Anda di halaman 1dari 13

Nama : Risbe Mariboto Batubara

NIM : 07. 01. 482


Tingkat IV-A/Teologia
M.Kuliah : Seminar Sejarah Gereja
Desen : Pdt. DR. Jan Jahaman. Damanik, M. Th

GEREJA DAN EKOLOGI

I. Pendahuluan
Ekologi adalalah salah satu topik yang penting bagi teologi orang Kristen. Topic ini sangat
sering dilupakan oleh manusia. Pada hal topik ini sangat menarik untuk dibahas terkhusus dalam
sejarah gereja. Bagaimana pemahaman ekologi dalam sejarah gereja yang dimulai dari sejarah
gereja mula-mula dan sampai sekarang? Untuk itu penyeminar akan memaparkan lebih detail
mengenai ekologi ini.

II. Pembahasan
2.1. Defenisi Judul
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos = rumah dan logos =ilmu. Ekologi adalah suatu
studi tentang organisme dalam kaitannya dengan alam sekitarnya, yang semuanya dianggap berada
dalam “satu rumah”. Didalam “rumah” itu terdapat segala sesuatu, baik tempat sendiri,
penghuninya yang bergerak dan tidak bergerak maupun keterkaitannya satu dengan yang lain. oleh
sebab itu ekosistem dan ekologi tidak terpisah satu dengan yang lain. ekologi mengingatkan
manusia akan tanggungjawabnya terhadap lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini tidak
mencakup tempat sekitar saja tetapi tempat yang sangat luas dan benda yang terdapat di atas dan di
dalamnya seperti: tanah, air, sungai, uadara, tanam-tanaman/ pepohonan, hewan dan semua
binatang dan benda-benda lainnya.1 Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi , Ekologi adalah
ilmu mengenai hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan (kondisi) alam sekitarnya
(lingkungan).2 Berdasarkan Undang-undang RI No.23, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahkluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain.3
Kata Ekologi berasal dari kata “Oikos”, yang berarti tempat tinggal, rumah dan Logos
mempunyai arti sebagai uraian atau ilmu. Jadi ekologi mempunyai arti ilmu yang mempunyai
1
A. Munthe, Kata-kata Sulit Teologia A-Z, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1993, hlm. 18
2
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988. hlm.220
3
Hatorangan Sub Thema GKPS 2010

1
hubungan timbal balik antara organisme hidup dan lingkungannya, dan manusia sebagai
khalifahnya mempunyai kewajiban untuk memelihara ekologi ini sebaik-baiknya.4 Dalam
Ensiklopedi umum Ekologi adalah ilmu yang mempelajari organisme-organisme dalam hubungan
mereka dengan lingkungan fisik mereka, seperti iklim dan tanah. 5 Sebagai oikos bumi ini
mempunyai dua fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai tempat kediaman (Oikumene) dan
sebagai sumber kehidupan (oikumenia). Selain itu ekologi juga adalah study tentang organisme
dalam hubungan seluruh unsur alam alam semesta. Perhatian utama dalam ekologi ini terurai
kepada hubungan yang saling ketergantungan. 6 Jadi dapat kami simpulkan bahwa ekologi adalah
ilmu pengetahuan tentang lingkungan hidup.

2.2, Ekologi Menurut Pandangan Alkitab


2.2.1. Ekologi Menurut PL
Menurut Alkitab (Kej.1-2), sejak penciptaan Allah telah menunjukkan kepada manusia
bahwa manusia aslash bagian dari lingkungan hidupnya. Dia diciptakan dari unsure (komponen)
alam: “tanah” (ibrani: adamah’), sehingga dia disebut mannnusia (Adam), Kej. 2:7. sebagai bagian
dari alam manusia membutuhkan alam bahkan terikat dengan bagian-bagian alam yang lain:
binatang, tumbuhan, air, udara, suhu, mineral, besi, logam, dll. Seperti mahkluk hidup yang lain,
manusia adalah mahkluk biologis alamiah. Manusia harus mengikuti hukum-hukum alam. Ia harus
makan, minum, bekerja, istirahat, melahirkan, berkembang biak dan akhiarnya mati.
Karena manusia dibentuk dari tanah, dia harus “mengusahakan tanah” (Kej.3:23) dan hidup
dari hasil tanah sebelum dia “kembali lagi menjadi ketanah” (Kej.3: 19). Meskipun manusia adalah
bagian dari alam (tanah) tetapi dia tidak sama dengan makhluk lainnya, sebab dia diciptakan
menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26-27). Sebagai gambar dan rupa Allah, manusia tidak saja
harus memperhatikan hukum-hukum alam hasil ciptaanNya, tetapi juga harus mengelola ciptaan
lainnya. “gambar dan rupa” Allah yang ada padanya meninggikan dari antara makhluk lainnya.
Manusia menerima mandate untuk mengelola ciptaan (Kej. 1:28-29). Dia menjadi mahkota ciptaan.
Dia mewakili sang pencipta dihadapan ciptaan lainnya.
Dia hadapan Allah pencipta dia mewakili ciptaan lainnya. Sebagai “mandataris” Allah
manusia bertanggung jawab memelihara keseimbangan, keharmonisan dan kelestarian antara
dirinya dengan penciptanya: dan antara dirinya dengan penciptanya: dan antara dirinya dengan
ciptaan lainnya. Hidup persekutuan yang baik dengan Allah, akan menuntut manusia hidup
berdampingan secara baik dengan ciptaan lainnya. Perilaku kehidupan manusia dihadapan Allah
yang akan menentukan perilakunya terhadap seluruh ciptaan dalam lingkungan hidupnya. Ketika

