Anda di halaman 1dari 11

PERAYAAN LITURGI DALAM LINGKARAN PASKAH

______________________

Pengantar

Lingkaran Paskah menandai saat-saat penting dalam Misteri Paskah Kristus. Di dalamnya kita menemukan saat-saat
puncak perayaan iman kristiani. Lingkaran Paskah seolah merupakan pusaran utama dalam Tahun Liturgi Gereja
Katolik Roma. Tahun Liturgi itu sendiri adalah perayaan iman aktual akan misteri Kristus dalam waktu secara ritual-
sakramental. Melalui Tahun Liturgi Gereja mengaktualkan kembali peristiwa keselamatan atau penebusan. Maka,
Liturgi dipandang sebagai kelanjutan di mana Allah berintervensi dengan manusia lewat tanda-tanda ritualnya.
Katakanlah bahwa Tahun Liturgi pada akhirnya tidak lain daripada suatu upaya realisasi secara bertahap, secara
progresif dengan cara "meniru" dan berpartisipasi ke dalam hidup Kristus.

Sejarah keselamatan yang terus berlanjut hingga kini dalam Gereja merupakan elemen penting dalam Tahun
Liturgi. Sejarah keselamatan yang telah dicanangkan oleh Allah sebelumnya (dalam Perjanjian Lama) dan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Kristus pada masa lalu tetap operasional hingga pada “masa kini dan di sini” dalam
bentuk ritual. Upacara ritual liturgis adalah kristalisasi misteri penebusan Kristus. Karena penebusan itu adalah pusat
atau poros dari seluruh rencana keselamatan-Nya.

Cara untuk menghayati misteri Kristus adalah melalui Liturgi. Sepanjang tahun Gereja merayakan peristiwa
pelayanan Kristus hingga sampai Pekan Suci kita memasuki Yerusalem bersama-Nya dan diundang bersama untuk
mengambil bagian dalam misteri Paskah yang menyelamatkan kita. Kita bukan lagi menjadi penonton pasif tapi
berperan aktif. Liturgi bukan hanya sekedar mengingat-ingat peristiwa di mana Kristus menyelamatkan kita, tetapi
pertama-tama kita mengaktualisasikannya, menjadikannya hadir “kini dan di sini”. Misteri Paskah itu dirayakan oleh
kita. Dirayakan bukan sekedar diulangi. Bukan repetisi tapi representasi. Gereja membuat Kristus hadir di tengah-
tengah kita melalui tanda-tanda dan simbol-simbol serta tindakan-tindakan yang digunakan oleh Dia sendiri.

Gereja telah mengatur pembabakan Tahun Liturgi untuk menggambarkan makna teologis di atas. Mengacu pada
pribadi dan kehidupan Yesus sendiri maka, pembabakan itu disusun sebagai berikut:1
- Masa Adven (Ibadat Sore I menjelang hari Minggu yang jatuh pada 30 November atau yang terdekat dengan
tanggal itu, selama 4 hari Minggu, [17-24 Desember diarahkan lebih langsung kepada persiapan HR Natal],
hingga sebelum Ibadat Sore menjelang HR Natal);
- Masa Natal (mulai Ibadat Sore I menjelang HR Natal, Oktaf Natal, hingga hari Minggu sesudah HR
Penampakan [Minggu antara 2 dan 8 Januari]);
- Masa Biasa (Senin sesudah Minggu yang menyusul HR Penampakan Tuhan, sampai Selasa sebelum Rabu
Abu);
- Masa Prapaskah (Rabu Abu sampai sebelum Misa sore Pengenangan Perjamuan Tuhan pada Kamis petang);
- Trihari Paskah (Misa sore Pengenangan Perjamuan Tuhan pada Kamis dalam Pekan Suci hingga Ibadat Sore
II HR Minggu Paskah);
- Masa Paskah (HR Minggu Paskah, Oktaf Paskah, Kenaikan Tuhan [setelah 40 hari/Minggu Paskah VII],
Pentakosta [setelah 50 hari]);
- Masa Biasa (Senin sesudah Minggu Pentakosta, HR Kristus Raja, sampai sebelum Ibadat Sore I pada Minggu
Adven I).

Gereja mengenang kebangkitan Tuhan sebagai pesta yang paling agung. Sepanjang tahun misteri Kristus itu
diuraikan, dan tak ketinggalan hari-hari kematian para kudus pun diperingati.2 Dalam berbagai masa liturgi itu Gereja
bermaksud menyempurnakan pembinaan kaum beriman dengan latihan rohani maupun jasmani, dengan pengajaran,
doa, laku tobat dan karya amal (Sacrosanctum Concilium, 102-105).

Dalam tulisan ini hanya akan dibahas bagian Masa Prapaskah dan Trihari Paskah, serta tak ketinggalan Pekan
Suci yang seolah merekatkan dua rangkaian hari-hari itu. Secara khusus akan kita soroti perayaan-perayaan
liturgisnya, dan menyinggung sedikit kegiatan paraliturgis/devosional yang berkaitan dalam Masa-masa itu, yang
biasanya disebut pula sebagai suatu rangkaian dalam Lingkaran Paskah (yang berakhir pada HR Pentakosata).
Pertama-tama kita akan melihat dulu pembabakan Lingkaran Paskah Gereja itu dalam bagan sederhana. Selanjutnya
kita akan memperbincangkannya dalam dua bagian. Setiap bagian akan kami sajikan dalam bentuk tematis dan
cukup terstruktur supaya lebih mudah untuk dipahami dan diingat. Insya Allah….

1 Untuk penjelasan selengkapnya lihat “Pedoman Tahun Liturgi dan Penanggalan Liturgi” / PTLPL, Congregatio Pro Cultu Divino, Vatikan,
1969 dalam Komisi Liturgi KWI, Bina Liturgia 2E, hlm 501-516.
2 Bdk PTLPL, no. 1.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  2

BAG. I BAG. II
PP1 PP2 PP3 PP4 PP5 PkSc - THP P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
M M M M M MPP 6 / MPlm Psk MO M M M M M Ptk
S S S S S Sn PkSc SO S S S S S S
S S S S S Sl PkSc SO S S S S S S
RAb R R R R R Rb PkSc RO R R R R R R
K K K K K K KmPt KO K K K K KnT K
J J J J J J JmAg JO J J J J J J
S S S S S S SbSc - MlmPs SO S S S S S S

BAGIAN PERTAMA: DARI RABU ABU HINGGA PEKAN PRAPASKAH V

A. MISA RABU ABU: AWAL MASA TOBAT DAN PUASA

1. Makna:
a. Masa Prapaskah dibuka pada hari Rabu Abu. Saat itu umat beriman menerima tanda abu, sebagai lambang
bahwa ia adalah pendosa yang dengan terbuka mengakui kesalahannya di hadapan Allah.
b. Dengan demikian, melalui tanda biblis itu, setiap umat menyatakan kehendaknya untuk pertobatan batin,
disertai harapan bahwa Allah mengampuninya.
c. Hari ini diberlakukan sebagai hari pantang dan puasa, hari laku-tapa dan tobat bagi seluruh Gereja.

