Anda di halaman 1dari 13

EKOLOGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah EKOLOGI


Dosen Pengampu Atika Anggraini, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 1:


1. Sinta Nur Hidayati (21208001)
2. Firma Nabilla Amalia (21208002)
3. Anggita Ayu Faradiba (21208008)
4. Riska Yulistiani (21208012)
5. Evina Varia Devianti (21208017)

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul Hakikat
ekologi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tujuan pokok dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah ekologi dan tujuan umumnya untuk memberikan beberapa
informasi pengetahuan tentang hakikat ekologi kepada para pembacanya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Atika Anggraini, M.Pd. sebagai dosen pangampu EKOLOGI di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
2. Teman-teman kelas A Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam,
khususnya teman-teman kelompok 1 yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi semua
pihak.

3 September 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekologi 2
B. Sejarah Ekologi 4
C. Ruang Lingkup Ekologi 5
D. Perkembangan Ekologi …………………………………………………. 6
E. Ekologi dan Bidang Ilmu Terkait ……………………………………….. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa
Yunani,yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena
itu Ekologi adalahilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk
hidup dengan sesamanya dandengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan
bahwa ekologi adalah suatu studi tentangStruktur dan fungsi ekosistem atau alam
dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistemMenunjukkan suatu keadaan
dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasukkeadaan kepadatan
organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-
faktorfaktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakankeadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi
secarakeseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa
ekologi merupakancabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal
balik antara makhluk hidupyang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan
semua komponen yang ada disekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari
pembahasan ekosistem dengan berbagai macamnyakomponen penyusunnya, yaitu
faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, udara,kelembaban,
cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yangterdiri
dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat
dengantingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas,
dan ekosistemyang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang
menunjukkan kesatuan.Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling
melengkapi dengan zoologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ekologi?
2. Apa saja ruang lingkup ekologi?
3. Bagaimana sejarah dan pengembangan ekologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ekologi?
2. Untuk mengetahui ekologi dan bidang ilmu terkait?
3. Untuk mengetahui ruang lingkup ekologi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekologi
Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos.
Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869 seorang
Biolog Jerman. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos berarti “rumah
atau tempat untuk hidup” dan logos yang berarti “ilmu”. Secara harfiah, ekologi
merupakan ilmu yang mempelajari organisme dalam lingkungan mereka tinggal. Jadi
ekologi bisa didefinisikan sebagai kajian hubungan organisme atau kelompok
organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu hubungan timbal balik antara
organisme hidup dengan lingkungannya (baik biotis maupun abiotis). Ekologi juga
dikenal sebagai ilmu lingkungan hidup atau ilmu lingkungan.1
Menurut Odum (1983), struktur ekosistem terdiri dari beragam indikator yang
menunjukan keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Beberapa
penyusun struktur ekosistem antara lain adalah densitas (kerapatan), biomas, materi,
energi, dan faktor-faktor fisik-kimia lain yang mencirikan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menggambarkan hubungan sebab akibat yang terjadi dalam sistem
tersebut.
Berdasarkan struktur dan fungsi ekosistem, maka seseorang yang belajar bidang
ekologi harus didukung oleh pengetahuan yang luas dalam berbagai ilmu
pengetahuan yang relevan dengan kehidupan, seperti taksonomi, morfologi, fisiologi,
matematika, kimia, fisika, agama dan lain-lain. Belajar ekologi tidak hanya terbatas
mempelajari ekosistem, melainkan juga mempelajari organisme pada tingkatan
organisasi yang lebih kecil seperti individu, populasi dan komunitas.
Pada saat ini dengan berbagai keperluan dan kepentingan, ekologi berkembang
sebagai ilmu yang tidak hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di
alam. Ekologi telah berkembang menjadi ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi
ekosistem (alam), sehingga dapat menganalisis dan memberi jawaban terhadap
berbagai kejadian alam. Sebagai contoh, dalam konteks ini ekologi memiliki potensi
untuk memberikan solusi terhadap berbagai peristiwa seperti tsunami, banjir, tanah
longsor, penyakit DBD, pencemaran, efek rumah kaca, kerusakan hutan, dan lain-
lain.
Ekologi menganut prinsip keseimbangan dan keharmonisan semua komponen
alam. Terjadinya bencana alam merupakan contoh keseimbangan dan keharmonisan
alam terganggu. Ekologi memandang makhluk hidup sesuai dengan perannya
masing-masing. Semua makhluk hidup di alam memiliki peran yang berbeda dalam
menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam.2

1
Dr Teguh Husodo et al., “Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi,” n.d.
2
Rahayu Effendi, Hana Salsabila, and Abdul Malik, “PEMAHAMAN TENTANG LINGKUNGAN
BERKELANJUTAN,” MODUL 18, no. 2 (November 22, 2018): 75,
https://doi.org/10.14710/mdl.18.2.2018.75-82.