4
Mocthar. Effendy, Ensiklopedy Agama dan Filsafat, Palembang : Universitas Sriwijaya, 2001, hlm. 105
5
Tim Penyusun, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : kanisius, 1993, hlm. 209
6
William Chang, Moral Lingkungan Hidup, Yogyakarta : Kanisius, 200, hlm. 15

2
manusia merusak hubunganya dengan Allah pencipta, ketika itu pula hubunganya denga sesame dan
dengan ciptaan lainnya menjadi rusak (Kej. 3: 12-24).
Memang alkitab tidak berbicara tentang ekologi, tetapi meskkipun alkitab banyak berbicara
tentang hubungan manusia dengan penciptanya, hubunganya dengan sesamanya dan dengan ciptaan
lainnya, Yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Ekologi hanya berbicara adanya hubungan
dan keterkaitan dengan komponen lingkungan alam yang satu dengan yang lain secara ekositem.
Namun ekologi tidak pernah berbicara bagaimana itu dijadikan dan siapa yang menjadikan.7

2.2.2. Ekologi Menurut PB


Gambaran kosmologi yang dipakai Kolose 1:15-20 dapat disimpulkan bahwa kekuasaan,
pemerintahan, takhta, kerajaan, manusia dan seluruh isi alam ini dilihat sebagai satu kesatuan
kosmik yang bersama-sama dijiwai oleh Kristus dan tunduk di bawah Kristus. Kata ”bagi Kristus”
menekankan bahwa seluruh keberadaan dan kelangsungan kosmos ini pada akhirnya adalah ”bagi
Kristus”, oleh karena itu kosmos harus tunduk di bawah Kristus. Panggilan setiap orang percaya
adalah untuk mengabarkan kepada dunia bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kosmos ada
dalam Yesus.8
Donald Gutrie menyatakan bahwa Kristus sebagai pencipta merupakan dasar yang
mempertalikan segala sesuatu dalam alam, bahkan segala sesuatu itu ditopang oleh kuasaNya (Ibr.
1:3). Gagasan bahwa Yesus menopang segala sesuatu ini membuang semua pikiran mengenai
Kristus sebagai Pencipta yang tidak hadir atau yang tidak menaruh pada ciptaanNya. Kristus adalah
pemegang kedaulatan atas alam. Hal ini jelas dibuktikan Kristus ketika menebus seluruh jagat (Yun:
aiones, alam semesta) ini dari cengkeraman kesia-siaan (bdk. Ibr. 1:3). Oleh karena itu, alam harus
dikembalikan lagi kepada Allah. Artinya setiap orang percaya harus memiliki ”belas kasihan”
terhadap alam. Sikap dan perlakuan manusia terhadap alam harus selalu dikaitkan dengan sang
Pencipta, yang juga mengasihi dunia ini, sehingga manusia tidak akan lagi secara sewenang-wenang
memperlakukan alam. Setiap orang percaya harus memberikan pemahaman kepada setiap orang
bahwa Allah merupakan pemilik dunia ini, segala sesuatu yang ada didalamnya harus dipergunakan
seturut dengan maksud atau kehendakNya. Setiap manusia yang diberi tanggung jawab untuk
mengolahnya harus memberikan pertanggunganjawab kepada Allah.9

2.3. Latar Belakang Ekologi


7
….. Ambilan Pakon Barita, Edisi 429 Tahun 2010, tentang lingkungan Hidup: Pematang Siantar, 2010, hlm.
22-23
8
Robert P. Setio, Teologi Ekonomi, Marya Sri Hartati, Visi Ekonomi Global Kosmosentris yang Dipakai
Penulis Kolose dalam Kolose 1:15-20, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002, hlm. 67
9
Donald Gutrie, Teologi Perjanjian Baru I, Diterjemahkan oleh Lisda T. Gamadi, dkk.. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1991, hlm. 403.