2. Ketentuan liturgis:
a. Hari Rabu Abu mempunyai kepanjangannya, yakni hari Kamis, Jumat, dan Sabtu sesudah Rabu Abu.
Keempat hari itu masih terhitung sebagai saat-saat awal Masa Prapaskah.
b. Pemberkatan dan penandaan abu dilakukan di dalam misa. Namun jika memang tidak dapat dilakukan di
dalam misa, maka dapatlah diadakan ibadat Sabda saja. Pemberkatan dan penandaan abunya setelah
homili, sebelum doa umat.
c. Warna liturgi: ungu.
d. Siapa pun yang berminat (Katolik atau bukan, dewasa atau anak) dapat menerima tanda abu yang
merupakan ungkapan kesediaan untuk bertobat dan mohon pengampunan.
e. Hendaknya dipilih waktu yang tepat untuk misa atau ibadat Sabda agar banyak umat beriman dapat ikut
secara bersama-sama mengawali Masa Prapaskah itu.
f. Ada dua rumus pemberkatan abu. Boleh pilih salah satu. Begitu juga ada dua rumus penandaan dengan
abu. Boleh pilih salah satu juga.
g. Mulai hari ini dan selama Masa Prapaskah hendaknya dihindari suasana kemeriahan di dalam liturgi (kecuali
pada Minggu Prapaskah IV, atau Minggu Laetare/Sukacita, dan Pesta/HariRaya). Misalnya, bunyi suara
logam (lonceng), hiasan bunga, juga permainan alat musik hanya boleh untuk mengiringi nyanyian.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: Perarakan masuk, Tanda Salib-Salam, Pengantar, (tanpa Ritus Tobat!) Doa Pembuka
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait Pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili,
Pemberkatan dan Penandaan Abu, Doa Umat
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup.

4. Bacaan:
a. Yoel 12:12-18: Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu.
b. 2 Korintus 5:20-6:2: Damaikan dirimu dengan Allah, sekaranglah hari yang tepat.
c. Matius 6:1-6,16-18: Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

5. Unsur khas:
a. Ritus Tobat dihilangkan karena diganti dengan pemberkatan dan penandaan abu.
b. Abunya adalah dari daun-daun palma (atau apa pun macamnya) yang diberkati dan digunakan dalam
perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya.
c. Penandaan abu dapat dilakukan dalam dua cara: dibuat tanda salib pada dahi atau direcikkan pada kepala.
d. Mulai hari ini dan selama Masa Prapaskah hingga misa Malam Paskah tidak dinyanyikan “Madah
Kemuliaan“ dan “Alleluia” dalam semua ibadat.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  3

B. MISA HARI-HARI BIASA DAN MINGGU PRAPASKAH (I-V)

1. Makna:
a. Perjalanan masa Prapaskah, yakni masa pertobatan, dirayakan dengan peristiwa-peristiwa liturgis. Masa
empatpuluh hari itu mempunyai tugas ganda: pertama, sebagai kenangan dan persiapan akan pembaptisan,
dan kedua, sebagai pertobatan karena mempersiapkan datangnya saat Paskah.
b. Perayaan liturgis selain diikuti dengan latihan batin dan personal, hendaknya juga dinyatakan dalam
tindakan sosial.

2. Ketentuan liturgis:
a. Minggu Prapaskah I adalah permulaan Masa Suci terhormat 40 hari.
b. Hari-hari Minggu Prapaskah diutamakan di atas Hari Raya Tuhan dan semua Hari Raya lain. Hari Raya
yang jatuh pada salah satu hari Minggu Prapaskah dipindah ke hari Sabtu.
c. Hari-hari biasa Masa Prapaskah diutamakan atas semua tingkat Peringatan Wajib.
d. Misa-misa Hari Minggu Prapaskah sudah dapat diselenggarakan pada Sabtu sore.
e. Warna liturgi: ungu.
f. Bacaan-bacaan sudah dipilih dan diatur dengan tujuan agar umat secara sistematis dan mendalam dapat
makin mengenal iman mereka dan sejarah keselamatan. Maka, janganlah mengganti bacaan-bacaan yang
sudah ditentukan.
g. Homili haruslah berupa pengajaran tentang misteri Paskah dan sakramen-sakramennya (terutama
penjelasan tentang bacaan Injilnya, yang mengedepankan aneka aspek baptis dan kerahiman Allah). Dalam
Misa harian dalam masa ini pun hendaknya diadakan homili, di samping dalam kesempatan perayaan
Sabda atau perayaan Tobat.
h. Nyanyian-nyanyian untuk perayaan liturgis (bahkan juga yang devosional) sudah seharusnya selaras
dengan semangat dan teks liturgi masa ini.
i. Pelayanan Sakramen Tobat ditekankan (layak diadakan Ibadat Tobat bersama yang dilanjutkan dengan
pengakuan dan absolusi pribadi).
j. Diadakan perayaan stasional yang seyogyanya dipimpin Uskup, secara bergantian di tempat-tempat
(gereja/kapel) yang bersejarah atau tempat ziarah yang disukai umat Keuskupan.

3. Susunan liturgi:
[ Seperti biasanya, lihat Tata Perayaan Ekaristi. ]

4. Bacaan:
[ Tidak dikutip di sini karena terlalu banyak. Maka, lihat sendiri dalam “Tata Bacaan Liturgis Masa Prapaskah.” ]

5. Unsur khas:
a. Pada misa Minggu Prapaskah I (atau Minggu sebelumnya) seringkali surat gembala Prapaskah dari Uskup
setempat dibacakan untuk menggantikan homili. Hendaknya tetap diperhatikan agar pesan tematis dari
bacaan tidak begitu saja disisihkan.
b. Pada Minggu Prapaskah IV (Laetare/Sukacita) dapat digunakan alat musik selain untuk mengiringi nyanyian,
juga boleh digunakan bunga-bunga sebagai hiasan. Warna liturginya pun boleh diganti dengan warna merah
jambu (pink).
c. Hari Minggu Prapaskah VI adalah hari Minggu Palma atau Sengsara, awal masa Pekan Suci. Hari-hari
terakhir Masa Prapaskah sudah mendekat. Liturgi pada hari itu agak berbeda dari Minggu-minggu
Prapaskah lainnya.
d. Salib-salib diselubungi kain ungu/merah dan tetap terbungkus hingga selesainya Perayaan Jumat Agung
(mengenangkan Sengsara Tuhan). Patung dan gambar lainnya tetap terbungkus sampai saat menjelang
Misa Malam Paskah. Pada umumnya simbol-simbol suci itu sudah diselubungi sejak awal Masa Prapaskah
atau pada Sabtu sebelum Minggu Prapaskah V. Konferensi Waligereja dapat menentukan perlu tidaknya
mempertahankan tradisi ini.
e. Kebaktian rakyat yang sesuai dengan masa ini (mis. Jalan Salib) hendaknya dipelihara dan diresapi dengan
semangat liturgi, sehingga umat dapat diantar lebih mudah ke misteri Paskah Kristus (catatan: Jangan
menggabungkannya dengan Misa, sebagai pengganti Liturgi Sabda!)

