BAB 1 PENDAHULUAN
Perkembagan dunia saat ini mampu mengubah pola kehidupan dunia. Banyak teknologi
yang telah diciptakan oleh manusia, hanya demi kepentingan hidup mereka. Manusia terus
berusaha mensejahterakan kehidupannya tanpa memandang alam ciptaan yang lain. Alam
dilihat manusia sebagai objek untuk kepentingannya, sehingga tercipta krisis dan masalah-
masalah lingkungan hidup. Tetapi krisis ini kemudian membuat manusia mulai menyadari
keadaan alam dan lingkungan hidupnya yang telah rusak.
Krisis di dunia saat ini belum mencapai puncaknya sehingga tidak terlalu nampak
efeknya. Akan tetapi, beberapa daerah telah merasakan krisis lingkungan hidup tersebut.
Berhubungan dengan ini Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato Si’ yang berangkat
dari refleksinya. Di sini paus menyuarakan gerakan bersama untuk kembali memelihara alam
ini dengan penuh tanggung jawab, hormat, dan penuh cinta. Tujuannya supaya dunia dan
manusia dapat hidup bersama. Sebab Krisis lingkungan hidup akan berdampak buruk bagi
manusia, jika manusia tidak hidup berdampingan dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu
sudah saatnya manusia menyadari dan bergerak bersama untuk menata dan merawat kembali
dunia ini dengan penuh cinta. Nah, pembahasan paper ini adalah ringkasan dari Ensiklik
Laudato Si’ itu sendiri, mengenai refleksi paus terhadap manusia dan alam lingkungannya.
Paus mengingatkan manusia akan sikapnya terhadap bumi ini. Manusia memperlakukan
bumi dengan semena-mena dan terus mengeksploitasinya. Tindakan ini bersumber dari sikap
keserakahan serta rendahnya rasa hormat terhadap alam lingkungannya. Karena manusia
berpikir bahwa alam ciptaan ini merupakan objek dan manusia menjadi penguasa terhadap
alam ini demi kepentingannya. Sehingga Paus menyerukan adanya pertobatan ekologis
terhadap dunia ini, terutama sikap manusia. Kita diajak untuk berbalik dan perlu mengubah
pola pikir lama dengan pemahaman yang baru.
Perubahan dan pola pikir yang baru itu harus bertumpu pada rasa tanggung jawab, sikap
menghormati dalam memelihara dan melestarikan alam lingkungan atau rumah kita bersama.
Memang telah banyak kesalahan yang telah disebabkan oleh manusia terhadap alam dan
lingkungan ini. Namun hal ini belum terlampau terlambat dan manusia masih dapat
mengubah sikapnya yang tertuju pada sikap positif dan meninggalkan sikap yang negatif.
Dengan memahami seruan-seruan Paus Fransiskus dalam Esiklik Laudato Si’ maka
wawasan dan keterbukaan pikiran akan semakin luas. Sehingga manusia terutama umat
Kristen semakin termotivasi dalam memaknai ajakan paus untuk melestarikan dan merawat
lingkungan hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian umat mampu
mewartakan seruan-seruan ini untuk membuka mata hati orang lain. Akhirnya kesadaran
untuk merawat, mengembangkan bumi, alam, makhluk hidup juga rumah kita bersama
menuju kepada kondisi yang damai dan sejahtera tercapai.
1
BAB 2 RINGKASAN ENSIKLIK LAUDATO SI’
2
yang kelimpahan air sebab telah tercemar. Belum lagi pengaruh udara yang mulai tercemar
mempermudah berbagai virus dan jenis penyakir sewaktu-waktu merenggut kesehatan dan
nyawa manusia itu sendiri. Tidak berhenti di situ saja berbagai tumbuhan mulai menjadi tidak
subur atau mulai terganggu sistem pertumbuhanya. Hal ini memberi efek bagi mahkluh hidup
yang lain. Sebab sumber makanan mulai berkurang dan akhirnya berbagai flora dan fauna
pelan-pelan punah atau menghilang dari kehidupan.
