Kristologi Kontemporer
Kekristenan kontemporer menghadapi tantangan-tantangan yang unik
sehingga pandangan mengenai Kristus sebagai Juruselamat juga semakin
beragam seiring dengan perkembangan dunia postmodern. Beberapa di
antaranya adalah:
- Yesus sebagai penyataan Allah (Karl Rahner, Dorothee, Soelle, dan Roger
Haight)
- Yesus sebagai teladan moral (Rosemary Radford Ruether, Mar K Lewis
Taylor, dan Isabel Carter Heyward)
- Yesus sebagai pemenang (Luis G. Pedraja, james Hal Cone, dan Elizabeth
A. Johnson)
- Kristus sebagai wakil atau pengganti (Douglas John Hall, Marilyn McCord
Adams, dan Jurgen Moltmann)
- Yesus sebagai sumber keterbukaan (Raimundo Panikkar, John B. Cobb, dan
Jaques Dupins)
Teologi Postmodern
Postmodern adalah sikap curiga terhadap yang modern
termasuk hal-hal yang dianggap sebagai kebenaran, mengecam
apa yang selama ini dianggap sebagai budaya tinggi sambil
mengambil hal-hal yang disukai dari budaya tinggi dan diberi
tempat dalam budaya populer, postmodern menawarkan cara
dan kesempatan berpikir baru, termasuk cara yang segar untuk
mendekati misteri Allah.
Teologi Postliberal
Teologi postliberal muncul karena ketidakpuasan seorang
teolog benama Lindbeck terhadap doktrin atau dogma gereja
dalam menghadapi masalah-masalah dalam diskusi ekumenis.
Dalam hal ini Linbeck menawarkan cara baru dengan
pendekatan linguistik-kultural yang menekankan bahasa-bahasa
agama dalam bentuk kehidupan secara kultural, dan metode
intertekstual yang menekankan pencarian makna yang imanen
dari Alkitab
Radical Ortodoxy (Teologi Ortodoxy Radikal)
Teologi ortodoxy radikal lahir oleh karena usaha menghidupkan
kembali semangat orang-orang dalam berteologi dan merevisi teologi
yang selama ini dianut dengan perspektif baru dalam konteks dunia
postmodern. Beberapa perhatian teologi ortodoxy radikal mengarah
pada kekerasan, lalu bagaimana teologi mampu menjawab pandangan
tentang kenihilan yang mempengaruhi kehidupan bergereja, dan
bagaimana mewujudkan kesatuan dan kedamaian dalam dunia.
gereja-gereja arus utama atau tradisional. ciri dari ibadah di gereja
pentakostal dan kharismatik yang menjadi keunggulannya, ibadah yang
antusias (penuh semangat), penuh kesukaan dan bersuara keras,
pertemuan ibadah merupakan pusat kehidupan yang di harapkan.
Gerakan ini juga sangat bersikap inklusif pada realitas kemajemukan
gereja, namun masih juga bersifat eksklusif terhadap dialog lintas iman
terutama Islam, yang dianggap tantangan dan ancaman yang khas bagi
mereka. Namun di sisi lain sudah mulai ada keterbukaan bagi dialog
lintas iman ini
Teologi Sosial-Politik-Budaya
Teologi politik sosial dan budaya memiliki keterkaitan sama dengan yang lain,
dimana masyarakat miskin dan masrakat-masyarakat kecil menjadi korban oleh
pemerintah. Ketiganya memiliki tugas dan peran penting dalam
mendampingi kehidupan orang-orang yang tertindas, menciptakan
keadilan, kesejahteraan, dan diharapkan menjadi tempat bernaung.
Teologi Misi dan Ekumenis
Misi dan gerakan oikumene adalah dua entitas yang tidak dapat
dipisahkan dari gereja. Panggilan untuk bermisi berandil besar
mendekattkan gereja-gereja dalam sebuah jalan bersama menuju
keesaan. Oikumene juga mendrong gereja-gereja untuk bersama-sama
memikirkan dan menunaikan panggilan misionalnya dalam dunia. Misi
dan oikumene menolong gereja untuk memahami dan menghadirkan
diri secara lebih dan utuh sesuai dengan visi Allah atas gereja dan
dunia. sementara itu realitas dunia yang plural dan terus berubah
menjadi tantangan bagi gereja untuk dapat menghadirikan dirinya
secara relevan dan signifkan, ditentukan sejauh mana gereja dapat
menjawab tantangan kontekstual di sekitar yang ditandai dengan
pergeseran paradigma.
