Anda di halaman 1dari 10

MISOLOGI

“ABAD REFORMASI”

OLEH

KELOMPOK VI

ALFRITS TANI

TRISKA R.Y. SALUKONDO

ICA DAMAYANTI HAMAA

WINDI LAGONAH

VINI ELVIONITA LASABUNG

SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN LUWUK BANGGAI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena limpahan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang Bertema “Misiologi Abad Reformasi”
dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Misiologi.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampuh mata kuliah


Misiologi Bapak Martinus Sambali, M.Th yang sudah memberikan tugas ini, sehinggannya dapat
menjadi pengetahuan bagi penulis di masa yang akan datang.

Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat kekeliruan serta kesalahan yang ditemui, karenanya penulis membutuhkan kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini, sekian.

Luwuk, 28 Oktober 2022


Penulis

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................5
C. TUJUAN MASALAH..........................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
A. CIRI TEOLOGI MISI PROTESTAN..................................................................................6
B. PARA REFORMATOR DAN MISINYA............................................................................8
C. PARADIGMA MISI REFORMASI PROTESTAN.............................................................9
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
A. KESIMPULAN...............................................................................................................10
B. SARAN...........................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai umat Allah kita diberikan tugas dan tanggungjawab dalam menyebarkan
berita keselamatan kepada orang-orang baik yang sudah mengenal Allah maupun yang
belum. Jadi gereja diutus Allah ke dunia agar dapat menerangi setiap aspek kehidupan
manusia berdasarkan firman Allah yang tertulis di dalam Alkitab. Meskipun demikian
arti dari misi dan pekabaran injil masih kabur, maka daripada itu berikut akan dijelaskan
apa itu misiologi.
Dalam KBBI misi merupakan istilah yang penting dalam lingkungan gereja,
sebab ada hubungannya dengan urusan, pekerjaan, penyiaran agama yang kaitannya
dengan pengutusan para missioner ke luar. Istilah“misiologi” berasal dari dua kata dalam
bahasa Latin yaitu missio yang berarti “mengutus” dan logos yang berarti “ilmu, firman,
studi”. Jadi misiologi adalah ilmu tentang misi atau studi yang mempelajari pengiriman,
pengutusan, atau ekspansi yang dilakukan oleh gereja. Sehubung dengan kata ini dalam
bahasa Yunani yaitu apostello yang berarti “mengirim dengan otoritas” (penekanan
penting dari “misi atau pengutusan Allah”). Istilah lain juga digunakan untuk
menjelaskan tentang misi ialah apostolate yang artinya “kesaksian”, dengan tugas
didakhe (mengajar) dan kerygma (pemberitaan) tentang Yesus Kristus.
Pada abad reformasi ini berbagai penyelewengan dilakukan. Tidak hanya kepada
masyarakat, melainkan juga dalam ajaran Alkitabiah yang sudah menyimpang. Hal ini
dilihat dari praktek penjualan surat penghapus dosa. Masyarakat yang diperalat inipun
hanya mengikuti segala peraturan yang dikeluarkan.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Mengenai praktek misi sendiri pada masa ini, kelompok akan membahasnya
dalam paper ini dengan judul “Misi di zaman Reformasi/Pietisme (1517-1800 M). terkait
didalamnya adalah sebagai berikut :
A. 5 Ciri Teologi Misi Protestan ?
B. Para Reformator dan Misi ?
C. Paradigma misi Protestan?

C. TUJUAN MASALAH
A. Untuk mengetahui 5 Ciri Teologi Misi Protestan
B. Untuk mengetahui para Reformator dan bagaimana misinya
C. Untuk mengetahui paradigm misi Protestan

BAB II

PEMBAHASAN

A. CIRI TEOLOGI MISI PROTESTAN

1. Pasal tentang pembenaran oleh iman 


merupakan titik tolak teologi bagi Reformasi Protestan.  Pasal ini
mengungkapkan keyakinan dasar Reformasi: ada jarak yang luar biasa antara Allah
dan ciptaan-Nya, namun Allah, dalam kedaulatan dan oleh kasih karunia-Nya (sola
gratia), mengambil inisiatif untuk mengampuni, membenarkan dan menyelamatkan
umat manusia. Dengan demikian, titik tolak Reformasi bukanlah apa yang dapat dan
5
harus dilakukan orang untuk mendapatkan keselamatan mereka, melainkan apa yang
telah Allah lakukan di dalam Kristus (Roma 1:16-17).
2. Prespektif kejatuhan ke dalam dosa
Sebagai ciptaan yang tersesat, manusia tidak mampu melakukan apa pun
tentang kondisi kehidupan manusia. Reformasi memisahkan hubungan dengan
pandangan dari Aquinas tentang kebaikan dan rehabilitas nalar manusia, bahwa nalar
tersebut sudah rusak dan cenderung berbuat kesalahan. Oleh karena itu, kejahatan
harus direbut dari manusia. Manusia harus disadarkan akan kondisi mereka yang
sesat, agar mereka dibawah pada  pertobatan dan dilepaskan dari beban dosa mereka
yang berat
3. Dimensi subjektif keselamatan
Reformasi menekankan dimensi subjektif keselamatan. Bagi Thomas Aquines,
teologi masih merupakan scientia argumentativa (ilmu pengetahuan yang didasarkan
pada penalaran). Bagi Luther ini adalah suatu pendekatan yang tidak mungkin. Allah
tidak boleh dianggap sebagai Allah di dalam diri-Nya (gott an sich); Ia adalah Allah
bagi saya, bagi kita, Allah yang demi Kristus telah membenarkan kita oleh kasih
karunia. Sejarah mengenai pribadi Luther dan pertanyaan yang eksistensial “di
manakah aku menemukan Allah yang pemurah?” memainkan peranan di sini, seperti
halnya juga dengan kenyataan bahwa pada akhir abad pertengahan individu mulai
muncul secara bersama-sama (kolektif). Reformasi “meneologikan” perkembangan
ini; pertanyaan tentang keselamatan menjadi pertanyaan pribadi setiap individu.
Penekanannya tidak lagi lenyap dalam ribuan cara yang berbeda. Orang-orang
percaya akan menekankan pengalaman pribadi dan subjektif dalam kelahiran baru
oleh Roh kudus, maupun tanggung jawab individu dibandingkan dengan tanggung
jawab kelompok.
4. Imamat Am orang percaya
Penegasan peranan dan tanggung jawab pribadi menyebabkan penemuan
kembali ajaran tentang imamat am orang percaya. Orang percaya berada dalam
hubungan langsung dengan Allah, hubungan ini merupakan suatu hubungan yang
hadir secara terpisah dengan gereja. Memang benar bahwa di dalam kasus Luther
sendiri dan karena cara gagasan tentang imamat am orang percaya itu dipraktikan

6
oleh kaum Anababtis, ia di paksa untuk mundur pada pemahaman yang lebih kaku
tentang jabatan. Ia  menyangkal keabsahan jabatan apapun yang tidak dikaitkan
dengan keberadaan jemaat-jemaat yang ditentukan secara geografis dan menolak
gagasan tentang siapapun yang menggunakan amanat agung sebagai dasar untuk
membenarkan jabatan gerejawi. Walaupun demikian memperkenalkan kembali
gagasan tentang imamat am orang percaya yang memulai sesuatu yang tidak dapat
lagi dihapus, sesuatu yang telah tetap menjadi ciri protestan sampai saat ini.
5. Sentralitas Kitab Suci
“Gagasan protestan” diungkapkan dalam sentralitas kitab suci, dalam
kehidupan gereja. Ini berarti bahwa firman lebih tinggi kedudukannya dan sakramen
secara drastis dikurangi.
Kelima ciri protestanisme ini, yang terhadapnya beberapa ciri lain mempunyai
konsekuensi-konsekuensi penting bagi pemahaman dan perkembangan misi, baik
positif maupun negatif.
Ciri pertama, penekanannya pada pembenaran oleh iman pada pihak lain,
dapat menjadi suatu dorongan yang kuat bagi keterlibatan dalam misi. Namun ia pun
dapat melumpuhkan usaha misi manapun. Setiap usaha manusia untuk
menyelamatkan sesamanya adalah merupakan hujatan. Kemenangan terpenting di
mana individu dikorbankan demi keseluruhan. Hal yang sama, penekanan yang
berlebihan pada individu dapat mengasingkannya dari kelompok dan menghancurkan
kesadaran akan kenyataan, bahwa seorang manusia itu sendiri adalah seorang di
dalam komunitasnya.
Berbicara tentang imamat am orang percaya berarti memperkenalkan kembali
gagasan bahwa setiap orang kristen mempunyai panggilan dan tanggung jawabnya
melayani Allah, untuk terlibat aktif di dalam pekerjaan Allah di dunia dan dengan
demikian memutuskan hubungan dengan konsep bahwa orang  “biasa” adalah “anak-
anak” dan “objek” yang belum dewasa dari pelayanan gereja. Konsep ini
mengandung benih-benih perpecahan dalam gereja (skisma) yang ditimbulkan oleh
penafsiran dari setiap orang percaya atas kehendak Allah dengan cara yang berbeda-
beda, dan karena ada pimpinan gereja yang berwibawa (magisterium), masing-masing
mengambil caranya sendiri.