Polusi sendiri bisa terjadi pertama-tama orang tidak lagi memperhitungkan kehidupan
yang lain. Sebab titik utama perhatian adalah kemajuan manusia dan kelangsungan hidupnya.
Akhirnya nilai kehidupan yang menyeluruh mulai menurun. Kesatuan dengan alam mulai
dilupakan. Tatanan sosial mulai menurun, orang sibuk dengan idenya sendiri sehingga
lahirlah berbagai pendapat yang berbeda-beda yang membuat sebagian orang menolak
memelihara alam dan mengubah sistem yang ada. Tetapi di lain pihak berbagai upaya dan
pandangan yang kurang kuat bermunculan seperti tidak mempunyai kekuatan untuk
bertindak.
Efek yang lebih menonjol bahwa kesadaran yang bersifat pembaharuan global benar-
benar jauh dari yang diharapkan. Sebenarnya manusia yang mampu membuat pembedaan
antara yang seharusnya dilakukan kini, malah tidak muncul kepermukaan global. Hanya
segelintir orang saja yang bisa bertindak untuk menyelamatkan alam, tetapi itu tidak seberapa
besar pengaruhnya. Sehingga benar-benar diperlukan kesadaran global akan pentingnya
memelihara sistem yang melingkar.
Di satu pihak orang ingin menyelamatkan bumi ini dan berarti mereka akan
mengorbankan berbagai hal dalam negara. Tetapi jika tidak bertindak maka bumi semakin
hancur. Akhirnya orang berada di antara situasi yang ingin bertindak atau diam saja karena
berbagai pertimbangan yang lebih menitikberatkan kepentingan manusia saat ini ketimbang
kemajuan dan keharmonisan antara alam dan manusia di masa yang akan datang.
3
seseorang, dan bukan sesuatu. Secara tidak langsung dapat dilihat bahwa apa yang telah
manusia peroleh dari Allah menjadikan tanggung jawab manusia semakin besar dan luhur.
Cerita-cerita dalam kisah penciptaan mengandung ajaran mendalam tentang eksistensi
manusia. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa eksistensi manusia didasarkan pada tiga relasi
yang terkait: hubungan Allah, sesama, dan dengan bumi. Namun, seiring waktu, karena
keegoisan manusia yang ingin menguasai alam karena ingin menjadi sama dengan Allah,
mengakibatkan hancurnya keharmonisan yang terjadi di awal penciptaan. Oleh karena itu
manusia sebagai mahkluk yang berakal budi, sudah sepantasnya menggunakan kelebihan itu
untuk menjaga dan memelihara bumi dan segala isinya. Segala mahkluk yang ada di bumi
mempunyai kekhasannya masing-masing. Mereka semua adalah ciptaan Allah. Sehingga
manusia sebagai sesama ciptaan Allah harus menjaga semuanya itu demi keberlangsungan
keanekaragaman hayati ciptaan.
Dunia berasal dari suatu keputusan (penciptaan), bukan dari kekacauan atau hal
kebetulan, oleh karena itu nilainya pun semakin tinggi. Penciptaan adalah ungkapan cinta.
Segala makhluk di bumi adalah objek cinta Bapa yang telah menciptakannya. Kendati
demikian, Allah bukan hanya melindungi alam, tetapi manusia dari manusia itu sendiri.
Karena manusia memiliki akal budi dan mereka sering menyalahgunakannya untuk saling
menghancurkan sesama bahkan diri sendiri. Oleh karena itulah Roh Ilahi muncul dan
memenuhi seluruh bumi. Tujuan akhir perjalanan alam semesta ditemukan dalam kepenuhan
Allah, yang telah dicapai oleh Kristus yang bangkit, yang menjadi ukuran kematangan segala
sesuatu. Oleh karena itu kita harus berjalan bersama-sama dengan semua ciptaan lainnya
untuk bergerak maju menuju akhir yang sama, yaitu Allah.