3
Ketika asap tebal meyelimuti kota Los Angels pada tahun 1950-an banyak penduduk kota
tersebut yang mengalami gangguan kesehatan saluran pernafasan. Banyak pepohonan, sayur-
sayuran dan buah-buahan menjadi rusak. Begitu pula pada tahun 1955-1956 banyak penduduk di
Minamata Jepang mengalami kematian, lahir cacat dan mengalami penyakit. Ikan-ikan
mengambang dipermukaan Laut, burung jatuh dari lngit dan ternak jadi gila dan mati. setelah itu
perhatian terhadap masalah lingkungan dan ekologi setelah mencuat dipermukaan gereja. konfrensi
lingkungan hidup di Stochklom pada tahun 1972 menetapkan 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup
sedunia.10 Di dalam sejarah peradaban manusia, terdapat tiga revolusi yang telah mengubah pola
kehidupan bermasyarakat selamanya, baik dari segi produksi, distribusi, maupun konsumsi. Yang
pertama adalah Revolusi Agraria pada masa prasejarah, yang kedua adalah Revolusi Industri pada
abad ke-18, dan yang ketiga adalah revolusi yang berhubungan dengan pengolahan minyak bumi
pada paruh abad ke-19. Revolusi Agraria adalah berubahnya metode pencarian makanan dan
pekerjaan yang dulunya pemburu dan pengumpul makanan menjadi petani dan penggarap
kebun/ladang. Revolusi ini memungkinkan manusia untuk memproduksi makanan lebih dari yang ia
butuhkan, sehingga terjadi surplus. Dari sana berkembanglah penimbunan, perdagangan, dan
pemukiman yang lebih besar. Revolusi Industri ditandai dengan proses otomatisasi produksi,
terutama tenaga kerja manusia digantikan dengan mesin yang berakibat pada penggunaan batu bara
dalam jumlah besar serta berlanjut pada pencarian sumber energi alternatif yang lebih mudah
diperoleh serta lebih "ramah lingkungan", karena seperti yang kita ketahui proses penambangan
batu bara sering kali memakan korban jiwa selain juga menimbulkan dampak polusi yang sangat
hebat.11

2.4. Ekologi Menurut Perjalanan Sejarah Gereja


2.4.1. Ekologi Pada Gereja Mula-mula dan Abad Pertama dan Bapa-Bapa Gereja
Dalam surat Roma dan Kolose ada paemahaman bahwa ciptaan dihubungkan kepada
seluruh kosmos. Penderitaan ciptaan dilihat sebagai akibat dosa manusia. Kristus dan kematiannya
dipandang sebagai pendamai keharmonisan ciptaan. Dalam pandangan gereja mula-mula dipahami
bahwa penebusan Kristus adalah penebusan untuk seluruh ciptaan, yang merupakan pemulihan
hubungan manusia yang rusak dengan Tuhan dan juga Alam.12
Dikalangan Bapa-bapa gereja terdapat pola pandangan filosfis atas sikap terhadap alam
semesta dan mahluk ciptaan lainnya. Manusia menganggkat dirinya sebagasi tuan atas mahluk
ciptaan lainnya. Pada masa ini Laktantius (240-325) mengatakan bahwa Alam semesta ini
diciptakan oleh Tuhan dan dalam situasi ini manusia itu sebagai pengada dan mengakui

10
….. Ambilan Pakon Barita, Edisi 429 Tahun 2010, tentang lingkungan Hidup, Op.Cit, hlm. 22
11
http://reformed.sabda.org/, diakses: 7 Maret 2010
12
Celia Deane & Drummond, Teologi & Ekologi, Jakarta: BPK-GM, 1999, hlm. 35-36

4
penciptanNya dan menikmati segala kebaikanNya. Agustinus juga mengulas masalah penciptaan
dan alam semesta, yang mengakui Allah Bapa sebagai Pencipta langit dan bumi, dari ketiadaan
menjadi ada (exnihilo). Dalam abad ini gagasan dan pemeliharaan alam smesta sangat ditekankan. 13
Agustinus berpendapat bahwa dibalik keterlibatan Alam semesta, berdiri Pengusa, Pencipta,
Pemelihara yang berdaulat, yaitu: Allah.14 Segala sesuatu yang terdapat di alam semesta ini adalah
menyaksikan kehadiran-Nya dan dunia ini penuh dengan jejak-jejak-Nya (Vestigia). Allah
menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada, lewat hikmat atau rahasi Illahi.15

2.4.2. Ekologi Pada Abad Pertengahan


Dalam pandangannya Thomas Aquinas16 mengatakan bawha Tuhan adalah pencipta alam
smesta dan kandungannya. Alam semesta sebagai ciptaan Tuhan tergantung kepada Tuhan. Tuhan
tidak hanya mengadakannya tapi juga menyebabkannya berada terus. Tuhan menjadi sumber
kebradaan dan kelangsungan dunia dan segala isinya. Pada abad pertengahan ini dunia dengan
kandungannya selalu dihubungkan dengan penciptaNya.17 Thomas Aquinas berpandangan bahwa
Alllah adalah puncak tertinggi dan penggerak dari segala yang ada. Pola pikir dari Aquinas ini
sangat dipengaruhi oleh pandangan filsafat Aristoteles. 18 Aristoteles berpandangan bahwa Badan-
badan jagad raya bergerak tapi tidak menuju kesempurnaan tapi tujuan dari gerakan itu adalah
penggerak yang tidak digerakkan dan penggerak itu adalah Allalh.19

