Anda di halaman 1dari 10

Katekese Masa Prapaskah & Paskah

Masa prapaskah menjadi momen teragung bagi kita umat Kristiani untuk menjalani Retret
Agung. Selama masa prapaskah itu kita diajak untuk tidak hanya “merobek dan
mengoyakkan pakaian kita, tetapi juga hati kita”, Itulah pertobatan sejati yang justru
dikehendaki Allah. Maka, dalam semangat membangun pertobatan sejati itulah, kita diajak
untuk melihat kembali beberapa katekese yang diajarkan oleh Gereja tentang masa
prapaskah.

POIN-POIN KATEKESE MENGENAI MASA PRAPASKAH :


1. Kapankah masa Prapaskah dimulai dan diakhiri?
Masa Prapaskah adalah masa 40 hari sebelum Paskah, yang digunakan Gereja untuk
mempersiapkan diri dalam merayakan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus pada hari
Minggu Paskah. Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu, yaitu hari di mana umat
beriman menerima tanda Salib dari abu di dahinya. Masa Prapaskah berakhir pada siang
hari Sabtu Suci. Lima hari Minggu Prapaskah tidak terhitung dalam masa 40 hari tersebut.
2. Mengapa hari Minggu tidak terhitung dalam 40 hari masa Prapaskah?
Sebab hari Minggu adalah hari Kebangkitan Kristus, jadi hari
Minggu bukanlah saat yang tepat untuk berpuasa dan menyesali dosa-dosa kita. Pada hari
Minggu kita wajib merayakan Kebangkitan Kristus demi keselamatan kita. Pada hari
Jumat-lah kita mengenang wafat-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Hari Minggu
sepanjang tahun adalah hari-hari pesta dan hari Jumatsepanjang tahun adalah hari-hari
tobat.
3. Mengapa masa Prapaskah berlangsung empat puluh hari lamanya?
Sebab 40 hari adalah angka yang diyakini dalam Kitab Suci
sebagai waktu untuk pendisiplinan diri, penyembahan serta persiapan.
– Musa tinggal digunungAllah selama 40 hari (Kel 24:18; 34:28),
– Elia berkelana selama 40 hari sebelum ia tiba di gua di mana ia mendapat penglihatan (1
Raj 19:8),
– Niniwe diberi waktu selama 40 hari untuk bertobat (Yun 3:4),
– dan yang terutama, sebelum memulai karya pewartaan-Nya, Yesus melewatkan 40 hari
di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa (Mat 4:2).
Karena Masa Prapaskah adalah masa untuk berdoa dan berpuasa, maka selayaknyalah
umat Kristiani meneladani Tuhan mereka dengan masa 40 hari lamanya. Kristus
menghabiskan 40 hari dengan berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan karya
pewartaan-Nya, yang mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung (Penyaliban-Nya) dan
Minggu Paskah (Kebangkitan-Nya).
Katekismus Gereja Katolik menyatakan: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah
imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya
sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr 4:15). Oleh masa puasa
selama empat puluh hari setiap tahun, Gereja mempersatukan diri dengan misteri Yesus di
padang gurun,” (Katekismus Gereja Katolik 540).
4. Apa sajakah ciri khas dari masa Prapaskah?
Masa Prapaskah mempunyai dua ciri khas yaitu mengenangkan atau mempersiapkan
pembaptisan dan membina pertobatan. Tradisi Gereja mencatat bahwa masa Prapaskah
merupakan saat yang penting bagi para katekumen untuk mempersiapkan diri secara Iahir
dan batin. Persiapan ini mencapai puncaknya ketika katekumen menerima Sakramen
Baptis pada Malam Paskah Vigili. Bagi umat beriman lainnya masa ini adalah juga masa