2
B. Sejarah Ekologi
prinsip-prinsip ekologi telah ditelaah sejak zaman Yunani Kuno oleh Aristoteles.
Murid Aristoteles yang bernama Theophrastus, kemudian mengamati dan
menjelaskan hubungan antara organisme dan lingkungannya. Ia memusatkan
perhatian pada alasan spesies tertentu lebih menyukai lingkungan tertentu. Pada awal
abad ke-19 M, Alexander von Humboldt menjelaskan korelasi antara asosiasi
tumbuhan (seperti padang rumput, hutan hujan, dan tundra) dengan faktor
lingkungan (seperti suhu, curah hujan, dan topografi) untuk memahami jumlah dan
persebaran spesies hewan dan tumbuhan3. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan
oleh Ernst Haeckel sebagai oekologie pada tahun 1866; kata bahasa Yunani oikos
sendiri dijadikan akar bagi istilah ekonomi (pengaturan rumah tangga) dan ekologi
(studi tentang rumah tangga).4[8] Tiga tahun setelah memublikasikan istilah ini,
Haeckel mendefinisikan ekologi sebagai seluruh ilmu tentang hubungan organisme
dengan dunia luar di sekitarnya serta hubungan yang dapat diperhitungkan dalam arti
yang lebih luas pada semua kondisi keberadaan. Hal ini sebagian bersifat organik,
sebagian lagi bersifat anorganik.
Para ahli memandang definisi ekologi yang disampaikan oleh Haeckel sebagai
bagian dari fisiologi. Charles Krebs kemudian memisahkan ekologi dari kajian
fisiologi. Ia menberikan penjelasan bahwa ekologi merupakan ilmu yang mengkaji
interaksi mahluk hidup yang menjelaskan tentang distribusi dan keragaman mahluk
hidup. Dalam interaksi lingkungan, ekologi tetap tidak terpisahkan dengan fisiologi.
Definisi ekologi Krebs kemudian dijadikan inti dari kajian ekologi.
George Evelyn Hutchinson (1903–1991) disebut sebagai bapak limnologi dan
bapak ekologi modern. Ia secara komprehensif mengamati dan mengukur secara
empiris faktor-faktor organik dan lingkungan yang dapat memengaruhi biota suatu
danau, serta meletakkan dasar-dasar relung ekologi.
C. Ruang Lingkup Ekologi
Setiap ilmu memiliki batas-batas wilayah studi. Perlu dimaklumi bahwa batas
wilayah kerja suatu ilmu umumnya bertumpang tindih dengan batasbatas wilayah
kerja dari ilmu-ilmu lain. Sehubungan dengan itu maka sudah selayaknya kalau kita
ingin mengetahui juga batas wilayah kerja dari ilmu ekologi. Untuk mempelajari
gambaran yang cukup jelas tentang batas-batas wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat
kiranya dipergunakan konsep model dari Miller. Konsep tersebut beranggapan
bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu ekosistem yang tersusun oleh berbagai
komponen atau kesatuan. Dalam suatu ekosistem satu atau sekelompok komponen
tak dapat berdiri sendiri terlepas dari kelompok kesatuan lain.
Dalam hal ini kesatuan kelompok komponen pertama akan merupakan satuan
kelompok kedua, kesatuan kelompok komponen kedua akan menyusun kesatuan
kelompok ke tiga, demikian seterusnya. Atas dasar pemikiran itu Miller menyusun
konsep model atas ekosistem alam semesta. Konsep model dimaksud dapat
dituangkan dalam bentuk grafik. Menurut konsep tersebut bagian-bagian atom akan

3
Hughes, J. D. (1 Desember 1985). "Theophrastus as Ecologist". Environmental History Review. 9 (4):
296–306. doi:10.2307/3984460. ISSN 1053-4180.
4
Friederichs, K. (Januari 1958). "A Definition of Ecology and Some Thoughts About Basic Concepts".
Ecology. 39 (1): 154. doi:10.2307/1929981. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-27. Diakses tanggal
2020-11-15.