2.4.3. Ekologi Pada Masa Pietisme dan Pencerahan


Rene Descartes (1596-1650) mengatakan bahwa manusia harus menjadi penguasa dan
pemilik alam.. pada abad pencerahan mulailah penekanan ilmu pengetahuan emakin tinggi dan
segala sesuatu dinilai berdasarkan rasionalistis. Dalam abad ini manusia berharap akan semakin
mengenal hukum alam dan dasar untuk memberlakukannya untuk kepentingan sendiri.20
2.4.4. Ekologi Sesudah Pencerahan Sampai Abad XX
Di dalam sejarah peradaban manusia, terdapat tiga revolusi yang telah mengubah pola
kehidupan bermasyarakat selamanya, baik dari segi produksi, distribusi, maupun konsumsi. Yang
pertama adalah Revolusi Agraria pada masa prasejarah, yang kedua adalah Revolusi Industri pada
abad ke-18, dan yang ketiga adalah revolusi yang berhubungan dengan pengolahan minyak bumi
13
William Chang, Moral Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2005, hlm. 20
14
J. H. Rappar, Filsafat Politik Agustinus, Jakarta: CV Rajawali, 1989, hlm. 46
15
William Chang Op.Cit, hlm. 57
16
Thomas Aquinas dilahirkan di Roccasecca, dekat aquino di Italia pada tahun 1225. ia merupakan keturunan
pangeran Landulf dari Italia,seorang yang saleh. Aquinas merupakan ahli teologi skolastik yang terbesar yang juga
sangat dipengaruhi oleh ajaran filsafat Aristoteles. Lih. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja,
Jakarta: BPK-GM, 2009, hlm. 13
17
Ibid, hlm. 61
18
F. D. Wellem, Op.Cit, hlm. 13-14
19
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat 1, Yogyakarta: Kanisius, 2001, hlm. 51
20
Sinode Am Gereja Hervorm Nederland, Tman Eden Semakin Tandus, Jakarta: BPK-GM, 1994, hlm. 22

5
pada paruh abad ke-19. Sekitar tahun 1850 tercetuslah di Eropa Barat masa idustri yang
meningkatkan konsumsi dibidang industri. Dasr teknis dari revvlusi industri adalah penemuan
mesin uap pada tahun 1769. segala perkembangan akibat masa industri tidak hanya menyangkut
pertumbuhan ekonomi tapi juga berkaitan dengan norma dan nilai. Kerja keras adalah pokok pikiran
utama pada masa ini. Adam Smith (1723-1790), mengatakan bahwa Allah sang pencipta tetapi
tidak sang pemelihara. Segala sesuatu akan berfungsi dan berjadlan secara alamiah menurut
ketertiban dan keserasian di dalamnya.21
Revolusi Agraria adalah berubahnya metode pencarian makanan dan pekerjaan yang
dulunya pemburu dan pengumpul makanan menjadi petani dan penggarap kebun/ladang. Revolusi
ini memungkinkan manusia untuk memproduksi makanan lebih dari yang ia butuhkan, sehingga
terjadi surplus. Dari sana berkembanglah penimbunan, perdagangan, dan pemukiman yang lebih
besar Revolusi Industri ditandai dengan proses otomatisasi produksi, terutama tenaga kerja manusia
digantikan dengan mesin yang berakibat pada penggunaan batu bara dalam jumlah besar serta
berlanjut pada pencarian sumber energi alternatif yang lebih mudah diperoleh serta lebih "ramah
lingkungan", karena seperti yang kita ketahui proses penambangan batu bara sering kali memakan
korban jiwa selain juga menimbulkan dampak polusi yang sangat hebat Penemuan cara penyulingan
"minyak batu" (petroleum) menjawab kebutuhan tersebut. Minyak bumi dapat dihasilkan lebih
cepat daripada batu bara dengan polusi yang relatif lebih kecil dibandingkan batu bara. Namun
penggunaan minyak bumi secara luas, terutama sejak Perang Dunia II, baik pada kendaraan
bermotor maupun pabrik-pabrik, telah menghasilkan polusi yang luar biasa besarnya sebagai timbal
balik dari segala fasilitas yang dapat dinikmati oleh manusia saat ini.22
Lingkungan adalah gagasan tentang tentang htan-hutan masyarakat yang pertama kali
dihancurkan ole kmisi keutanan pada tahunn 1989. ada 12 rencana pembangunan di Ingris yang
ditata untuk menciptakan hutan yang memiliki bermacam-macam tujuan di pinggiran kota besar di
Inggris dan Wales.menurut rencana Departemen Middlesbrough Borough Council, hutan
masyarakat Cleveland dijadikan sebagai pelestarian bagian dari masyarakat berkelanjutan.
Tekanannya adalah meningkatkan hutan di wilayah tersebut dari 6-7 % ditahun 1992 menjadi 30 %
di tahun 2030.23
Dewan gereja-gereja se-dunia menyerukan smupaya para gerja memikirkakn tema dalam
pewartaan gereja tentang persoalan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan. Selain gerakan
tersebut masih diadakan pertemuan di Seoul pada bulan maret 1990 yang didahului oleh
pertremuan-pertemuan tingkat lokal, regional dan internasional dan di negaraq-negara Fasifik dan
Eropa, di Basel 1989. Proses Konsiler ini dimaksudkan untuk mencapai pemikiran dan refleksi

21
Sinode Am Gereja Hervorm Nederland, Tman Eden Semakin Tandus, Jakarta: BPK-GM, 1994, lm. 22-23
22
http://reformed.sabda.org/, diakses: 3 Maret 2011
23
Celia Deane Drummond, Teologi dan Ekologi, Buku Pegangan, Jakarta: BPK-GM, 1999, hlm. 150

