Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MISIOLOGI

“MISIOLOGI PADA MASA KINI”.


Dosen Pengampu : Martinus sambali, MTh

KELOMPOK VII

NAMA : NELPI AMBONGAN DESIYANA SUALANG

AYUWANTI SINANDE SILVI DJIU

SEMESTER: V

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN LUWUK BANGGAI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipersembahkan kepada Tuhan, karena atas tuntunanan-Nya sehingga
kelompok penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak
Dosen mata kuliah Misiologi, dalam bentuk makalah.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Martinus Sambali, M. Th. Selaku
dosen pengampuh mata kuliah Misiologi, yang telah memberikan tugas tersebut. Kiranya
tugas yang diberi dapat menambah wawasan dan manfaat bagi penulis, Baik juga kepada para
pembaca. Penulis menyadari, bahwa tugas yang dibuat begitu jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis berharap kiranya semua pihak pembaca dapat memberikan saran ataupun
masukkan yang bersifat membangun bagi penulis, untuk menjadi lebih baik lagi dalam
penyusunan makalah ini.

Luwuk, 03 november 2022


Penulis

Kelompok VII
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah misi merujuk pada kegiatan penyebaran iman, Misi dan penginjilan
merupakan suatu tugas sebagai amanat Agung. Alkitab telah banyak memberikan kita
catatan-catatan penting tentang bagaimana pergerakkan para murid dan gereja-gereja
mula-mula dalam merespon hal tersebut. Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui
bahwa tugas menjalankan penginjilan dan misi itu juga adalah tugasnya. Menjadi pokok
permasalahan bagi gereja masa kini ialah bagaimana gereja menghadapi tantangan dari
dunia dengan kemajemukkan yang ada di dalamnya, pluralisme, kemajuan teknologi serta
peningkatan ilmu pengetahuan yang semakin membuka ruang bagi manusia untuk
bergerak dan bertindak dengan gaya post modern seperti sekarang ini. Ini merupakan
sebuah tantangan yang sangat luar biasa bagi gereja sebagai subjek misi.
Gereja yang hidup adalah gereja yang bermisi, gereja yang dengan sungguh-
sungguh dan setia mencoba menjalankan setiap aspek kebenaran firman Tuhan di dalam
kesehariannya. Memang itu bukan hal yang gampang, tetapi bukan tidak mungkin dicapai
dan dilakukan. Pasti ada konflik dan pertentangan yang akan terjadi, tetapi kalau kita
semua mau setia dan tunduk diri di bawah kebenaran firman Tuhan dan bersama-sama
menjalankannya, niscaya pertentangan itu dapat diselesaikan bersama-sama.
Dalam bagian ini, kita tidak akan menyoroti tentang kehidupan gereja secara
keseluruhan, tetapi lebih mengamati kepada misi yang harus dilakukan oleh gereja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MISIOLOGI MASA KINI

Misi Masa Kini", memberikan suatu definisi misi sebagai berikut: Misi adalah panggilan
yang tritunggal untuk menyatakan Kristus kepada dunia dengan jalan proklamasi,
kesaksian, dan pelayanan supaya dengan kuasa Roh Kudus, Allah, dan firman-Nya,
manusia dibebaskan dari egoisme dan dosanya dan dengan tindakan Allah dilahirkan
kembali sebagai anak-anak Allah dengan jalan percaya akan Dia melalui Yesus Kristus,
yang diterimanya sebagai Juru Selamat pribadinnya, dan dilayaninya sebagai Tuhannya
dalam persekutuan tubuh-Nya, yaitu gereja, untuk kemudian menyatakan Dia kepada
dunia.

Definisi ini tampaknya sudah merupakan definisi yang sederhana, ringkas, tetapi juga
padat. Di dalam definisi ini sudah tercakup hal-hal yang tergolong sebagai tindakan misi,
yaitu:

1. Proklamasi (gereja terpanggil untuk memproklamirkan Kristus kepada dunia).


2. Kesaksian (gereja terpanggil untuk hidup seperti Kristus di dunia dengan kesalehan
dan keesaan-Nya), dan
3. Pelayanan (gereja terpanggil untuk melayani dan menjalani aksi-aksi sosial dengan
kasih Kristus bagi dunia).

B. APA SEBENARNYA HAKIKAT MISI?


Misi adalah manifestasi Kristus kepada dunia. Kristus datang memproklamasikan fiman
Allah, hidup Kristus, bahkan Kristus sendiri adalah firman Allah yang diproklamasikan.
Pelayanan Kristus merupakan ungkapan firman dalam tindakan sosial yang aktif.
Perhatikan ayat yang dipilih Tuhan Yesus dalam permulaan pelayanan-Nya, yaitu ayat
dari Kitab Yesaya, "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk
menyampaikan kabar baik ... dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan ..."
(Lukas 4:16-17).

 Bagaimana bentuk-bentuk konflik yang dapat terjadi dalam misi?

1. Serangan langsung terhadap kewibawaan firman Tuhan.

Ini adalah bentuk serangan yang paling populer dan tampaknya menjadi suatu
kecenderungan yang terjadi di gereja-gereja Tuhan masa kini. Bentuk serangan ini,
antara lain:

 Mengabaikan pentingnya pekabaran Injil (PI).


Iblis berusaha menentang proklamasi Injil di dunia modern. Mereka
"menghaluskan" tugas mengabarkan Injil dengan perkataan bahwa "gereja
memang harus hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai saksi, tetapi tidak
perlu terang-terangan. Itu cukup dilakukan dengan cara gereja menyatakan
bahwa gereja hadir di tengah-tengah masyarakat". Cara lain yang dipakai adalah
dengan mengutamakan toleransi di atas segala sesuatu. Cara lainnya lagi adalah
dengan menampilkan suatu bentuk ajaran (atau dapat juga praktik kehidupan)
kristiani tanpa Kristus. Cara yang terakhir ini sesungguhnya adalah upaya gereja
untuk menawarkan garam dan menutupi terangnya sendiri. Tapi sayangnya
orang-orang yang demikian akan begitu disanjung dan dihormati di gereja
karena merekalah yang dianggap sebagai orang yang "bijaksana" dan "juru
damai". Tetapi kita tidak boleh ditipu dengan cara-cara iblis yang demikian.
Kita tidak boleh mengganti Mesias yang tersalib dan menderita karena kasih
dengan mesias-mesias palsu yang mengobral kasih murahan. Kita harus lebih
takut pada Allah yang sudah memberikan kasih sejati di atas Bukit Golgota
melalui karya Kristus di salib.

 Berita Injil tanpa salib.

Bentuk serangan iblis di zaman ini adalah pemberitaan Injil tanpa salib. Yang
ada hanyalah sukacita, kemakmuran, kepuasan, kesenangan diri, pemenuhan
hawa nafsu, dan berbagai ajaran yang menghujat Allah Tritunggal. Kita harus
ingat bahwa salib adalah kemenangan Allah. Karena itu sangat mustahil jika ada
orang Kristen yang mengaku dapat hidup berkemenangan tanpa Salib, karena "...
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5).

Yang kita beritakan adalah Kristus yang disalibkan, dan "pemberitaan


tentang salib memang adalah kebodohoan bagi mereka yang akan binasa,
tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuataan
Allah" (1 Korintus 1:18).

 Serangan terhadap pelayanan firman Tuhan di dalam gereja.

"Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu
seperti dalam kegeraman, siapakah yang membangkitkan amarah Allah,
sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah mereka semua yang keluar
dari Mesir di bawah pimpinan Musa? Dan siapakah yang Ia murkai empat puluh
tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa dan mayatnya
bergelimpangan di padang gurun? Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa
mereka tidak akan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang
tidak taat? Demikianlah kita, bahwa mereka yang tidak dapat masuk oleh karena
ketidakpercayaan mereka" (Ibrani 3:15-19).
Menjalankan misi Amanat Agung di masa kini menghadapi berbagai tantangan
yang luar biasa, gereja harus berhadapan dengan pluralisme masyarakatnya, ini bisa
berupa perjumpaan misi Amanat Agung itu dengan agama-agama lain, gereja juga
harus menghadapi tantangan masih maraknya penduduk yang mempertahankan
tradisi leluhurnya (singkretisme). Kondisi masyarakat yang telah berubah dengan
masuknya kemajuan dari sektor teknologi juga menjadi hambatan yang serius.
Semua ini disebabkan bahwa kecenderungan masyarakat lebih disibukkan untuk
mengikuti arus kemajuan daripada mendengarkan Injil atau tidak tahu-menahu lagi
tentang Tuhan (Sekularisme).

Demikian juga masyarakatnya yang sudah menjadi anggota gereja juga terlibat
dalam mengikuti arus hidup yang semakin berubah dan semakin menuntut, oleh
karena itu tugas menginjil yang merupakan urat nadi gereja otomatis hanya
dibebankan kepada para pelayan Tuhan saja. Faktor-faktor interim juga
menghambat pelaksanaan misi gereja, misalnya gereja tertentu mematok wilayah
bagi gereja lain untuk mengabarkan Injil karena wilayah tersebut katanya
merupakan wilayah  pula bagi suatu gereja.

Sekarang, dengan melihat tantangan-tantangan diatas, sudah sedikit


kemungkinan bagi gereja untuk menjadikan “semua bangsa” sebagai murid Tuhan
Yesus secara instan. Lalu apa tindakan gereja? penulis melihat bahwa peluang
terbesar bagi gereja adalah hanya dengan mempertahankan anggota-anggota gereja
dengan pelayanan yang semakin menumbuhkan iman jemaat, disini peran “ajarlah
mereka” dalam pesan Yesus sangat bermakna besar. Gereja harus mendidik
anggotanya agar menghindari kegoyahan iman, dengan demikian setidaknya gereja
masih bisa bertahan dan tetap menjalankan fungsinya sebagai terang dan sumber
rekonsiliasi bagi dunia dimana gereja berada. Langkah mendidik jemaat ini juga
untuk menghindari kenyataan bahwa banyaknya anggota gereja yang melepas
imannya demi dunia ini dengan kegemerlapannya.

Misi Amanat Agung secara keseluruhannya yang sepertinya sulit terealisasi di


Kalimantan ini tetap akan terwujud jika gereja melakukan pengajaran dan
pendidikan yang intens terhadap anggota-anggotanya yang ada, sehingga
kesadaran akan tumbuh dari jemaat untuk mempertahakan bahkan menambahkan
orang-orang untuk datang dan masuk menjadi anggota jemaat Kristus. Itu semua
hanya bisa terlaksana jika setiap kita boleh bekerja dan mengabdi serta sadar
bahwa tugas kita harus aktif demi misi Allah atas dunia ini. Dengan terpeliharanya
iman anggota gereja yang ada dan dengan adanya pelayanan pendidikan yang
intens terhadap jemaat, termasuk membuka kesadaran bahwa setiap oranglah yang
menjadi tulang punggung gereja maka pastilah penginjilan kepada semua orang itu
akan terealisasi, karena setiap orang sudah sadar akan tugasnya. Gereja memang
tengah menghadapi tantangan besar, tetrapi gereja harus tetap semangat, dan
ingatlah Firman-Nya bahwa Ia akan senantiasa menyertai gereja-Nya sampai akhir
zaman.

Anda mungkin juga menyukai