Teologi Proses
Teologi proses adalah bagian dari teologi kontemporer. Teologi ini
dilatarbelakangi oleh konsep filsafat. Oleh karena itu pandangan teologi
mereka tidak berdasar pada Alkitab. Akibatnya pandangan teologi mereka
telah merusak berbagai konsep dari iman Kristen. Pengertian mereka tentang
Allah, Alkitab dan Kristus sangat tidak sesuai dengan fakta kebenaran firman
Tuhan. Alfred North Witehead menjadi pelopor teologi ini yang menganggap
bahwa segala sesuatu mengalami perubahan atau berproses termasuk Allah.
Teologi Agama-Agama
Teologi agama-agama adalah respon dan usaha orang Kristen untuk
merumuskan sikap imannya terhadap agama-agama yang ada di
sekitarnya serta bagaimana hubungan yang positif antar agama
dimungkinkan melalui teologi yang dibangun. Knitter menegaskan bahwa
dialog antar umat beragama akan dapat berjalan dengan baik jika ada
dialog yang berdasarr pada komitmen yang sama untuk memajukan
kesejahteraan manusia dan alam
Teologi kontekstual
Pada awalnya kontektualisasi muncul dalam konteks pendidikan
teologi dalam terbitan Theological Education Fund (TEF) tahun 1972.
TEF mendefinisikan bahwa kontekstualisasi sebagai kemampuan untuk
memberikan tanggapan bermakna terhadap Injil dalam kerangka situasi
sendiri. Menurut Bevans, teologi kontekstual lahir karena adanya
ketidakpuasan pada dunia petama dan ketiga mengenai teologi klasik
yang bersifat menindas, gereja-gereja lokal sedang menuntut
perkembangan teologi kontekstual, dan pemahaman mengenai
kebudayaan didukung oleh tersedianya ilmu-ilmu sosial kontemporer
Teologi Trinitarian
Teologi Trinitarian yang hadir dalam pembahasan masa kini
tidak berbicara Trinitarian dalam bentuk dogmatis klasik melainkan
Trinitarian yang lebih progresif dan lintas disiplin, baik sistematika,
teologi agama-agama, dan praktika. Upaya ini dilakukan sebagai usaha
menemukan makna Trinitas dalam sejarah dan releasinya dengan
doktrin Kristen lainnya. Kemudian upaya ini berusaha juga untuk
mencari dasar normatif dalam merekonstruksi teologi yang baru
sehingga dapat melahirkan konstruksi terhadap Trinitarian.
perempuan yang kemudian dikaitkan dengan proses hermeneutik
yang mengarah pada interpretasi ulang kitab suci Kristen dan
tradisi.
karena mereka adalah orang-orang yang selalu membutuhkan
bantuan untuk mendapat ksembuhan. Teologi ini hadir untuk
mengubah pandangan masyarakat bahwa kaum disabilitas juga
adalah citra Allah. Sehingga hak-hak mereka juga perlu
diperjuangkan, serta membiarkan mereka terlibat langsung dalam
berbagai hal.
Teologi Asia
Teologi Asia pada awalnya adalah warisan dari teologi barat,
akibat penginjilan dari barat dan bahkan masih ada yang melekat
pada Asia hingga sekarang. Namun teologi barat dianggap tidak
relevan lagi di Asia. Maka pada abad 20 para teolog semakin sadar
dan akhirnya mereka membangun sendiri teologinya untuk konteks
Asia.
Kesimpulan
Teologi koontemporer ini mencakup beberapa konstruksi teologi yang
hadir atas dasar realitas yang ada, yang membutuhkan jawaban dalam
menemukan keberadaan diri sebagai manusia dan Allah dalam hidup
manusia. Teologi kontemporer hadir untuk memberikan cara pandang
baru bagi manusia untuk dapat berteologi di tengah perkembangan
zaman tanpa melupakan esensi hidup sebagai orang percaya, dengan
menjunjung keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia,
merekonstruksi dogma-dogma gereja yang tidak lagi relevan menjadi
sesuatu yang mampu diterima tanpa melupakan nilai-nilai luhurnya.
Sehingga akhirnya melalui teologi-teologi baru yang ditawarkan ini
mampu membuka cara pandang baru dalam hidup namun sekaligus
juga tetap kritis menjalaninya.