BAGIAN KEDUA: PEKAN SUCI DAN TRIHARI PASKAH


Sebuah bagan (lihat berikut ini) akan membantu kita untuk lebih dapat memahami tempat Pekan Suci dan
Trihari Paskah (Hari Liturgis) dalam konteks penghitungan waktu profan, waktu sebagaimana kebanyakan orang
memahaminya (Hari Umum). Masih banyak yang kurang tepat dalam menghitung. Hari-hari apa saja sesungguhnya
yang termasuk dalam masa Pekan Suci dan Trihari Paskah? Kapan Pekan Suci dan Trihari Paskah itu dimulai dan
diakhiri?
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  4

Jenis-jenis kegiatan umat, baik yang liturgis maupun paraliturgis, juga kami cantumkan (Kegiatan
Liturgis/Paraliturgis). Tentu saja yang kami tampilkan adalah yang kurang lebih ideal, jenis-jenis kegiatan yang
sebaiknya dilakukan pada hari-hari tertentu karena mengandung makna yang selaras, tidak rancu, dan menjaga alur
perayaan selama beberapa hari liturgis yang istimewa itu. Yang ideal memang tidak atau belum selalu berarti yang
dipraktikkan juga oleh umat atau Gereja di paroki-paroki selama Pekan Suci dan Trihari Paskah. Kegiatan-kegiatan
liturgis selama Pekan Suci dan Trihari Paskah amat beragam dan kaya simbolisme. Tanpa mengecilkan arti
keberadaan yang lain, kegiatan liturgis utama (nomer tebal: 1, 4, 5, 7, 10, 11) yang biasanya dibanjiri umat tentu
amat perlu kita perhatikan secara khusus. Meskipun hanya menyebutkan dan tanpa menguraikan, kegiatan-kegiatan
paraliturgis juga kami tampilkan, karena kegiatan-kegiatan semacam itu masih dikenal dan dirindukan umat. Terlebih,
kegiatan paraliturgis tetap diharapkan membantu penghayatan umat akan perayaan liturgis, terutama spiritualitas
yang terkandung di dalamnya.

Garis-garis terputus di bawah nama Hari Umum menandakan batas antara hari umum yang sebelum dengan
yang berikutnya. Masa Trihari Paskah dibingkai dengan garis ganda. Di dalamnya, garis-garis terputus di bawah
tulisan Hari Liturgis menandakan batas Hari Umum. Berarti juga bahwa kegiatan-kegiatan liturgis/paraliturgis dapat
berlangsung selama masa transisi dari hari yang satu ke hari berikutnya.

Hari Umum Hari Liturgis No. Kegiatan Liturgis / Paraliturgis


Dihitung dalam Hari liturgis dihitung mulai tengah malam Jenis-jenis kegiatan paraliturgis ditunjukkan dengan
rentang waktu sampai tengah malam berikutnya. Tapi, huruf miring. Sedangkan kegiatan liturgis dicetak
pukul 00.00 - sebagai Hari Minggu dan Hari Raya dengan huruf biasa; kegiatan liturgis utama selama
24.00. dihitungnya mulai pada sore hari Pekan Suci dan Trihari Paskah dicetak lebih tebal.
sebelumnya (sekitar pukul 17.00 - 18.00).

Minggu Awal Pekan Suci 1 Misa Pengenangan Sengsara Tuhan


MINGGU PRAPASKAH VI / MINGGU PALMA Sakramen Rekonsiliasi/Tobat
Senin, Selasa, SENIN, SELASA, RABU DALAM PEKAN 2 Sakramen Rekonsiliasi/Tobat
Rabu SUCI [ Misa Krisma ]
Kamis KAMIS PUTIH 3 Sakramen Rekonsiliasi/Tobat
Akhir Masa Prapaskah 4 Misa Krisma
Awal Trihari Paskah 5 Misa Perjamuan [ Malam ] Tuhan
JUMAT AGUNG 6 Tirakatan di depan Sakramen Mahakudus
Hari Pertama Trihari Paskah
Jumat 7 Perayaan Sengsara Tuhan
SABTU SUCI 8 Tirakatan di depan Salib Yesus
Hari Kedua Trihari Paskah
Sabtu 9 Ibadat Sabda atau devosi-devosi umat untuk
mengenangkan sengsara-wafat Tuhan
MINGGU PASKAH 10 Misa Malam Paskah
Hari Ketiga Trihari Paskah
Minggu Akhir Pekan Suci 11 Misa Kebangkitan Kristus
Akhir Trihari Paskah 12 Ibadat Sore II
Awal Masa Paskah
[ ilski - chs ]

C. MINGGU PALMA: MISA PENGENANGAN SENGSARA TUHAN

1. Makna:
a. Pekan Suci dimulai pada hari Minggu Prapaskah VI atau biasa disebut dengan Minggu Palma atau Minggu
Sengsara, karena untuk mengenangkan sengsara Tuhan. Minggu Palma adalah pintu masuk Pekan Suci.
Pada hari-hari selama Pekan Suci kita diajak mengenangkan satu peristiwa penebusan lewat sengsara,
wafat, dan kebangkitan sekaligus. Setiap perayaan liturgis tetap mengandung unsur-unsur penebusan itu.
b. Perayaan Ekaristi diadakan sebagai pengenangan akan sengsara Tuhan, namun pewartaan sengsara
Tuhan itu dikaitkan dengan perayaan kejayaan-Nya sebagai seorang Raja. Misa Pengenangan Sengsara
Tuhan itu diawali dengan pengenangan akan peristiwa Kristus memasuki kota Yerusalem sebagai Almasih.
c. Bagi orang kristiani Masa Prapaskah harus menuju suatu perjalanan menuju Yerusalem, yakni menghadapi
kematian dan kebangkitan Kristus. Masa Prapaskah ibarat suatu eksodus baru, meninggalkan tanah
pembuangan menuju Yerusalem, menyongsong Paskah Kristus.

