Anda di halaman 1dari 59

DIPENUHI OLEH ROH KUDUS

1. DIPENUHI SUPAYA MENANG ATAS PENCOBAAN

LUKAS 4:1
Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang
gurun.

Bagaimana Yesus dipersiapkan dan diperlengkapi untuk menghadapi pencobaan itu.


1. Allah yang merancang pencobaan ini bagi Dia juga menyediakan perlengkapan yang cukup untuk
menghadapinya.
2. Kita tidak tahu ujian apa yang ada di hadapan kita, dan kita juga tidak tahu kejadian apa yang tiba-
tiba akan datang menimpa kita, tetapi Kristus tahu, dan Ia diperlengkapi untuk menghadapi semua
pencobaan itu.
3. Allah juga melakukan hal yang sama bagi kita, dan kita boleh berharap akan diperlengkapi oleh-Nya.

YESUS penuh dengan Roh Kudus, yang turun ke atas-Nya dalam rupa burung merpati.
1. Sekarang Ia memiliki karunia, anugerah, dan penghiburan yang lebih besar dari Roh Kudus dibanding
sebelumnya.
2. erhatikanlah, orang-orang yang bersenjata lengkap untuk menghadapi pencobaan terkuat adalah
mereka yang penuh dengan Roh Kudus.
YOHANES 20:22-23
Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu
mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada,
dosanya tetap ada"

 Marilah kita lihat apa yang terkandung dalam pemberian ini.


o Pertama, Kristus dengan ini memberi mereka keyakinan akan pertolongan Roh Kudus dalam

pekerjaan mereka di masa mendatang, dalam melaksanakan amanat yang akan segera diberikan
kepada mereka sekarang: "Aku mengutus kamu, dan kamu akan disertai oleh Roh ke mana pun
kamu pergi."
 Sekarang Roh Tuhan ada pada mereka untuk memperlengkapi mereka dalam menjalankan

semua pelayanan yang ada di hadapan mereka.


 Siapa yang dipekerjakan Kristus pasti akan diperlengkapi-Nya dengan Roh-Nya, dan disertai-

Nya dengan segala kuasa yang diperlukan.


o Kedua, dengan ini Dia memberi mereka mengalami kuasa-kuasa Roh dalam menghadapi situasi

mereka saat itu.


 Dia telah menunjukkan kepada mereka tangan dan lambung-Nya, untuk meyakinkan mereka

akan kebenaran kebangkitan-Nya. Namun demikian, bukti-bukti yang paling jelas sekalipun
dengan sendirinya tidak akan membuahkan iman, lihat saja ketidakpercayaan para penjaga,
yang merupakan satu-satunya saksi mata dari kebangkitan itu.
 "Oleh karena itu, terimalah Roh Kudus, untuk mengerjakan iman di dalam kamu dan

membuka pengertianmu."
 Mereka sedang menghadapi bahaya dari orang-orang Yahudi:

 "Oleh karena itu, terimalah Roh Kudus, untuk mengerjakan keberanian di dalam

dirimu."
o Ketiga, Apa yang dikatakan Kristus kepada mereka dikatakan-Nya juga kepada semua orang
percaya sejati, "Terimalah Roh Kudus" (Ef. 1:13).
 EFESUS 1:13-14; Di dalam Dia kamu juga, karena kamu telah mendengar firman kebenaran,

yaitu Injil keselamatanmu, di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah,
untuk memuji kemuliaan-Nya
 Ia disebut sebagai Roh perjanjian (ay.13), sebab Ia adalah Roh yang dijanjikan itu.

 Oleh-Nya orang-orang percaya dimeteraikan, artinya dipisahkan dan disisihkan

bagi Allah, dikhususkan dan ditandai sebagai milik-Nya.