tobat. Dalam masa tobat ini, umat beriman melaksanakan “Retret Agung” merenungkan
misteri sengsara dan wafat Tuhan Yesus. Tobat ditandai dengan pantang dan puasa.
Karena itu sepanjang masa prapaskah, kegiatan pendalaman iman, puasa, pantang, dan
amal amat dianjurkan.Warna Liturgi masa prapaskah secara Umum adalah Ungu sebagai
lambang pertobatan, kecuali Tri Hari Suci atau Perayaan Wajib Selama Masa Prapaskah.
5. Mengapa orang Katolik membubuhi dahinya dengan tanda salib pada hari Rabu Abu?
Sebab menurut Injil tanda di dahi adalah lambang kepemilikan seseorang. Dengan tanda
salib didahinya melambangkan bahwa orang tersebut adalah milik Yesus Kristus, yang
wafat di Kayu Salib. Tanda itu serupa dengan tanda rohani atau meterai yang dimeteraikan
dalam Baptisan Kristiani, yaitu ketika manusia dibebaskan dari perbudakan dosa, serta
dijadikan hamba kebenaran. (Roma 6:3-18). Tanda itu juga serupa dengan gambaran
orang-orang benar dalam Kitab Wahyu: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau
pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!”
(Why7:3)
6. Mengapa dalam Perayaan Rabu Abu, umat diberi tanda abu di dahi?
Dengan menerima abu, setiap umat beriman diingatkan untuk kembali kepada Tuhan.
“Kamu berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu” (Kej 2:7). Forma ini mengingatkan
kita akan kematian dan/atau kedatangan Tuhan yang dapat terjadi sewaktu-waktu
seumpama pencuri di waktu malam, oleh karena itu diperlukan sikap berjaga-jaga dan
bertobat: “Bertobatlah dan percayalah pada Injil”
Abu merupakan tanda yang mengingatkan kepada kita bahwa kita berasal dari debu tanah
dan akan kembali ke abu/ debu tanah. (bdk. Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29;
Pengkhotbah 3:20). Kita ketahui bahwa manusia pertama diciptakan Allah dari debu tanah
dan semua manusia akan meninggal, dan tubuhnya akan kembali terurai menjadi debu
tanah. Pada saat kita menerima tanda salib dari abu di dahi kita pada hari Rabu Abu, kita
diingatkan bahwa suatu saat nanti kita akan kembali ke tanah, yaitu bahwa hidup kita di
dunia ini adalah sementara. Maka kita diajak untuk mengarahkan hati kepada Allah yang
menciptakan kita, sebab Dia berada di atas kita dan segala kesenangan dunia sifatnya
sementara.
7. Berasal dari manakah abu yang digunakan pada hari Rabu Abu?
Abu tersebut dibuat dengan membakar daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu
Palma tahun sebelumnya. Daun-daun palma itu kemudian diberkati oleh imam – abu yang
diberkati telah digunakan dalam ritual keagamaan sejak jaman Musa (Bil 19:9-10,17).
8. Mengapa daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu Palma tahun sebelumnya
yang digunakan?
Sebab hari Minggu Palma adalah saat rakyat bersukacita menyambut Yesus yang
memasuki Yerusalem dengan jaya. Mereka menyambut kedatangan-Nya dengan
melambai-lambaikan daun-daun palma, sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa la
datang untuk wafat guna menebus dosa-dosa mereka.
Dengan menggunakan daun-daun Minggu Palma, Gereja hendak mengingatkan bahwa
kita selayaknya tidak hanya bersukacita atas kedatangan Yesus, tetapi juga menyesali
kenyataan bahwa karena dosa-dosa kitalah maka Ia harus wafat bagi kita guna
menyelamatkan kita dari api neraka.

