Anda di halaman 1dari 9

PROVIDENSIA ALLAH TERHADAP ALAM

CIPTAAN-NYA
Di dalam Sistematika doktrin pemeliharaan (providensia) Allah selalu
ditempatkan setelah doktrin penciptaan. Penempatan ini memang sangat tepat
mengingat pembahasan providensia Allah didasarkan atas doktrin penciptaan. Jadi,
dalam arti sederhana doktrin ini merupakan lanjutan karya Allah atas ciptaan-Nya.
Providensia Allah sangat penting untuk dipahami, sebab pemeliharaan Allah atas
segala sesuatu akan menjadi jaminan dan ketenangan bagi kelangsungan hidup manusia
sebagai wakil Allah di alam semesta ini. Bukan hanya itu saja pemeliharaan Allah akan
menjadi jawaban yang pasti bagi manusia atas berbagai bencana, keadaan dan peristiwaperistiwa yang terjadi di dunia ini.
A. Pengertian Umum: Pemeliharaan
Milliard J. Erickson mengartikan istilah pemeliharan sebagai berikut:
Kata itu berasal dari bahasa latin Providentia yang artinya mengetahui lebih
dulu. Namun istilah ini bukan hanya mengetahui masa depan. Istilah ini juga
berarti bertindak secara bijaksana atau membuat persiapan untuk masa
depan1
Sedangkan Henry C. Thiessen menjelaskan istilah pemeliharaan tersebut,
yaitu :
Secara etimologi, kata Providence (bahasa Inggris) yang diterjemahkan
sebagai pemeliharaan artinya melihat / mengetahui sebelumnya. Dari
pemikiran dasar ini maka kata ini kemudian mendapat arti menyediakan
untuk masa depan.2
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka ditinjau secara etimologi, kata
pemeliharaan bukan hanya mengetahui masa depan tetapi mengandung tindakan
aktif atas keberlangsungannya di masa depan.
Lebih jauh lagi, Turren dalam tulisan Louis Berkhof mendefenisikan istilah
Providensi ini dalam arti luas yang memiliki 3 (tiga) pengertian yaitu : (1)
pengetahuan sebelumnya (2) pemilihan sebelumnya (3) pelaksanaan yang
menghasilkan sesuatu yang tepat.3
1

Millard J. Erickson , Teologi Kristen Vol.1, ( Malang:Gandum Mas,1999), hlm.501


Henry C. Thissen, Teologi Sitematika, ( Malang:Gandum Mas, 1997), hlm. 188
3
Louis Berkhof,Teologi Sistematika,Vol.1 (Surabaya:Momentum LRII, 2004), hlm.311
2

B. Pandangan Teologis Tentang Pemeliharaan Allah


1. Para Ahli Teologi
Millard J. Erickson menuliskan bahwa pemeliharaan Allah itu
mengandung dua aspek, pertama pemeliharaan sebagai pelestarian, artinya
tindakan Allah dalam melestarikan keberadaan ciptaan-Nya dengan cara
memelihara dan menopangnya. Aspek kedua adalah pemeliharaan Allah sebagai
pemerintahan, artinya tindakan Allah dalam alam semesta supaya segala
peristiwa yang terjadi menggenapi rencana-Nya bagi ciptaan-Nya itu.4
Henry C. Thiessen justru menempatkan tindakan pelestarian dan
pemeliharan sebagai posisi yang sejajar yang disatukan oleh tindakan kedaulatan
Allah atas keduanya. Pelestarian merupakan tindakan Allah secara berdaulat dan
terus-menerus melestarikan segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya lengkap
dengan segala sifat dan kemampuannya.
Sedangkan pemeliharaan adalah kegiatan yang berkesinambungan dari
Allah untuk menjadikan segenap peristiwa di bidang fisik, mental, dan moral
melaksanakan rencana yang telah ditetapkan-Nya, yaitu rencana yang
merupakan pola utama Allah dalam menciptakan alam semesta ini.5
Jadi sebenarnya pandangan keduanya memiliki tujuan yang sama yakni
Allah memelihara alam semesta ini dan memimpinnya kepada tujuan Allah,
hanya keduanya menggunakan istilah yang berbeda untuk menjelaskan tujuan
tersebut.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharan Allah
atas ciptaan-Nya adalah tindakan Allah untuk menopang ciptaan-Nya supaya
berlangsung sesuai dengan rencana dan kehendak-Nya bagi kemuliaan-Nya.
2. Pengakuan Iman
Pengakuan iman gereja Perancis mengakui bahwa:
Kita percaya, bahwa Dia tidak hanya telah menciptakan segala sesuatu,
tetapi juga memerintah dan mengendalikan, sambil mengatur dan
menetapkan sekehendak-Nya segala sesuatu yang terjadi di dalam dunia
ini.6
4

