Anda di halaman 1dari 14

PAPER RINGKASAN ENSIKLIK LAUDATO SI’

BAB 1 PENDAHULUAN

Perkembagan dunia saat ini mampu mengubah pola kehidupan dunia. Banyak teknologi
yang telah diciptakan oleh manusia, hanya demi kepentingan hidup mereka. Manusia terus
berusaha mensejahterakan kehidupannya tanpa memandang alam ciptaan yang lain. Alam
dilihat manusia sebagai objek untuk kepentingannya, sehingga tercipta krisis dan masalah-
masalah lingkungan hidup. Tetapi krisis ini kemudian membuat manusia mulai menyadari
keadaan alam dan lingkungan hidupnya yang telah rusak.

Krisis di dunia saat ini belum mencapai puncaknya sehingga tidak terlalu nampak
efeknya. Akan tetapi, beberapa daerah telah merasakan krisis lingkungan hidup tersebut.
Berhubungan dengan ini Paus Fransiskus mengeluarkan Ensiklik Laudato Si’ yang berangkat
dari refleksinya. Di sini paus menyuarakan gerakan bersama untuk kembali memelihara alam
ini dengan penuh tanggung jawab, hormat, dan penuh cinta. Tujuannya supaya dunia dan
manusia dapat hidup bersama. Sebab Krisis lingkungan hidup akan berdampak buruk bagi
manusia, jika manusia tidak hidup berdampingan dengan alam sekitarnya. Oleh karena itu
sudah saatnya manusia menyadari dan bergerak bersama untuk menata dan merawat kembali
dunia ini dengan penuh cinta. Nah, pembahasan paper ini adalah ringkasan dari Ensiklik
Laudato Si’ itu sendiri, mengenai refleksi paus terhadap manusia dan alam lingkungannya.

Paus mengingatkan manusia akan sikapnya terhadap bumi ini. Manusia memperlakukan
bumi dengan semena-mena dan terus mengeksploitasinya. Tindakan ini bersumber dari sikap
keserakahan serta rendahnya rasa hormat terhadap alam lingkungannya. Karena manusia
berpikir bahwa alam ciptaan ini merupakan objek dan manusia menjadi penguasa terhadap
alam ini demi kepentingannya. Sehingga Paus menyerukan adanya pertobatan ekologis
terhadap dunia ini, terutama sikap manusia. Kita diajak untuk berbalik dan perlu mengubah
pola pikir lama dengan pemahaman yang baru.

Perubahan dan pola pikir yang baru itu harus bertumpu pada rasa tanggung jawab, sikap
menghormati dalam memelihara dan melestarikan alam lingkungan atau rumah kita bersama.
Memang telah banyak kesalahan yang telah disebabkan oleh manusia terhadap alam dan
lingkungan ini. Namun hal ini belum terlampau terlambat dan manusia masih dapat
mengubah sikapnya yang tertuju pada sikap positif dan meninggalkan sikap yang negatif.

Dengan memahami seruan-seruan Paus Fransiskus dalam Esiklik Laudato Si’ maka
wawasan dan keterbukaan pikiran akan semakin luas. Sehingga manusia terutama umat
Kristen semakin termotivasi dalam memaknai ajakan paus untuk melestarikan dan merawat
lingkungan hidup dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan demikian umat mampu
mewartakan seruan-seruan ini untuk membuka mata hati orang lain. Akhirnya kesadaran
untuk merawat, mengembangkan bumi, alam, makhluk hidup juga rumah kita bersama
menuju kepada kondisi yang damai dan sejahtera tercapai.

1
BAB 2 RINGKASAN ENSIKLIK LAUDATO SI’

A. Apa yang Terjadi Dengan Rumah Kita


Judul di atas ini hendak menegaskan bahwa bumi adalah rumah kita bersama. Ensiklik
Laudato Si yang dikeluarkan oleh paus sebenarnya hanya untuk membuat kita sadar kembali
akan peranan kita yang sebenarnya. Sebab paus menunjuk dengan jelas bahwa alam telah
memiliki sistem yang “siklis” atau melingkar sehingga tetap lestari. Tetapi yang terjadi
dengan kita manusia berbeda seperti tertulis dalam pernyataan paus berikut;
“Kita belum berhasil mengadopsi model produksi yang melingkar, yang mampu
melestarikan sember-sumber daya untuk generasi sekarang”1
Pernyataan di atas sekali lagi mau menegaskan apa yang seharusnya terjadi dalam
kehidupan manusia. Sebab dalam ensiklik ini secara tajam mengatakan bahwa mahkluk yang
paling bertanggung jawab mempertahankan kelestarian yang bersifat melingkar atau siklis
adalah manusia. Bahkan manusia yang dianggap paling mampu menjaga kelestarian alam
atau bumi ini. Hal ini bukan berarti mengatakan bumi atau alam akan mati tanpa campur
tangan manusia “bukan”. Maksudnya ketika alam digunakan oleh manusia, itu berarti
manusia perlu sadar bahwa ia merupakan bagian dari alam. Sehingga dalam rangka
mengambil kebutuhan dari alam tidak berarti secara bersamaan merusaknya. Manusia tidak
dilarang untuk berkembang, maju dan kaya tetapi selalu memperhatikan hubungan yang
saling menguntungkan jika manusia masih terus berharap pada bumi ini.
Pada zaman dahulu kita temui berbagai hutan di mana-mana tetapi saat ini hutan-hutan
itu mulai diubah fungsinya atau dipakai oleh berbagai pembangunan rumah, kantor, dan
gedung-gedung pencakar langit. Mungkin hal demikian dapat disebut “hutan modern” yang
memiliki sistem ala manusia atau berbeda dari sistem siklis pada bumi. Sistem pada hutan
modern ini secara jelas memperlihatkan tidak adanya siklus yang saling melestarikan.
Akibatnya alam mengalami gangguan sistem, sebab manusia yang adalah bagian darinya
telah mencoba membuat sistemnya sendiri. Dengan demikian paus bersuara untuk
memperbaiki sistem itu.
Suara paus itu kiranya termuat dalam bab satu ini karena di sana paus menunjukkan
bahwa kita harus menyadari sistem yang merusak bumi itu atau tidak melestarikan alam.
Untuk itu kiranya ada beberapa realitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. Pengaruh
itu sekali lagi bersumber dari sistem yang telah dihasilkan oleh manusia. Tetapi manusia juga
mempunyai kesadaran yang bisa mengarahkannya kembali pada apa yang seharusnya
dilakukan demi kelangsungan hidup yang saling menguntungkan itu. Manusia diminta untuk
membuka mata hatinya dalam melihat realitas yang ada saat ini. Masa depan bumi ini ada di
tangan manusia, sebab manusia masih menuai berbagai hal dari alam. Jika manusia tidak ada
lagi di bumi ini maka sistem siklis akan terus terjadi secara alami. Tetapi karena manusia
masih menghuni bumi ini maka perlu perbaikan sistem khususnya pada manusia.
Realitas utama yang paling berpengaruh besar dan disebabkan oleh manusia adalah
polusi. Hal ini terjadi kerena adanya kebiasaan yang kurang baik dalam membuang sampah,
baik itu yang bersifat basah, kering maupun yang bersifat cair. Berbagai limbah sampah telah
membuat udara, air bersih, dan tumbuhan tercemar dan terganggu. Akibatnya kekurangan air
bersih tidak saja dialami oleh daerah yang tandus tetapi saat ini mulai dialami oleh mereka
1
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, (Obor: Jakarta), hal. 16.