9. Apa itu hari Puasa dan Pantang?


Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik dan Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa
2017 pasal 138 no 2.b tentang hari tobat, hari puasa adalah hari di mana umat Katolik
yang berumur 18 sampai awal tahun ke-60 diwajibkan berpuasa.
Puasa berarti makan kenyang (normal) satu kali sehari dengan dua kali makanan kecil,
selama porsi kedua makanan kecil tersebut jika dijumlahkan tidak menjadi satu porsi
makanan normal. Anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, namun demikian para orangtua
wajib menjamin bahwa anak-anak mereka memperoleh pendidikan rohani yang selayaknya
dalam hal berpuasa. Mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya
membutuhkan porsi makanan yang lebih besar atau makanan normal seperti biasanya,
dapat dengan mudah memperoleh dispensansi dari imam. Hari pantang adalah hari di
mana umat Katolik yang berumur genap 14 tahun keatas wajib berpantang daging, atau
ikan atau garam, atau jajan atau rokok, Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri
puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya. Sekali
lagi, mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya mempunyai kebutuhan
makanan yang khusus dapat dengan mudah memperoleh dispensasi dari imam.

10. Kegiatan apa sajakah yang cocok dilakukan pada hari-hari biasa sepanjang masa
Prapaskah?
Sepanjang hari-hari biasa masa prapaskah umat Kristiani diharapkan mengupayakan
pertumbuhan pribadi dan komunitas dalam keutamaan-keutamaan hidup kristiani, baik
dengan menyangkal diri dari sesuatu yang kita sukai, melakukan tindakan amal kasih baik
secara jasmani ataupun rohani bagi sesama, berdoa, berpuasa dan berpantang, mengikuti
misa harian, Adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus, meluangkan waktu membaca
Kitab Suci.
Mengikuti pertemuan-pertemuan untuk sharing iman/ibadat/pendalaman iman bersama di
lingkungan, memenuhi kewajiban-kewajiban kita secara lebih setia, menerima Sakramen
Tobat dan tindakan-tindakan lain yang menyatakan tobat secara umum. Masa prapaskah
menjadi moment yang tepat untuk mengadakan pembinaan dan penerimaan kembali ke
dalam pangkuan Gereja bagi mereka yang berada dalam keadaan dosa berat. Penerimaan
sakramen tobat bagi umat baik juga jika diadakan di lingkungan-lingkungan untuk melayani
mereka yang sakit, lanjut usia dan berada dalam kondisi keterbatasan fisik yang tidak
memungkinkan untuk menerima sakramen tobat di Gereja.
11. Mengapa menyangkal diri dari hal-hal tertentu selama masa Prapaskah merupakan
kebiasaan yang baik serta bermanfaat?
Dengan menyangkal diri dari hal-hal yang kita sukai, kita mendisiplinkan kehendak kita
sehingga kita tidak diperbudak oleh kesenangan-kesenangan kita itu. Seperti misalnya
dengan selalu memperturutkan kata hati dalam menyantap makanan akan mengakibatkan
kelemahan jasmani, jika keterikatan itu semakin besar, kita juga tidak akan mampu
menghadapi situasi-situasi yang sulit lainnya. Terbiasa memperturutkan kata hati dalam
segala kesenangan akan mengakibatkan kelemahan rohani, dan jika keterikatan itu
semakin besar, kita juga tidak akan mampu menghadapi situasi-situasi rohani yang sulit.
Dengan mendisiplinkan kehendak kita untuk menolak godaan pada saat godaan tersebut
tidak menimbulkan dosa, maka kita membentuk kebiasaan untuk menolak godaan ketika
godaan itu mengakibatkan dosa.

12. Selain hari Rabu Abu, yang mengawali masa Prapaskah, adakah perayaan-perayaan
penting lainnya dalam masa Prapaskah?
Ada banyak pesta para kudus dalam Masa Prapaskah, dan beberapa di antaranya
berubah dari tahun ke tahun karena tanggal berlangsungnya Masa Prapaskah sendiri juga
berubah-ubah sesuai dengan tibanya Perayaan Paskah. Hari-hari Minggu dalam Masa
Prapaskah kita mengenangkan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Tuhan Yesus,
seperti Transfigurasi-Nya dan Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya pada Hari Minggu
Palma yang menjadi tanda dimulainya Pekan Suci.
Pekan Suci mencapai puncaknya pada hari Kamis Putih – di mana Kristus merayakan
Misa pertama, Jumat Agung – di mana Yesus disalibkan, dan Sabtu Suci – hari terakhir
dari Masa Prapaskah – di mana Tuhan Yesus terbaring di Makam sebelum Kebangkitan-
Nya pada hari Minggu Paskah, yaitu hari pertama sesudah Masa Prapaskah.