 "di dalam Dia kamu juga… dimeteraikan" Dalam budaya Yunani-Romawi pemeteraian

(sphragizo) adalah suatu tanda keamanan, keaslian, dan kepemilikan (lih. Ef 4:30; 2Kor
1:22; 5:5; Wahy 7:1-4) . Pemeteraian ini secara teologis sejajar dengan Roh yang
membaptiskan orang percaya yang baru dalam Kristus (lih. 1Kor 12:13; kemungkinan Ef
4:4-5).
 Efesus 4:30; Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah

memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan


 2 Korintus 5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan

yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah
disediakan bagi kita.
2. ARTI DIPENUHI ROH KUDUS BAGI ORANG PERCAYA

KISAH PARA RASUL 4:8-10


Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua, jika kami
sekarang harus diperiksa karena suatu kebajikan kepada seorang sakit h dan harus menerangkan dengan
kuasa manakah orang itu disembuhkan, maka ketahuilah oleh kamu sekalian dan oleh seluruh umat Israel,
bahwa dalam nama Yesus Kristus, orang Nazaret, yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan
Allah dari antara orang mati bahwa oleh karena Yesus itulah orang ini berdiri dengan sehat sekarang di
depan kamu.

 Kuasa memberitakan Injil


Apa yang menjadi daya dorong begitu kuat bagi anak-anak Tuhan untuk memberitakan Injil dengan
berani, bahkan bila harus menghadapi risiko dianiaya? Roh Kudus yang ada di dalam diri mereka
(ayat 8)!
 Oleh dorongan Roh Kudus, Petrus telah mendemonstrasikan kuasa kebangkitan Yesus melalui
penyembuhan seorang lumpuh. Kuasa yang sama memampukan Petrus untuk berkhotbah bahwa
Yesuslah penggenapan PL untuk keselamatan umat manusia. Di hadapan Mahkamah Agama yang
marah karena pemberitaannya yang dianggap provokatif, sekali lagi Roh Kuduslah yang berperan di
dalam Petrus (ayat 8).
 "Penuh dengan Roh Kudus" Roh Kudus adalah sumber hikmat dan keberanian bagi para Rasul
(lih. Luk 12:11-12; 21:12-15) Ingat ini adalah orang yang sama yang hanya dalam beberapa hari
sebelumnya telah menyangkal Tuhan karena ketakutan (lih. Kis 4:13).
o Perhatikan bahwa Petrus "dipenuhi" (cf. Kis 2:4; 4:8,31).
 Kis 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus 1 , w lalu mereka mulai berkata-kata
dalam bahasa-bahasa lain 2 , x seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk
mengatakannya.
 Kis 4:8 Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus 2 : f "Hai pemimpin-pemimpin umat
dan tua-tua, g
 Kis 4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah j tempat mereka berkumpul itu dan
mereka semua penuh dengan Roh Kudus 3 , k lalu mereka memberitakan firman
Allah l dengan berani

Markus 1:41; Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah
orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."
Kalau Pujian tadi berkata; “Dia jamah sgnap hidupku, …”,
Saudaraku, Yesus mau, Yesus rindu, menjamah kehidupan saudara malam hari ini…

Yesus berkata; “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu”
(Yoh 14:16). He is coming back… berapa banyak diantara saudara yang rindu akan kedatangan Yesus
kembali?... tetapi selama kita menunggu di dunia ini, Yesus memberikan kita Penolong yang lain, Dialah
Penghibur didalam kehidupan saudara…

Yesus berkata; “Aku akan minta kepada Bapa , dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang
lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya (Yoh 14:17), yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat
menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia
menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
KISAH PARA RASUL 4:31
Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh
dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

EFESUS 1:13-14; Di dalam Dia kamu juga, karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu, di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang
dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya,
yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya

Beberapa kebenaran penting dalam ayat ini:

 KEPENUHAN ROH KUDUS adalah peristiwa yang berbeda dengan BAPTISAN ROH KUDUS,
 Baptisan Roh Kudus adalah pernyataan pengalaman pertama seseorang berjumpa dengan Yesus
atau bergabung ke dalam tubuh Kristus (1 Kor 12:13; Ef 4:4-5).
 1 Korintus 12:13; Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik
budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis (baptizo) menjadi satu tubuh dan kita semua diberi
minum dari satu Roh.
 Yesus sendirilah membaptiskan orang yang percaya kepada-Nya dalam Roh Kudus
 Matius 3:11; Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang
datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia (Yesus) akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api
 Roh Kudus adalah pemberian Kristus, dan Merupakan hasil dan wujud dari janji-Nya, janji
yang besar itu, yang ditinggalkan-Nya ketika Ia naik ke sorga.
 Istilah "mencurahkan Roh" (Kis 2:17-18; 10:45), "menerima karunia Roh Kudus" (Kis 2:38; 8:15), "Roh
Kudus turun ke atas" (Kis 8:16; 10:44; 11:15; 19:6) merupakan ungkapan-ungkapan yang berbeda
tentang peristiwa ketika orang percaya "penuh dengan Roh Kudus" (Kis 2:4; 4:31; 9:17).

 Didalam bacaan Kis 4:31, ‘penuh dengan Roh Kudus”, kata penuh dipakai “pleto” yang juga artinya
"penuh", "diselimuti", dan "diberi kuasa"
 (1) Menunjukkan kepada perlengkapan yang diberi Roh Kudus untuk pelayanan (Kis 2:4; 4:8,31;
9:17; 13:9,52).
 Kisah Para Rasul 13:9-10; Tetapi Saulus, juga disebut Paulus, yang penuh dengan Roh
Kudus, menatap dia (iblis).
 Kisah Para Rasul 13:52; Dan murid-murid di Antiokhia penuh dengan sukacita dan dengan
Roh Kudus
 (2) Semua orang percaya, termasuk para rasul yang telah dipenuhi sebelumnya (Kis 2:4), kini
dipenuhi kembali untuk menghadapi perlawanan yang terus-menerus dari golongan Yahudi
(ayat Kis 4:29).
 Kepenuhan kembali dengan Roh Kudus merupakan
 Bagian dari kehendak dan persediaan Allah bagi semua orang yang telah menerima
baptisan dalam Roh Kudus
 Kata kerja Yunani yang diterjemahkan "penuh" dipakai dalam bentuk imperfek, yang
menunjukkan TINDAKAN BERKESINAMBUNGAN DI MASA LAMPAU.

 Para murid secara terus-menerus dipenuhi dan diberi kuasa hari lepas hari.
 KISAH PARA RASUL 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada
mereka untuk mengatakannya.
 KISAH PARA RASUL 4:8 Maka jawab Petrus, penuh dengan Roh Kudus: "Hai pemimpin-
pemimpin umat dan tua-tua,
 KISAH PARA RASUL 4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka
berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan
firman Allah dengan berani
 KISAH PARA RASUL 6:3; Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu,
yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka
untuk tugas itu
 KISAH PARA RASUL 7:55; Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke
langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah
 KISAH PARA RASUL 9:17; Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia
menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus,
yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku
kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus

 Kepenuhan Roh bukanlah pengalaman sekali saja, tetapi adalah kehidupan dengan
kepenuhan berulang-ulang untuk keperluan dan tugas yang diberi Allah (bd. Ef 5:18).
 Kita harus mengharapkan dan mencari kepenuhan kembali ini.

 Jadi para rasul mengalami kepenuhan Roh Kudus secara berulang-ulang, yaitu saat mereka
memerlukannya.
 Hal ini adalah pengalaman yang berulang-ulang dengan Roh Kudus, sehingga tentu saja
kita pasti merindukan pengalaman ini juga terjadi berulang-ulang dalam kehidupan
kita.
 Roh Kudus adalah Roh Kebenaran itu sendiri, yang membawa kita kedalam seluruh
kebenaran, artinya saudara dibebaskan, dimemerdekakan dari kuasa dosa, dari
belenggu-belenggu penguasa kerajaan angkasa
 Roh Kebenara itu juga akan memimpin saudara untuk mengalami pembaharuan
hidup/life transformation untuk menjadi serupa dengan Kristus, yaitu hidup yang
seturut dengan kehendak Allah, yaitu yang baik, berkenan dan yang sempurna.