Dalam setiap makhluk tinggallah Roh-Nya yang memberi hidup dan memanggil
manusia untuk masuk ke dalam hubungan dengan Dia. Menemukan kehadiran ini mendorong
manusia untuk mengembangkan ‘kebajikkan-kebajikkan ekologis’. Makhluk-makhluk dunia
ini tidak dapat dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan,
yang mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26). Ini adalah dasar keyakinan bahwa, karena
diciptakan oleh Bapa yang sama, manusia dan semua makhluk alam semesta disatukan oleh
ikatan yang tak kelihatan, dan membetuk semacam keluarga universal, suatu persekutuan
luhur yang memenuhi kita dengan rasa hormat yang suci, lembut dan rendah hati.
Entah beriman atau tidak, sekarang ini kita sepakat bahwa bumi pada dasarnya adalah
warisan bersama; buahnya harus menjadi berkat untuk semua. Bagi orang-orang beriman ini
merupakan soal kesetiaan kepada sang Pencipta, karena Tuhanlah yang menciptakan dunia
untuk semua. Orang miskin dan kaya memiliki martabat yang sama, dan lingkungan alam
adalah harta kita bersama, warisan seluruh umat manusia, tanggung jawab semua orang.
Yesus mengangkat kembali iman alkitabiah akan Allah sang pencipta, sambil
menekankan suatu kebenaran mendasar: Allah adalah Bapa. Dalam percakapan dengan
murid-murid-Nya, Yesus mengundang mereka untuk mengenali hubungan kebapaan yang
dimiliki Allah dengan semua makhluk. Ia mengingatkan mereka, dengan kelembutan hati
yang menakjubkan, bagaimana setiap makhluk adalah penting di mata Allah. Dengan cara
ini, makhluk-makhluk di dunia ini tidak lagi ditampilkan kepada kita sebagai realitas alamiah
saja, karena Dia yang bangkit melingkupi mereka secara rahasia dan mengarahkan mereka
kepada kepenuhan peruntukkan mereka.
4
C. Akar Manusia Krisis Ekologis
5
dampaknya terhadap masyarakat dan alam sebagai kerusakan tambahan. Kita tidak boleh
berpikir bahwa upaya politik atau kekuatan hukum akan cukup untuk mencegah tindakan
yang mempengaruhi lingkungan. Karena ketika budaya itu sendiri korup dan kebenaran
objektif dan prinsip-prinsip yang berlaku universal tidak lagi ditegakkan, maka hukum hanya
dapat dilihat sebagai hal yang sewenang-wenang.
6
D. Ekologi Yang Integral
2. Ekologi Budaya
Warisan adalah bagian dari identitas bersama di suatu tempat dan dasar untuk
membangun sebuah kota yang layak huni. Maka ekologi juga berarti melestarikan kekayaan
budaya umat manusia dalam arti yang luas. Secara khusus, kita dituntut untuk memberi
perhatian kepada budaya lokal, ketika mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan,
sambil mendukung dialog antar bahasa ilmiah-teknis dan bahasa rakyat. Juga gagasan
kualitas hidup tidak dapat dipaksakan tetapi harus dipahami dari dalam dunia simbol dan adat
yang menjadi milik masing-masing kelompok manusia. Hilangnya satu budaya dapat sama
serius atau lebih serius dari pada hilangnya spesies tanaman atau binatang. Dalam arti ini,
amat penting memberikan perhatian khusus kepada masyarakat adat dan tradisi budaya
mereka.
7
mereka secara lebih penuh dan lebih mudah. Kesejahteraan umum mengandaikan
penghormatan terhadap pribadi manusia apa adanya, dengan hak-hak dasar dan mutlak yang
diarahkan kepada pengembangannya yang integral. Akhirnya, kesejahteraan umum
membutuhkan kedamaian sosial, yang berarti stabilitas dan keamanan berdasarkan tata tertib
tertentu, yang tidak dapat dicapai tanpa perhatian khusus untuk keadilan distributif, yang
pelanggarannya selalu menimbulkan kekerasan.