3
membentuk satuan atom. Satuan atom akan membentuk satuan molekul, dan satuan-
satuan molekul seterusnya akan membentuk satuan protoplasma, demikian proses
pembentukan satuan lainnya. 5
Dalam konsep model tersebut ditetapkan selanjutnya batas-batas wilayah kerja dari
berbagai pengetahuan. Kita melihat batas-batas dari:
1. Daerah mati atau daerah tanpa adanya jasad-jasad hidup,
2. Daerah hidup atau daerah yang dihuni oleh jasad-jasad hidup dan
3. Daerah yang masih merupakan tanda tanya.6
Dipaparkan pula batas-batas yang dinamakan:
1. Daerah dari benda-benda submikroskopis,
2. Daerah dengan benda dan jasad mikroskopis,
3. Daerah makroskopis, dan
4. Daerah kosmis.
Dalam model tersebut ditampilkan batas wilayah kerja ilmu ekologi, yaitu batas
terbawah adalah tingkat organisme atau tingkat individu dan batas teratas adalah
tingkat biosfer. Secara ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui
spektrum biologi, yang menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai
berikut :

Makromolekul ——> protoplasma ——> sel ——> jaringan ——> organ tubuh
——> sistem organ ——> organisme ——> populasi ——> komunitas ——>
ekosistem ——> biosfer.

1. Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang
kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
2. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti
yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang
menjadi pemisah dari satuan dasar lainnya.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya
jaringan otot.
4. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai
fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada
tumbuhan.
5. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis,
seperti kerja sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara
hidung dengan tangan.
6. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
7. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada
suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng
di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di
Jawa Barat.

5
Resosudarmo, R.S.; K. Kartawinata; A. Soegiarto. (1992). Pengantar ekologi. Penerbit Remaja
Rosdakarya. Bandung.
6
Soemarwoto, O. (1991). Ekologi dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Panitia Penghormatan
Purnabakti Profesor Otto Sumarwoto. Bandung.

4
8. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang
menempati suatu daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi
satu dengan lainnya. Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi
harimau di Pulau Sumatra atau populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi
ikan mujair.
9. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan
timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik
yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara
bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.
10. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-
kira 9000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan
tanah, dan beberapa ribu meter di bawah permukaan laut.
Batas-batas wilayah kerja dari ilmu ekologi dapat dilihat dari konsep model.
Karena luasnya wilayah kerja ada bagian-bagian dari ilmu ekologi yang
mengkhususkan penelitiannya pada bagian-bagian wilayah kerja tertentu. Pada
mulanya pakar-pakar ekologi tumbuhan menaruh perhatian terhadap hubungan
antartumbuhan. Misalnya bagaimana hubungan pertumbuhan padi dengan gulma
yang sama-sama tumbuh pada suatu petak sawah. Para pakar ekologi hewan
mempelajari dinamika populasi dan perilaku hewan, misalnya bagaimana
populasi badak bercula satu di Ujung Kulon, berikut penyebarannya sampai di
mana, jumlah hewan jantan dan betina, dan cara berkembang biaknya. Studi
ekologi tumbuhan dan hewan dikelompokkan menjadi dua, yaitu autekologi dan
sinekologi.
Autekologi merupakan studi hubungan timbal balik suatu jenis organisme
dengan lingkungannya yang pada umumnya bersifat eksperimental dan induktif.
Sinekologi merupakan studi dari kelompok organisme sebagai suatu kesatuan
yang lebih bersifat filosofis, deduktif, dan umumnya deskriptif.7
Contoh studi autekologi adalah ekologi tikus yang diberi perlakuan
tertentu, misalnya sebagian ruang geraknya terbatas, sebagian yang lain ruang
geraknya bebas, lalu diukur perkembangan otaknya setelah waktu tertentu dan
dibandingkan satu sama lain.
Contoh studi sinekologi adalah ekologi hutan hujan tropis yang mengkaji
berbagai jenis tumbuhan yang ada, populasi masing-masing jenis, kerapatan
persatuan luas, fungsi berbagai tumbuhan yang ada, kondisi hutan atau tingkat
kerusakan, hubungannya dengan tanah, air, atau komponen fisik lainnya.
Mengacu kedua contoh tersebut, jelas kedua pendekatan sangat berbeda8.
D. Perkembangan Ekologi
Perkembangan ekologi adalah studi tentang hubungan antara organisme
hidup dan lingkungan fisiknya, serta cara organisme tersebut berinteraksi satu
sama lain dalam ekosistem. Ekologi telah mengalami perkembangan signifikan
7
Soemarwoto, O. (1991). Indonesia dalam kancah isu lingkungan global. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
8
Hamilton, L.S. and P.N. King. (1992). Daerah aliran sungai hutan tropika. Penerjemah: Krisnawati Suryanata. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.

