Disusun Oleh:
1. Della Eka Irmayanti (1910810006)
2. Elsya Ermawati (1910810013)
3. Lutfita Aisyatul Wafiroh (1910810019)
4. Marwa Fajrin (1910810031)
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian Ekologi?
2) Bagaimana sejarah dan perkembangan ekologi
3) Apa saja ruang lingkup ekologi?
4) Bagaimana kaitan ekologi dengan ilmu-ilmu lain?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian ekologi.
2) Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan ekologi
3) Untuk mengetahui ruang lingkup ekologi
4) Untuk mengetahui kaitan ekologi dengan ilmu-ilmu lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi
Istilah Ekologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu oikos, yang berarti rumah
atau tempat tinggal, dan logos yang berarti ilmu yang mempelajari. Secara harfiah
maka ekologi mempunyai pengertian yaitu Ilmu yang mempelajari ketata rumah
tanggaan organisme hidup. Haeckel (1896) mengatakan bahwa ekologi ialah
pengetahuan mengenai keseluruhan hubungan berbagai organisme dengan
lingkungannya dengan faktor organik dan anorganik. Ekologi sebagai suatu
disiplin ilmu tumbuh melalui peri kehidupan alamiah (natural histologi). Definisi
yang lain dikemukakan oleh krebs (1985) sangat sederhana, modern, dan
koprehensif bahwa ekologi adalah penelaah ilmiah mengenai interaksi yang
menentukan penyebaran dan kelimpahan Organisme.
Ada beberapa ilmuwan lain yang mengemukakan pendapatnya mengenai
ekologi, anatara lain Tansley (1935) mengemukakan bahwa ekologi ialah
hubungan timbal balik (interaksi) antara makhluk hidup (organisme) dengan
lingkungannya, dimana sifat interaksi ini aktif dan dinamis. Kormondy (1969)
mendefinisikan ekologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
ekonomi alam semesta. Yang dipelajari disini adalah materi, energy dan
informasi. Kormondy menitik beratkan pada interaksi antara organisme dengan
lingkungannya baik lingkungan yang organic maupun anorganik. Pakar yang lain
yaitu Odum (1971) menguraikan definisi ekologi jauh lebih kompleks yaitu
interaksi antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan yang sifatnya
hidup (biotis) maupun lingkungan yang takhidup (abiotis).1
1
Andi M. A. dan Syarifuddin, 2007. Mengungkapkan Kearifan Lingkungan Sulawesi Selatan. PPLH
Regional Sulawesi, Maluku dan Papua, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan Masagena
Press, Makasar.
ekologi. Namun, nama tersebut baru dikemukakan oleh seorang yang ahli biologi
di Jerman yang bernama Earns Haeckel pada tahun 1860.
Pada tahun 1900, ekologi telah diakui sebagai ilmu dan telah mengalami
perkembangan yang terus dan cepat. Apalagi saat itu, dunia sangat peka dengan
masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara kualitas peradaban
manusi. Ekologi adalah cabang ilmu yang mendasari dan selalu berkaitan dengan
kehidupan sehari – hari.
Ekologi berkembang karena adanya interaksi antara manusia (man and
culture) dan alam (nature) yang sebenarnya sudah berlangsung sejak zaman
sejarah mencatat eksistensi kehidupan di bumi. Ekologi berkaitan dengan
manusia, yaitu dibutuhkan kehadirannya dalam ilmu pengetahuan. Mengapa
demikian, karena kemampuannya dalam memberikan landasan teoritik dan
konseptual yang berguna untuk memaknai dan memahami fenomena dan fakta
hubungan interaksional manusia dan alam serta perubahan sosial dan ekologis
(ecological change) yang terjadi di alam. Perubahan ekologis yang dimaksud
adalah yang berkenaan dengan munculnya destabilitas ekosistem sejak terjadinya
penurunan jumlah dan kualitas aktivitas manusia. Perubahan ekologis yang
dimaksud adalah dampak yang tidak dapat dielakkan dari interaksi manusia dan
alam yang berlangsung dalam konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri
melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah
pihak (kedua sistem yang saling berinteraksi).