2. Ketentuan liturgis:
a. Misa Minggu Palma sudah dapat diselenggarakan pada Sabtu sore.
b. Warna liturgi: merah.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  5

c. Tempatnya di luar dan kemudian di dalam gedung gereja. Ritus perarakan meriah dilakukan di luar gedung
dan Liturgi Sabda hingga Ritus Penutup di dalam gedung gereja. Untuk ritus perarakan sederhana dapat
dilangsungkan dari bagian depan gedung gereja.
d. Perarakan dari luar gereja menurut cara I (Perarakan) diselenggarakan satu kali saja, terutama pada
kesempatan yang dihadiri paling banyak umat.
e. Untuk cara II (Meriah) dapat dilaksanakan mulai dari pintu atau bagian depan gereja, lalu perarakan
berlangsung di dalam gedung gereja.
f. Untuk cara III (Sederhana), karena tanpa perarakan, maka cukup diawali dengan nyanyian pembukaan dan
dilanjutkan dengan Seruan Tobat, lalu Doa Pembuka Misa.
g. Untuk ritus perarakan Imam Selebran mengenakan pluviale (korkap) atau kasula warna merah. Jika
mengenakan pluviale, maka setelah perarakan-menjelang liturgi Sabda harus berganti, memakai kasula
merah.
h. Secara historis daun palma, daun zaitun, daun lainnya, dan juga ranting-ranting dibawa umat dalam
perarakan. Hingga kini jenis daun apa pun tidaklah dilarang untuk dibawa demi memeriahkan perarakan
tersebut. Setelah Misa daun-daun itu dapat dibawa pulang dan disimpan di rumah masing-masing sebagai
tanda kejayaan Kristus. Biasanya kemudian dipasang pada salib-salib Kristus di rumah.
i. Sebelum dibawa dalam perarakan, sebaiknya daun-daun itu dikumpulkan pada satu meja untuk diberkati.
Setelah diberkati barulah dibagikan kepada umat yang hendak berarak mengikuti rombongan Imam.
j. Para pastur dan penanggung jawab liturgi harus berusaha sungguh-sungguh untuk menjamin agar
perarakan itu dipersiapkan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga dapat bermakna bagi hidup umat.
k. Jika terpaksa tidak dapat diselenggarakan Misa, maka dapatlah diadakan Perayaan Sabda saja, dengan
tema “Yesus memasuki Yerusalem dan kesengsaraan-Nya”.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: Perarakan masuk, Tanda Salib-Salam, Pengantar, Pemberkatan Palma, Bait Pengantar
Injil, Bacaan Injil, Homili Singkat, Perarakan Palma menuju gereja, Doa Pembuka di dalam gereja
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait Pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili,
Syahadat (Credo), Doa Umat
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup.

4. Bacaan:
1. Ritus Perarakan Palma:
Injil: Kisah Yesus masuk Yerusalem.
Tahun A: Matius 21:1-11; B: Markus 11:1-10 atau Yohanes 12:12-16; C: Lukas 19:28-40.
2. Misa - Liturgi Sabda:
a. Yesaya 50:4-7: Hamba Yahwe yang rela disiksa dan tabah.
b. Filipi 2:6-11: Yesus yang merendahkan diri dan dimuliakan Allah.
c. Injil: Kisah Sengsara Yesus Kristus Tuhan kita.
Tahun A: Matius 26:14-27:66 (panjang) atau 27:11-54 (singkat);
B: Markus 14:1-15:47 (panjang) atau 15:1-39 (singkat);
C: Lukas 22:14-23:56 (panjang) atau 23:1-49 (singkat).

5. Unsur khas:
a. Ritus Perarakan Palma menjadi Ritus Pembuka. Di dalamnya, sebelum perarakan dibacakan Injil yang
mengisahkan peristiwa Yesus masuk Yerusalem. Sebelum pembacaan Injil ada pemberkatan daun-daun
palma, baik dengan tanda salib maupun air suci.
b. Perarakan Yesus masuk Yerusalem dikenangkan dengan cara perarakan meriah dihiasi daun-daun palma
(atau daun lain) yang dibawa oleh umat, mengikuti rombongan Imam dan para petugas liturgis lainnya.
c. Selama perarakan semua yang hadir menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan tema, teristimewa dari
Mazmur 23 dan 46, nyanyian khusus untuk menghormati Kristus sebagai Raja.
d. Pembawaan Kisah Sengsara harus diberi tempat istimewa dengan cara menyanyikannya atau
membacakannya seturut cara tradisional, yakni oleh tiga orang (sebagai Kristus, Rakyat, Pencerita). Jika
dinyanyikan peran Kristus sebaiknya dibawakan oleh Imam Selebran, diakon, atau petugas yang layak. Bila
dibacakan, maka peran Kristus harus dibawakan oleh Imam.
e. Pembawaan Kisah Sengsara tanpa didampingi lilin dan dupa, juga tanpa tanda salib pada Buku Injil dan diri
masing-masing.

D. HARI-HARI DALAM PEKAN SUCI

1. Makna:
Dalam Pekan Suci Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan Kristus pada hari-hari terakhir-Nya.
Tujuan Pekan Suci itu sendiri adalah untuk memperingati sengsara Kristus, mulai dari peristiwa Kristus
memasuki Yerusalem sebagai Almasih.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  6

2. Ketentuan liturgis:
a. Hari-hari dalam Pekan Suci adalah Senin, Selasa, Rabu, Kamis. Hari-hari itu diutamakan di atas semua Hari
Raya.
b. Sakramen Baptis dan Krisma tak boleh diberikan pada hari-hari itu.
c. Pada hari Kamis pagi Uskup merayakan Misa Konselebrasi dengan para imamnya, yang biasa disebut
dengan Misa Krisma. Dalam Misa itu Uskup memberkati minyak-minyak suci.

E. MISA KRISMA

1. Makna:
Gereja partikular (keuskupan) berkumpul bersama untuk memberkati minyak yang akan digunakan di gereja-
gereja paroki pada waktu pembaptisan di misa Malam Paskah. Misa ini merupakan tanda kesatuan Gereja
keuskupan, di mana Uskup dan seluruh perangkat keuskupannya, tak ketinggalan umat beriman, berkumpul
untuk menyiapkan minyak kudus yang akan diberikan kepada para baptisan-baru.

2. Ketentuan liturgis:
a. Dirayakan sebelum Misa Perjamuan Tuhan sore atau hari lain dalam Pekan Suci, sebelum Trihari Paskah.
b. Warna liturgi: putih, meskipun misa ini masih terhitung berlangsung pada Masa Prapaskah (ungu).
c. Tempatnya di gereja Katedral atau karena alasan pastoral boleh juga di tempat lain yang punya
keistimewaan bagi keuskupan.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: Perarakan, Tanda Salib dan Salam, Kata Pengantar, Ritus Tobat, Madah Kemuliaan, Doa
Pembuka
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait Pengantar Injil, Bacaan Injil, Homili.
- Pembaruan Janji Imamat
- Liturgi Pemberkatan Minyak: Perarakan, Pemberkatan bergantian: Minyak Pengurapan Orang sakit, Minyak
Katekumen, Minyak Krisma.
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup.

4. Bacaan:
a. Yesaya 61:1-3a.6a.8b-9: Tuhan telah mengurapiku dan mengutusku untuk mewartakan kabar gembira bagi
kaum miskin.
b. Wahyu 1:5-8: Kristus mengangkat dari antara kita, raja dan imam bagi Bapa.
c. Lukas 4:16-21: Roh Tuhan di atas-Ku, Ia mengurapi Aku.

5. Unsur khas:
a. Uskup bersama para imam yang berkarya di keuskupannya berkumpul dan memperbarui janji imamat.
b. Pemberkatan minyak-minyak (katekumen, krisma, pengurapan orang sakit), khususnya minyak krisma yang
akan dipakai untuk membaptis pada Misa Malam Paskah.
c. Misa Pontifikal: dalam Misa Agung yang dipimpin Uskup ini hendaknya seluruh peran liturgis yang ada
dikerahkan untuk ikut ambil bagian di dalamnya, supaya citra seluruh keuskupan terlukiskan secara utuh.