2
yang kelimpahan air sebab telah tercemar. Belum lagi pengaruh udara yang mulai tercemar
mempermudah berbagai virus dan jenis penyakir sewaktu-waktu merenggut kesehatan dan
nyawa manusia itu sendiri. Tidak berhenti di situ saja berbagai tumbuhan mulai menjadi tidak
subur atau mulai terganggu sistem pertumbuhanya. Hal ini memberi efek bagi mahkluh hidup
yang lain. Sebab sumber makanan mulai berkurang dan akhirnya berbagai flora dan fauna
pelan-pelan punah atau menghilang dari kehidupan.
Polusi sendiri bisa terjadi pertama-tama orang tidak lagi memperhitungkan kehidupan
yang lain. Sebab titik utama perhatian adalah kemajuan manusia dan kelangsungan hidupnya.
Akhirnya nilai kehidupan yang menyeluruh mulai menurun. Kesatuan dengan alam mulai
dilupakan. Tatanan sosial mulai menurun, orang sibuk dengan idenya sendiri sehingga
lahirlah berbagai pendapat yang berbeda-beda yang membuat sebagian orang menolak
memelihara alam dan mengubah sistem yang ada. Tetapi di lain pihak berbagai upaya dan
pandangan yang kurang kuat bermunculan seperti tidak mempunyai kekuatan untuk
bertindak.
Efek yang lebih menonjol bahwa kesadaran yang bersifat pembaharuan global benar-
benar jauh dari yang diharapkan. Sebenarnya manusia yang mampu membuat pembedaan
antara yang seharusnya dilakukan kini, malah tidak muncul kepermukaan global. Hanya
segelintir orang saja yang bisa bertindak untuk menyelamatkan alam, tetapi itu tidak seberapa
besar pengaruhnya. Sehingga benar-benar diperlukan kesadaran global akan pentingnya
memelihara sistem yang melingkar.
Di satu pihak orang ingin menyelamatkan bumi ini dan berarti mereka akan
mengorbankan berbagai hal dalam negara. Tetapi jika tidak bertindak maka bumi semakin
hancur. Akhirnya orang berada di antara situasi yang ingin bertindak atau diam saja karena
berbagai pertimbangan yang lebih menitikberatkan kepentingan manusia saat ini ketimbang
kemajuan dan keharmonisan antara alam dan manusia di masa yang akan datang.

B. Kabar Baik Penciptaan


Dalam dokumen ini di termuat suatu bab yang mengacu pada keyakinan iman oleh
orang yang berkehendak baik dalam bidang politik, filsafat, dan ilmu pengetahuan (sains),
yang dengan tegas menolak gagasan tentang penciptaan. Namun, lepas dari segala perbedaan
pemahaman tersebut, sebenarnya agama dan ilmu pengetahuan dapat masuk ke dalam dialog
yang intens dan bermanfaat bagi keduanya. Oleh karena itu, perlunya menyadari bahwa
perdebatan yang terus menerus tidak akan pernah menyelesaikan krisis ekologi yang terjadi
karena ulah manusia sendiri. Ada begitu banyak aspek-aspek serta sudut pandang yang
berbeda satu sama lain, tergantung sudut pandang dari masing-masing. Oleh karena itu,
dalam hal ini Gereja Katolik terbuka untuk dialog dengan pemikiran filosofis. Hal itu tampak
dalam perkembangan ajaran gereja yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial; ajaran itu
dituntut untuk terus memperkaya diri dengan menerima tantangan baru. Ensiklik ini
membuka diri untuk berdialog dengan semua pihak untuk bersama-sama mencari jalan yang
terbaik, dengan motivasi yang kuat untuk melindungi alam dan saudara-saudarinya yang
paling rentan.
Untuk memahami kehendak iman, perlulah kita melihat hikmat dari cerita-cerita
Alkitab. Ada begitu banyak pernyataan dalam Alkitab yang mengungkapkan manusia sebagai