Manusia meminta materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup (pangan-sandang-papan atau sustenance needs)
mereka. Sementara itu alam, lebih banyak mendapatkan energi, materi dan
informasi dari manusia dalam bentuk wasteand pollutant (termasuk radio-active
waste) yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi kehidupan seluruh
penduduk bumi. Secara keseluruhan hal tersebut menghasilkan akibat yang sama,
yaitu: cenderung terus-menerus menggerus sumberdaya alam secara cepat,
memperlemah daya dukung lingkungan (weakening the carrying capacityof the
ecosphere) yang mengarah pada terjadinya krisis ekologi (ecological crisis) secara
berkepanjangan.
Dalam kehidupan, manusia memerlukan udara (O2) serta sumber proteinnya
manusia mengembangkan berbagai macam cara dan teknologi
memperoleh/menghasilkan sumber-sumber tersebut. Praktek bertanam pohon
yang telah berlangsung berabad-abad memberikan pelajaran-asli
(indigenousknowledge) yang berguna bahwa bentuk pohon, jenis pohon atau jenis
tanaman akan memberikan kehidupan bagi makhluk hidup lain. Karenanya masuk
hutan dan menebang pohon dan mengambil buah sembarangan dalam suku Baduy
dilarang, karena akan membahayakan populasi keseluruhan jenis pohon dan
hewan (ekosistem) yang ada.2 Sedangkan bagi komunitas Karampuang di
Sulawesi lembaga adat melarang memukultandang buah Enau pada saat dewan
adat belum bangun, jangan pula memukul tandang buah Enau pada saat ayam
sudah masuk kandangnya, yang memiliki makna jangan menyadap Enaudi pagi
hari dan jangan pula menyadap Enau di petang hari. Hal tersebut merupakan
himbauan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, khususnya hewan dan burung,
karena menyadap pohon Enau pada pagi hari dikhawatirkan akan mengganggu
ketentraman beberapa jenis satwa yang bersarang di pohon Enau tersebut,
demikian pula pada sore hari akan menggangu satwa yang akan kembali ke
sarangnya.3
Dari perspektif dinamika kependudukan, krisis ekologi bermula dari jumlah
penduduk manusia di bumi yang terus meningkat secara signifikan,yaitu sekitar 2
milyar jiwa di di akhir abad ke-19, dan menjadi sekitar 6 milyar jiwa di akhir abad
ke- 20. Destabilitas kesetimbangan ekosistem itu bisa dijelaskan oleh sifat
hubungan interaksional antara manusia dan alam yang lebih banyak berada dalam
mekanisme pertukaran yang timpang dibandingkan beberapa abad yang lalu saat
jumlah penduduk masih terbatas. Makin terbatasnya ruang kehidupan sebagai
akibat tekanan penduduk, telah memaksa manusia untuk mengembangkan proses
pemanenan energi dan materi yang semakin eksploitatif. Alam dipaksa untuk terus
berkompromi terhadap kehadiran manusia yang semakin berlipat jumlahnya. Dua
akibat yang pasti dari proses ini adalah kehancuran lingkungan dan kemiskinan.
Dari perspektif developmentalisme, modernitas peradaban yang disongsong
melalui strategi pertumbuhan telah menumbuhkan growth-mania-syndrome
hampir di seluruh negara di dunia. Sindrom ini telah memaksa pemerintahan di
setiap negara memacu pembangunan melalui eksploitasi sumberdaya alam secara
besar-besaran dan habis-habisan tanpa mengindahkan usaha konservasi secara
seimbang. Dalam hal ini alam dipandang sebagaienergi-pembangunan yang seolah
memiliki kemampuan tak terbatas. Proses penyesuaian “organisasi sistem
kehidupan” yang harus dilakukan secara cepat, telah menyebabkan mekanisme
pertukaran berlangsung dalam suasana chaotic-organization dimana alam semata-
mata menjadi obyek kooptasi, dominasi dan pemuasan kebutuhan manusia tanpa
ada ruangdan waktu yang mencukupi baginya untuk meregenerasi dan
memberdayakan kemampuannyadi alam. Artinya, harkat dan martabat alam
menjadi sangat rendah saat berhadap-hadapan dengan martabat manusia. Proses
pertukaran materi, energi dan informasi antara alamdan manusia tak hanya
menjadi tidak setara (inequal) lagi, namun juga makin multi-dimensional
(melibatkan faktor-faktor yang tidak sederhana: sosial, politik, ekonomi,
2
G. Senoaji, Kearifan Lokal Masyarakat Baduy Dalam Mengelola Hutan Lingkungannya,
(Yogyakarta: UGM, 2003)
3
Andi M. A dan Syarifuddin, Mengungkap Kearifan Lingkungan Sulawesi Selatan, (Makassar :
Mesagena Press, 2007)
teknologi, dan budaya) serta menghasilkan ekses-ekses yang dampaknya tidak
saja lokal, melainkan juga global. Dalam sebuah rumah alam, selalu terkandung
asumsi bahwa kondisi internal suatu sistem ekologi (ekosistem) akan senantiasa
berada dalam kondisi yang dinamis atau berubah – ubah sesuai bekerjanya
kekuatan – kekuatan pengaruh alam (lingkungan atau environment) dan living
organism (terutama manusia) dalam melakukan aktivitas. Pertumbuhan penduduk
yang berjalan sangat pesat dan mengarah pada krisis panganmerupakan
kekhawatiran pertama tentang kelangsungan hidup umat manusia di planet bumi.