Millard J. Erickson, Teologi Kristen Vol.1, ( Malang:Gandum Mas,1999), hlm.502


Henry C. Thissen, Teologi Sitematika, ( Malang:Gandum Mas, 1997), hlm.184-188
6
Van den End, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), hlm.5
5

Pengakuan iman Perancis tersebut menyimpulkan bahwa, Allah setelah


menciptakan segala sesuatu tidak membiarkan atau meninggalkan karya-Nya
begitu saja. Termasuk alam semesta ini, tidak dibiarkan oleh Tuhan Allah sang
Pencipta.
Pengakuan iman Belanda mengakui bahwa:
Kita percaya, bahwa Allah yang baik itu, setelah menciptakan segala
sesuatu, tidak membiarkannya, dan tidak menyerahkannya kepada
peruntungan atau kepada nasib. Sebaliknya Dia mengendalikan dan
memerintah segala-sesuatu menurut kehendak-Nya yang kudus, begitu
rupa, sehingga dalam dunia ini tidak terjadi sesuatu apapun tanpa
aturannya.7
Pengakuan iman Belanda terlihat lebih tegas dibandingkan dengan
pengakuan iman Perancis untuk menjelaskan bahwa setelah menciptakan alam
semesta ini, Allah tetap memeliharanya. Keberlangsungan alam semesta ini
berada di dalam aturan dan kehendak-Nya, dan bukan kepada peruntungan atau
nasib.
Pengakuan iman Westminster mengakui bahwa:
Allah pencipta Agung segala sesuatu, menopang, mengendalikan,
mengatur dan memerintah semua makhluk, kejadian, dan hal dari yang
paling besar hingga yang paling kecil melalui pemeliharaan-Nya yang
berhikmat sempurna dan maha kudus, menurut pra pengetahuan-Nya yang
tidak keliru dan menurut rencana kehendak-Nya sendiri yang bebas dan
tak dapat berubah-ubah agar kemuliaan hikmat, kuasa, kebaikan, dan
kemurahan-Nya dipuji-puji.8
Pengakuan iman Westminster menekankan campur tangan Tuhan Allah
sebagai Pencipta atas ciptaan-Nya mencakup hal-hal yang besar bahkan yang
paling kecil sekalipun.
Dari ketiga pengakuan iman di atas dapat disimpulkan bahwa Tuhan
Allah tidak pernah membiarkan ciptaan-Nya berjalan begitu saja apalagi
menyerahkannya kepada peruntungan atau nasib tetapi semuanya diatur dan
dikendalikan oleh Tuhan Allah yang Maha Hikmat dan Maha Bijaksana, mulai
dari hal yang besar hingga hal yang paling kecil sekalipun.
Akhinya dari pendapat para ahli dan ke-3 pengakuan iman tersebut dapat
disimpulkan bahwa pandangan teologi tentang pemeliharan Allah atas seluruh
7
8