3
seseorang, dan bukan sesuatu. Secara tidak langsung dapat dilihat bahwa apa yang telah
manusia peroleh dari Allah menjadikan tanggung jawab manusia semakin besar dan luhur.
Cerita-cerita dalam kisah penciptaan mengandung ajaran mendalam tentang eksistensi
manusia. Cerita-cerita ini menunjukkan bahwa eksistensi manusia didasarkan pada tiga relasi
yang terkait: hubungan Allah, sesama, dan dengan bumi. Namun, seiring waktu, karena
keegoisan manusia yang ingin menguasai alam karena ingin menjadi sama dengan Allah,
mengakibatkan hancurnya keharmonisan yang terjadi di awal penciptaan. Oleh karena itu
manusia sebagai mahkluk yang berakal budi, sudah sepantasnya menggunakan kelebihan itu
untuk menjaga dan memelihara bumi dan segala isinya. Segala mahkluk yang ada di bumi
mempunyai kekhasannya masing-masing. Mereka semua adalah ciptaan Allah. Sehingga
manusia sebagai sesama ciptaan Allah harus menjaga semuanya itu demi keberlangsungan
keanekaragaman hayati ciptaan.
Dunia berasal dari suatu keputusan (penciptaan), bukan dari kekacauan atau hal
kebetulan, oleh karena itu nilainya pun semakin tinggi. Penciptaan adalah ungkapan cinta.
Segala makhluk di bumi adalah objek cinta Bapa yang telah menciptakannya. Kendati
demikian, Allah bukan hanya melindungi alam, tetapi manusia dari manusia itu sendiri.
Karena manusia memiliki akal budi dan mereka sering menyalahgunakannya untuk saling
menghancurkan sesama bahkan diri sendiri. Oleh karena itulah Roh Ilahi muncul dan
memenuhi seluruh bumi. Tujuan akhir perjalanan alam semesta ditemukan dalam kepenuhan
Allah, yang telah dicapai oleh Kristus yang bangkit, yang menjadi ukuran kematangan segala
sesuatu. Oleh karena itu kita harus berjalan bersama-sama dengan semua ciptaan lainnya
untuk bergerak maju menuju akhir yang sama, yaitu Allah.
Dalam setiap makhluk tinggallah Roh-Nya yang memberi hidup dan memanggil
manusia untuk masuk ke dalam hubungan dengan Dia. Menemukan kehadiran ini mendorong
manusia untuk mengembangkan ‘kebajikkan-kebajikkan ekologis’. Makhluk-makhluk dunia
ini tidak dapat dianggap sebagai barang tanpa pemilik: “mereka adalah milik-Mu, ya Tuhan,
yang mencintai kehidupan” (Kebijaksanaan 11:26). Ini adalah dasar keyakinan bahwa, karena
diciptakan oleh Bapa yang sama, manusia dan semua makhluk alam semesta disatukan oleh
ikatan yang tak kelihatan, dan membetuk semacam keluarga universal, suatu persekutuan
luhur yang memenuhi kita dengan rasa hormat yang suci, lembut dan rendah hati.
Entah beriman atau tidak, sekarang ini kita sepakat bahwa bumi pada dasarnya adalah
warisan bersama; buahnya harus menjadi berkat untuk semua. Bagi orang-orang beriman ini
merupakan soal kesetiaan kepada sang Pencipta, karena Tuhanlah yang menciptakan dunia
untuk semua. Orang miskin dan kaya memiliki martabat yang sama, dan lingkungan alam
adalah harta kita bersama, warisan seluruh umat manusia, tanggung jawab semua orang.
Yesus mengangkat kembali iman alkitabiah akan Allah sang pencipta, sambil
menekankan suatu kebenaran mendasar: Allah adalah Bapa. Dalam percakapan dengan
murid-murid-Nya, Yesus mengundang mereka untuk mengenali hubungan kebapaan yang
dimiliki Allah dengan semua makhluk. Ia mengingatkan mereka, dengan kelembutan hati
yang menakjubkan, bagaimana setiap makhluk adalah penting di mata Allah. Dengan cara
ini, makhluk-makhluk di dunia ini tidak lagi ditampilkan kepada kita sebagai realitas alamiah
saja, karena Dia yang bangkit melingkupi mereka secara rahasia dan mengarahkan mereka
kepada kepenuhan peruntukkan mereka.

4
C. Akar Manusia Krisis Ekologis

1. Teknologi: Kreativitas Manusia Dan Kuasa


Bagian ini berbicara mengenai kreativitas manusia yakni ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu hasil dari
kreativitas manusia yang diberikan oleh Allah sendiri. Tranformasi alam untuk tujuan yang
berguna menjadi karakteristik umat manusia sejak awal; teknologi “mengungkapkan
kecondongan akal budi manusia untuk mengatasi keterbatasan materi bertahap-tahap.
Kehadiran teknologi membantu manusia mengatasi hal-hal buruk yang tak terhitung
jumlahnya yang menghambat dan membatasi manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dapat meningkatkan kualitas manusia. Semuanya itu dibuktinyatakan lewat
kehadiran peralatan rumah tangga, transportasi, teknologi, dll. Semuanya itu memberikan
kekuasaan yang mempesona atas seluruh umat manusia dan seluruh dunia bagi mereka yang
memiliki pengetahuan, terutama kekuatan ekonomis untuk menerapkannya.

2. Globalisasi Paradigma Teknokratis


Bagian ini berbicara mengenai paradigma teknokratis. Inti dari globalisasi paradigma
teknokratis ialah keserakaan manusia yang berniat memeras sebanyak mungkin segala benda,
sambil mengabaikan atau melupakan kenyataan yang ada di depannya. Itulah sebabnya
manusia dan benda-benda alam tidak lagi ramah saling mengulurkan tangan; hubungan telah
menjadi konfrontatif. Semuanya itu terjadi karena kecenderungan manusia, yang tidak selalu
disadari, untuk menjadikan metode dan tujuan ilmu-ilmu teknik sebagai paradigma
pemahaman yang dipaksakan bagi kehidupan individu dan cara kerja masyarakat.
Dampaknya ialah manfaat dan kesejahteraan tidak diperjuangkan umat manusia, tetapi
dominasi.