6
bersama sikap gereja-gereja dalam memikirkan keputusan dari perjanjian tersebut. Dadlam
pembicaraan persoalan keutuhan ciptaan, hal yang ditekankan adalah meruncing pada persoalan
energi, pengangkutan, pangan dan pertanian.24 Seajak tahun 1989 inilah gereja baru mempunyai
kesadaran akan lingkungan hidup, karena diduga sistim ekologi yang mengatur keberadadan Bumi
cenderung runtuh berantakan. Tulisan-tulisan dalam gereja Hervormd belanda (NHK) lebih
diarahkan kepada masalah lingkungan, demikian juga dalam diskusi-diskusi sinode mereka tetap
diarahkan ke dalam persoalan lingkungan dengan tujuan supaya jemaat melestarikan lingkungan
hidup.25 Dalam sidang Raya di Vankuver tahun 1983 DGD memilih istila ciptaan untuk peratiannya
mengenai lingkungan. Dalam sidang tersebut dijelaskan bahwa bumi yang mereka sebut sebagai
lingkungan hidup adalah ciptaan Allah dan bagian hidup daari manusia itu sendiri. Manusia harus
bertanggung jawb merawat bumi dan isinya.26
Pada masa ini masalah lingkungan dimasukkan kedalam agenda perhatian gereja. Paus
Paulus VI, dalam suratnyya kepada Maurice Strong pada konfrensi bangsa-bangsa tentang
lingkungan hidup manusia yang diselenggarakan di Stockholm pada tahun 1972 menegaskan bahwa
manusia dengan lingkungan alamiahya saling terpaut dan perlu adanya pembatasan dalam
penggunaan sumber daya alam. Bebrapa tahun kemudian ditekankan adanya ajaran sosial gereja
yang berhubungan dengan alam dan lingkungan hdiup. Paus Paulus VI juga berbicara damapak
yang disebabkan krisis dan kerusakan lingkungan, akibat-akibat yang ditimbulkan dan juga
memperingatkan tingkah laku manusia yang boros dalam penggunaan sumber daya alam. Dia juga
mengaitkan lingkungan hidup dengan perkembangan dalam prespektif kerja sama internasional. 27
Lingkungan hidup bukan saja menjadi masalah satu Negara saja, melainkan sudah menjadi
masaldah internasional. Dan pada konfrensi di stokholm disepakati adanya pendirian organisasi
PBB yang bergerak dibidang lingkungan.28
Prinsip-prinsip ideologis sebagaimana tersebut Kapitalis, membawa pada sebuah asumsi
para peneliti dan aktivis lingkungan hidup bahwa neoliberalisme ekonomi. Sistem ekonomi ini pada
saat ini telah membuat consensus perdagangan bebas yang dikenakan WTO (World Trade
Organization) terhadap Negara-negara anggota untuk meningkatkan perdagangan global. Sistem
ini akan menciptakan ekspansi ekonomi global bagi Negara-negara maju.
Berdasarkan analisis Manuel Castells yang dikutip oleh Lester Brown dalam State of the
World 2001, kapitalisme membuat peminggiran sosial dan cuaca menjadi buruk. Peningkatan
kegiatan produksi yang tidak terkontrol dan mengabaikan biaya lingkungan menjadi sebab
24
William Chang, Op.Cit, hlm. 77
25
…….Sinode Am Gereja Hervormd Belanda, Taman Eden Sewmakin Tandus, Jakrta: BPK-GM, 1994, hlm. 2-
3
26
P. Borrog, Peran Serta Gereja Dalam Pembangunan Nasional: Panggilan Memelihara Bumi, Jakarta: PT
Sinar Agave Pers, 1998, hlm. 126
27
William Chang, Op.Cit,hlm. 63
28
Otto Soemarwoto, Indonesia dalam Kuncah Isu Lingkungan Global, Jakarta: PT Gramedia, 1992, hlm. 4-5

7
perubahan-perubahan ekologis yang negatif. pencemaran udara juga membuat lebih dari 3 juta jiwa
meninggal. Penyakit yang disebabkan polusi udara menajdi penyumbang 5% dari angka mortalitas
dunia, yaitu 55 juta orang per tahun. Ada lebih banyak lagi penderita masalah kesehatan yang parah
dari efek samping polusi udara, yakni kanker paru-paru, asma, penyakit cardio vaskuler, penyakit
“chronic obstructive pulmonary”. Kehidupan yang produktif pun diperpendek oleh masalah
kesehatan yang disebabkan oleh menghirup udara yang kotor. Dalam buku The Case Against the
Global Economy, Edward Goldsmith pendiri Jurnal Lingkungan Hidup The Ecologist yang beredar
di Eropa membeberkan laporan ringkas atas dampak lingkungan globalisasi ekonomi. Menurut
Goldsmith, selama tahun 1990-an negara Korea Selatan dan Taiwan memiliki kecepatan
pertumbuhan ekonomi yang menakjubkan.
Kedua Negara tersebut dijadikan model ekonomi untuk Dunia Ketiga oleh Bank Dunia.
Akan tetapi pada waktu yang sama, kerusakan lingkungan yang dihasilkan begitu parah, berbanding
lurus dengan peningkatan ekonomi mereka. 29 Pada tahun 1992 diadakan DGD mengadakan
konfrensi Rio yang membahas mlebuh lanjut tentang masalah lingkungan dan planet-planet yang
ada sebagai tanggung jawab manusia dalam pemeliharaan ciptaan Allah. 30 Pada tanggal 22-24 Juni
2004, 30 kelompok Ekumenis berkumpul di Jenewa, di Swiss untuk mempersiapkan naskah awal
tentang globalisasi Alternatif mengutamakan rakyat dan Bumi yang disebut dengan AGAPE
(Alternative Globalisation Adderssing People and Earth) yang dilaksanakan pada tahun 2006 di
Proto Alerge. Dalam pertemuan ini tema yang ditentukan adalah Tuhan adalah rahamatmu, ubahlah
Dunia.31 Dalam tahun ini juga yang sering digelar dengan istilah KPKC (keadilan, kedamaian dan
keutuhan ciptaan).32 Pada tahun 2007 UNEP dan WHO mengatakan dari 20 negara yang mereka
teliti, bahwa tingkat pencemarn udara dan debu sangat tinggi dan sangat mengganggu kesehatan
masyarkat.33