F. KAMIS PUTIH: MISA PERJAMUAN TUHAN

1. Makna:
a. Hari Kamis Putih: Hari ini adalah hari terakhir masa Prapaskah. Suasana pertobatan masih berlaku di sini.
Maka, Kamis Putih pagi hari masih boleh diadakan Sakramen Rekonsiliasi/Tobat/Pengakuan dosa, namun
sebaiknya sakramen ini sudah tidak diadakan lagi selama Trihari Paskah, meskipun tidak dilarang. Misa
Krisma sebaiknya diadakan pada Kamis Putih pagi, namun karena alasan pastoral dapat dipindah pada hari-
hari sebelumnya.
b. Misa Perjamuan Tuhan: Gereja memulai Trihari Paskah dan memperingati perjamuan malam terakhir Tuhan
(pendirian/institusi Sakramen Ekaristi). Saat itu Yesus mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya sendiri
dalam rupa roti dan anggur yang diberikan-Nya kepada para murid-Nya (perintah cinta persaudaraan).
Yesus juga memerintahkan mereka dan para penggantinya dalam imamat untuk melestarikan kurban itu
(tugas sakramen imamat).

2. Ketentuan liturgis:
a. Misa dirayakan sore hari, sesuai dengan keadaan setempat agar seluruh umat dapat hadir sepenuhnya;
namun jika amat mendesak Uskup setempat dapat mengijinkan diadakan pada pagi hari bagi umat yang
memang sungguh tidak mungkin hadir pada sore hari.
b. Tidak diadakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, dan tidak merugikan Misa utama, juga tidak boleh
mengadakan Misa ini tanpa kehadiran umat.
c. Warna liturgi: putih, kuning, atau emas.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  7

d. Sebelum Misa, jika ada tabernakel di tempat yang akan dipakai untuk Misa, tabernakel itu harus sudah
dikosongkan.
e. Hosti-hosti baru disediakan untuk diberkati dan disantap pada Misa itu, juga untuk komuni pada Ibadat
Jumat Agung esoknya.
f. Sakramen Mahakudus disimpan dalam tabernakel atau piksis atau sibori, janganlah sekali-kali dalam
monstrans.
g. Tempat menyimpan Sakramen Mahakudus itu haruslah dihiasi secara sederhana (tidak berlebihan) untuk
keperluan adorasi dan meditasi; namun jangan berupa kubur/makam, karena tempat itu semata-mata hanya
untuk “menyimpan” Sakramen Mahakudus, bukan untuk “mengenangkan” pemakaman Tuhan.
h. Seusai Misa dilanjutkan dengan adorasi kepada Sakramen Mahakudus tadi, namun setelah jam 24.00
jangan ada lagi kemeriahan lahiriah dalam beradorasi kepada Sakramen Mahakudus, karena hari
kesengsaraan Tuhan sudah dimulai.
i. Pemindahan Sakramen Mahakudus tidak perlu diadakan jika Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan (Jumat
Agung) tidak akan diadakan di tempat yang sama.
j. Setelah Misa hendaknya setiap salib di dalam gereja diselubungi kain merah atau ungu, kecuali bila sudah
diselubungi sebelumnya (sejak awal Masa Prapaskah/Rabu Abu atau sejak hari Sabtu sebelum Minggu
Prapaskah V); di depan patung-patung orang kudus juga tidak boleh dinyalakan lampu.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: (seperti biasa: Perarakan, Tanda Salib-Salam, Pengantar, Ritus Tobat, Kemuliaan, Doa
Pembuka)
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait pengantar Injil, Pewartaan Injil, Homili, Ritus
Pembasuhan kaki, Doa Umat
- Liturgi Ekaristi (biasa)
- Perarakan Sakramen Mahakudus
- Adorasi dan meditasi di hadapan Sakramen Mahakudus.

4. Bacaan:
a. Keluaran 12:1-8, 11-14: Paskah orang-orang Yahudi.
b. 1 Korintus 11:23-26: Pewartaan kematian Tuhan lewat makan roti dan minum dari piala.
c. Yohanes 13:1-15: Perintah untuk saling mencintai dan melayani.

5. Unsur khas:
a. Selama dinyanyikan “Kemuliaan” lonceng gereja boleh dibunyikan sejauh tidak mengganggu keindahan lagu
itu sendiri (setelahnya lonceng baru akan dibunyikan lagi pada Malam Paskah).
b. Sesudah homili ada ritus pembasuhan kaki keduabelas wakil umat (biasa disebut ritus Mandatum), simbol
pelayanan dan cinta kasih Yesus Kristus. Tradisi ini harus dipertahankan (tidak diadakan dalam bentuk
interpretatif) dan diterangkan maknanya kepada umat.
c. Kolekte, derma-derma untuk orang miskin, atau hasil APP (Aksi Puasa Pembangunan) dapat diantar ke altar
pada saat persiapan persembahan, mendampingi persembahan roti dan anggur.
d. Setelah Doa Sesudah Komuni diadakan pemindahan hosti-hosti (Sakramen Mahakudus) dalam sibori
(bukan monstrans!) yang dibawa oleh Imam. Perarakan Sakramen Mahakudus ini diiringi lagu (misalnya:
Pange lingua) dan diselingi penyembahan-penyembahan (berlutut) oleh umat yang ditandai bunyi
(klothokan) kayu (bukan suara logam, mis: lonceng).
e. Tidak ada berkat dan pengutusan, lalu Imam dibantu para petugas menanggalkan kain-kain altar dan semua
rangkaian bunga di panti imam.
f. Umat dianjurkan untuk bersembah sujud, berdoa, dan merenung (Injil Yohanes 13-17) di depan Sakramen
Mahakudus, baik secara pribadi maupun dalam kelompok, entah secara bersama atau bergantian.

G. JUMAT AGUNG: PERAYAAN PENGENANGAN SENGSARA TUHAN

1. Makna:
a. Hari Jumat Agung: Hari ini ditetapkan sebagai hari laku tapa dan tobat dengan kewajiban berpantang dan
berpuasa bagi seluruh anggota Gereja. Hari ini disebut sebagai hari puasa Paskah karena sudah termasuk
dalam rangkaian Trihari Paskah; dibedakan dengan hari-hari puasa Prapaskah (40 hari). Sudah dimulai
sejak Kamis malam, hingga menjelang Sabtu Malam Paskah. saat itu Sang Pengantin Pria sudah
meninggalkan Gereja, maka kita pun berpuasa.
b. Perayaaan atau Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan: Gereja merenungkan kesengsaraan Kristus,
menghormati salib, merenungkan asal-usulnya, yakni dari lambung Kristus yang tergantung di kayu salib,
serta mendoakan keselamatan seluruh dunia.