3. Krisis dan Efek Antroposentrisme Modern


Antroposentrisme modern, secara berlawanan akhirnya menaruh pola pikir terkini di
atas realitas. Karena manusia tidak lagi merasakan alam sebagai norma yang berlaku, atau
sebagai tempat berlindung yang hidup. Ia melihat alam tanpa prasyaratan, sebagai objek,
sebagai ruangan bahan untuk dikerjakan. Dampaknya ialah nilai di dunia menjadi lemah. Di
zaman modern telah berkembang antroposentrime berlebihan yang dalam bentuk-bentuk lain,
terus menghalangi setiap pemahaman bersama dan setiap upaya untuk memperkuat ikatan
sosial. Oleh karena itu, sekarang saatnya untuk kembali memperhatikan realitas dengan
batas-batas yang ia tetapkan, dan yang pada gilirannya memungkinkan suatu pembangunan
manusiawi dan sosial yang lebih sehat dan lebih subur.

Perihal lainnya yang menyebabkan krisis pada lingkungan:


1) Relativisme Praktis
Budaya relativisme adalah gangguan yang sama yang mendorong seseorang untuk
mengambil keuntungan dari orang lain, untuk memperlakukan orang lain hanya sebagai
objek, memaksakan kerja paksa pada mereka atau memperbudak mereka untuk membayar
hutang mereka. Hal ini juga merupakan pola pikir orang-orang yang mengatakan: Mari kita
biarkan kekuatan pasar yang tak kasat mata untuk mengatur ekonomi, dan menghadapi

5
dampaknya terhadap masyarakat dan alam sebagai kerusakan tambahan. Kita tidak boleh
berpikir bahwa upaya politik atau kekuatan hukum akan cukup untuk mencegah tindakan
yang mempengaruhi lingkungan. Karena ketika budaya itu sendiri korup dan kebenaran
objektif dan prinsip-prinsip yang berlaku universal tidak lagi ditegakkan, maka hukum hanya
dapat dilihat sebagai hal yang sewenang-wenang.

2) Kebutuhan untuk melestarikan Pekerjaan


Setiap pendekatan terhadap ekologi integral, yang menurut defenisi tidak
mengecualikan manusia, perlu memperhitungkan nilai kerja, sebagaimana yang dicatat oleh
Santo Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Laborem Exercens. Menurutnya kisah penciptaan
dalam Alkitab, Allah menempatkan pria dan wanita dalam suatu taman yang telah Ia ciptakan
(Lih, kej 2:15) tidak hanya untuk melestarikannya tetapi juga untuk membuatnya
menghasilkan buah. Dengan demikian para pekerja dan pengrajin akan memelihara dunia.
Dan jika kita mereflksikan hubungan yang tepat antara manusia dan dunia di sekitar kita, kita
bisa melihat pemahaman yang benar tentang pekerjaan; sebab jika kita berbicara tentang
hubungan manusia dengan hal-hal lain, muncul pertanyaan tentang makna dan tujuan semua
aktivitas manusia. Setiap bentuk pekerjaan mengandaikan suatu pemahaman akan relasi yang
dapat, atau harus dibangun manusia dengan sesamanya.
Meskipun demikian, ketika kemampuan manusiawi kita untuk kontemplasi dan
penghormatan terganggu, menjadi mudah bagi makna pekerjaan untuk disalahpahami. Kita
harus ingat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memperbaiki nasibnya, untuk
memajukan pertumbuhan moralnya dan mengembangkan kemampuan spiritual mereka. Oleh
karena itu, dalam realitas masyarakat global saat ini, sangat penting untuk terus memberi
perhatian terhadap akses ke pekejaan tetap bagi setiap orang, melebihi kepentingan bisnis
yang terbatas dan alasan ekonomi yang meragukan. Sejak diciptakan, kita dipanggil untuk
bekerja. Tujuannya agar kemajuan teknologi tidak dipandang untuk menggantikan pekerjaan
manusia. Karena hal ini akan sangat merugikan kita umat manusia. Hilangnya pekerjaan juga
membawa dampak negatif terhadap perekonomian. Dengan kata lain, biaya manusia selalu
termasuk biaya ekonomi, dan disfungsi ekonomi selalu melibatkan biaya manusia.

3) Teknologi Biologis Baru


Hal ini mengenai campur tangan manusia terhadap tumbuhan dan hewan, yang saat ini
melibatkan genetika yang dihasilkan oleh bioteknologi, dengan maksud untuk memanfaatkan
peluang-peluang yang tersedia dalam realitas material. Meskipun tidak ada bukti yang tak
terbantahkan tentang kerugian yang disebabkan oleh sereal trangenik bagi manusia, dan di
beberapa daerah penggunaannya telah membawa pertumbuhan ekonomi yang membantu
menyelesaikan mesalah. Tentu saja masalah-masalah ini membutuhkan perhatian yang
konstan atau terus menerus dan kepedulian terhadap semua aspek etis yang terkait. Hal ini
mempersulit, untuk pencapaian penilaian yang seimbang dan bijaksana atas berbagai masalah
yang memperhitungkan semua variabel yang relevan. Hal ini merupakan masalah lingkungan
yang kompleks; hal ini membutuhkan pendekatan komperehensif, paling tidak, upaya yang
lebih besar untuk membiayai berbagai bidang penelitian, yang interdisipliner yang mampu
memberikan penerangan baru bagi masalah tersebut.

