Anda di halaman 1dari 4

TATANAN ALLAH Seri 2

Kehendak bebas manusia


Pada umumnya orang beragama percaya bahwa Allah mempunyai kedaulatan dan kekuasaan mutlak
dalam menentukan alam semesta termasuk hidup manusia. Sehingga sering kita dengar bahwa
bagaimana hidup manusia bergantung pada takdir ilahi. Pemahaman yang benar mengenai kedaulatan
Allah harus selalu diletakkan dalam koridor tatanan Allah. Kedaulatan Allah pasti akan diwujudkan
sesuai dengan tatanan yang ada dalam diri-Nya.

Dalam bahasa Inggris kata takdir diterjemahkan fate atau destiny. Dalam kamus bahasa inggris kata
destiny didefinisikan sebagai : "Something that is to happen or happened to a particular person or
thing" yang bisa diartikan : " Sesuatu yang terjadi atau sudah terjadi menimpa seseorang atau hal
tertentu. "

Kata takdir sangat populer di lingkungan orang-orang beragama, karena kata ini bertalian dengan
oknum yang diakui sebagai Yang berkuasa menentukan apa yang terjadi atas hidup masing-masing
individu manusia secara mikro dan atas alam kosmos (alam semesta) ini secara makro, baik yang
terjadi atas seseorang, maupun yang melibatkan alam semesta dan mempengaruhi banyak orang
seperti misalnya perang, bencana alam, musibah kecelakaan yang membawa korban banyak orang dan
lain sebagainya. Oknum yang menentukan segala peristiwa dalam kehidupan tersebut adalah Allah.
Dalam hal ini mereka memercayai segala sesuatu telah ditentukan atau ditetapkan oleh Allah.

Kehendak Bebas Manusia

Sebelum membahas pengertian takdir dengan benar, mau tidak mau kita harus mengerti dahulu apa
itu kehendak bebas. Tanpa pemahaman kehendak bebas manusia secara proposional kita sulit
mengerti gambaran besar mekanisme keadaulatan Allah yang menentukan takdir manusia.
Penting sekali untuk memahami tatanan Allah yang menyangkut kedaulatan Allah yang dikaitkan
dengan kehendak bebas manusia sebagai bentuk kedaulatan manusia. Kegagalan memahami tatanan
ini menjadi kegagalan seseorang dalam memahami pengertian keselamatan. Pemahaman yang salah
mengenai kehendak bebas akan berdampak pada pemahaman tentang keselamatan dan sekaligus
akan berdampak pula pada perilaku orang percaya. Pemahaman yang salah ini akan menyebabkan
orang akan terjebak pada pengertian secara format logika saja tapi kurang dalam implikasi,
implementasi dan aplikasi konkretnya.
Dalam bahas inggris dikenal istilah “Free Will”, sedangkan dalam istilah bahasa latin, kehendak bebas
disebut liberium arbitrium. Liber berarti bebas sedangkan arbitrium berarti kehendak. Adanya
kehendak bebas yang dimiliki manusia adalah konsekuensi logis dari penciptaan manusia yang
segambar dan serupa dengan Allah pencipta, dimana manusia mempunyai komponen kehendak atau
keinginan mandiri yang serupa dengan komponen kedaulatan Allah (Kej 1:26). Dengan menaruh
komponen kehendak bebas dalam diri manusia berarti Allah pencipta sangat menghargai manusia
ciptaan-Nya.

Kejadian 1:26
Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi
dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.

Secara konsep, kehendak bebas dapat dijabarkan sebagai berikut : Bahwa keadaan
perilaku manusia tidak mutlak ditentukan oleh kausalitas di luar dirinya, tetapi merupakan akibat
mekanisme internal diri pribadi manusia dalam membuat keputusan atau pilihan (making decision).
Intinya ada unsur ketidakmutlakan dan unsur misteri keputusan atas pilihan. Bagaimana manusia
membuat keputusan tergantung komponen lain yang menyusun manusia yaitu komponen pikiran dan
perasaan. Dengan pikiran dan perasaan maka memungkinkan manusia memiliki kemampuan
membandingkan (Comparation), mempertimbangakan (Consideration) dan memberikan persetujuan
(Confirmation) terhadap keputusan yang akan diambil baik secara sadar maupun tidak
sadar. Inilah konsep kehendak bebas, secara singkat bisa didefiniskan sebagai : kemampuan manusia
secara individu dalam membuat keputusan secara sukarela. Jika manusia tidak memiliki pikiran dan
perasaan maka manusia tidak memerlukan kehendak bebas. Manusia akan seperti binatang dimana
perilakunya diatur oleh insting atau naluri yang terekam dalam tubuh biologis. Justru karena ada
pikiran dan perasaan tersebut manusia dapat memiliki atau lebih tepatnya harus memiliki kehendak
bebas.