7
Sentralitas kitab suci sebagai pembimbing kehidupan menandai kemajuan
penting atas pandangan, bahwa semua masalah iman dan kehidupan harus diatur,
kadang-kadang dengan semau-maunya oleh paus dan konsili.

B. PARA REFORMATOR DAN MISINYA


Kegiatan misi ditemukan dalam diri para reformator, selain itu juga terdapat
gagasan tentang misi yang diketahui sampai saat ini. Misalnya,
1. Marthin Luther, Ia tidak pernah berpolemik menentang misi asing. Luther
dianggap sebagai pemikir misi yang kreatif dan orisinal. Ia adalah seorang
misiolog. Dalam usaha misi gereja, ia memberikan pedoman-pedoman dan
prinsip-prinsip yang jelas dan penting. Titik tolak teologi para reformator
adalah apa yang sudah dilakukan Allah di dalam Kristus. Sehingga dapat
dikatakan bahwa melalui Injillah yang “memisikan” dan dalam proses ini
memanggil umat manusia. Jadi, secara keseluruhan tekanannya adalah pada
misi yang tidak tergantung pada usaha-usaha manusia. Bagi Luther, iman
adalah sesuatu yang hidup. 
2. Yohanes Calvin (1509-1564). Ia menekankan kedaulatan Allah dalam
teologinya. Kemudian dalam sebuah khotbah tahun 1562, berdasarkan 2
Samuel 5:6-12, Calvin membandingkan nasib gereja di masa kini dengan Raja
Daud yang berusaha memenangkan Yerusalem. Bagi Calvin, pemerintahan
Allah akan bertambah, tetapi bukan melalui karya manusia atau usaha gereja.
Hal itu hanya akan terjadi melalui kasih pemilihan Allah.
Bagi Luther dan Calvin, tidak perlu menggunakan kekerasan untuk
mengkristenkan orang.

C. PARADIGMA MISI REFORMASI PROTESTAN


Kekecawaan terhadap ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Alkitab
membuat Marthin Luther mengadakan Reformasi dalam tubuh Gereja Katolik Roma.
Roma 1:16 memberi kesadaran kepada Marthin Luther dan melahirkan 3 Semboyan,
yakni : Sola Gratia, Sola Sripture, Sola Fide. Akhirnya Gereja Katolik Roma mengusir
Marthin Luther dari dalam Gereja, sehingga pengikutnya kemudian disebut sebagai kaum
Reformator. Gereja Protestan Bertumbuh dengan pesat, bahkan masih terpecah kedalam
beberapa aliran lainnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Reformasi yang dicetuskan oleh Marthin Luther bertitik tolak pada pembenaran oleh
Iman”. Ia melakukan penolakan terhadap praktek gereja pada masa itu yang telah
menyimpang. Ia melihat bahwa penyimpangan-penyimpangan ini tidak boleh diteruskan lagi.
Dalam aksinya, ia mendapat perlawanan dari gereja. Kendatipun demikian, tidak
membuatnya terpengaruh untuk menegakkan kebenaran.
Luther dianggap sebagai seorang misionaris yang kreatif dan orisinal. Dalam usaha
misi gereja, ia memberikan pedoman-pedoman dan prinsip-prinsip yang jelas dan penting.
Titik tolak teologi para reformator adalah apa yang sudah dilakukan Allah di dalam Kristus.
Sehingga dapat dikatakan bahwa melalui Injillah yang “memisikan” dan dalam proses ini
memanggil umat manusia. Jadi, secara keseluruhan tekanannya adalah pada misi yang tidak
tergantung pada usaha-usaha manusia.
Di samping Luther, tokoh lain yang turut berperan di dalam misi zaman reformasi,
yaitu Yohanes Calvin (1509-1564). Ia menekankan kedaulatan Allah dalam teologinya. Bagi
Calvin, pemerintahan Allah akan bertambah, tetapi bukan melalui karya manusia atau usaha
gereja. Hal itu hanya akan terjadi melalui kasih pemilihan Allah.
Dalam misi di zaman reformasi ini, ada pesan missioner gereja, di antaranya:

9
a.      Beritakanlah Kristus;
b.      Jangan membatasi Injil; dan
c.      Amanat Agung.

B. SARAN
Dalam kehidupan kita saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa berbagai penyimpangan
pun masih terjadi dalam gereja. Melihat hal ini, kita sebagai warga gereja, mestinya
berteladan pada apa yang dilakukan oleh Luther dan Calvin. Kita harus bertanggungjawab
dan berani untuk menyuarakan kebenaran di tengah-tengah penyimpangan yang terjadi.

10

Anda mungkin juga menyukai