6
D. Ekologi Yang Integral

1. Ekologi Lingkungan, Ekonomi dan Sosial


Ekologi mempelajari hubungan antara organisme-organisme hidup dan lingkungan di
mana mereka berkembang. Hal itu meminta pula refleksi dan diskusi yang jujur tentang
syarat-syarat untuk hidup dan kelangsungan hidup masyarakat, dan kejujuran untuk
mempertanyakan pelbagai model pembangunan, produksi dan konsumsi. Oleh karena itu
pengetahuan yang fragmentaris dan terisolasi dapat menjadi bentuk kebodohan jika menolak
mengintegrasikan diri dalam visi yang lebih lengkap tentang realitas.
Ketika berbicara tentang “lingkungan”, kita mengacu pada suatu relasi yang khusus,
yaitu antara alam dan masyarakat yang menghuninya. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi
cenderung menghasilkan otomatisasi dan homogenisasi, untuk menyederhanakan prosedur
dan mengurangi biaya. Setiap pelanggaran terhadap solidaritas dan kesetiakawanan sipil
membahayakan lingkungan hidup. Dalam arti itu, ekologi sosial tentulah institusional dan
secara bertahap meluas ke pelbagai dimensi masyarakat, mulai dari kelompok sosial utama,
keluarga, melalui komunitas lokal dan bangsa, sampai ke masyarakat internasional.

2. Ekologi Budaya
Warisan adalah bagian dari identitas bersama di suatu tempat dan dasar untuk
membangun sebuah kota yang layak huni. Maka ekologi juga berarti melestarikan kekayaan
budaya umat manusia dalam arti yang luas. Secara khusus, kita dituntut untuk memberi
perhatian kepada budaya lokal, ketika mempelajari isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan,
sambil mendukung dialog antar bahasa ilmiah-teknis dan bahasa rakyat. Juga gagasan
kualitas hidup tidak dapat dipaksakan tetapi harus dipahami dari dalam dunia simbol dan adat
yang menjadi milik masing-masing kelompok manusia. Hilangnya satu budaya dapat sama
serius atau lebih serius dari pada hilangnya spesies tanaman atau binatang. Dalam arti ini,
amat penting memberikan perhatian khusus kepada masyarakat adat dan tradisi budaya
mereka.

3. Ekologi Hidup Sehari-Hari


Kreativitas dan kemurahan hati yang mengagumkan diperlihatkan oleh orang-orang
maupun kelompok yang mampu melampaui keterbatasan lingkungan, mengubah efek negatif
dari situasi itu dan belajar untuk hidup terarah di tengah-tengah kekacauan dan kerawanan.
Kekurangan perumahan adalah masalah serius di banyak bagian dunia, baik di daerah
pedesaan maupun di kota-kota besar, karena anggaran negara sering hanya cukup untuk
sebagian kecil dari permintaan dan kepemilikan rumah sangat erat kaitannya dengan martabat
manusia dan pembangunan keluarga. Ini merupakan masalah sentral ekologi manusiawi.
Ekologi manusia juga menyiratkan hal mendalam ini: hubungan antara kehidupan manusia
dan hukum moral, yang tertulis dalam kodrat kita sendiri, dan diperlukan untuk dapat
menciptakan lingkungan yang lebih bermartabat.

4. Prinsip Kesejahteraan Umum


Kesejahteraan umum adalah “keseluruhan kondisi-kondisi kemasyarakatan yang
memungkinkan kelompok-kelompok maupun anggota perorangan, mencapai kesempurnaan

7
mereka secara lebih penuh dan lebih mudah. Kesejahteraan umum mengandaikan
penghormatan terhadap pribadi manusia apa adanya, dengan hak-hak dasar dan mutlak yang
diarahkan kepada pengembangannya yang integral. Akhirnya, kesejahteraan umum
membutuhkan kedamaian sosial, yang berarti stabilitas dan keamanan berdasarkan tata tertib
tertentu, yang tidak dapat dicapai tanpa perhatian khusus untuk keadilan distributif, yang
pelanggarannya selalu menimbulkan kekerasan.

5. Keadilan Antargenerasi
Krisis ekonomi global telah menunjukkan sangat jelas kerugian yang diakibatkan bila
kita mengabaikan nasib kita bersama yang juga menyangkut orang-orang yang datang
sesudah kita. Jika bumi diberikan kepada kita, kita tidak lagi dapat berpikir hanya menurut
ukuran manfaat, efisiensi dan produktivitas untuk kepentingan pribadi. Kita berbicara tentang
solidaritas antargenerasi bukan sebagai sikap opsional, tetapi sebagai soal mendasar keadilan,
karena bumi yang kita terima juga milik mereka yang akan datang. Kita barangkali akan
meninggalkan terlalu banyak puing, padang gurun dan tempat sampah kepada generasi
mendatang. Oleh karena itu, selain solidaritas yang adil antargenerasi, perlu ditegaskan
kembali kewajiban moral yang mendesak untuk membaharui solidaritas intra-generasi.

E. Pedoman Untuk Orientasi dan Aksi

1. Dialog Tentang Lingkungan Dalam Politik Internasional


Sejak pertengahan abad lalu, setelah mengatasi banyak kesulitan, manusia makin
cenderung untuk melihat planet ini sebagai tanah airnya dan umat manusia lainnya sebagai
satu bangsa yang tinggal dalam suatu rumah bersama. Orang-orang akhirnya mulai
menyadari akan dampak negatif yang muncul akibat dari gaya hidupnya, kegiatan produksi
dan konsumsinya yang banyak merusak lingkungan. Hal ini mendorong manusia untuk
menemukan solusi-solusi demi kepentingan hidup bersama secara global dan bukan hanya
untuk kepentingan negara-negara.
Sudah ada gerakan-gerakan ekologi yang signifikan secara internasional. Namun karena
kurangnya kemauan politik membuat mereka tidak mencapai kesepakatan-kesepakatan
ekologis yang sungguh bermakna dan efektif. Anjuran dan strategi bersama dalam merawat
alam kembali pertama-tama adalah dengan mengurangi polusi-polusi dan memperbaiki
tingkat kemiskinan dalam negara.