13. Dalam hal liturgi, adakah hal-hal khusus yang patut menjadi perhatian selama masa
Prapaskah?
Dalam perayaan liturgi selama masa Prapaskah, Kemuliaan dan Alleluia tidak dinyanyikan,
kecuali pada hari raya wajib selama masa Prapaskah, yaitu HR St Yusuf (tgl. 19 Maret)
dan HR Kabar Sukacita (tgl. 25 Maret). Jika hari raya tersebut jatuh pada hari Minggu
Prapaskah maka hari raya tersebut dipindahkan ke hari lain. Misalnya: tanggal 25 Maret
2018 itu bertepatan dengan minggu palma, maka hari raya kabar sukacita dipindahkan ke
tanggal 9 April 2018. Ikon-ikon kudus ditutupi, menandakan masa umat di padang gurun,
hiasan-hiasan sebaiknya tidak dibuat mewah, hiasan bunga ditiadakan selama masa
Prapaskah. Mulai Minggu prapaskah V, salib diselubungi kain ungu sampai akhir Jumat
Agung, sedangkan patung (atau lukisan utama) sampai awal perayaan Malam Paskah.
Khusus selama Kamis Putih selubung ungu diganti selubung putih. Alat-alat musik hanya
boleh dimainkan secara sederhana untuk mengiringi nyanyian dan yang menggaris-bawahi
ciri tobat. Sejalan dengan itu, maka Perayaan-perayaan atau pesta-pesta dan resepsi tidak
dianjurkan selama masa Prapaskah. Demikian biasanya penerimaan Sakramen
Perkawinan dan Imamat ditiadakan selama masa Prapaskah. Tetapi pemberesan
perkawinan bagi mereka yang terkena ekskomunikasi sangat dianjurkan selama Masa
Prapaskah. Pastor paroki dimohon secara bijaksana mencermati dan mengambil kebijakan
sebaik mungkin dalam situasi dan kebutuhan pelayanan umat ini.
14. Bolehkah ada iringan organ dalam misa selama masa Prapaskah?
Tentang penggunaan alat musik dalam masa prapaskah, litterae Circulares De Festis
Paschalibus Praeparandis et Celebrandis (Surat Edaran Tentang Perayaan Paskah &
Persiapannya) Roma, thn 1988 dan PUMR thn 2002 menyebutkan bahwa: Dalam Masa
Prapaskah tak diperkenankan menghias altar dengan bunga-bunga; bunyi alat-alat musik
diperkenankan hanya untuk mengiringi nyanyian (FPPC17).
Pada Minggu Prapaskah ke-4 (“Laetare”) dan pada Hari Raya dan Pesta, orgel dan alat-
alat musik lain dapat dimainkan dan altar dapat dihias dengan bunga-bunga (FPPC 25).
Selama Masa Prapaskah, organ dan alat musik lain hanya boleh dimainkan untuk
menopang nyanyian, kecuali pada Minggu Laetare (Minggu Prapaskah JV) dan hari raya
serta pesta yang terjadi dalam masa ini (PUMR 313).
15. Mengapa dalam masa Prapaskah, umat dianjurkan untuk mengikuti Ibadat Jalan Salib?
Jalan Salib disusun berdasarkan meditasi St. Bernardus, St. Fransiskus Asisi dan St.
Bonaventura di abad pertengahan, yang kemudian dituangkan dalam 14 pemberhentian
seperti yang kita kenal sekarang dari komunitas Fransiskan di abad ke 17. Tujuan
renungan/meditasi ini adalah supaya umat dapat merenungkan kisah sengsara Yesus dari
saat sebelum wafat-Nya sampai Ia dikuburkan. Ibadat Jalan Salib diadakan setiap Hari
Jumat selama Masa Prapaskah, lbadat ini dapat dilaksanakan di Gereja atau dapat juga
dilaksanakan di di setiap lingkungan di tempat yang sesuai. Doa jalan Salib pribadi atau
bersama keluarga juga dianjurkan untuk dilaksanakan selama Masa Prapaskah. Doa Jalan
Salib biasanya disesuaikan dengan tema APP di setiap Keuskupan.
16. Pekan suci dimulai dengan perayaan hari Minggu Palma apa makna dari perayaan ini
dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Perayaan Minggu Palma dimaksudkan sebagai perayaan yang menghubungkan perayaan
kejayaan Kristus Raja dengan pewartaan sengsara-Nya. Beberapa ketentuan liturgis
mengenai perayaan Minggu Palma adalah sebagai berikut:
1) Prosesi meriah Minggu Sengsara untuk mengenang perarakan Yesus masuk Yerusalem
diadakan hanya satu kali dan hendaknya dilakukan pada misa yang paling utama pada hari
Minggu, sedangkan cara sederhana dilaksanakan pada Misa yang lain pada hari ini.;
2) Daun palma yang diberkati dalam perayaan ini dapat disimpan di rumah masing-masing
kaum beriman sebagai tanda kejayaan Kristus.;