Ibid. Hlm.29
Ibid. Hlm. 102

ciptaan-Nya dimengerti bahwa setelah Allah menciptakan ciptaan-Nya, Allah


bertindak secara terus-menerus memelihara ciptaan-Nya dan menjalankan sesuai
dengan rencana-Nya, mengendalikan mulai dari hal yang terkecil sampai kepada hal
yang terbesar, yang ditujukan bagi kemuliaan-Nya, sehingga dalam dunia ini tidak
terjadi segala-sesuatu diluar pengaturan-Nya.
C. Ajaran Alkitab Tentang Pemeliharaan Alam Semesta
Dalam defenisi dan pandangan teologis di atas tersirat bahwa alam semesta
ini dilestarikan dan diperintah oleh Tuhan Allah sesuai dengan maksud dan tujuanNya sejak semula. Seperti dikatakan oleh J.W. bahwa:
Pengaturan dan pemeliharaan Allah merupakan kuasa Allah yang berlaku
atas makhluk-Nya dan ciptaan-Nya, dengan kuasa-Nya itu, semua diatur dan
dipelihara sampai maksud Allah digenapi dalam makhluk-Nya.9
1. Allah Memelihara Alam Semesta Secara langsung
Allah bertindak secara langsung dalam memelihara alam semesta. Ini
berarti bahwa setelah Allah menciptakan alam semesta ini, Dia tidak berhenti
begitu saja, tetapi Tuhan Allah terus melanjutkan kegiatan-Nya untuk
memelihara alam ciptaan-Nya sehingga alam ini tetap lestari dan berjalan sesuai
dengan fungsinya masing-masing.
Dalam Ayub 37: 6-12 dikatakan bahwa.
Karena kepada salju Ia berfirman: Jatuhlah ke bumi, dan kepada hujan lebat
dan hujan deras: Jadilah deras! Tangan setiap manusia diikat-Nya dengan
dibubuhi meterai, agar semua orang mengetahui perbuatan-Nya. Maka binatang
liar masuk ke dalam tempat persembunyiannya dan tinggal dalam sarangnya.
Taufan keluar dari dalam perbendaharaan, dan hawa dingin dari sebelah utara.
Oleh nafas Allah terjadilah es, dan permukaan air yang luas membeku. Awan
pun dimuati-Nya dengan air, dan awan memencarkan kilat-Nya, lalu kilat-Nya
menyambar-nyambar ke seluruh penjuru menurut pimpinan-Nya untuk
melakukan di permukaan bumi segala yang diperintahkan-Nya. Ia membuatnya
mencapai tujuannya, baik untuk menjadi pentung bagi isi bumi-Nya maupun
untuk menyatakan kasih setia.
Nats ini menyatakan bahwa Allah memerintah alam semesta ini secara
langsung, yakni dengan firman-Nya, memimpin pergerakan atau peristiwa alam
ini sesuai perintah-Nya yang menuju kepada tujuan-Nya. Hal ini juga dikatakan
oleh Millard J. Erickson bahwa:
9

J.W. Brill ,Dasar Yang Teguh ( Bandung:Yayasan kalam Hidup, 1993), hal. 68

Namun berdasarkan contoh dalam Alkitab, segala ciptaan akan berhenti


hidup kalau terlepas dari Allah yang selalu menghendaki agar ciptaan-Nya
lestari. Ciptaan itu sendiri tidak mempunyai kekuatan untuk hidup.
Allah secara langsung dan Pribadi menaruh peduli dan terlibat dan
menjaga kelangsungan ciptaan-Nya.10
Kepedulian Allah untuk memelihara ciptaanNya secara langsung
merupakan tindakan Allah sebagai Pencipta alam ini. Tuhan Allah setelah
menciptaan alam ini dengan amat baik, tentunya tidak meninggalkan begitu
saja. Selain itu Dia juga yang tahu cara mempertahankan keberlangsungan
ciptaannNya itu karena Dialah PenciptaNya.

Jadi sangatlah tepat sekali

keberlangsungan alam ini dipahami dari Penciptanya bukan ditempat yang lain.
Alam ini secara langsung ditopang oleh Allah agar tetap berjalan sesuai
dengan rencanaNya. Cara Allah untuk memelihara alam ini tentunya kita sebagai
manusia tidak mampu untuk memahaminya dengan tuntas. Oleh karena kita
tidak memahami kebenaran ini bukan berarti kota menolak kebenaran in:
sekalipun ada sekelompok orang yang telah menolak kemulian dari kebenaran
ini. Sebab apa yang perlu untuk kita ketahui tentang hal ini sehingga kita dapat
menpercayainya telah dinyatakan oleh Tuhan Allah dengan jelas kepda kita.
Ketika kita bertanya, darimanakah datangnya jumlah ikan di laut dari
abad ke abad tak pernah ada habisnya? Bagaimana mungkin Matahari, Bulan,
planet lainnnya dapat berjalan tanpa bertabrakan tanpa ada yang mengaturnya?
Bagaimana mungkin burung-burung di udara dapat tersedia maknanannya sesuai
jenisnya tanpa ada ayang menyediakannya? Darimanakah datangnya zat-zat
dari dalam tanah untuk menumbuhkan pepohonan ratusan tahun?. Dan masih
banyak pertanyaan lain yang dapat kita daftarkan di sini tentang hal ini. Tetapi
jawabanya hanya satu bahwa kuasa Tuhan Allah yang berkarya di balik
fenomenal alam ini.
2. Allah Memelihara Alam Semesta Melalui Perantara
Dalam hal ini Allah memelihara alam semesta ini melalui manusia.
Manusia menjadi sarana yang dipakai Allah untuk melaksanakan pemeliharanNya atas alam ini. Alkitab telah memberikan bukti-bukti yang jelas tentang
peran ini.
10

Millard J. Erickson, Teologi Kristen Vol.1, ( Malang:Gandum Mas,1999), hlm.507

Kej.1: 28:2;15
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan
atas segala binatang yang merayap di bumi.TUHAN Allah mengambil
manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk
mengusahakan dan memelihara taman itu.
Nats ini menjelaskan bahwa Tuhan Allah berkenan memakai dan
mengizinkan manusia mengatur dan mengelola alam sesuai dengan kehendak
sang Pencipta. Manusia dilibatkan oleh Allah dalam pemeliharaan alam semesta
sehingga terdapat tanggungjawab manusia sebagai gambar dan rupa Allah di
dunia ini.
Keterlibatan manusia dalam memelihara alam ini sebagai wakil Allah di
dalam dunia ini menuntut tanggungjawab manusia. Maka manusia harus peduli
dalam pelestalian alam ini. Sebab akibat kelalaian akan tanggungjawab mereka,
banyak orang yang menderita.
Berbagai peristiwa alam yang sudah terjadi seperti: banjir, gempa, badai,
semburan lumpur, tsunami dan bencana alam lainnya terjadi karena kesalahan
manusia. Alam ini telah dipercayakan oleh Tuhan Allah kepada manusia untuk
mengelola dan mengusahakannya demi kelangsungan hidupnya bagi kemuliaan
Allah. Tetapi pada realitanya manusia justru merusak alam ini, sebagai contoh
pemanasan global di dunia

menjadi masalah yang sangat mengancam

keberlangsungan manusia sekarang ini dan generasi mendatang. Hal ini terjadi
karena penggunaan dan pemakaian alam ini tidak mempertimbangkan unsur
pelestarian alam.
3. Allah Memelihara Alam Sebagai Pemerintahan
Ide pemeliharan Allah atas alam sebagai pemerintah, berhubungan
dengan tindakan Allah untuk memerintahkan alam kepada tujuan-Nya. Peristiwa
alam yang terjadi dapat bertujuan sebagai bentuk hukuman yang diberikan atau
sebagai penyataan akan kekuasaan dan kekuatan Allah kepada manusia.
Sehingga melalui peristiwa-peristiwa alam tersebut manusia dapat sadar diri dan
bertekut lutut dihadapan Tuhan Allah.
Terdapat cukup banyak bukti dalam Alkitab tentang hal ini. Antara lain,

peristiwa air bah (Kej. 7-8), peristiwa tulah di Mesir (Kel.7-11), kejadian pada
zaman Elia ketika hujan tidak akan turun kecuali oleh Firman Allah (IRaj. 17:
1;41-46) dan masih banyak bukti yan lain dalam Perjanjian Lama.
Dalam Perjanjian Baru terdapat juga bukti-bukti yang kuat tentang hal
ini. Peristiwa ketika Yesus meredakan badai dan angin (Mrk. 4:39), peristiwa
penangkapan sejumlan besar ikan di danau Genesaret setelah semalam muridmurid tidak mendapatkan apa-apa (Luk. 5:1-11), peristiwa pelayaran Paulus di
Roma (Kis. 27:1-44).
Peristiwa yang tercatat dalam PL dan PB di atas menunjukkan bahwa
pemerintahan Allah atas alam ini mengandung dua tujuan. Pertama sebagai
bentuk hukuman kepada manusia seperti pada zaman Nuh. Kedua sebagai
penyataan akan kekuasaan dan kekuatan serta kesetiaan Allah kepada manusia.
( seperti peristiwa TuhanYesus meredakan badai). Tetapai ujuan keduanya
adalah untuk menyatakan kemuliaan Allah. Tentunya yang jadi pertanyaan bagi
kita adalah bagaimana mungkin hukuman bisa mendatangkan kemuliaan Allah?.
Sesungguhnya hukuman datang karena adanya pelanggaran, dan hukuman
dijalankan agar keadilan ditegakkan. Jadi, jelas bagi kita bahwa hukuman itu
merupakan keadilan Tuhan atas pelanggaran manusia.
Dengan demikian kita harus mengakui bahwa tindakan Allah untuk
memerintah atas alam ini dari konteks ini menjadi jawaban atas pertanyaan
manusia mengenai tujuan dari berbagai peristiwa alam yang sudah dan akan
terjadi. Lewat pergumulan yang sungguh-sungguh dihadapan Tuhan kita dapat
mengerti maksud dan tujuan Allah terjadinya berbagai peristiwa alam di dunia
saaat ini baik secara pribadai, kelompok maupun secara umum.