Catatan: Pembahasan mendalam mengenai bagaimana mekansime manusia dalam mengambil


keputusan akan dibahas secara lebih lengkap dalam materi Making Decision Skill.

Namun harus diingat unsur ketidakmutlakan dalam kehendak bebas, artinya tetap ada faktor-faktor
diluar diri manusia dalam mengambil keputusan seperti situasi/kondisi tertentu termasuk bagi orang
percaya ada eksistensi Roh Kudus yang turut memimpin orang percaya dalam mengambil keputusan.
Tetapi bagaimanapun pada akhirnya keputusan final tetap berada di tangan manusia itu sendiri.

Kehendak bebas yang dimiliki manusia memiliki konsekuensi logis sebagai berikut: Manusia dapat
memilih untuk taat kepada Allah atau memberontak kepada-Nya. Manusia bisa memilih untuk
mengasihi Allah atau sebaliknya memilih untuk membenci-Nya. Jadi jelas sekali manusia punya andil
besar dalam menentukan keadaanya atau nasibnya sendiri.
MEKANISME INTERNAL

Dalam membuat keputusan atas pilihannya manusia menggunakan akal atau rasio yang tersimpan
dalam otaknya. Pertimbangan akal manusia sangat ditentukan oleh apa yang masuk ke pikirannya
melalui panca indera biologis yaitu mata dan telinga. Karena itu sangat penting menjaga dan memfilter
apa saja yang akan masuk melalui mata dan telinga. Jika yang masuk baik niscaya akan mempengaruhi
pertimbangan otak manusia dalam membuat keputusan secara baik. Begitu pula sebaliknya, informasi
yang buruk yang diterima pikiran manusia melalui mata dan telinga kemungkinan besar akan
mempengaruhi kehendaknya yang buruk. Jika kita tidak mengetahui fakta ini maka bisa menyebabkan
kita cenderung berpikir secara supranatural atau istilah gaulnya terlalu berpikir “Ngeroh”. Sehingga
kita bisa terjebak pada pemikiran bahwa manusia mutlak ditentukan oleh sesuatu yang bersifat
adikodrati. Jika kita tidak menggali kebenaran Alkitab secara murni dan utuh bisa menyebabkan kita
bingung dalam menempatkan posisi kedaulatan Allah yang mutlak dan kehendak bebas manusia yang
punya kedaulatannya sendiri. Sekilas dua pokok konsep ini seakan akan bertentangan satu sama lain
padahal sesungguhnya tidak demikian.

Kita patut bersyukur sebagai manusia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh mahluk ciptaan
Allah yang lain yaitu kehendak bebas. Inilah harta paling istimewa yang dimiliki manusia. Komponen
inilah yang membuat manusia mempunyai potensi untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam
menjalankan pemerintahan-Nya. Penempatan komponen kehendak bebas benar-benar menunjukkan
bahwa Allah sangat menghargai manusia sehingga Allah tidak sembarangan atau secara mutlak
mengintervensi kehendak manusia. Allah pencipta langit dan bumi sendiri dalam kedaulatan-Nya
dengan rela memberikan kedaulatan manusia untuk menentukan nasibnya. Sekecil apapun
kedaulatan tersebut dibandingkan dengan kedaulatan Allah yang maha perkasa tetaplah manusia
begitu istimewa dengan memiliki wilayah hidup secara otonom yang sangat dihargai Allah. Dengan
menghargai kedaulatan manusia, berarti Allah menghargai kedaulatan-Nya sendiri.

Namun harus diingat bahwa keistimewaan manusia tersebut mempunyai konsekuensi yang sangat
serius karena menempatkan manusia dalam posisi sebagai makhluk ciptaan yang beresiko
tinggi. Kehendak bebas yang dimiliki manusia adalah anugerah Tuhan yang luar biasa namun memiliki
konsekuensi akan tanggungjawab. Manusia harus punya tanggungjawab atas kehendak bebas yang
dimilikinya. Ini konsekuensi logis bahwa setiap anugerah selalui disertai dengan tanggungjawab.
Anugerah tanpa tanggungjawab justru akan membuat anugerah itu tidak berharga atau tidak punya
arti / meaning sama sekali.

Bukti adanya kehendak bebas manusia di Alkitab

Dalam Alkitab jelas sekali pengajaran akan adanya konsekuensi tanggungjawab dalam setiap anugerah
yang Tuhan berikan. Kisah penciptaan secara gamblang menjelaskan bahwa bumi diciptakan dalam
kondisi yang sempurna. Setiap kali Allah selesai menciptakan disebutkan Allah melihat semuanya baik
atau sempurna. Setelah penciptaan selesai secara sempurna untuk bisa dinikmati manusa, Allah
menugaskan manusia untuk mengelola bumi dan isinya (Kejadian 1). Manusia diberi tanggungjawab
untuk mengelola bumi secara benar dan hasilnya manusia akan bisa menikmati bumi yang diberikan
Tuhan secara benar dan hidupnya akan sempurna sesuai dengan tatanan yang Tuhan sudah ciptakan.
Jadi dapat dikatakan mengelola bumi dan isinya secara benar adalah bentuk penghargaan manusia
terhadap anugerah Tuhan yang luar biasa.

Kejadian 2:16-17
2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia : "Semua pohon dalam taman ini boleh
kaumakan buahnya dengan bebas,
2: 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati. "

Kitab kejadian memuat landasan atau bukti adanya kehendak bebas yang dimiliki manusia sejak
diciptakan. Allah menaruh dua pohon di tengah taman Eden, menunjukkan dengan jelas bahwa
manusia memang benar diberi kehendak bebas. Dalam kehendak bebasnya, manusia harus memilih
antara kehidupan atau kematian dari kerelaan kehendaknya, apakah manusia mau taat atau tidak taat.
Allah tidak mengendalikan nasib manusia tetap manusia sendirilah yang mengendalikan nasib
hidupnya.

Dalam kitab kejadian jelas bahwa Allah sama sekali tidak mengintervensi keputusan yang manusia buat
dan Allah tidak mencegah pengaruh di luar diri-Nya untuk mempengaruhi manusia dalam membuat
keputusan. Allaj jelas membiarkan ular yang adalah personifikasi Iblis masuk ke dalam taman dan
mencibai serta membujuk manusia untuk berbuat sesuatu, yaitu melanggar apa yang seharusnya tidak
dilakukan oleh Adam (Kej 2:16-17; 3:1-14). Allah ternyata tidak berusaha menghindarkan manusia dari
pencobaan tersebut karena Allah memberi kehendak bebas kepada manusia. Allah memberi nasihat
sekaligus peringatan akan adanya konsekuensi jika manusia berani melanggar hukum Allah. Namun
pada akhirnya semua keputusan akhir tetap ditangan manusia itu sendiri. Bahkan Allah tidak
mencegah manusia berbuat salah kalau memang itu yang menjadi keputusannya.

Kesimpulannya Allah tidak pernah menjadi kausalitas atau penyebab kejahatan atau dosa yang
dilakukan manusia. Allah tidak pernah menetapkan manusia untuk jatuh dalam dosa dan melakukan
kejahatan. Jadi jelas bahwa Allah tidak mengendalikan manusia, tetapi manusialah yang
mengendalikan dirinya sendiri. Jadi perbuatan manusia bukanlah hasil skenario atau rekayasa Allah
tetapi hasil keputusannya sendiri. Memang Allah tetap yang menciptakan semua kemungkinan mahluk
ciptaan-Nya bisa melakukan kesalahan, tetapi ini bukan berarti manusia di-desain untuk melakukan
kesalahan. Manusia bisa melakukan kesalahan karena memang peluang untuk melakukan kesalahan
selalu ada. Namun hasil akhirnya tetap manusialah yang memilih apakah mau berbuat yang benar
atau berbuat salah.

Anda mungkin juga menyukai