3) Kisah Sengsara dibawakan dengan meriah tanpa lilin dan dupa. Peran Yesus
dibawakan oleh imam. Tetapi kalau dinyanyikan, peran Yesus dapat dibawakan oleh orang
lain.
17. Tri hari suci dimulai dengan Perayaan Ekaristi Kamis Putih, sampai puncaknya dalam
perayaan malam Paskah dan berakhir Minggu Paskah. Apa makna dari perayaan Kamis
Putih dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Perayaan Kamis Putih merupakan perayaan liturgi yang mengawali Trihari Paskah dan
dimaksudkan untuk mengenang Perjamuan Malam terakhir yang dilakukan oleh Yesus
bersama dengan murid-murid-Nya. Beberapa ketentuan liturgis mengenai perayaan Kamis
Putih adalah sebagai berikut:
1) Selama kemuliaan/gloria dinyanyikan klinthing dan (lonceng) dibunyikan.;
2) Dalam Perayaan Kamis Putih, diadakan upacara pembasuhan kaki untuk
mengungkapkan semangat pelayanan dan kasih Kristus yang datang tidak untuk dilayani
melainkan untuk melayani.;
3) Setelah Misa Kamis Putih umat diajak mengadakan tuguran dengan adorasi dalam
gereja di depan Sakramen Mahakudus. Dalam tuguran ini, dapat bisa dibacakan Injil Yoh
bab 13-17 dan setelah tengah malam, tuguran/adorasi hendaknya dilaksanakan tanpa
KEMERIAHAN KARENA SUDAH MULAI HARI SENGSARA TUHAN.
18. Apa makna dari Perayaan Jumat Agung dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis
yang harus diperhatikan?
Perayaan lbadat (bukan misa) Jumat Agung adalah perayaan ibadat untuk mengenangkan
sengsara Tuhan dan menghormati salibNya. Beberapa ketentuan liturgis mengenai
perayaan JumatAgung adalah sebagai berikut:
1) lbadat Jumat Agung sebaiknya diadakan jam 15.00, namun karena alasan pastoral
dapat juga ditentukan waktu yang lain yang lebih sesuai untuk umat, misalnya setelah
tengah hari siang atau sore, tetapi tidak boleh setelah jam 21.00.;
2) lbadat Jumat Agung meliputi perayaan sabda (termasuk kisah sengsara dan doa umat
meriah), penghormatan salib, dan penerimaan komuni.
19. Apa makna dari Perayaan Sabtu Suci dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis
yang harus diperhatikan?
Pada Sabtu Suci/Sabtu Paskah, Gereja berhenti di makam Tuhan, merenungkan
penderitaan, wafat, dan masuk-Nya ke dunia kematian dan menantikan kebangkitan-Nya
dengan puasa dan doa. Beberapa ketentuan liturgis mengenai Sabtu Suci adalah sebagai
berikut:
1) Pada Sabtu pagi – siang tidak ada perayaan Ekaristi.;
2) Bila mungkin, hendaknya diadakan ibadat Sabda atau kebaktian yang sesuai dengan
misteri yang dikenangkan pada hari ini.
20. Apa makna dari Perayaan Malam Paskah dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis
yang harus diperhatikan?
Malam Paskah adalah malam tirakatan bagi Tuhan, mengenangkan malam kudus waktu
Tuhan bangkit dan karenanya dipandang sebagai induk segala tirakatan. Beberapa
ketentuan liturgis mengenai Malam Paskah adalah sebagai berikut:
1) Perayaan Malam Paskah terdiri atas upacara cahaya dan madah Paskah, perayaan
sabda tentang karya-karya agung Allah, perayaan baptis, perayaan ekaristi.;
2) Agar umat dapat mengikuti upacara cahaya, sebaiknya umat mengelilingi lilin paskah di
halaman gereja. Bila keadaan tidak memungkinkan, upacara cahaya dilaksanakan di
depan altar, lalu diadakan prosesi dari belakang gereja.
21. Apa makna dari Perayaan Minggu Paskah dan apa sajakah ketentuan-ketentuan
liturgis yang harus diperhatikan?
Bila Perayaan Malam Paskah tidak dititik-beratkan pada peristiwa/keadaan Kristus setelah
bangkit, tetapi pada peristiwa peralihan dari sengsara dan wafat ke kebangkitan dan
pengharapan, maka perayaan Minggu Paskah akan lebih bermakna. Beberapa ketentuan
liturgis mengenai Perayaan Minggu Paskah:
1) Dapat diadakan pembaruan janji baptis dan pemercikan air suci mengingat adanya
sebagian umat yang tidak mengikuti perayaan Malam Paskah, atau
2) Di awal misa dilakukan pemercikan air suci yang diberkati pada Malam Paskah dan
diiringi lagu ‘Vidi Aguam’ atau nyanyian baptis

