalam Sebulan

PGN Saka Temukan Sumur Migas dengan Cadangan Besar

search

Tentang

Kontak

Beriklan

Pedoman Media Siber

Karir

RSS

Media Indonesia

Di Balik Lensa

Follow Us Download Our Apps Copyright 2021 Media Group - mediaindonesia.com, All Rights
Reserved rendering in 0.0473 seconds [99]

444444455554

Situasi Zaman Yesus

April 14, 2013 canonmr Yesus Kristus dan Karya PenyelamatanNya, Yesus Memaklumkan Kerajaan
AllahAgama, Antropologi, Ekonomi, Galilea, Geografis, Gereja, Katolik, Kristen, Palestina, Politik, Religius,
Sosial, Zaman Yesus

1. Latar Belakang Geografis

Secara geografis, Palestina dibagi dalam dua daerah yang sangat berbeda. Yudea merupakan daerah
pegunungan yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan daerah ini gersang dan kering. Di
sini dibudidayakan buah zaitun dan lain-lainnya, sedangkan peternakan kambing dan domba merupakan
kegiatan yang tersebar luas.

Daerah lain adalah Galilea. Daerah ini merupakan bentangan lahan yang subur dan merupakan tanah
luas untuk tanaman jagung atau peternakan besar. Di daerah ini terdapat rute perdagangan, satu dari
Damsyik menuju ke laut, dan dari Damsyik ke Yerusalem. Pedagang-pedagang asing mempunyai
pengaruh besar di daerah ini. Hal ini menjadi salah satu ciri Galilea, yaitu terkenal sebagai daerah
dengan penduduk berdarah campuran dan yang dianggap tidak murni oleh bangsa Yahudi (Mat 4: 13). Di
sepanjang pantai dan danau terdapat nelayan. Danau Galilea merupakan salah satu sumber hidup bagi
masyarakat.

Singkatnya, dipandang dari sudut geografis sosial terdapat perbedaan yang mencolok antara desa-desa
yang berswasembada di Galilea dan kota-kota yang telah berkembang di Yudea, terutama Yerusalem,
yang menyerap banyak tenaga buruh.

2. Latar Belakang Politik

Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina tunduk pada
kerajaan Persia, Yunani, dan kekaisaran Romawi. Secara internal, masyarakat Palestina dikuasai oleh
raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka itu,
masih ada kelas pemilik tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas
rakyat demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak penjajah,
supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di mata penjajah, karena Roma
mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang. Siapa yang tidak takut? Jadi lebih baik bermanis-
manis terhadap Roma, biar untuk itu rakyat kecil harus menderita.

Struktur kekuasaan ini dapat digambarkan dengan piramida sebagai berikut: Puncak kekuasaan politik
adalah prokurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia berwenang menunjuk Imam Agung yang dipilih
dari empat kalangan keluarga yang mempunyai pengaruh di dalam masyarakat pada waktu itu. Di
Yudea, Imam Agung berperanan politis sebagai raja selain sebagai pemimpin agama. Di Galilea,
kekuasaan dipegang oleh raja Herodes Antipas, seorang raja boneka Romawi.

Roma secara tidak langsung mengendalikan kaum aristokrat setempat dan para tuan tanah. Hal ini dapat
dengan mudah dilakukan, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang seperti
yang sudah disinggung di atas. Oleh karena itu para aristokrat (baik sipil maupun rohaniwan)
berkepentingan bekerja sama dengan penguasa Romawi. Selain itu ada pejabat-pejabat yang menjadi
perantara yang ditunjuk langsung oleh penguasa Romawi dan pada umumnya diambil dari kalangan
sesepuh Sanhedrin (Majelis Agung) serta majelis rendah yang diambil dari kelas bawah. Mereka
bertanggung jawab mengumpulkan pajak. Dominasi militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di
mana-mana. Mereka diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.

Kadang-kadang situasi yang menekan tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan yang
umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea; namun selalu dapat dipadamkan.
Biasanya terjadi banjir darah dalam penumpasan itu. Itu sebabnya pengharapan akan datangnya tokoh
dan masa mesianis yang nasionalistis bertumbuh subur di kalangan pejuang Zelot.

3. Latar Belakang Ekonomi

Penduduk Palestina pada zaman Yesus diperkirakan berjumlah kurang lebih 500.000 jiwa dan penduduk
kota Yerusalem 300.000 jiwa. Berbicara tentang keadaan ekonomi ada baiknya dibedakan antara
keadaan di desa-desa dan di kota-kota.

Penduduk desa umumnya memiliki lahan-lahan kecil saja yang menghasilkan hasil pertanian. Sebagian
besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah kaya yang tinggal di kota-kota. Lahan-lahan luas yang
terdapat di Galilea dipergunakan untuk menanam jagung serta peternakan besar; di Yudea untuk
menanam buah zaitun dan buah-buahan lain, serta untuk peternakan kambing dan domba, yang secara
tidak langsung dikelola para tuan tanah yang tinggal di kota-kota yang terlibat dalam bidang ekonomi
kota serta perdagangan internasional. Rakyat kebanyakan menjadi penggarap atau gembala. Selain para
petani dan gembala masih terdapat pengrajin-pengrajin kecil yang umumnya mengadakan perdagangan
barter. Di kota-kota terdapat tiga sektor ekonomi. Pertama, para pengrajin tekstil, makanan, wangi-
wangian, dan perhiasan. Mereka bekerja di sektor pembangunan atau pelayanan. Kedua, mereka yang
…. bekerja di bidang konstruksi dalam rangka pembangunan Bait, Allah atau istana-istana para pejabat
Romawi atau kaum aristokrat setempat. Diperkirakan pada tahun 60 SM di Yerusalem saja terdapat
sekitar 18.000 buruh bangunan. Ketiga, para pedagang. Para pedagang besar memiliki budak, dan
menjual-belikan bahan-bahan baku serta hasil pertanian. Pedagang-pedagangan kecil kerap kali
pengrajin sendiri atau mereka yang tergolong dalam kelompok sosial yang setara.
Sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat kecil yang keadaan ekonominya cukup parah, karena
penghasilan mereka terlalu kecil. Dalam situasi yang parah seperti itu, mereka masih dibebani dengan
pelbagai macam pajak dan pungutan untuk pemerintah,

untuk angkatan perang Romawi, untuk para aristokrat setempat, untuk Bait Allah, dsb. Konon pajak dan
pungutan itu mencapai 40%, dari penghasilan rakyat.

4. Latar Belakang Sosial

Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelas atau kelompok
sosial: tuan tanah besar (biasanya mereka tidak tinggal di lahan mereka), pemilik tanah kecil, pengrajin,
kaum buruh dan budak.

Di daerah perkotaan terdapat tiga lapisan masyarakat: yang tergolong dalam lapisan tertinggi ialah kaum
aristokrat imam yang terdiri dari empat keluarga besar. Prokurator memilih seorang Imam Agung di
antara mereka. Dalam lapisan tertinggi terdapat juga pedagang-pedagang besar dan pejabat-pejabat
tinggi. Disusul kelas menengah bawah yang terdiri dari para pengrajin, pejabat-pejabat rendah, awam
atau imam, dan kaum Lewi. Pada lapisan paling bawah terdapat kaum buruh, yang pada umumnya
bekerja di sekitar Bait Allah. Akhirnya terdapat kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam
kegiatan ekonomi, yang terdiri dari orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu sebab
yang bukan ekonomis.

Selain kelas-kelas sosial di atas, pada masyarakat Palestina waktu itu terdapat pula berbagai
diskriminasi, antara lain:

diskriminasi rasial (atau kasta). Yang dianggap sepenuhnya orang Israel adalah keturunan Abraham yang
asli. Hanya mereka yang berketurunan asli dapat ikut mengenyam hak-hak yang berasal dari jasa
Abraham atau ikut mendapat bagian dalam penyelamatan Mesias. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi
di Galilea dihina karena mereka telah ternoda oleh perkawinan campuran dengan orang-orang kafir.
Orang-orang Samaria juga tidak diperhitungkan, karena asal-usul Yahudi-kafir mereka;

diskriminasi seksual. Pada zaman Yesus, orang-orang Yahudi berpendapat bahwa nafsu seksual tidak
dapat dikendalikan dan oleh karena itu mereka berusaha melindungi wanita dan kesusilaan dengan
mengucilkan mereka. Kaum wanita tidak ikut serta dalam kehidupan bermasyarakat dan orang lebih
suka mereka tinggal di dalam rumah. Dalam kehidupan keagamaan, mereka diklasifikasikan setara
dengan budak kafir dan anak-anak yang belum dewasa. Mereka dianggap sebagai saksi yang tidak dapat
dipercaya dan tidak bisa menunjukkan bukti di depan pengadilan. Dalam perkawinan hak-hak mereka
terbatas. Berbicara dengan wanita di jalan dianggap tidak pantas;

diskriminasi dalam pekerjaan. Pada waktu itu juga ada diskriminasi dalam pekerjaan. Sejumlah pedagang
seperti pemilik toko dan para dokter selalu dianggap tidak jujur. Beberapa pedagang berbau busuk
(pengolah kulit), lainnya (tukang jahit) dicurigai bertindak asusila karena terlibat dalam kontak dengan
wanita. Para rentenir dan pemungut pajak tidak pernah bisa menjadi hakim atau saksi di depan
pengadilan. Secara sosial mereka terkucil. Para pekerja yang harus berdagang dan berhubungan dengan
orang-orang kafir dan siapa saja yang tidak menyisihkan sepersepuluh dari setiap pendapatan atau
membersihkan setiap bejana tentulah pelanggar hukum;

diskriminasi terhadap anak-anak. Menurut hukum agama Yahudi, anak-anak dianggap tuna rungu dan
tuna bicara, cacat mental dan di bawah umur. Mereka diklasifikasikan sama dengan orang-orang kafir,
budak wanita, orang lumpuh, buta, sakit, cacat, dan tua. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa
para murid mencaci-maki orang-orang tua yang membawa anak-anak mereka untuk mohon berkat
Yesus;

diskriminasi terhadap orang menderita. Kelompok lain yang secara sosial dan religius dianggap tabu,
yakni penderita kusta, orang-orang sakit, dan orang yang kesurupan.