5
seiring berjalannya waktu. Beberapa titik penting dalam perkembangan ekologi
adalah sebagai berikut:
1. Ekologi klasik: Pada abad ke-19, ilmuwan seperti Charles Darwin, Alferd
Russel Wallace, dan Henry David Thoerau, mulai mengembangkan pemahaman
awal tentang ekologi dengan menyelidiki evolusi, adaptasi, dan distribusi
organisme dalam alam.9
2. Ekologi Populasi: Pada awal ke-20, ekologi populasi mulai berkembang sebagai
bidang studi yang memfokuskan perhatian pada populasi individu dalam spesies
tertentu. Teori-teori seperti hukum pertumbuhan logistik oleh Pierre Francois
Verhulst dan teori-teori seleksi alam oleh G.F. Gause memberikan landasan bagi
studi ini.
3. Ekologi komunitas: Pada pertengahan abad ke-20, fokus ekologi bergeser ke
studi tentang interaksi antara spesies dalam suatu ekosistem. Konsep komunitas
ekologi dan teori-teori seperti kompetisi, predasi, dan suksesi ekologis menjadi
pusat perhatian.
4. Ekologi Lanskap: Pada tahun 1930 dan 1940, ekologi lanskap menjadi releven
dalam pemahaman bagaimana bentang alam, seperti hutan dan sungai,
mempengaruhi persebaran organisme dan dinamika ekosistem.
5. Ekologi Ekosistem: Pada tahun 1960, ilmu ekologi ekosistem berkembang pesat.
Pada aliran energi, siklus nutrisi, dan dinamika material dalam ekosistem.
6. Ekologi Konservasi: seiring meningkatnya perhatian terhadap masalah
lingkungan dan kerusakan lingkungan, perkembangan ekologi juga melibatkan
upaya untuk memahami dan melestarikan ekosistem yang rentan. Ekologi
konservasi bertujuan untuk memahami dampak aktivitas manusia dan
mengembangkan strategi untuk menjaga kelestarian alam.
7. Ekologi Global: Pada abad ke-21, perhatian semakin meningkat pada perubahan
iklim, kerusakan lingkungan global, dan efek manusia terhadap ekosistem di
seluuh dunia. Ekologi global memertimbangkan banyak dampak ekosistem lokal
terhadap skala global dan mendorong kesadaran tentang pentingnya menjaga
keseimbangan ekologis global.

9
Dharmawan, A. H. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia,
Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia | April 2007, p 1-40

6
8. Teknologi dan Ekologi: Perkembangan teknologi dan analisis data besar, telah
memungkinkan ilmuwan ekologi mengumpulkan, menganalisis, dan memahami
data ekologi dengan lebih baik, untuk penelitian yang lebih mendalam dalam
pemahaman tentang ekologi.
Perkembangan ekologi terus berlanjut seiring berjalannya waktu, terutama
dengan perubahan lingkungan yang semakin kompleks. Ekologi tetap menjadi
bidang penting dalam memahami bagaimana alam bekerja dan bagaimana kita
dapat menjaga keseimbangan ekologis untuk masa depan yang berkelanjutan.10