2. Ketentuan liturgis:
a. Tidak ada perayaan Ekaristi, namun komuni kudus dibagikan kepada umat hanya dalam Perayaan
Pengenangan Sengsara Tuhan (kecuali untuk orang-orang sakit/viatikum).
b. Perayaan dimulai pada jam 15.00, atau karena alasan pastoral boleh juga tidak lama setelah jam 12.00.
Jangan sesudah jam 21.00.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  8

c. Tatacara dan urutan Ibadat (Liturgi Sabda, Ritus Penghormatan Salib, Ritus Komuni) harus ditaati dengan
setia dan tertib.
d. Warna liturgi: merah.
e. Semua bacaan (Pertama dan Kedua) harus dibacakan. Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil
dinyanyikan. Pewartaan Injil tentang Kisah Sengsara (Yohanes) dinyanyikan atau dibacakan oleh (para)
diakon atau petugas yang layak. Sesudahnya Imam Selebran memberi homili, lalu hening sejenak.
f. Dilarang merayakan sakramen apa pun pada hari ini, kecuali sakramen rekonsiliasi dan pengurapan orang
sakit. Upacara pemakaman pun harus dilaksanakan tanpa nyanyian, musik, atau bunyi lonceng.
g. Sangat dianjurkan agar umat diajak ikut merayakan Ibadat Bacaan dan Ibadat Pagi di gereja.
h. Hanya satu salib boleh dipergunakan untuk penghormatan itu, agar salib itu sungguh-sungguh mendukung
simbolisasi ritualnya. Penghormatan pribadi dapat dilakukan secara bersama-sama.
i. Setelah Ibadat selesai altar dikosongkan kembali. Salib yang dihormati tadi tetap di tempatnya dengan
didampingi empat lilin. Boleh juga dipindahkan ke tempat khusus di dalam gereja yang dihiasi, agar umat
dapat kembali menghormati dan berdoa/meditasi secara pribadi di hadapan salib itu.
j. Bentuk-bentuk devosi yang berkaitan dengan kesengsaraan Yesus dapat diadakan untuk mengisi waktu-
waktu hening hingga Sabtu Suci siang. Misalnya: Ibadat Jalan salib, perarakan Salib (drama penyaliban),
devosi tujuh sabda Yesus di salib, dsb. Devosi-devosi itu janganlah bertentangan dengan suasana liturgis
masa itu. Devosi dimaksudkan untuk mengantar kepada kepenuhan liturgi.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: Perarakan hening, Penghormatan Altar, Doa
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Bacaan II, Bait Pengantar Injil, Pewartaan Injil: Kisah
Sengsara, Doa Umat Meriah
- Ritus Penghormatan Salib Suci
- Ritus Komuni: Bapa Kami, Pemecahan Roti, Pembagian Komuni, Doa Sesudah Komuni
- Ritus Penutup: Berkat (Doa atas Umat), Perarakan hening.

4. Bacaan:
a. Yesaya 52:13-53:12: Hamba yang disiksa karena dosa-dosa kita.
b. Ibrani 4:14-16; 5:7-9: Ketaatan Yesus demi keselamatan kita.
c. Yohanes 18:1-19:42: Kisah sengsara Tuhan.

5. Unsur khas:
a. Imam dan para petugas berarak memasuki ruang Ibadat tanpa iringan, tanpa nyanyian. Lalu mereka
menghormati altar dengan cara merebahkan diri di depannya (simbol pernyataan kefanaan manusia).
b. Pewartaan (proklamasi) Injil tentang Kisah Sengsara Tuhan hendaknya dibawakan dengan cara sesuai
dengan hakikatnya (liturgis), yakni Yesus sendiri yang bersabda. Bukanlah suatu tafsiran dramatik kisah
sengsara itu (kateketis), yang tidak menyimbolkan “Allah bersabda”. Jika dibawakan oleh para diakon atau
awam, mereka meminta berkat dulu kepada Imam Selebran sebelum membawakan Kisah Sengsara.
c. Doa Umat Meriah dibawakan secara khusus, baik secara kuantitatif (ada 10 ujud panjang) maupun kualitatif
(dibacakan dan dinyanyikan). Ujud-ujud doa itu adalah untuk Gereja, Paus, para klerus dan awam, para
calon baptis, kesatuan umat kristiani, bangsa Yahudi, mereka yang tidak percaya akan Kristus, yang tidak
percaya akan Allah, semua pegawai umum, dan untuk mereka yang berkekurangan. Jika dirasa perlu, uskup
dapat mengijinkan untuk menambahkan ujud khusus yang menyangkut kepentingan umat.
d. Penghormatan Salib Suci merupakan puncak liturgi hari ini. Perayaan dipimpin oleh Imam Selebran dengan
tiga seruan: “Lihatlah kayu salib….” dan membuka selubung satu per satu (dari tiga tali ikatan).
Penghormatan dilaksanakan juga secara pribadi oleh umat, setelah Imam dan para petugas melakukannya.
Dapat satu per satu atau serentak bersamaan jika banyak umat hadir (jadi, tidak harus memperbanyak
jumlah salib untuk dihormati!). Selama ritus ini lagu-lagu bertema kesengsaraan dapat dinyanyikan.
e. Ritus Komuni diawali dengan mempersiapkan altar dan meletakkan sibori-sibori berisi Tubuh Kristus dan
diakhiri dengan Doa yang dilanjutkan dengan doa untuk umat (Ritus Penutup).
f. Ritus Penutup: Imam menutup perayaan ini dengan mengulurkan kedua tangannya ke atas jemaat (=
Berkat, tapi bukan dengan tanda salib besar). Lalu dilanjutkan dengan perarakan keluar dalam keheningan
atau membiarkan tetap dalam suasana “merenung dan berdoa”, berjaga-jaga lagi hingga malam!

H. SABTU SUCI: SAAT ISTIRAHAT, TENANG, DAMAI

1. Makna:
Dengan berdoa dan berpuasa, seraya menantikan kebangkitan Kristus, Gereja seakan berada di makam-Nya,
sedang merenungkan kesengsaraan dan wafat serta turunnya Kristus ke alam maut. Hari kedua dalam Trihari
Paskah ini melambangkan juga saat istirahat Allah (sabat), maka sebaiknya suasana tenang dan damai justru
mewarnai hari ini.

2. Ketentuan liturgis:
a. Dilarang mengadakan Perayaan Ekaristi.
b. Komuni kudus hanya diberikan untuk bekal suci (viatikum).
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  9

c. Dilarang merayakan Sakramen Perkawinan maupun Sakramen-sakramen lainnya, kecuali Sakramen


Rekonsiliasi/Tobat dan Pengurapan Orang Sakit.
d. Umat diharuskan mengadakan upacara sabda atau devosi yang sesuai dengan misteri yang dirayakan pada
hari ini (Kristus wafat!). Sangat dianjurkan untuk mengadakan (ofisi) Ibadat Bacaan dan Ibadat Pagi
bersama umat di gereja paroki.