D. Pandangan Yang Salah Tentang Pemeliharan Alam Semesta


Ada banyak ajaran yang bertentangan dengan Alkitab tentang
Providensia Allah. Di sini penulis hanya menuliskan ajaran salah yang secara
umum sudah diketahui dan banyak dibahas oleh para ahli teologi ketika mereka
menuliskan tentang Providensia Allah.

1. Deisme
Menurut pandangan deisme, segala sesuatau diciptakan oleh Allah ,
tetapi sesudah Ia menciptakan ia tidak peduli dengan buatan tangan-Nya atau
membiarkan buatan tangan-Nya tersebut berjalan sendiri menurut kekuatan
mereka sendiri.11 Hal ini jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab. Sebab ajaran
ini menghilangkan campur tangan Tuhan atas ciptaan-Nya
2. Pantheism
Ajaran pantheisme

justru memisahkan Allah

dari ciptaan-Nya.

Pantheisme menempatkan dunia ini sejajar dengan Allah. Pada masing-masing


ciptaan-Nya terdapat pusat ilahi.12 Keilahian inilah yang menggerakkan segala
sesuatu. Sehingga ajaran ini menempatkan Allah pada posisi yang rendah.
3. Fatalisme
Dalam dogmatika Masa Kini karangan Van Nitrik, Bolan menjelaskan
ajaran Fatalisme sebagai berikut:
Ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu terjadi menurut hukumhukum dan sebab-sebab yang tidak berubah-ubah yang kepadanya juga
kemauan manusia tunduk yaitu kepada sang nasib13
Ajaran ini membuat Allah diikat kepada apa yang telah ditetapkanNya menurut
keputusan-Nya.

E. Kesimpulan
11

DJ Zandbergen, Catatan Pada Pengakuan Iman Reformasi, (Irian Jaya: Percetakan Offet Yapelin,
1982), hlm.21
12
Ibid.
13

Van Niftrik Boland, Dogmatika Masa Kini( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999),
hlm.171

Berdasarkan pembahasan di atas saya menyimpulkan bahwa:


1. Adalah sangat tepat dan bijaksanan jikalau keberadaan dan keberlangsungan
alam ini bahkan kejadian alam tertentu yang melampaui pemahaman manusia
haruslah dipandang dari kacamata providensia Allah.
2. Providensia Tuhan Allah atas alam ini baik dalam wilayah pelestarian maupun
pemerintahan menuju kepada dua tujuan yakni, hukuman atau penyataan
kekuatan, kuasa atau kasih setia Tuhan yang bertujuan untuk kemuliaan
namaNya.

Daftar Pustaka

J. Erickson , Millard. Teologi Kristen Vol.1, ( Malang:Gandum Mas,1999)


C. Thissen, Henry. Teologi Sitematika, ( Malang:Gandum Mas, 1997)
End Van den, Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2001)
Brill, J.W. Dasar Yang Teguh (Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 1993)
Boland, Van Niftrik. Dogmatika Masa Kini, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999)
Zandbergen, DJ. Catatan Pada Pengakuan Iman Reformasi, (Irian Jaya: Percetakan
Offet Yapelin, 1982),

Anda mungkin juga menyukai