Setelah itu, industrialisasi yang memproduksi berbagai sampah berbahaya
danmengancam status kesehatan manusia menjadi ancaman berikutnya.
Kehancuran ekosistemhutan, tanah, udara dan air sebagai akibat tekanan
penduduk yang makin tinggi serta aktivitasekonomi yang sangat eksploitatif,
merupakan keprihatianan komunitas dunia yang jugadirasakan meluas. Dalam hal
ini, krisis ekologi global yang menghantui banyak orang adalah berlangsungnya
proses-proses technometabolism (proses pengubahan bahan dan materimelalui
sentuhan teknologi yang rakus energi) yang terjadi pada masyarakat industri maju.
Berbeda dengan natural metabolism, proses produksi industrial itu mengandalkan
inputmateri, bahan baku dan sumberdaya alam serta energi extra-tinggi (yang
didatangkan dari luar sistem ekologi setempat) dan sekaligus menghasilkan
sampah beracun yang sangatmembahayakan eksistensi bumi dan isinya. Proses-
proses produksi berlangsung dalam suasana dimana aktivitas pertukaran dan
perekonomian dilangsungkan melalui platform kelembagaan ekonomi
korporatisme-kapitalisme yang sangat rakus terhadap sumber energi tak
terbarukan.Tiga sub-sistem (biologi, sosial, dan ekologi) yang ditelaah pada
sistem yang ditelaah pada sistem “masyarakat konsumsi energi tinggi”
menunjukkan kecenderungan - kecenderungan yang mengkhawatirkan bila
dibandingkan dengan “masyarakat berburu danmeramu ataupun pertanian
tradisional”.
Semua parameter pada masyarakat konsumsi energi tinggi mengarah pada
percepatan tercapainya kehancuran alam bagi bumi. Industri-industri berteknologi
modern yang sangat rakus energi di kebanyakan negara-negara maju, setiap hari
menghasilkan karbondioksida 12000 kali lebih besar daripada apa yang dihasilkan
olehmasyarakat pertanian di seluruh planet bumi. Dampak langsung yang
ditimbulkan adalah green-house effect (pemanasan global), produksi CFC
(Chlorofluorocarbons) berlebihan, sampah industri berbahaya termasuk sampah
nuklir, dan munculnya berbagai degenerative and infectious diseases bagi semua
makhluk di bumi akibat aktivitas industri padat energi.
Berkaca pada berbagai permasalahan diatas bahwa agar ekologi dapat serasi
dan selaras dengan lingkungannya maka kita harus menilai kualitas ekologi yang
dimiliki oleh pihak tapak, melalui derajat penilaian yang menggambarkan status
keadaan yang dimilikioleh lingkungan tersebut. Status keadaan lingkungan
disebut baik jika nilai kualitasnya tinggidan sebaliknya. Penilaian kualitas ekologi
suatu tapak memerlukan indikator yang berasal dari komponen
ekologi.Komponen ekologi merupakan indikator yang dapat diukur
secarakuantitatif atau dijelaskan secara kualitatif.Komponen tersebut ialah siklus
energi, kestabilanlingkungan abiotik, daya lenting (balik) lingkungan, suksesi
ekologi, biodiversitas, nilai uniktapak, dan kestabilan spesies.4
Lingkungan alam memiliki suatu keteraturan. Lingkungan hidup yang disadari
atau tidak oleh kita, memiliki kemajemukan pola, organisasi dan hubungansatu
sama lain. Polaketeraturan disadari, karena unsur-unsurnya dapat diduga
sebelumnya. Manusia dengan berbagai keterbatasan panca inderanya (pandangan
mata dan penglihatan) dapatmengantisipasi alam melalui berbagai cara, walaupun
umumnya mengandalkan padageneralisasi pengalamannya dimasa lampau.