I. MINGGU PASKAH: MISA MALAM PASKAH DAN MISA KEBANGKITAN KRISTUS

A. MISA MALAM PASKAH

1. Makna:
Malam ini Gereja berjaga dalam doa (Latin:vigili, Jawa: tuguran, tirakat) dengan merayakan suatu liturgi agung
untuk mengenangkan saat-saat Tuhan bangkit dari kematian. Gereja sesungguhnya sedang menantikan
kedatangan Tuhan kembali. Inilah “bunda dari segala malam tirakat (vigili)”. Suatu malam pembebasan, seperti
ketika bangsa Israel tetap berjaga-jaga menantikan Tuhan yang akan lewat dan membebaskan mereka dari
penindasan bangsa Mesir. Malam Tuhan lewat (pesach) yang dikenangkan bangsa Israel setiap Tahun itu
melambangkan saat kebangkitan Kristus (Paskah), malam pembebasan sejati, saat Kristus bangkit sebagai
pemenang atas maut. Gereja juga memperingatinya setiap tahun. Inilah puncak dalam Trihari Paskah.

2. Ketentuan liturgis:
a. Perayaan berlangsung pada malam hari. Tidak boleh sebelum matahari terbenam dan harus selesai
sebelum fajar Hari Minggu. Merayakan Malam Paskah pada waktu yang biasanya diadakan Misa Sabtu sore
tidak dibenarkan.
b. Warna liturgi: putih atau kuning emas.
c. Tata cara perayaan liturgis Malam Paskah tidak boleh diubah oleh siapa pun atas kuasa sendiri (lihat no. 3.
Susunan liturgi di bawah ini).
d. Nyanyian-nyanyian Mazmur Tanggapan jangan diganti dengan lagu-lagu lain, apalagi lagu yang tidak
berkaitan dengan Bacaan sebelumnya.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Cahaya (Lucernarium): Tanda Salib dan Salam, Kata Pengantar, Pemberkatan Api Baru, Pemberkatan
Lilin Paskah, Perarakan Lilin Paskah, Madah Pujian Paskah (Exultet).
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan, Doa 1 - Bacaan II, Mazmur Tanggapan, Doa 2 - Bacaan III,
Mazmur Tanggapan, Doa 3 - Bacaan IV, Mazmur Tanggapan, Doa 4 - Bacaan V, Mazmur Tangggapan, Doa
5 - Bacaan VI, Mazmur Tanggapan, Doa 6 - Bacaan VII, Mazmur Tanggapan, Doa 7 - Madah Kemuliaan,
Doa Pembuka - Bacaan Epistula, Alleluia Agung, Mazmur Tanggapan - Bacaaan Injil, Alleluia - Homili.
- Liturgi Baptis: Litani Orang Kudus, Pemberkatan Air Baptis, Pembaruan Janji Baptis (: Penolakan Setan dan
Pengakuan Iman), [Percikan: jika tidak ada calon baptis maka jemaat direciki dengan air baptis tadi],
Pembaptisan, Pengenaan Pakaian Putih, Penyalaan Lilin Baptis, Liturgi Krisma.
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup.

4. Bacaan:
a. Kejadian 1:1-2:2: Kisah penciptaan.
b. Kejadian 22:1-18: Iskak dikorbankan.
c. Keluaran 14:15-15:1: Penyeberangan Laut Merah.
d. Yesaya 54:5-14: Yerusalem baru.
e. Yesaya 55:1-11: Perjanjian abadi.
f. Barukh 3:9-15, 32-4:4: Kebijaksanaan telah datang di bumi.
g. Yehezkiel 36:16-17a,18-28: Hati yang baru.
h. Surat Paulus: Roma 6:3-11: Kristus telah bangkit dan akan hidup abadi.
i. Injil: Kristus bangkit.
Tahun A: Matius 28:1-10; B: Markus 16:1-8; C: Lukas 24:1-12

5. Unsur khas:
a. Pemberkatan api baru dan Lilin Paskah dapat dilakukan di luar atau di dalam gedung gereja. Sebaiknya
terpisah dari gedung gereja. Sementara, suasana sekitar adalah gelap, demikian juga di dalam gedung
gereja tempat perayaaan selanjutnya akan berlangsung. Sebelum dinyalakan Lilin Paskah diberkati oleh
Imam Selebran dengan beberapa peneraan simbol padanya: Kristus, Awal dan Akhir (A/Alpha – /Omega;
Milik-Nyalah segala masa… (Tahun); luka-luka kudus-Nya (lima biji paku dupa). Baru kemudian dinyalakan
dari api baru: “Semoga cahaya Kristus yang bangkit mulia menghalaukan kegelapan hati dan budi kita.”
Akhirnya, diakon atau imam selebran sendiri membawa Lilin itu dalam perarakan. Ia melagukan “Cahaya
Kristus/Kristus cahaya dunia”. Umat menjawab “Syukur kepada Allah. Lilin-lilin para imam konselebran,
dinyalakan dari api Lilin Paskah setelah seruan pertama itu. Lalu ia berjalan ke dalam gedung gereja, dan
berhenti di tengah, lalu melagukan lagi “Cahaya Kristus”. Putra altar dan petugas liturgi lainnya menyalakan
lilin dari Lilin Paskah untuk diteruskan kepada seluruh umat. Kemudian ia berjalan lagi ke depan altar dan
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  10

melagukan lagi “Cahaya Kristus”. Barulah lampu-lampu gereja mulai dinyalakan. Setelah itu Lilin Paskah
ditempatkan pada tempatnya dan didupai. Lilin Paskah yang memimpin perarakan itu melambangkan tiang
api yang memimpin bangsa Israel ketika berjalan di waktu malam di padang gurun, setelah keluar dari tanah
Mesir. Kita pun mengikuti Kristus (Lilin Paskah) yang telah bangkit itu.
b. Madah Pujian Paskah dinyanyikan oleh diakon, Imam, atau jika mereka tidak bisa menyanyi boleh diganti
oleh seorang awam yang bisa menyanyi dengan baik dan indah. Madah ini mau mengungkapkan seluruh
Misteri Paskah dalam konteks sejarah keselamatan.
c. Jumlah semua bacaan yang harus dibacakan adalah 9 (sembilan). Namun jika ada alasan pastoral, tidaklah
harus semuanya dibacakan. Minimal 3 (tiga) bacaan dari KS Perjanjian Lama (tak boleh dihilangkan: dari
Kitab Taurat, Para Nabi, dan Keluaran 14) dan 2 (dua) bacaan dari KS Perjanjian Baru (Epistula dan Injil).
Bacaan-bacaan itu melukiskan sejumlah karya yang mengagumkan dalam sejarah keselamatan. Misteri
Paskah Kristus dipaparkan mulai dari Musa, para Nabi, hingga Kristus sendiri dan kesaksian para rasul-Nya.
Diharapkan dengan mendengarkan, jemaat dapat merenungkan semua itu dan ikut menanggapinya lewat
nyanyian-nyanyian Mazmur Tanggapan, saat-saat hening dan doa-doa Imam.
d. Madah Kemuliaan dan Doa Pembuka diadakan setelah Bacaan-bacaan dari KS Perjanjian Lama. Lonceng-
lonceng gereja boleh dibunyikan selama Madah Kemuliaan, asal tidak mengganggu keindahan nyanyian itu
sendiri (tergantung kebiasaan setempat).
e. Alleluia Agung dinyanyikan 3 (tiga) kali oleh Imam. Biasanya setiap Alleluia mendapat nada berbeda dan
menaik. Setiap kali umat mengikutinya.
f. Pemberkatan Air Baptis dapat dilakukan Imam Selebran dengan cara mencelupkan Lilin Paskah ke dalam
bejana baptis itu, atau hanya dengan menyentuh air dengan tangan kanan, masing-masing disertai doa.
g. Pada waktu Pembaruan Janji Baptis, jemaat kembali menyalakan lilin-lilin mereka dari api Lilin Paskah. Lilin-
lilin itu dimatikan lagi setelah Percikan, atau setelah Pengakuan Iman, jika ada yang akan dibaptis pada
malam itu.
h. Pembaptisan dapat dilakukan di depan altar atau di tempat bejana. Para calon baptis didampingi emban
baptisnya. Emban baptislah yang akan mengenakan pakaian/kain putih dan lilin baptis kepada baptisan baru
(neofit) yang diberikan oleh Imam.
i. Perayaan Sakramen Krisma idealnya langsung diberikan untuk baptisan dewasa. Kalau demikian, maka si
baptisan-baru akan mengalami Sakramen Inisiasi yang lengkap, karena setelah ini akan untuk pertama
kalinya mengambil bagian secara penuh dalam Liturgi Ekaristi sebagai anggota Gereja yang baru.
j. Berkat meriah dengan “Alleluia” panjang.