2.5. Ekologi Pada Perjalanan Sejarah Gereja di Indonesia


2.5.1. Ekologi Pada Masa Penjajahan
Kedatangan bangsa barat ke Indonesia adalah dilatar belakangi permaslahan tiga prinsip,
yaitu: Gold (Emas yang menggambarkan kekayaan), Golden (Kemakmuran) dan Gospel
(pemberitaan Agama). Namun yang menjadi fokus utama kedatangan bangsa barat ke nusantara
adalah untuk mencari repah-rempah ke wilayah nusantara. Hal ini diakibatkan dari kedaan

29
http://www.inpasonline.com/index.php?
option=com_content&view=category&layout=blog&id=68&Itemid=99, diakses: 24 Februari 2011
30
Ibid, hlm. 82
31
Tim Keadilan, Perdamaian dan Ciptaan, Globalisasi Alternatif Mengutamakan Rakyat dan Bumi, Jakarta:
PMH-HKBP-Jakarta, 2008, hlm. 57
32
Wesley Granberg & Michaelson, Menembus Ciptaan, Jakarta: BPK-GM, 1997, hlm. 35
33
Paian Nababan, Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam, Dalam Jurnal Teologi STT Abdi Sabda Medan
Edisi XIX, Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2008, hlm. 32

8
perdagangan rempah-rempah di wilaya eropa bagian Timur telah dikuasai oleh Turki. Kapal-kapal
Portugis sampai kepada kepulauan nusantara pada tahun 1512 dan pada tahun 1522 mereka
menetap di Ternate, Ambon dan Banda.34 Dalam hal ini belum jelas bagaimana sebenarnya keadaan
ekologi karena bangsa Portugis hanya sementara waktu berada di Nusantara. Selama keberadaan
bangsa luar di Indonesia, baik portugis, Belanda dan Jepang, terjadi pengrusakan lingkungan yang
disebabkan oleh pemaksaan hasil alam bumi nusantara dan juga terjadinya eksploitasi terhadap
hutan-hutan dan kekayaan alam Indonesia. Gereja juga tidak begitu memberi perhatian pada saat
itu, disebabkan karena gereja masih belum mandiri dan juga masih bergantung kepada
pemerintahan penjajah dalam persoalan dana untuk pengijilan dan biaya pengelolan gereja pada saat
itu.

2.5.2. Ekologi Pada Masa Reformasi Sampai Masa Kini


Dalam kehidupan Indonesia, masalah Ekologi juga dibicarakan menjadi hal yang sangat
penting adalah pada akhir-akhir abad 20-an, yang juga berasal dari rumusan yang dikeluarkan DGD
tentang KPKC. Di Indonesia juga masalah ini mendapat rumusan oleh PGI, yaitu: 35
1. Gereja perlu melakukan upaya-upaya yang mendalam tentang teologi lingkungan melalui ibadah-
ibadah atau liturgi, pemahaman Alkitab, khotbah, pendidikan sekolah minggu, katekisasi,
pelayanan agama di sekolah dan berbagi bentuk pelayanan lainya.
2. Melakukan identifikasi dan infentarisasi masalah-masalah yang menyangkut kerusakan
alam/krisis ekologi di lingkungan masing-masing dan menentukan sikap terhadap permasalahan
tersebut.
3. Memanfaatkan mass media untuk turut dalam promosi pencegahan dan penanggulangan
kerusakan lingkungan sebagai bagian dari proses penyadaran masyarakat akan pentingnya
memelihara dan melestarikan lingkungan alam.
4. Melakukan studi dan publikasi mengenai masalah-masalah lingkungan hidup secara teologis
maupun sosiologis-antropologis kultural. Studi-studi tersebut juga sebagai bagian dari pelaksanaan
misi gereja memelihara lingkungan hidup.
5. Bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat luas dalam mencegah maupun menanggulangi
masalah lingkungan hidup.
6. mengambil prakarsa dalam menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan baik dalam
lingkungan masing-masing maupun untuk lingkngan yang lebih luas. Misalnya melakukan
reboisasi.
Hubungan gereja dengan ekologi semakin baik, dimana gereja semakin emndekat dengan
lingkungan sejak abad 20-an, hal ini bisa kita lihat kembali dalam masalah lingkungan yang disoroti
34
H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2007, hlm.235
35
Robert P. borrog, Etika Bumi baru, Jakarta : BPK-GM, 1999, hlm. 272