B. Ekologi dan Bidang Ilmu Terkait


Ekologi adalah disiplin ilmu yang penting karena memberikan wawasan
tentang cara organisme hidup dan berinteraksi dengan lingkungannya, serta
bagaimana kita dapat menjaga dan melindungi lingkungan alam yang penting
bagi kehidupan di Bumi. Untuk mempelajari ekologi diperlukan bidang ilmu
lain demi menunjang pembelajaran ekologi secara maksimal seperti fisika,
kimia, biologi, statistika, metrologi, klimatologi, geologi, geografi, pertanian,
kehutanan dan sebagainya. 11Semua disiplin ilmu ini telah berkontribusi pada
pemahaman yang lebih baik tentang banyak prinsip ekologi.
1. Ekologi dengan fisika: Proses dan dampak hujan pada ekosistem memiliki
keterkaitan dengan ekologi dan fenomena fisika. Selain itu, bagaimana matahari
memengaruhi kemampuan tanah untuk menyerap air adalah contoh lain dari
interaksi antara ekologi dan aspek fisika.
2. Ekologi dengan biologi: Ekologi adalah cabang dari biologi, sehingga
pemahaman dasar tentang biologi sangat penting dalam memahami ekologi.
Biologi mempelajari organisme hidup, struktur dan fungsi organisme, serta
aspek-aspek lain dari kehidupan.
3. Ekologi dengan kimia: Hubungan antara ilmu ekologi dan ilmu kimia sangat erat
dan saling terkait karena kimia memainkan peran penting dalam memahami
bagaimana unsur kimia dan molekul memengaruhi lingkungan dan organisme
hidup di dalamnya.

10
Suhartini, 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA,Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 16 Mei 2009

11
Rosyid Ridlo Al Hakim, “Ekologi Dan Ilmu Lingkungan,” Ilmu Lingkungan, 2012, 14–27.

7
4. Ekologi dengan meteorologi dan klimatologi: Data meteorologi dan klimatologi
untuk lokasi geografis tertentu memungkinkan interpretasi hasil secara lebih
implisit.
5. Ekologi dengan kehutanan: Pengetahuan dasar tentang kehutanan sangat
berperan bagi para ahli ekologi hutan untuk memahami distribusi tipe hutan,
komposisi flora dan faktor lingkungan yang lazim.
6. Ekologi dengan statistika: Data statistik membantu dalam menafsirkan alasan
aktivitas, peningkatan populasi, migrasi, kemungkinan terjadinya peristiwa
ekologis di wilayah tertentu, teknik pengambilan sampel, dan keandalan hasil.
7. Ekologi dengan geologi: Paleontologi (geologi) memberikan informasi tentang
organisme nenek moyang dan situasi lingkungan yang lazim di masa lalu.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah bagian dari alam. Panca indera manusia dalam menilai alam
belum tentu sama dengan dengan pendapat makhluk hidup yang ada di alam ini,
karena manusia dibatasi oleh pengetahuannya, dan oleh skala ruang serta waktu.
Pemahaman manusia tentang alam banyak dibantu oleh teknologi, sehingga dapat
berdampak baik dan dapat pula berdampak buruk. Perilaku manusia terutama
moralitasnya memegang peran penting dalam menserasikan dan melestarikan
lingkungan di alam. Intelektualitas dan emosional perlu selalu diperbaiki untuk
menuju perubahan dan perkembangan Etika berlingkungan yang baik dan benar.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Agar makalah ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi semua
pihak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr Teguh Husodo et al., “Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi,” n.d.


Rahayu Effendi, Hana Salsabila, and Abdul Malik, “PEMAHAMAN TENTANG
LINGKUNGAN BERKELANJUTAN,” MODUL 18, no. 2 (November 22,
2018): 75, https://doi.org/10.14710/mdl.18.2.2018.75-82.
Hughes, J. D. (1 Desember 1985). "Theophrastus as Ecologist". Environmental History
Review. 9 (4): 296–306. doi:10.2307/3984460. ISSN 1053-4180.
Friederichs, K. (Januari 1958). "A Definition of Ecology and Some Thoughts About
Basic Concepts". Ecology. 39 (1): 154. doi:10.2307/1929981. Diarsipkan dari
versi asli tanggal 2020-11-27. Diakses tanggal 2020-11-15.
Resosudarmo, R.S.; K. Kartawinata; A. Soegiarto. (1992). Pengantar ekologi. Penerbit
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Soemarwoto, O. (1991). Ekologi dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Panitia
Penghormatan Purnabakti Profesor Otto Sumarwoto. Bandung.
Dharmawan, A. H. 2007. Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertautan
Keilmuan Ekologi Manusia, Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik Sodality:
Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia | April 2007,
p 1-40
Suhartini, 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA,Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009
Rosyid Ridlo Al Hakim, “Ekologi Dan Ilmu Lingkungan,” Ilmu Lingkungan, 2012, 14–
27.

iv

Anda mungkin juga menyukai