Disusun Oleh;
2022/2023
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
Jan A. Boersema dkk , Berteologi Abad XXI menjadi Kristen Indonesia di tengah masyarakat
majemuk. Surabaya: Literatur Perkantas, 2015, hal 759
2
Avery Dullens, Model-Model Gereja, (Ende: Nusa Indah, 1987), hal 84
ekklesias ditemukan dalam Matius 18:17, digunakan Yesus menunjukkepada
persekutuan jemaat. Karena itu gereja sebagai ekklesia bersifat lokal berarti
suatupersekutuan yang nampak dalam bentuk perkumpulan warga
jemaat.Selanjutnya, di dalamPerjanjian Baru, persekutuan jemaat ini diungkapkan
dengan berbagai sebutan yangmenggambarkan identitas dan hakekatnya.
Misalnya dalam 1 Korintus 12 dan Efesus 1:22-23;3:10,21; 5:22-32, disebutkan
bahwa gereja adalah komunitas atau persekutuan yang hidup,dinamik dan
berfungsi untuk melanjutkan pelayanan Kristus di dunia. Dalam ayat-ayat di atas
iniditekankan bahwa ekklesia (jemaat, gereja) dipanggil untuk tujuan yang jelas
yaitu menjadi alat penyelamatan Allah di dunia.
3
Ibid., hal 92-93
4
https://jurnalvow.sttwmi.ac.id/index.php/jvow/article/download/29/28
sebagai Hamba Allah yang melayani dapat diwujudkan dengan beberapa
pengejawantahan yang menyentuh kehidupan manusia5 .
BAB II
5
https://ojs.sttibc.org/index.php/ibc/article/view/75/46
ISI
6
Berteologi abad XXI, hlm.
untuk kepentingan kita. Dia sungguh-sungguh mati supaya kita hidup; Ia melayani
kita supaya kita disembuhkan.”7
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa gereja sebagai
hamba Allah di dunia perlu untuk meneladani pelayanan dariorang Samaria itu
atau yang dalam Surat Pastoral The ServantChurch diartikan sebagai Yesus.
Sebagai hamba Allah, gereja harus memberikan diri untuk melayani
7
Avery Duls, ibid., hlm 87
mengenai hal tersebut menunjukkan bahwa dia menuntut suatu gereja untuk
mengabdi.8
Seorang eklesiolog yang muncul pada tahun 60-an bernama Gibson
Winter menuliskan dalam bukunya yang berjudul The New Cretion as Metropolis
bahwa ia menuntut sebuah gereja yang mengabdi – suatu gereja yang tidak lagi
merupakan struktur institusional dari keselamatan yang berada di samping
struktur-struktur penindasan dalam dunia, melainkan suatu gereja suatu gereja
yang merupakan satu komunitas di dalam struktur-struktur duniawi yang
mempunyai tanggung jawab historis dan yang mengenal dan mengakui rahmat
Allah bagi semua manusia.” Gibson menganjurkan bahwa kerasulan dari gereja
sebagai hamba hendaknya bukan pertama-tama pewartaan tentang pengakuan
iman atau perayaan kultus, tetapi lebih merupakan suatu refleksi kritis tentang
janji Allah dan kehadiran-Nya di dalam sejarah.9
Di samping itu, selain menunjukkan pelayanannya melalui tindakan dan
pengabdian kepada sesama, gereja juga perlu untuk meneladani Kristus sebagai
hamba Allah. Yesus Kristus adalah teladan hamba Allah yang sejati. Ketaatan,
ketundukan, dan seluruh keberadaan-Nya didedikasikan supaya kehendak Bapa
terlaksana di Bumi. Ketundukan dan kepatuhan Kristus kepada Bapa bukan hanya
berkaitan dengan dimensi personal, tetapi tercermin dengan tindakan dan karya-
Nya untuk mengasihi orang miskin, memerdekakan kaum tertindas, dan
merestorasi tatanan sosial (Luk. 14).10Karena itu, gereja sebagai hamba Allah
perlu mengikuti gaya hidup Yesus.11Sebagaimana Kristus taat pada kehendak
Bapa, demikian juga gereja sebagai hamba Allah harus menunjukkan ketaatan
yang sama. Ketaatan gereja pada Allah dapat ditunjukkan dengan meneladani
Kristus.12
KESIMPULAN
8
Avery Duls, ibid., hlm. 88
9
Avery Duls, Ibid., hlm. 89
10
Bakhoh Jatmiko Dkk, Gereja Sebagai Hamba Yang Melayani: Sebuah Perspektif Eklesiologi
Transformatif Di Era Society, Jurna Teologi Biblika Dan Praktika, Vol 2, No. 2, Hlm 246
11
Avery Duls, Op Cit., hlm. 89
12
Bakhoh Jatmiko, dkk, Op Cit., hlm. 246-247
Gereja sebagai hamba Allah harus mampu meneladani dan menerapkan
Kasih Kristus baik dalam lingkup gereja dan masyarakat luas. Gereja seharusnya
selalu relevan dan mampu hadir sebagai pengantara maupun penyelenggara
pembahuruan kehidupan. Panggilan untuk tetap relevan terus melekat pada gereja.
Gereja harus sadar bahwa dirinya adalah hamba yang menunjukkan ketaatan
kepada Allah melalui karya nyata di tengah-tengah dunia. Menghadirkan
perubahan, memberikan harapan, dan menyatakan sentuhan Allah bagi dunia.