5. Keadilan Antargenerasi
Krisis ekonomi global telah menunjukkan sangat jelas kerugian yang diakibatkan bila
kita mengabaikan nasib kita bersama yang juga menyangkut orang-orang yang datang
sesudah kita. Jika bumi diberikan kepada kita, kita tidak lagi dapat berpikir hanya menurut
ukuran manfaat, efisiensi dan produktivitas untuk kepentingan pribadi. Kita berbicara tentang
solidaritas antargenerasi bukan sebagai sikap opsional, tetapi sebagai soal mendasar keadilan,
karena bumi yang kita terima juga milik mereka yang akan datang. Kita barangkali akan
meninggalkan terlalu banyak puing, padang gurun dan tempat sampah kepada generasi
mendatang. Oleh karena itu, selain solidaritas yang adil antargenerasi, perlu ditegaskan
kembali kewajiban moral yang mendesak untuk membaharui solidaritas intra-generasi.
8
sampah daur ulang, perlindungan species, dan sistem pertanian dengan teknik pertanian yang
berkelanjutan.
9
Zaman sekarang ini manusia cenderung memiliki paradigma kosumerisme atau
mengonsumsi banyak hal yang sebenarnya tidak perlu. Dengan mudahnya manusia menerima
berbagai hal yang praktis dan gaya hidup, serta lebih memikirkan kepentingan pribadi dan
mengabaikan kesejahteraan yang lain. Akan tetapi, sikap manusia seperti itu bisa diubah
dengan kemampuan akal budi yang sehat. Perubahan gaya hidup sangat penting bagi manusia
khususnya dalam mengubah perilaku perusahaan dengan lebih memperhatikan dampak
ekologis dan pola produksinya. Sesuatu yang baru dan baik bisa dimulai ketika manusia
bangkit kembali dengan penuh kesadaran memberi hormat bagi kehidupan. Melampaui diri
adalah sikap dasar yang dapat membuka pikiran manusia akan pentingnya menjaga
lingkungan hidup. Perubahan gaya hidup dalam masyarakat dapat terjadi ketika manusia
dapat mengatasi keserakahan terhadap diri sendiri dan memperhatikan kebutuhan bersama.
3. Pertobatan Ekologis
Bagi kita orang Kristen, kekayaan spiritualitas dapat membantu untuk memperbaharui
kemanusiaan di muka bumi. Akan tetapi banyak orang Kristen yang meskipun taat dalam
beragama tetapi banyak mengabaikan tentang kepedulian terhadap lingkungan. Maka dari itu
pertobatan ekologis sangat dibutuhkan bagi manusia untuk menyadari bahwa manusia,
makhluk hidup lain dan alam adalah satu kesatuan yang sangat indah. Kehidupan beragama
yang baik dapat terwujud apabila manusia dapat menghargai karya ciptaan Allah. Pertobatan
ekologis ini memungkinkan bertumbuhnya sikap-sikap baik bagi manusia, yaitu untuk
melindungi dengan hati yang tulus dan penuh kelembutan, serta memiliki rasa syukur
terhadap dunia sebagai hadiah dari Allah.
10
tidak dimiliki. Kebahagiaan dapat diperoleh manusia ketika manusia dapat mengatasi
kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting dan terbuka terhadap berbagai kemunginan yang
ditawarkan oleh kehidupan. Setiap orang perlu berdamai dengan diri sendiri agar kesahajaan
dan kebahagiaan dapat dikembangkan. Dengan ketenangan atau kedamaian batin dari
manusia, memungkinkan kebahagiaan atau kesejahteraan bersama, termasuk lingkungan
hidup dapat dicapai.
2
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, (Obor: Jakarta), hlm. 172.
3
Ibid., hlm. 173.
4
Ibid., hlm. 175.
5
Ibid., hlm. 178.
11
meminta Maria agar untuk membantu kita dalam memandang dunia ini melalui mata yang
lebih bijaksana. Maria mengajarkan kita manusia untuk melindungi dan memotivasi kita agar
biasa bekerja dengan murah hati. Sebab kita hadir untuk melindungi dunia yang dipercayakan
Allah.
