DOSEN :
FAKULTAS TEOLOGI
TEOLOGI KRISTEN PROTESTAN
BAB I
PENDAHULUAN
Missio Dei
Misio Dei diartikan secara literer sebagai misi Allah. Kata "missio dei" berasal dari
bahasa Latin, missio adalah misi atau tugas, dan dei adalah Tuhan atau Allah. Sebuah bentuk
yang digunakan dalam teologi Trinitas. Misi Allah di dunia adalah maksud Allah untuk
menyelamatkan dunia dalam hubungan khusus dalam Allah, Yesus dan Roh Kudus. Allah
Bapa mengutus Yesus, dan keduanya (Allah dan Yesus) mengutus Roh Kudus.
Setelah perang dunia yang pertama, para teolog misi mulai mencatat adanya perkembangan
dalam teologi biblical dan sistimatika. Karl Barth(1932) menyebutkan misi sebagai aktivitas
Allah sendiri. Pengaruh karl barth sangat penting, karena dia telah menerobos secara radikal
pendekatan teologi era pencerahan. Pengaruh itu terasa sampai konferensi willingten (1952)
yang mencuatkan ide Missio dei secara jelas, misi dimengerti sebagai datang hanya dari
Allah sendiri. Keyakinan ini diambil bukan hanya dari eklesiologi atau soteriologi, melainkan
dari doktrin trinitas. Misi adalah partisipasi dalam pengutusan Allah dan karena itu Misi tidak
ada dengan sendirinya, tetapi hanya karena inisiatif Allah. Willingen juga mengenali relasi
yang erat antar Missio Dei dengan Misi sebagai solidaritas dalam inkarnasi dan salib Kristus.
Moltmann kemudian menyebutkan peranan Gereja sebagai instrument dari misi yang
merupakan gerakan Allah sendiri masuk kedalam dunia. Konsekuensinya kita harus berkata,
“Gereja ada karena Misi Dan ukannya sebaliknya. Berpartisipasi dalam Misi berarti
berpartisipasi dalam gerakan kasih Allah kepada Manusia. Pengaruh pandangan Willingen ini
meluas sampai ke Gereja ortodoks timur dan kaum Evangelical, serta Gereja katolik. Dalam
dokumen Konsili Vatican II decree on mission dirumuskan “Misi adalah manifestasi dari
rencana Allah yang penampakan dan relasasinya ada dalam dunia dan sejarah”.
Setelah willingen, konsep Missio Dei mengalami perkembangan karena pengertian Missio
Dei mencakup seluruh dunia dan semua aspek kehidupan manusia. Concern Allah tidak
eksklusif di dalam dan melalui gereja, tetapi kepada seluruh dunia dan dalam sejarahnya.
Jadi, misi Allah lebih luas daripada misi gereja. Karena misi Allah adalah aktivitas Allah
yang mencakup Gereja dan dunia yang di dalamnya Gereja memperoleh hak istimewa untuk
ikut ambil bagian dalam dokumen Konsili Vatican II Gaudium et spes, pengertian yang lebih
luas tentang misi diangkat secara pneumatologis lebih dari pada kristologis. Sejarah dunia
bukan hanya suatu sejarah yang penuh kejahatan, melainkan juga sejarah kasih yang di
dalamnya Kerajaan Allah berkembang melalui pekerjaan Roh Kudus. Dalam aktivitas
misinya Gereja berhadapan dengan manusia dan dunia yang didalamnya keselamatan Allah
sudah dilaksanakan dengan tersembunyi melalui Roh Kudus. Subject dari sejarah
kemanusiaan itu adalah Roh Kudus.
Harus diakui bahwa perkembangan pemikiran tersebut tidak lagi sesuai dengan apa yang di
maksudkan oleh Karl Bahr. Karena sebenarnya konsep semula adalah untuk melindungi misi
terhadap sekularisasi dan horizontalisme dengan menekankan peranan Allah secara eksklusif.
Kendati begitu, konsep Missio Dei telah mematahkan pemahaman yang sempit dari
pemahaman misi yang bersifat ‘Gereja sentris’. Dalam konsep ini misi Gereja tetap
dijalankan sebagai partisipasi dalam Missio Dei. Landasan dari Missio Dei ini terdapat pada
Injil Yohanes 20:21 tentang Diri-Nya yang diutus oleh Allah, kemudian mengutus manusia
untuk melanjutkan karyanya di bumi. Orang Kristen, baik pada masa lalu maupun masa kini
banyak yang mengartikan bahwa misi Allah adalah memberitakan keselamatan dalam diri
Yesus, yaitu dengan melakukan missionari ke seluruh dunia yang bisa dijangkaunya.
REFLEKSI TEOLOGIS
Gereja misional adalah istilah baru yang ingin mengembalikan hubungan erat gereja
dan misi. Sudah cukup lama gereja memahami misi sebagai apa yang gereja lakukan di
tempat-tempat terpencil untuk memberitakan Injil. Pemahaman seperti ini pada gilirannya
menggerus kekristenan itu sendiri sekaligus memisahkan gereja dari dasar keberadaannya
yang sebenarnya sebagai umat pilihan Allah yang dipanggil untuk memberitakan Injil.
Gereja adalah alat untuk melaksanakan misi Allah di dunia ini. Gereja bukan ada
untuk dirinya sendiri. Tapi gereja lebih secara fungsional sebagai suatu komunitas yang
hidup, yang bertumbuh dan seharusnya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat tidak hanya
untuk dirinya sendiri (internal) tetapi juga bagi dunia ini (eksternal). Untuk mewujudkan misi
Allah di dunia ini, gereja ditugaskan untuk bersekutu, bersaksi dan melayani.
Gereja misional adalah istilah baru yang ingin mengembalikan hubungan erat gereja
dan misi. Sudah cukup lama gereja memahami misi sebagai apa yang gereja lakukan di
tempat-tempat terpencil untuk memberitakan Injil. Pemahaman seperti ini pada gilirannya
menggerus kekristenan itu sendiri sekaligus memisahkan gereja dari dasar keberadaannya
yang sebenarnya sebagai umat pilihan Allah yang dipanggil untuk memberitakan Injil.
Seharusnya wajah misiologi yang kontekstual bagi Indonesia harus terbuka terhadap
agama-agama, terbuka kepada cerita-cerita rakyat, ungkapan mitologis agama-agama suku
dan nila inilai leluhur yang terkandung di dalamnya, terbuka kepada masalah-masalah
praktek agama suku dalam gereja-gereja suku, terbuka kepada dunia modern dengan segala
masalahnya yang sangat kompleks dalam era industri dan komunikasi ini. Namun demikian
dalam keterbukaan ini, inti dari misi yang sesungguhnya tetap harus menjadi perioritas, yaitu
memproklamsikan Injil Yesus Kristus sesuai dengan Amanat Agung Mat 28:19-20.