9
oelh GKPS pada tahun 2010. Pada tahun 2010 GKPS menetapkan bahwa tahun itu adalah tahun
lingkungan bagi GKPS. GKPS mengatakan bahwa mereka adalah gereja yang harus peduli terhadap
masalah lingkungan yang telah menajadi masalah global pada saat ini.36

2.6. GKPI dan Ekologi


Secara langsung GKPI tidak membahas tentang persoalan ekologi dalam aturan
peraturannnya. Adapun pembahasan dan pembicaraan mengenai ekologi dalam tubuh GKPI adalah:
A. P3I (Pokok-pokok pengakuan iman) GKPI37
Bab II pasal 1 tentang firman Allah
Allah adalah pencipta seagala sesuatu, awal dan ula serta akhir dari segala sesuatu (Yes. 4:
12)
Bab III pasal 1 tentang Manusia
Manusia mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk memelihara ciptaanNya, memelihara
dunia (bumi) dan segala isinya (Kej 1: 26-28; 2-15)
Bab XIII pasal 1 tentang tugas dan panggilan gereja
Gereja diberi tugas unutk emnginsyafkan dunia dari dosa.
B. Buku Ende dan Kidung Jemaat GKPI
Buku Ende (BE)
 BE No 192: 2, dikatakan bahwa Allah (Yesus Kristus) lebih indah dan berkuasa atas segala
ciptaan
 BE No. 372: 1-4, diakatakan bahwa seluruh ciptaan dan alam raya memuji kebesaran dan
keagungan Tuhan
 BE No. 373: 1-3, dikatakan manusia kyang bekerja dan mengusahakan bumi dan semua itu
menjadi berkat yang diberikan Allah kepada manusia untuk kesejahteraan manusia. Semua
ciptaan itu adalah untuk menunjukkan kemuliaan dan kebesaran Allah.

Kidung Jemaat (KJ)


 KJ. No. 19: 1—5, diaktakan bahwa segala yang diciptakan Tuhan adalah
indah yang menunjukkan keindahan dan kemuliaan Tuhan dan semua yang diciptakan itu
bersifat fana, namun Allah kekal untuk selama-lamanya.
 KJ. No. 333: bahwa dalam bencana alam pun Allah berkarya untuk manusia
dan manusia harus senantias bersyukur dalam segala keadaan termasuk bencana alam

36
….. Ambilan Pakon Barita, Edisi 429 Tahun 2010, tentang lingkungan Hidup, Op.Cit, hlm. 22
37
……..Pokok-Pokok Pengakuan Iman GKPI, Pematangsiantar: Kantor Pusat GKPI

10
 KJ No. 60: 1-4, dikatakan bahwa mahluk alam semesta harus memuji
Tuhan, dengan segala keindahannya
 KJ No. 61: 1-4, bahwa segala ciptaan dan alam semesta adalah indah, dan
semua itu difungsikan untuk kemuliaan Tuhan

C. Garis Kebijaksanaan Umum GKPI38


 Dalam Bab I, bagian ke-4 tentang pewartaan dan PI.
Berisikan sukacita, kabar baik, anugerah, pengampunan dosa, keselamatan, hidup yang baru
dan kehidupan yang keakal yang diperuntukkan bagi semua orang dan seagala mahluk dan segala
ciptaan. PI adalah misi Allah ditengah-tengah dunia.

D. Artikel (Suara GKPI)


 Pada tanggal 4 April 2009 GKPI wilayah Siantar Simalungun mengadakan
seminar tentang lingkungan hidup mengingat pemanasan global yang semakin melanda bumi.
Dalam seminar tersebut dinas lingkungan menyampaikan bahwa pemanasan global terjadi
karena kurangnya keseimbangan alam yang disebabkan oleh manusia, dan beberapa upaya yang
dilakukan adalah melaksanakan penanaman pohon atau gerakan sejuta pohon.39
III. Refleksi Teologis
Manusia adalah mahluk ciptaan yang paling istimewadari cipataan yang lainnya. Manusia
diberi akal budi dan inetlektual untuk bisa dipakai untuk mengelola dan memenuhi kebutuhannya
hidupnya. Akan tetapi jangan kita lupa bahwa bumi adalah sumber daya alam yang membantu
manusia dalam menciptakan segala sesuatu. Namun bumi telah dieksploitasi tanpa batas dan aturan
yang menyebabkan masalah. Hal ini dikarenakan oleh manusia yang kurang puas dengan apa yang
telah manusia peroleh. Banyaknya penebangan hutan yang sembarangan yang mengakibatkan
banjir, satwa-satwa yang ada dihutan diburu untuk jual,Pabrik-pabrik yang didirikan dimana-mana
tanpa melihat dampaknya dengan lingkungan, dan masih banyak hal lain yang menyebabkan
masalah dilingkungan sendiri. Memang dalam (kejadian 9:9-10), perjanjian Tuhan adalah untuk
semua mahluk, artinya perlunya menciptakan keadilan dan dan pemeliharaan demi keutuhan
ciptaan. Memang manusia diberi kuasa atas ciptaan yang lain namun bukan untuk mempergunakan
mandate itu dengan sewenang-wenang atas ciptaan yang lainnya. Kita harus tahu bahwa Tuhan
adalah pemilik segala sesuatu yang telah ada (Mzm. 24:1). Oleh sebab itu baiklah kita menjaga dan
memelihara bumi dengan baik dengan penuh tanggung jawa karena suatu saat kita akna
mempertanggung jawabkan segala Sesutu yang telah kita perbuat dihadapan Allah.
38
…….Garis Kebijaksanaan Umum GKPI, Pematangsiantar: Kantor Pusat GKPI
39
…….Suara GKPI, tentang: Seminar Sehari Lingkungan Hidup PP GKPI Wilayah Siantar Simalungun,
Pematangsiantar: Kolportase GKPI, 2009, hlm. 43