2. Dialog Untuk Kebijakan Baru Nasional dan Lokal


Sesungguhnya kebijakan ekologi lebih baik tidak diputuskan secara internasional dan
memberi kesempatan pada kebijakan nasional dan local setiap negara. Alasannya karena
setiap negara atau wilayah mempunyai masalah dan keterbatasannya tersendiri. Pada tingkat
lokal orang dapat membangkitkan rasa tanggung jawab yang lebih besar, rasa kebersamaan
yang kuat, kemampuan khusus untuk merawat, dan kreativitas yang lebih murah hati, cinta
yang mendalam akan tanahnya dan berpikir untuk masa depan anak-cucu mereka yang lebih
baik. Untuk itu dalam kebijakannya diharapkan masyarakat dapat mengatur manejemen
transportasi, membagun dan memperbaiki gedung dengan cara mengurangi penggunaan
energi dan tingkat polusi. Aktivitas politik lokal dapat mengarahkan juga untuk aktivitas

8
sampah daur ulang, perlindungan species, dan sistem pertanian dengan teknik pertanian yang
berkelanjutan.

3. Dialog dan Transparansi Dalam Pengambilan Keputusan


Setiap kebijakan yang ingin diambil oleh pemerintah haruslah disusun dengan
memperhatikan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Setiap AMDAL ini harus
diikutsertakan dari awal dan dikembangkan secara interdisipliner, transparan dan independen
dari segala tekanan politik atau ekonomi. Dalam menganalisi setiap usaha baru juga harus
dengan menggunakan pertanyaan 5 W + 1 H secara integral, agar usaha baru tersebut benar-
benar menguntungkan dan tidak merugikan. Sebab jika tidak dianalisi secara memadai akan
mempengaruhi kualitas hidup suatu masyarakat. Memang dalam mencapai suatu kesepakatan
tidaklah mudah, namun Gereja dapat membantu lewat berdialog yang jujur dan transparan,
agar ideologi dan kepentingan tertentu tidak merugikan kesejahteraan umum.

4. Politik dan Ekonomi Dalam Dialog Untuk Pemenuhan Manusia


Politik tidak harus tunduk pada ekonomi dan ekonomi tidak harus tunduk pada
pemerintah. Saat ini, sambil memikirkan kesejahteraan umum, ada kebutuhan mendesak
bahwa politik dan ekonomi, dalam dialog, secara tegas mengabdikan diri kepada kehidupan,
terutama kehidupan manusia. Dalam berinovasi dan berkreastivitas perlulah untuk
memekarkan keluhuran manusia dengan menggunakan kecerdasan, keberanian dan tanggung
jawab untuk menemukan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. Sekarang ini
sebagai strategi diperlukan untuk mendefinisikan ulang pengertian manusia tentang
kemajuan, jika hanya mencari jalan tengah dari pengertian yang sudah ada, maka hasilnya
akan sangat tidak efisien dan dangkal, sebab saat ini perlu disesuaikan dengan keadaan
budaya dan lokasi keberadaan.

5. Agama-agama Dalam Dialog Dengan Ilmu


Ilmu pengetahuan belum tentu dapat memberikan penjelasan lengkap tentang
kehidupan, hakikat terdalam semua makhluk dan keseluruhan realitas. Bisa saja pemahaman
dari ilmu akan keliru pada prinsip-prinsip sendiri yang kadang-kadang menyebabkan manusia
membenarkan perusakan alam, kekuasaan sewenang-wenang manusia atas dunia ciptaan,
atau perang, ketidakadilan, dan kekerasan, tetapi sebagai orang beriman kita dapat mengakui
bahwa dengan demikian kita tidak setia terhadap harta kebijaksanaan yang harus kita jaga.
Maka dari itu perlulah agama-agama berdialog dengan ilmu-ilmu pengetahuan.
Maksudnya supaya agama-agama dapat melindungi alam, membela orang miskin, dan
membangun jaringan persaudaraan yang saling menghormati. Kemudian sebuah dialog di
antara ilmu-ilmu sendiri juga diperlukan supaya terbuka dan saling menghormati satu dengan
yang lain agar bisa tercipta pemahaman yang lebih baik bagi seluruh alam ciptaan ini.

F. Pendidikan dan Spiritualitas Ekologis

1. Menuju Gaya Hidup Yang Baru

9
Zaman sekarang ini manusia cenderung memiliki paradigma kosumerisme atau
mengonsumsi banyak hal yang sebenarnya tidak perlu. Dengan mudahnya manusia menerima
berbagai hal yang praktis dan gaya hidup, serta lebih memikirkan kepentingan pribadi dan
mengabaikan kesejahteraan yang lain. Akan tetapi, sikap manusia seperti itu bisa diubah
dengan kemampuan akal budi yang sehat. Perubahan gaya hidup sangat penting bagi manusia
khususnya dalam mengubah perilaku perusahaan dengan lebih memperhatikan dampak
ekologis dan pola produksinya. Sesuatu yang baru dan baik bisa dimulai ketika manusia
bangkit kembali dengan penuh kesadaran memberi hormat bagi kehidupan. Melampaui diri
adalah sikap dasar yang dapat membuka pikiran manusia akan pentingnya menjaga
lingkungan hidup. Perubahan gaya hidup dalam masyarakat dapat terjadi ketika manusia
dapat mengatasi keserakahan terhadap diri sendiri dan memperhatikan kebutuhan bersama.