Dari jumlah penduduk kurang lebih 500.000 orang, terdapat 18.000 orang imam dan Lewi, 6.000 orang
Farisi, dan 4.000 orang Eseni. Dengan keluarga mereka, kelompok-kelompok tersebut mencakup 20%
dari seluruh penduduk. Sikap para pemimpin agama ini menutup kemungkinan banyak penduduk
Palestina menjadi anggota bangsa Tuhan.

5. Latar Belakang Religius

Hukum Taurat sangat mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi berusaha menjaga
warisan dan jati diri Yahudi itu. Mereka menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum. Bagi mereka
menjadi rakyat Tuhan berarti ketaatan yang ketat pada setiap detail hukum. Mereka berusaha
menerapkan hukum pada setiap keadaan hidupnya.

Tetapi mereka sendiri sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka. Mereka mentaati hukum Tuhan
dengan memusatkan perhatian kepada peraturan-peraturan ritual dan ibadah keagamaan. Bagi mereka
menjadi murid Tuhan berarti ketaatan yang ketat terhadap setiap pasal hukum. Orang-orang Farisi
gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para imam ke seluruh masyarakat
Israel. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka
sendiri, sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil. Dalam konteks
sosial dan ekonomi, mereka tidak peduli terhadap pemerintahan Romawi selama hal ini tidak memaksa
mereka melanggar hukum Yahudi. Menurut pandangan mereka mengenai hukum, mereka ingin
mengaku dirinya sebagai rakyat Tuhan sehingga Tuhan dengan sendirinya akan melakukan apa yang
mereka sendiri tidak mampu melakukannya. Tuhan akan membawa keadilan hukum dalam masyarakat
dan akan membebaskan Tanah Suci dari orang-orang kafir.

Akhirnya, perlu dicatat bahwa dalam masyarakat seperti Palestina pada waktu itu, fungsi religius
melampaui jangkauan kehidupan beragama. Kekuatan adikuasa hadir di mana-mana dan Bait Allah,
lambang kehadiran Tuhan, juga merupakan kekuasaan politik dan ekonomi. Dilihat dari perspektif ini
kiranya jelas tidak mungkin bertindak di bidang agama, tanpa sekaligus bertindak di bidang lainnya.
Pembedaan antara dunia fana dan dunia spiritual, antara politik dan agama dalam lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan kegiatan manusia tidak mempunyai makna yang sama bagi masyarakat Palestina
pada waktu itu. Oleh karena itu, kiranya sangat keliru menafsirkan tingkah laku seseorang seperti Yesus
menurut istilah religius dalam arti modern.

Hal itu tidaklah berarti bahwa kita dapat mendapatkan pembenaran bagi tindakan politik sekarang
dalam kata dan tindakan Yesus. Namun hal ini berarti bahwa penafsiran Kitab Suci hanya dapat
dilakukan dengan mengingat pengetahuan antropologis dan sosiologis mengenai masyarakat Palestina,
tempat Yesus hidup.

Umpamanya, bila Yesus membela kaum miskin, kita harus mengetahui siapakah yang disebut kaum
miskin di Palestina pada waktu itu. Suatu penafsiran spiritual belaka merupakan kekeliruan ilmiah.
Perlawanan terhadap kaum Saduki dan Farisi tidak boleh diartikan sebagai pertentangan dalam konsep
keagamaan saja. Begitu pula pilihan para rasul mempunyai arti simbolis dalam konteks sosial pada
waktu itu. Pengutukan secara radikal terhadap kekuasaan agama mengandung implikasi-implikasi politik
dan ekonomi.

Share this:

Share

Like this:

Loading...

Related
Yesus Memanggil Pengikut-Pengikut-Nya

April 15, 2013

In "Yesus Kristus dan Karya PenyelamatanNya"

Sebelum Yesus Tampil; Persiapan, dan Yesus dibaptis

April 14, 2013

In "Yesus Kristus dan Karya PenyelamatanNya"

Peristiwa-peristiwa yang menyatakan Keistimewaan Yesus

April 13, 2013

In "Yesus Kristus dan Karya PenyelamatanNya"

44444444

Tuliskanlah cerita situasi, politik, hukum, ekonomi pada masa Yesus

LIHAT JAWABAN

Masuk untuk menambahkan komentar

Jawaban:

Pada masa itu, masyarakat adat Yahudi sedang ditindas oleh ... dimana para tokoh agama juga memiliki
kekuatan politik ...

4444444

Anda mungkin juga menyukai