9. Melampaui Matahari
Di akhirat, kita akan menemukan diri kita berhadapan muka dengan keindahan Allah
yang tak terbatas dan dengan kagum dan bahagia, kita akan mampu membaca rahasia alam
semesta yang bersama-sama dengan kita akan mengambil bagian dalam kepenuhan yang tak
berujung6. Dari ini manusia diajarkan bahwa kehidupan kekal akan menjadi suatu
pengalaman yang paling mengagumkan. Dari sini manusia perlu belajar bahwa tujuan kita di
bumi ini yaitu mencari Allah, sebab Dialah yang menciptakannya. Allah yang memanggil
kita agar berkomitmen untuk hidup dengan murah hati dan berdamai dengan alam, sebab dari
sana kita memperoleh kekuatan untuk bergerak maju dan menemukan jalan-jalan baru.
6
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, (Obor: Jakarta), hlm. 180.
12
BAB 3 PENUTUP
Pada dasarnya saat ini, bumi tengah mengalami krisis lingkungan hidup. Krisis ini
sudah mulai terasa dalam kehidupan manusia di dunia ini. Akan tetapi beberapa manusia
masih belum menyadari masalah krisis ini. Jika krisis ini terus dibiarkan maka bumi dan
seluruh kehidupan lama-kelamaan akan hancur bersamanya. Ensiklik Laudato Si’ telah
menyuarakan tentang betapa pentingnya kehidupan alam dunia ini beserta mahkluk
ciptaannya. Manusia dan alam merupakan mata rantai yang saling terkait satu dengan yang
lain. Maka itu Allah memberikan manusia tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan
alam ciptaan dan makhluk ciptaan lainnya.
Lewat krisis dan suara tentang hubungan keterkaitan antara manusia dan alam ciptaan,
mulailah muncul gerakan-gerakan ekologis untuk merawat dan memelihara alam lingkungan
ini. Namun Gerakan ini belum maksimal karena masih ada orang yang belum mau tergerak
untuk kembali merawat lingkungan ini. Padahal sesungguhnya kesombongan manusia dan
perilaku egois manusialah yang menyebabkan krisis ini terus bertambah. Lewat ini kelompok
kami mempelajari bahwa semua kehidupan di dunia ini berasal dari Allah. Allah menciptakan
seluruh alam ciptaan ini dengan penuh cinta-Nya dan manusia diberi anugrah dari Tuhan,
sebagai makhluk yang berakal budi supaya bisa bertanggung jawab dan melestarikan alam
ciptaan-Nya. Maka dari itu manusia bukanlah penguasa dari seluruh ciptaan Allah, karena
manusia juga ciptaan Allah. Sikap tanggung jawab, hormat dan penuh cinta kepada seluruh
ciptaan lainnya perlu dibangun dan ditingkatkan.
Kami menyadari juga bahwa perlu adanya kerja sama untuk mengatasi segala krisis
yang telah muncul di dunia ini. Proses kerja sama ini bukan hanya dari 1 atau 2 pihak saja,
melainkan semua pihak dari manusia untuk dapat bekerja sama mengatasi krisis ini. Untuk itu
perlu adanya kebijakan-kebijakan dan gerakan-gerakan ekologis di setiap negara dan kota.
Terlebih lagi setiap lembaga yang ada di dunia ini perlu berpartisipasi pada kebijakan dan
gerekan ini. Pada saat ini sangat penting juga pendidikan ekologis terhadap kaum pelajar dan
kaum muda. Tujuannya agar generasi muda dapat mengerti dan memahami betapa
pentingnya alam bagi kehidupan mereka serta dapat bertangunggung jawab, hormat dan
penuh cinta dalam merawat dan melestarikan alam ini. Mereka juga yang akan menjadi
penerus jiwa ekologis bagi generasi selanjutnya.
Sesungguhnya yang paling mendasar untuk memperbaiki krisis dunia ini adalah
kesadaran dari masing-masing orang. Kesadaran ini akan memunculkan rasa mau terlibat dan
kehendak untuk ingin mengatasi krisis ini. Untuk itu sebagai manusia perlu untuk saling
menyadarkan satu dengan yang lain, terutama membangun kesadaran ekologis ini, supaya
bumi dan seluruh makhluknya tetap hidup secara berkelanjutan. Dengan demikian bumi ini
akan tumbuh menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi manusia dan segala ciptaan lainnya.
13
Nama Anggota Kelompok 3:
14