Manusia dengan pandangan mata dan pendengarannya, seringkali lupa bahwa
makhluk hidup lain memandang lingkungan hidup berbeda dengan apa yang
manusia pandang. Setiap orang dapat melihat dan mendengar dilingkungan
sekitarnya, mencium bau tanpa sengaja dan memiliki cita rasa yang tidaktajam.
Manusia juga telah biasa menginterpretasi fenomena alam lingkungan hidup
disekelilingnya sebagai sesuatu yang biasa terjadi. Kemampuan manusia
memahami fenomena alam dibatasi oleh pengetahuan tentang alamnya serta skala
ruang dan waktu. Pemahaman manusia terhadap lingkungannya karena indera
manusia banyak dibantu oleh pemanfaatan teknologi. Manusia semakin sadar
bahwa kegiatannya memiliki dampak terhadap lingkungan alam, tetapi manusia
harus tahu bahwa dia merupakan bagian dari lingkungan.
Perilaku manusia terhadap lingkungan disebabkan karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor dasar, pendukung, pendorong dan persepsi, serta faktor
lingkungan baik lingkungan fisik maupun ling kungan sosial. Di antara faktor-
faktor pengaruh adalah faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat,
kepercayaan dan kebiasaanmasyarakat. Faktor pendukung meliputi pendidikan,
pekerjaan, budaya dan strata sosial.Sebagai faktor pendorong meliputi sentuhan
media massa baik elektronik maupun tertulis, penyuluhan, tokoh-tokoh agama dan
masyarakat. Sejauh mana penyerapan informasi olehseseorang tergantung dimensi
kejiwaan dan persepsi terhadap lingkungan, untuk selanjutnya akan direfleksikan
pada tatanan perilakunya. Selanjutnya tatanan perilaku seseorang dapat
digambarkan dalam suatu daur bagan, yaitu rangkaian unsur hubungan
interpersonal, sistem nilai, pola pikir, sikap, perilaku dan norma.5
Pada dasarnya manusia sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada
lahan dan tempat tinggalnya.Di sini terdapat perbedaan antara lahan dantempat
4
FR Stainer dan GF Thompson, Ecological Design and Planning, (New York : J Wile, 1997).
5
Su Ritohardoyo, Bahan Ajar Ekologi Manusia, Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana ,
(Yogyakarta : UGM, 2006).
tinggal.Lahan merupakan lingkungan alamiah sedangkan tempat tinggal adalah
lingkungan buatan (binaan). Lingkungan binaan dipengaruhi oleh daur pelaku dan
sebaliknya. Dalam pengelolaan lingkungan hidup kita juga membutuhkan
moralitas yang berartikemampuan kita untuk dapat hidup bersama makhluk hidup
yang lain dalam suatu tataranyang saling membutuhkan, saling tergantung, saling
berelasi dan saling memperkembangkan sehingga terjadi keutuhan dan
kebersamaan hidup yang harmonis. Refleksi moral akan menolong manusia untuk
membentuk prinsip-prinsip yang dapat mengembangkan relasimanusia dengan
lingkungan hidupnya. Manusia harus menyadari ketergantungannya padastrat
beradaptasi dengan lingkungan hidup yang menjadi tempat ia hidup dan
berkembang.6
6
G Sunarko dan E Kristiyanto, Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi : Tinjauan Teologis atas
Lingkungan Hidup, (Yogyakarta : Kanisius, 2008)
7
Ajhar, dkk, “Hakikat Ekologi”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan
Biologi, Universitas Negeri Malang, hlm. 10-12.
Menurut konsep tersebut bagian-bagian atom akan membentuk satuan
atom. Satuan atom akan membentuk satuan molekul, dan satuan-satuan molekul
seterusnya akan membentuk satuan protoplasma, demikian proses pembentukan
satuan lainnya. Dalam konsep model tersebut ditetapkan selanjutnya batas-batas
wilayah kerja dari berbagai pengetahuan. Kita melihat batas-batas dari: (1) daerah
mati atau daerah tanpa adanya jasad-jasad hidup, (2) daerah hidup atau daerah
yang dihuni oleh jasad-jasad hidup dan (3) daerah yang masih merupakan tanda
tanya. Dipaparkan pula batas-batas yang dinamakan: (1) daerah dari benda-benda
submikroskopis, (2) daerah dengan benda dan jasad mikroskopis, (3) daerah
makroskopis, dan (4) daerah kosmis. Dalam model tersebut ditampilkan batas
wilayah kerja ilmu ekologi, yaitu batas terbawah adalah tingkat organisme atau
tingkat individu dan batas teratas adalah tingkat biosfer. Secara ringkas, ruang
lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi, yang
menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut:
1. Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang
kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
2. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti
yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang
menjadi pemisah dari satuan dasar lainnya.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama,
misalnya jaringan otot.
4. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang
mempunyai fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun
atau akar pada tumbuhan.
5. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis,
seperti kerja sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara
hidung dengan tangan.
6. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
Contohnya manusia, burung, ikan, dan lain sebagainya.
8
Sayud Warno, Striyono, dan Reda Rizal, “Pengertian, Ruang Lingkup Ekologi, dan Ekosistem”,
Modul 1 Ekologi, hlm. 3-5.
7. Populasi adalah suatu kelompok dari individu sejenis yang hidup atau tinggal
di suatu tempat tertentu dan pada waktu tertentu.9 Populasi juga dapat
diartikan sebagai kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak
pada suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi
banteng di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam
kampung di Jawa Barat.
10. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer
kira-kira 9000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah
permukaan tanah, dan beberapa ribu meter di bawah permukaan laut.10
10
Ajhar, dkk, “Hakikat Ekologi”, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Biologi,
Universitas Negeri Malang, hlm. 10-12.
11
Ajhar, dkk. Hakikat Ekologi. MIPA. Universitas Negeri Malang. 2018. Hal 12-13
Penyebaran adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dari komunitas ini
dipelajari dalamilmu biologi yang erat kaitannya dengan ekologi. Seperti
taksonomi, morfologi, fisiologi, genetika.
2. Ekologi dengan Ilmu Fisika
Ekologi yang berkaitan dengan ilmu fisika ini berperan dalam hal faktor fisik
(energi danmineral) seperti sinar matahari, suhu dan lain sebagainya, yang mana
pada setiap tinggkatmenghasilkan sistem fungsional yang khas. Dan dimana
sistem itu saling berinteraksi dansaling ketergantungan satu sama lain.
3. Ekologi dengan Ilmu Kimia
Ekologi yang berkaitan dengan ilmu kimia ini berperan dalam proses sintesis dan
analisiskimiawi dalam tubuh organisme.
4. Ekologi dengan Ilmu Bumi dan Antariksa
Ekologi dengan ilmu bumi dan antariksa ini terutama berperan pada pergantian
musim, perubahan siang malam, erosi, sedimentasi, gravitasi dan lain sebagainya.
5. Ekologi dengan Ilmu Teknologi
Ekologi dengan ilmu teknologi ini berperan dalam penelitian ekologi secara
kuantitatif dariekosistem yang besar dan kompleks. Dengan ilmu teknologi ini
menggunakan modelmatematika serta penggolahan secara komputer maka akan
diramal apa yang akan terjadi bilasuatu parameter dalam model itu diubah dan ini
akan menimbulkan bidang baru yang dikenal dengan ekologi statistik.
6. Ekologi dengan Ilmu Ekonomi
Ekonomi juga berasal dari kata “oikos” dan “nomics” yang berarti manajemen.
Jadi ekonomiadalah manajemen tempat hidup atau manajemen lingkungan.
Sebagai sumber energy bagiekologi adalah sinar matahari, Sedangkan sumber
“energy” bagi ekonomi adalah uang. Sebenarnya ekonomi dengan ekologi
mempunyai hubungan yang sesuai akan tetapi banyak orang menganggap bahwa
ekonomi dengan ekologi merupakan dua hal yang bertentangan. Oleh karena itu,
ahli ekonomi perlu mempelajari ekologi, sehingga didalam mendapatkan
keuntungan maksimal juga memperoleh kualitas lingkungan yang maksimum.
7. Ekologi dengan Ilmu Sosial
Ekologi berkaitan dengan ilmu social ini menjadi penting bila komponen
manusiadimasukkan kedalam cakupan ekosistem. Jadi, semua ilmu-ilmu lainnya
ini sangat berkaitan erat dengan ilmu ekologi. Ilmuekologi dengan ilmu lainnya
ini sangat berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan denganlainnya, hal ini
dikarenakan saling ketergantungan satu sama lain saling timbal balik dan saling
melengkapi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan