Anda di halaman 1dari 7

MATERI KERUSAKAN EKOLOGI

“PERTAMBANGAN NIKEL DI DESA KONINIS”

OLEH :

KELOMPOK V

ORLANDO NONASI

JUSTISIO LASOPO

DESIYANA SUALANG

VITA SANGKA

VIRGIN LAODE

TIANZI RAHAYU

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ekologi biasanya didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan


antara satu organisme dengan yang lainnya, dan antara organisme tersebut dengan
lingkungannya. Secara etimologi kata ekologi berasal dari oikos (rumah tangga) dan
logos (ilmu) yang diperkenankan pertama kali dalam biologi oleh seorang biolog
Jerman Ernst Hackel. Definisi ekologi menurut Otto Soemarwoto adalah ilmu tentang
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Dalam kajian ekologi manusia dikenal dengan hubungan manusia dengan


alam yakni teori anthroposentris. Semua yang ada di alam ini adalah untuk manusia.
Namun tidak sedikit dari manusia yang sadar akan pentingnya menjaga alam.
Sebagaimana telah dipahami bahwa alam merupakan tempat manusia untuk hidup dan
berkembang biak. Hubungan manusia dengan alam saling keterkaitan, dari alamlah
manusia mendapat penghidupan dan tanpa dukungan dari alam manusia dan makhluk
lainnya akan terancam. Ketidakramahan manusia terhadap alam akan berdampak pada
diri manusia dan mahluk lainnyapun akan terancam. Dampak dari permasalahan
ekologi ini adalah banyaknya terjadi kerusakan alam baik di daratan, di lautan
maupun di udara.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas maka penulis dapat melihat pokok permasalahan
yang akan dibahas dalam materi ini, antara lain :

1. Definisi Teologi kerusakan ekologi?


2. Studi kasus kerusakan ekologi?
3. Faktor yang menyebabkan kerusakan ekologi?
4. Refleksi Teologis dari kerusakan ekologi?
5. Upaya Gereja mengatasi Kasus kerusakan ekologi?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui definisi Teologi kerusakan ekologi
2. Untuk mengetahui bagaimana Studi kasus kerusakan ekologi
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan ekologi
4. Untuk mengetahui Refleksi Teologis tentang kerusakan ekologi
5. Untuk mengetahui Upaya Gereja mengatasi kerusakan ekologi
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI TEOLOGI KERUSAKAN EKOLOGI

Kerusakan Ekologi adalah kerusakan lingkungan, ekosistem, tumbuhan,


ekosistem hewan, pencemaran air dan udara. Eksploitasi sumber daya alam demi
pemenuhan hasrat hidup manusia telah menimbulkan dampak buruk berupa kerusakan
ekologi.Yang dimaksud ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Secara etimologis istilah ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yakni oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi juga bisa
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali
dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Sedangkan orang yang
mempelajari tentang ekologi dapat disebut dengan para Ekologi.

B. STUDI KASUS KERUSAKAN EKOLOGI

Bencana alam terjadi dimana-mana salah satunya di desa pongian, kecamatan


Bunta kabupaten Banggai yang menyebabkan banjir,limbah, dan tanah longsor yang
disebabkan oleh pertambangan Nikel PT. Koninis Fajar mineral (KFM) yang merusak
lingkungan yang ada di desa itu. Sungai pongian yang dulunya jernih dan
dimanfaatkan oleh warga masyarakat untuk keperluan sehari-hari menjadi tercemar
oleh limbah pertambangan Nikel. Sehingganya, sungai Nikel tidak bisa digunakan
lagi.

C. FAKTOR YANG MENYEBABKAN KERUSAKAN EKOLOGI

Faktor yang menyebabkan terjadinya banjir,limbah dan tanah longsor dapat


terjadi karena faktor pertambangan nikel dan kurangnya kesadaran warga masyarakat
yang memperjual belikan tanah mereka kepada tambang nikel yang ada di Desa
koninis kecamatan simpang raya.
D. REFLEKSI TEOLOGIS DARI KERUSAKAN EKOLOGI

Dalam konteks ekologi, kegiatan berteologi kemudian diarahkan kepada


bagaimana menghayati iman kepada Tuhan dalam sikap penghargaan dan hormat
terhadap alam ciptaan itu sendiri yang dipahami sebagai ciptaan Tuhan. Di hadapan
krisis ekologi yang ada, maka harus diakui adanya persoalan iman dan moral.
Bagaimana mengimani Allah sekaligus menghormati-Nya yang hidup dalam alam
ciptaan yang kaya raya baik di atas bumi maupun yang ada di bawah bumi.

Salah satu paradigma yang digulati kemudian adalah melihat kebaikan dalam
semua ciptaan (kej 1) karena Allah itu baik, maka yang diciptakan itu baik adanya.
Namun, kejahatan muncul dari penyalahgunaan Hubungan kebebasan (ke 3), maka
perlu adanya mereview kembali paradigma, yaitu hubungan ciptaan dengan
kemanusiaan menjadi hubungan seluruh makhluk ciptaan dengan sang pencipta,
perukunan kembali semua makhluk ciptaan dengan sang pencipta, Etika lingkungan
Hidup: nilai, sikap dan tindakan.
Pandangan manusia tentang alam, tentang bumi dan segala isinya perlu
dibedah kembali dan diubah. Demikian pula relasi dengan bumi harus diubah. Dari
cara pandang bahwa bumi hanya sebatas sumber kekayaan (pola ‘mekanistik’ pasca-
masa pencerahan) kepada pandangan“bumi pertiwi - ibundaku” – jejaring “rekan-
rekan ciptaan”. Thomas Bery, teolog ekologi mencermati, pertama bahwa sikap
menghancurkan bumi sama dengan menghancurkan dasar imajinasi religius yang
mengakibatkan semacam “kelaparan jiwa”, sebab hampir semua gambaran religius
pokok justeru berasal dari lingkungan hidup. Kedua, sedangkan sikap membangkitkan
rasa kagum dan hormat akan bumi yang melahirkan kita, melahirkan pula kehidupan
yang tak berkesudahan. Sebuah masa depan yang tanpa akhir, sebab tetap nyaman
dan aman bagi semua. Kapanpun. Untuk itu, menurut Bery, perlu mengakui saling
keterjalinan antara seluruh sistem kehidupan -ekologi. Sadar akan kehadiran misteri
Ilahi “selalu & di mana-mana” dalam bumi ini.Tuhan, sang Ilahi ada di langit dan
bumi bahkan di bawah bumi.Maka, dimana manusia berpijak hendaknya sadar untuk
“Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat di mana engkau berdiri adalah
tanah yang kudus.” Sebagaimana Tuhan perintahkan pada Musa dalam kisah
kejadian. Ketiga, alam sama dengan wahyu ilahi perdana, maka memahamibumi sama
dengan memahami Allah. Hal ini bertentangan dengan apa yang dinamakan “autisme
rohani” ketika orang beragama lepas dari keterikatan dengan alam di atas mana ia
berpijak dan melangkah. Bahkan melakukan pembenaran agamis atas perilaku
perusakan alam atas nama kesejahteraan adalah tindakan melawan dan menistai Allah
yang sedang disembah dalam ritus-ritus agama. Sebab, tegas Berry, Alam adalah
Tubuh Allah dan itu adalah wahyu pertama sebelum Kitab Suci sebagai wahyu kedua
ditulis. Keempat, Paham Yesus Kristus kosmik: bahwa bumi sebagai jaringan subyek.
Kristus sebagai ‘komunio” di antara realitas kosmik, sosial, personal. Inkarnasinya ke
dunia sama penting dengan penebusan. Secara kosmologis, Kasih Allah yang
menggerakkan matahari dan bintangbintang, terpancar dari setiap atom, molekul,
wajah dan kembang. Maka dapat disimpulkan, bahwa Allah dalam paham kristiani
adalah Allah yang menjelma menyatu dengan alam ciptaan untuk memberdayakannya
agar bangkit dari kerapuhan dan mencapai kembali keselematan. Sebuah narasi
penebusan, atau gerakan pembebasan bumi dari jerat kehancuran. Keterkaitan Alam
dan Allah Tuhan pencipta telah jauh sebelumnya ditangkap dengan baik oleh St.
Fransiskus dari Asisi. Sejak awal Fransiskus menunjukkan kekaguman dan
hormatnya kepada unsur-unsur alam ciptaan yang semuanya ia alami sebagai saudara-
saudarinya.

E. UPAYA GEREJA MENGATASI KASUS KERUSAKAN EKOLOGI


1. Membangun kesadaran warga jemaat bahwa kelestarian dan kesinambungan alam
bukanlah sesuatu yang terjadi otomatis.
2. Gereja harus mengingatkan warganya bahwa alam adalah ciptaan Allah yang
harus dihargai dengan memelihara dan melestarikanya.
3. Gereja harus menanamkan kesadaran bahwa kesadaran ekologi merupakan akibat
lansung dari iman akan penciptaan, dan iman akan penciptaan merupakan akibat
lansung dari iman kepada Allah sebagai penciptan.
4. Manusia harus menghormati sang pencipta dengan menjaga kelestarian
ciptaanNya, dan dengan demikian keutuhan dan kelestarian ciptaan menjadi
berkat bagi semua yang hidup.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kerusakan Ekologi adalah kerusakan lingkungan, ekosistem, tumbuhan,


ekosistem hewan, pencemaran air dan udara. Eksploitasi sumber daya alam demi
pemenuhan hasrat hidup manusia telah menimbulkan dampak buruk berupa kerusakan
ekologi. Dalam konteks ekologi, kegiatan berteologi kemudian diarahkan kepada
bagaimana menghayati iman kepada Tuhan dalam sikap penghargaan dan hormat
terhadap alam ciptaan itu sendiri yang dipahami sebagai ciptaan Tuhan. Di hadapan
krisis ekologi yang ada, maka harus diakui adanya persoalan iman dan moral.
Bagaimana mengimani Allah sekaligus menghormati-Nya yang hidup dalam alam
ciptaan yang kaya raya baik di atas bumi maupun yang ada di bawah bumi.

Anda mungkin juga menyukai