B. MISA KEBANGKITAN KRISTUS

1. Makna:
Gereja merayakan kebangkitan Kristus dengan penuh sukacita. Dalam Minggu Agung (St. Atanasius) ini
diadakan misa-misa pertama yang mengawali Masa Paskah. Hari ini sudah dihitung sebagai Hari Minggu
Paskah I, awal Masa Paskah yang akan berakhir pada Hari Raya Pentakosta, 50 hari kemudian. Namun
demikian, masa Trihari Paskah sendiri baru berakhir setelah Ibadat Sore II hari Mingggu itu.

2. Ketentuan liturgis:
a. Misa Hari Raya Paskah harus dirayakan semeriah mungkin.
b. Warna liturgi: putih atau kuning emas.
c. Sebaiknya Ritus Tobat diisi dengan Percikan air baptis yang baru saja diberkati pada Misa Malam Paskah.
Pernyataaan Tobat (“Saya Mengaku” atau “Tuhan kasihanilah”) diganti Percikan itu.
d. Tempat air suci di pintu-pintu gereja pun sebaiknya diisi dengan air yang diberkati pada Misa Malam
Paskah.
e. Lilin Paskah sudah diletakkan di dekat altar atau mimbar. Tidak perlu diarak lagi seperti pada Ritus Cahaya
pada Misa Malam Paskah. Selama Masa Paskah Lilin Paskah diletakkan di sana. Setelahnya disimpan di
tempat pembaptisan (baptisterium, jika ada) atau di tempat lain yang aman, guna keperluan pembaptisan
dan upacara pemakaman mendatang.

3. Susunan liturgi:
- Ritus Pembuka: Tanda Salib dan Salam, Kata Pengantar, Percikan (Vidi aquam), Madah Kemuliaan, Doa
Pembuka.
- Liturgi Sabda: Bacaan I, Mazmur Tanggapan - Bacaan II, Sekuens Paskah (Victimae paschali) - Bait
Pengantar Injil (Alleluia), Bacaan Injil, Alleluia - Homili - [Pembaruan Janji Baptis: jika di sini maka Percikan
pun tidak di bagian Ritus Pembuka tetapi setelah Pembaruan Janji ini] Pengakuan Iman (Credo) - Doa
Umat.
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup.

4. Bacaan:
a. Kisah Rasul 10:34a.37-43: Makan dan minum bersama Yesus yang bangkit.
b. Kolose 3:1-4: Usaha selalu ke arah hidup Kristus.
c. Yohanes 20:1-9: Yesus harus bangkit dari alam maut.
Perayaan Liturgi dalam Lingkaran Paskah  11

5. Unsur khas:
a. Percikan dengan air baptis yang diberkati pada Malam Paskah dapat dilakukan dalam [1] Ritus Pembuka
atau [2] sebagai penutup ritus Pembaruan Janji Baptis (setelah Homili). Yang pertama lebih dianjurkan
daripada yang kedua.
b. Sebagai Hari Minggu yang amat istimewa, maka hendaknya liturgi hari ini sungguh-sungguh dipersiapkan
(petugas, musik, doa, dekorasi, dsb) dan dijadikan acuan bagi hari-hari Minggu yang lainnya.
c. Berkat meriah dengan “Alleluia” panjang.

Bagi yang berminat untuk mendalami lebih jauh seluk-beluk perayaan liturgis Prapaskah, Pekan Suci, dan Trihari
Paskah kami anjurkan menimba sendiri dari beberapa buku berikut ini, yang juga telah kami acu untuk tulisan ini.

1. CONGREGATIO PRO CULTU DIVINO. Missale Romanum. Vatican: Typis Polyglottis Vaticanis, 2002.
2. ___________. Circular Letter Concerning the Preparation of the Easter Feasts. Roma, 16 Januari 1988; atau
terjemahannya: Perayaan Paskah dan Persiapannya. Seri Dokumen Gerejawi No. 71. Jakarta: Dokpen KWI,
2005.
3. DA CUNHA, Bosco. Merayakan Karya Penyelamatan dalam Kerangka Tahun Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
4. GANTOY, Robert dan SWAELES, Romain (eds). Days of the Lord: The Liturgical Year. Volume 2: Lent. Collegeville,
MN: The Liturgical Press, 1993.
5. ___________. Days of the Lord: The Liturgical Year. Volume 3: Easter Triduum-Easter Season. Collegeville, MN:
The Liturgical Press, 1993.
6. HUCK, Gabe. The Three Days: Parish Prayer in the Paschal Triduum. Chicago: Liturgy Training Publications,
1992.
7. KOMLIT KWI. Bina Liturgia 2E: Pedoman Tahun Liturgi dan Penanggalan Liturgi. Jakarta: PD Penerbit Obor,
1988.
8. KOMLIT REGIO JAWA-BALI-LAMPUNG. Pedoman Lingkaran Paskah. Keuskupan Malang, 1999.
9. NOCENT, Adrian. The Liturgical Year II: Lent and Holy Week. Collegeville, MN: The Liturgical Press, 1977.
10. ___________. The Liturgical Year III: The Paschal Triduum, The Easter Season. Collegeville, MN: The Liturgical
Press, 1977.
Sumber:
C.H. Suryanugraha OSC
Institut Liturgi Sang Kristus Indonesia (ILSKI), Bandung

Disampaikan
Oleh Rm Krismiyanto Pr dan Tim Komlit Malang
Pada Workshop Liturgi Pekan Suci
Se Regio Timur Keuskupan Malang
Minggu 12 Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai