Anda di halaman 1dari 2

Hari Rabu Abu

Rabu Abu merupakan hari memasuki masa Pra-Paskah dalam penaggalan liturgi tahunan
gereja Katolik. Hari Rabu Abu dilaksanakan pada setiap hari Rabu 40 hari sebelum hari Paskah.
Pada Rabu Abu kaum beriman dengan menerima abu di dahi dalam perayaan Ekaristi maupun
dalam perayaan Ibadat Sabda. Abu tersebut diolesi berbentuk salib di dahi. Tanda ini merupakan
tanda pertobatan dan pemurnian jiwa. Pertobatan berarti bahwa manusia itu pendosa yang
mengakukan dosanya terbuka di hadapan Allah; dengan demikian ia mengungkapkan kemauannya
untuk bertobat, dengan pengharapan agar Tuhan berbelaskasih kepadanya. Hari Rabu Abu ini
menjadi awal pembaharuan diri, intropeksi diri serta pertobatan di masa Pra-Paskah sebelum
menyambut Paskah.
Tradisi pemakaian abu ini berasal dari masa Perjanjian Lama dalam Kitab Suci. Pada masa
perjanjian Lama, bangsa Israel melakukan pertobatan kepada Allah dengan cara menaburi diri
dengan abu dan menyelubungi diri dengan kain. Kebiasaan pertobatan dengan menggunakan abu
inilah yang akhirnya dipakai oleh Gereja Katolik pada abad-abad pertengahan untuk memasuki
masa Pra-paskah. Dan tradisi itu terus dilakukan dan dikembangkan hingga saat ini. Jika dilihat dari
segi teologis, makna dari Rabu Abu sendiri adalah para umat yang percaya mengungkapkan sikap
penyesalan serta pertobatan yang didasari dengan kesadaran kefanaan diri serta betapa
bergantungnya kita dengan rahmat Kristus. Simbol abu menjadi pengingat bahwa kita adalah
manusia yang penuh akan dosa dan sudah membuat Yesus disalibkan karena dosa yang sudah kita
perbuat. Abu menjadi simbol pertobatan dan penyesalan diri atas dosa-dosa.
Abu yang dipakai pada perayaan Rabu Abu adalah hasil pembakaran daun-daun palem pada
perayaan Minggu palma tahun sebelumnya, atau jika tidak ada dapat juga diambil daun-daun palem
yang sudah kering lalu dibakar. Kemudian abu tersebut diberkati oleh imam dalam perayaan
Ekaristi sebelum hari Rabu abu maupun pada saat hari Rabu Abu. Abu yang sudah diberkati inilah
yang kemudian dibagikan kepada umat di stasi-stasi. Pengolesan abu dilakukan dalam Perayaan
Ekaristi maupun Ibadat Sabda.
Pada hari Rabu Abu, umat Katolik melaksanakan pantang dan puasa. Ketentuan pantang dan
puasa tersebut adalah sebagai berikut;
 Yang wajib berpuasa ialah semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun
ke-60.
 Yang wajib berpantang ialah semua orang Katolik yang berusia genap 14 tahun ke atas.
 Puasa berarti makan kenyang hanya sekali sehari. Artinya kita tetap makan tiga kali sehari,
tetapi hanya satu kali kita makan kenyang semantara yang lain tidak sampai kenyang. Kita
bebas memilih waktu makan kapan kita kenyang di antara ketiga waktu makan. Misalnya,
kita memilih makan kenyang saat makan siang, maka makan pagi dan dalam hanya makan
secukupnya.
 Pantang berarti memilih pantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok.

Melalui puasa dan pantang, kita diundang Tuhan untuk mengambil bagian dalam karya
penyelamatan dunia, dengan cara yang paling sederhana, yaitu berdoa dan menyatukan
pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib. Bagi kita orang Katolik, puasa dan
pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan
sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa kita dan demi
mendoakan keselamatan dunia. Maka pada hari rabu abu, saat kita menerima abu sebagai tanda
pertobatan, kita juga hendaknya menjalankan pantang dan puasa sebagai tanda pertobatan.

Anda mungkin juga menyukai