Pantang dan Puasa


Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup
hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan
jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa
hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati
Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus. Peraturan pantang mengikat mereka yang
telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua
yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan
orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak
terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.(KHK 1251-
1252)
Jadi sebagai orang Katolik wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Jadi,
selama masa Prapaskah, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa
adalah semua orang beriman yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai awal
enam puluh (60) tahun.

PUASA berarti:
makan kenyang hanya satu kali dalam sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
• Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
• Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Orang Katolik wajib berpantang pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat
Suci. Jadi hanya 7 hari selama masa PraPaskah. Yang wajib berpantang adalah semua
orang katolik yang berusia empat belas (14) tahun ke atas.

PANTANG berarti
• Pantang daging, dan atau
• Pantang rokok, dan atau
• Pantang garam, dan atau
• Pantang gula dan semua manisan seperti permen, dan atau
• Pantang hiburan seperti radio, televisi, bioskop, film.

Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang, sesuai dengan semangat
tobat yang hendak dibangun,umat beriman, baik secara pribadi, keluarga, atau pun
kelompok, dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat.
Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi
dosa.
Dalam rangka masa tobat, maka pelaksanaan perkawinan juga disesuaikan. Perkawinan
tidak boleh dirayakan secara meriah.

ARTI PUASA dan PANTANG


PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum Seluruhnya, yang berarti
sama sekali tidak makan atau minum apapun Atau sebagian, yang berarti mengurangi
makan atau minum.

Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan


perhatian waktu bersemadi dan berdoa.
Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.
Puasa pantas disebut doa dengan tubuh, karena dengan berpuasa orang menata hidup
dan tingkah laku rohaninya.
Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia
mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas
kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan
penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.
Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi
yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan
ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada
sesama dan kepada Tuhan.
Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang
terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.
Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.
Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum
atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau Pmengatasi penyakit tertentu.
Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.
SABDA TUHAN SEHUBUNGAN DENGAN PUASA

"Melalui nabi Yesaya, Tuhan bersabda:


Berpuasa yang Kukehendaki ialah,
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman
Dan mematahkan setiap kuk
Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
Dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar
Dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak mempunyai rumah
Dan apabila kamu melihat orang telanjang
Supaya engkau memberi dia pakaian
Dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Pada waktu itulah
Engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab
Engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku
Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu
Dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah
Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri
Dan memuaskan hati orang tertindas
Maka terangmu akan terbit dalam gelap
Dan kegelapanmu akan seperti bintang rembang tengah hari"

Dalam kotbah di bukit, Yesus bersabda tentang puasa:


“Apabila kamu berpuasa,
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya
orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa,


minyakilah kepalamu
Dan cucilah mukamu
Supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa

Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Anda mungkin juga menyukai