11
IV. Kesimpulan
Melihat semakin rusaknya alam, terkhususnya di Indonesia maka gereja terpanngil untuk
memberi pandangan bagaimana mengolah dan memelihara lingkungan. Kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh perilaku manusia itu sendiri. Bumi adalah tanggung jawab kita kepada yang
Maha Kuasa oleh sebab itu pemeliharaan lingkukangan sudah semestinya bagi uamat yang tidak
terpisahkan dari injil. Jika kita telah menerima injil yesus sudah semestinya kita menjadi pelaku dari
pada pemeliharaan ciptaan lainnya dan untuk menciptakan hal tersebut mari kita mulai dari diri kita
sendiri. Dan juga gereja yang merupakan konsumen bagi jemaat oleh sebab itu gereja harus mampu
memulainya dengan mengajarkan kepada jemaat-jemaat bagaimana memelihara lingkungan dengan
baik.

V. Daftar Pustaka
….. Ambilan Pakon Barita, Edisi 429 Tahun 2010, tentang lingkungan Hidup: Pematang Siantar,
2010
……..Pokok-Pokok Pengakuan Iman GKPI, Pematangsiantar: Kantor Pusat GKPI
…….Garis Kebijaksanaan Umum GKPI, Pematangsiantar: Kantor Pusat GKPI
…….Sinode Am Gereja Hervormd Belanda, Taman Eden Sewmakin Tandus, Jakrta: BPK-GM,
1994
…….Suara GKPI, tentang: Seminar Sehari Lingkungan Hidup PP GKPI Wilayah Siantar
Simalungun, Pematangsiantar: Kolportase GKPI, 2009
Celia Deane & Drummond, Teologi & Ekologi, Jakarta: BPK-GM, 1999
Chang.William, Moral Lingkungan Hidup, Yogyakarta : Kanisius, 2005
Drummond Celia Deane, Teologi dan Ekologi, Buku Pegangan, Jakarta: BPK-GM, 1999
Effendy Mocthar, Ensiklopedy Agama dan Filsafat, Palembang : Universitas Sriwijaya, 2001
Gutrie Donald, Teologi Perjanjian Baru I, Diterjemahkan oleh Lisda T. Gamadi, dkk.. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1991
H. Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM, 2007
H. Rappar J, Filsafat Politik Agustinus, Jakarta: CV Rajawali, 1989
Hadiwijono.Harun, Sari Sejarah Filsafat 1, Yogyakarta: Kanisius, 2001
Hatorangan Sub Thema GKPS 2010
http://reformed.sabda.org/, diakses: 3 Maret 2011
http://reformed.sabda.org/, diakses: 7 Maret 2010

12
http://www.inpasonline.com/index.php?
option=com_content&view=category&layout=blog&id=68&Itemid=99, diakses: 24 Februari
2011
lane, TonyRiwayat Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-GM,2009
Michaelson& Wesley Granberg &, Menembus Ciptaan, Jakarta: BPK-GM, 1999
Munthe.A, Kata-kata Sulit Teologia A-Z, Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen, 1993
Nababan.Paian, Tanggung Jawab Manusia Terhadap Alam, Dalam Jurnal Teologi STT Abdi Sabda
Medan Edisi XIX, Medan: STT Abdi Sabda Medan, 2008
obert P., Etika Bumi baru, Jakarta : BPK-GM, 1999
P. Borrog, Peran Serta Gereja Dalam Pembangunan Nasional: Panggilan Memelihara Bumi,
Jakarta: PT Sinar Agave Pers, 1999
Robert P. Setio, Teologi Ekonomi, Marya Sri Hartati, Visi Ekonomi Global Kosmosentris yang
Dipakai Penulis Kolose dalam Kolose 1:15-20, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002
Sinode Am Gereja Hervorm Nederland, Tman Eden Semakin Tandus, Jakarta: BPK-GM, 1994
Soemarwoto Otto, Indonesia dalam Kuncah Isu Lingkungan Global, Jakarta: PT Gramedia, 1992,
hlm. 4-5
Tim Keadilan, Perdamaian dan Ciptaan, Globalisasi Alternatif Mengutamakan Rakyat dan Bumi,
Jakarta: PMH-HKBP-Jakarta, 2008
Tim Penyusun, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta : kanisius, 1993
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988

13

Anda mungkin juga menyukai