2. Pendidikan Untuk Perjanjian Antara Manusia Dan Lingkungan


Kepekaan terhadap ekologi baru dan semangat murah hati harus merasuki semua orang
yang ada di bumi. Pendidikan lingkungan sangat penting bagi manusia, di mana manusia
dapat dipersiapkan untuk dapat menangkap maksud dan memaknai apa itu etika lingkungan.
Kiranya pendidikan lingkungan dapat membantu manusia untuk memiliki cara pandang hidup
yang baru dengan melakukan hal-hal kecil tapi bermakna, misalnya dengan merawat
lingkungan sekitar. Pendidikan ekologis dapat ditemukan dalam berbagai komunitas misalnya
keluarga yang merupakan tempat di mana manusia dibimbing untuk dapat mencintai,
menghormati, menghargai, khususnya terhadap alam. Pendidikan dapat bekerja secara efektif
apabila manusia berusaha untuk memiliki cara pandang yang baru, terlebih khusus cara
pandang manusia yang baru tentang betapa pentingnya hubungan antara manusia dan alam.

3. Pertobatan Ekologis
Bagi kita orang Kristen, kekayaan spiritualitas dapat membantu untuk memperbaharui
kemanusiaan di muka bumi. Akan tetapi banyak orang Kristen yang meskipun taat dalam
beragama tetapi banyak mengabaikan tentang kepedulian terhadap lingkungan. Maka dari itu
pertobatan ekologis sangat dibutuhkan bagi manusia untuk menyadari bahwa manusia,
makhluk hidup lain dan alam adalah satu kesatuan yang sangat indah. Kehidupan beragama
yang baik dapat terwujud apabila manusia dapat menghargai karya ciptaan Allah. Pertobatan
ekologis ini memungkinkan bertumbuhnya sikap-sikap baik bagi manusia, yaitu untuk
melindungi dengan hati yang tulus dan penuh kelembutan, serta memiliki rasa syukur
terhadap dunia sebagai hadiah dari Allah.

4. Kegembiraan dan Damai


Dapat merasakan kenikmatan mendalam tanpa keinginan untuk memiliki adalah cara
lain yang ditawarkan oleh spritualitas Kristen agar manusia dapat memahami kualitas hidup
dan mendorong gaya hidup yang baik bagi manusia. Manusia seringkali ditutupi dengan
keegoisan untuk menguasai dan memiliki segala sesuatu. Kesajahaan atau kesederhanaan dan
kemampuan untuk bergembira adalah pertumbuhan yang ditawarkan oleh spritualitas Kristen.
Manusia perlu kembali kepada kesederhanaan dan menghargai setiap kehidupan yang ada di
alam semesta. Penguasaan dan kesenangan dapat dihindari manusia melalu hal-hal kecil,
seperti tidak merasa terikat dengan apa yang dimiliki dan tidak merasa sedih atas hal-hal yang

10
tidak dimiliki. Kebahagiaan dapat diperoleh manusia ketika manusia dapat mengatasi
kebutuhan-kebutuhan yang tidak penting dan terbuka terhadap berbagai kemunginan yang
ditawarkan oleh kehidupan. Setiap orang perlu berdamai dengan diri sendiri agar kesahajaan
dan kebahagiaan dapat dikembangkan. Dengan ketenangan atau kedamaian batin dari
manusia, memungkinkan kebahagiaan atau kesejahteraan bersama, termasuk lingkungan
hidup dapat dicapai.

5. Cinta Dalam Bidang Sipil dan Politik


Pelestarian alam adalah satu bagian dari gaya hidup yang menyertakan kemampuan
untuk hidup bersama dalam persekutuan. Yesus mengingatkan manusia bahwa Allah hadir
sebagai Bapa kita bersama dan menjadikan kita saudara-saudari. Manusia perlu menyadari
kembali bahwa kita saling membutuhkan dan memiliki tanggung jawab terhadap orang lain
dan dunia. Contoh Santa Teresia dari Lisieux mengajak kita untuk menapak “jalan kecil
cinta”, Cinta yang terdiri dari gerakan-gerakan kecil yang mengisyaratkan kepedulian satu
sama lain. Dalam konteks ini, manuasia harus tahu pentingnya pelbagai isyarat kecil sehari-
hari.

6. Tanda-tanda Sakramental dan Istirahat Yang Dirayakan


Alam semesta berkembang dalam Allah yang memenuhinya sepenuhnya. Oleh karena
itu terdapat makna mistis dalam sehelai daun, dalam sebuah lintasan alam, dalam embun,
dalam wajah orang miskin2. Santo Yohanes dari Salib mengajarkan bahwa yang baik yang
terdapat di dalam segala kenyataan dan pengalaman dunia ini “ditemukan dalam Allah secara
istimewa dan tak terhingga, atau lebih tepatnya, setiap kebaikan besar tersebut adalah
Allah”3. Sakramen merupakan cara istimewa sehingga alam diangkat oleh Allah dan
dijadikannya sebagai perantaraan kehidupan adikodrati. Dalam Ekaristi, dunia ciptaan
menemukan keagungannya yang terbesar. Anugerah itu menyatakan diri secara konkret dan
terekspresi luar biasa saat di mana Allah menjadi manusia bahkan menjadikan diri-Nya
sendiri santapan bagi makhluk ciptaan-Nya.

