Anda di halaman 1dari 2

Seperti yang difirmankan oleh Tuhan, “Beranak cuculah dan bertambah banyak,

penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kejadian
1:28). Tuhan menghendaki umat-Nya untuk menguasai dan memanfaatkan seluruh
kekayaan alam yang telah diciptakan-Nya. Perintah ini tertulis pada pasal 29 kitab
yang sama “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang
berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji. Itulah
yang akan menjadi makananmu”.

Pemanfaatan yang dikehendaki Tuhan tentunya bukanlah pemanfaatan yang tidak


beretika. Sumber daya alam (SDA) yang melimpah ini diciptakan oleh Tuhan
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang harus diimbangi dengan
sikap etis berupa tindakan pemeliharaan dan pelestarian.

Seperti halnya Yesus Kristus yang lahir ke dunia sebagai utusan Allah Bapa untuk
mewartakan kabar gembira kepada manusia, kita sebagai umat beriman harus
melanjutkan misi Yesus tersebut. Dengan ikut menjaga kelestarian alam, kita dapat
menjadi saksi keagungan karya Tuhan. Lewat tindakan sederhana seperti
membuang sampah pada tempatnya, menghemat pemakaian air, listrik, bahan
bakar dan lain-lain, kita bisa merubah wajah bumi kita yang kurang terawat ini
menjadi lebih baik.

Kita sebagai umat beriman dapat meneladani Santo Fransiskus Asisi dalam
memperlakukan alam. Santo Fransiskus Asisi menunjukkan sikap hormat pada
makhluk hidup karena ia melihat Tuhan di dalam setiap makhluk hidup yang ia
temui. Pantaslah kita juga sadar bahwa seluruh hewan, tumbuh-tumbuhan dan
alam sekitar merupakan ciptaan dari Allah sendiri. Sebuah karya agung yang tidak
tertandingi keindahannya ini tentu mengandung cinta Allah terhadap manusia
melalui keberadaan setiap makhluk di sekitar kita.

Tuhan juga berfirman dalam Kitab Mazmur 107:33-34, “Dibuat-Nya sungai-sungai


menjadi padang gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah yang gersang,
tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang-orang yang
diam di dalamnya”. Tuhan kembali menegaskan bahwa penguasaan atas seluruh
ciptaan-Nya tidak bersifat semena-mena dan tidak bertanggung jawab. Manusia
diharapkan menguasai seluruh makhluk ciptaan Tuhan ini dengan penuh perhatian
dan penuh kasih.

Perikop di atas juga menyadarkan kita manusia bahwa sesungguhnya, bencana


atau kerusakan alam yang terjadi selama ini disebabkan oleh tindakan manusia
yang kurang bersahabat dengan alam. Tujuan utama yang semula ingin mencapai
kesejahteraan hidup menjadi tidak tercapai oleh karena ulah manusia yang kurang
bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Sikap manusia terhadap alam


Manusia yang diciptakan segambar dengan Allah juga mempunyai arti bahwa
lingkungan yang diberikan oleh Allah untuk manusia harus dipelihara dengan baik.
Bukan hanya dimanfaatkan saja, atau malah dirusak dengan sikap tidak terpuji.
Pemanfaatan alam harus memperhatikan sisi penanaman kembali, jangan hanya
mementingkan kepuasan atau tercapainya kesejahteraan manusia. Perlu diingat
bahwa semua memiliki batas, termasuk juga sumber daya alam. Jika pemanfaatan
alam oleh manusia semakin tidak terkontrol, bukan tidak mungkin bumi kita yang
merupakan tempat kita berlindung akan berbalik menyerang kita.

Masalah lingkungan yang terjadi saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika
tidak segera ditangani, kerusakan lingkungan akan bertambah luas dan menjadi
lebih sulit lagi ditemukan jalan keluarnya. Dunia seakan-akan masih bertanya-tanya
bagaimana langkah yang harus ditempuh untuk dapat keluar dari ancaman
ketidakseimbangan lingkungan ini. Tidak hanya diperlukan perhatian penuh dari
seluruh pihak, tindakan konkret yang menunjukkan rasa kepedulian yang tinggi
juga sangat dibutuhkan. Melalui tindakan kecil seperti tidak membuang sampah
sembarangan saja, jika dilakukan oleh semua orang hal ini d

Anda mungkin juga menyukai