7. Allah Tritunggal dan Hubungan Antara Makhluk


Bapa adalah sumber utama dari segala sesuatu, dasar yang mengasihi dan menyapa
semua yang ada4. Semua yang diciptakan dari Yesus sebagai rupa Bapa. Sehingga Ia telah
menyatukan diri sendiri dengan alam semesta ketika dibentuk di dalam rahim Maria. Pribadi-
pribadi ilahi terus berhubungan satu sama lain, diciptakan menurut model ilahi, merupakan
sebuah jejaring relasi5. Ini menggambarkan bahwa manusia dan alam saling berhubungan.
Sehingga manusia perlu untuk mengembangkan spiritualitas kesetiakawanan global yang
berasal dari misteri Trinitas.
8. Ratu Seluruh Dunia Ciptaan
Maria adalah bunda yang merawat Yesus. Bahkan sekarang Maria hadir merawat dunia
yang terluka ini dengan kasih sayang dan rasa sakit sebagai seorang ibu. Sehingga kita dapat

2
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, (Obor: Jakarta), hlm. 172.
3
Ibid., hlm. 173.
4
Ibid., hlm. 175.
5
Ibid., hlm. 178.

11
meminta Maria agar untuk membantu kita dalam memandang dunia ini melalui mata yang
lebih bijaksana. Maria mengajarkan kita manusia untuk melindungi dan memotivasi kita agar
biasa bekerja dengan murah hati. Sebab kita hadir untuk melindungi dunia yang dipercayakan
Allah.

9. Melampaui Matahari
Di akhirat, kita akan menemukan diri kita berhadapan muka dengan keindahan Allah
yang tak terbatas dan dengan kagum dan bahagia, kita akan mampu membaca rahasia alam
semesta yang bersama-sama dengan kita akan mengambil bagian dalam kepenuhan yang tak
berujung6. Dari ini manusia diajarkan bahwa kehidupan kekal akan menjadi suatu
pengalaman yang paling mengagumkan. Dari sini manusia perlu belajar bahwa tujuan kita di
bumi ini yaitu mencari Allah, sebab Dialah yang menciptakannya. Allah yang memanggil
kita agar berkomitmen untuk hidup dengan murah hati dan berdamai dengan alam, sebab dari
sana kita memperoleh kekuatan untuk bergerak maju dan menemukan jalan-jalan baru.

6
Paus Fransiskus, Ensiklik Laudato Si, (Obor: Jakarta), hlm. 180.

12
BAB 3 PENUTUP

Pada dasarnya saat ini, bumi tengah mengalami krisis lingkungan hidup. Krisis ini
sudah mulai terasa dalam kehidupan manusia di dunia ini. Akan tetapi beberapa manusia
masih belum menyadari masalah krisis ini. Jika krisis ini terus dibiarkan maka bumi dan
seluruh kehidupan lama-kelamaan akan hancur bersamanya. Ensiklik Laudato Si’ telah
menyuarakan tentang betapa pentingnya kehidupan alam dunia ini beserta mahkluk
ciptaannya. Manusia dan alam merupakan mata rantai yang saling terkait satu dengan yang
lain. Maka itu Allah memberikan manusia tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan
alam ciptaan dan makhluk ciptaan lainnya.

Lewat krisis dan suara tentang hubungan keterkaitan antara manusia dan alam ciptaan,
mulailah muncul gerakan-gerakan ekologis untuk merawat dan memelihara alam lingkungan
ini. Namun Gerakan ini belum maksimal karena masih ada orang yang belum mau tergerak
untuk kembali merawat lingkungan ini. Padahal sesungguhnya kesombongan manusia dan
perilaku egois manusialah yang menyebabkan krisis ini terus bertambah. Lewat ini kelompok
kami mempelajari bahwa semua kehidupan di dunia ini berasal dari Allah. Allah menciptakan
seluruh alam ciptaan ini dengan penuh cinta-Nya dan manusia diberi anugrah dari Tuhan,
sebagai makhluk yang berakal budi supaya bisa bertanggung jawab dan melestarikan alam
ciptaan-Nya. Maka dari itu manusia bukanlah penguasa dari seluruh ciptaan Allah, karena
manusia juga ciptaan Allah. Sikap tanggung jawab, hormat dan penuh cinta kepada seluruh
ciptaan lainnya perlu dibangun dan ditingkatkan.

Kami menyadari juga bahwa perlu adanya kerja sama untuk mengatasi segala krisis
yang telah muncul di dunia ini. Proses kerja sama ini bukan hanya dari 1 atau 2 pihak saja,
melainkan semua pihak dari manusia untuk dapat bekerja sama mengatasi krisis ini. Untuk itu
perlu adanya kebijakan-kebijakan dan gerakan-gerakan ekologis di setiap negara dan kota.
Terlebih lagi setiap lembaga yang ada di dunia ini perlu berpartisipasi pada kebijakan dan
gerekan ini. Pada saat ini sangat penting juga pendidikan ekologis terhadap kaum pelajar dan
kaum muda. Tujuannya agar generasi muda dapat mengerti dan memahami betapa
pentingnya alam bagi kehidupan mereka serta dapat bertangunggung jawab, hormat dan
penuh cinta dalam merawat dan melestarikan alam ini. Mereka juga yang akan menjadi
penerus jiwa ekologis bagi generasi selanjutnya.

Sesungguhnya yang paling mendasar untuk memperbaiki krisis dunia ini adalah
kesadaran dari masing-masing orang. Kesadaran ini akan memunculkan rasa mau terlibat dan
kehendak untuk ingin mengatasi krisis ini. Untuk itu sebagai manusia perlu untuk saling
menyadarkan satu dengan yang lain, terutama membangun kesadaran ekologis ini, supaya
bumi dan seluruh makhluknya tetap hidup secara berkelanjutan. Dengan demikian bumi ini
akan tumbuh menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi manusia dan segala ciptaan lainnya.

13
Nama Anggota Kelompok 3:

 Blasius Exel Lorinanto


 Adri Montolalu
 Amatus Simon Petrus Letsoin
 Andre Fransisco Talia
 Angela Sisilia Koagow
 Arnoldus Jansen Buarlely
 Petrus Lermatan
 Verli Kowe

14

Anda mungkin juga menyukai