 (2) Hal ini mengisyaratkan suatu perjalanan dalam keserupaan dengan Kristus setiap hari,
 Hal ini menunjukan bahwa kepenuhan roh kudus adalah pengalaman yang berulang didalam
kehidupan orang percaya (lih. Ef 5:18 dibanding dengan Kol 3:16).
 Efesus 5:18; Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa
nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh, dan berkata-katalah seorang kepada yang
lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi
Tuhan dengan segenap hati.

 (1) Kepenuhan Roh Kudus tergantung pada respon kita sebagai orang percaya terhadap
kehadiran Roh Kudus yang diberikan kepada setiap orang percaya, yaitu untuk mencapai
pengudusan hidup dan memelihara pengudusan itu, dalam perjuangan hidup untuk
menjadi serupa dengan Kristus
o Maksudnya, seseorang tidak mungkin "mabuk oleh anggur" dan pada saat yang sama
"penuh dengan Roh."
 Paulus mengingatkan semua orang percaya tentang perbuatan sifat berdosa -- bahwa
mereka yang melakukan hal itu "tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan
Allah" (Gal 5:19-21; bd. Ef 5:3-7).
o Lagi pula, mereka "yang melakukan hal-hal yang demikian" (Gal 5:21) tidak akan
mendapat bagian dalam kehadiran dan kepenuhan Roh Kudus. Dengan kata lain, tidak
memiliki "buah Roh" (Gal 5:22-23) berarti kehilangan kepenuhan Roh

 (2) "HENDAKLAH KAMU PENUH" (bentuk waktu ini pasif-imperatif) dalam bahasa Yunani
(pleroo) mengandung arti "dipenuhi berkali-kali." Anak-anak Allah harus senantiasa
mengalami pembaharuan (Ef 3:14-19; 4:22-24; Rom 12:2) dengan berkali-kali dipenuhi
Roh Kudus.
o Setiap orang percaya perlu berkali-kali dipenuhi dengan Roh untuk menyembah,
melayani, dan bersaksi.
o Orang percaya mengalami kepenuhan Roh berkali-kali dengan cara:
 memelihara iman yang hidup pada Yesus Kristus (Gal 3:5),
 Gal 3:5 Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan
Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di
antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau
karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?
 dipenuhi dengan Firman Allah (Kol 3:16),
 Kol 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di
antara kamu , sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur
seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan
nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
 2 Korintus 2:15-16; Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus
di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang
binasa. Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi
yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang
sanggup menunaikan tugas yang demikian?
 berdoa, mengucap syukur dan memuji Tuhan (ayat Ef 5:19-20; 1Kor 14:15),
 1 Kor 14:15 Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan
rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku ; aku akan
menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji
juga dengan akal budiku.
 Efesus 5:19; dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi
Tuhan dengan segenap hati

 melayani sesama (ayat Ef 5:21), dan


 melakukan apa yang diinginkan oleh Roh Kudus (Ef 4:30; Rom 8:1-14; Gal
5:16 dst; 1Tes 5:19).
 Efesus 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah
memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
 1 Tes 5:19 Janganlah padamkan Roh
 Gal 5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging
 (3) Beberapa akibat dari hal penuh dengan Roh adalah:
 (a) berbicara dengan sukacita kepada Allah dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan
nyanyian rohani (ayat Ef 5:19),
 Efesus 5:19; dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur,
kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi
Tuhan dengan segenap hati
 (b) mengucap syukur (ayat Ef 5:20) dan
 Efesus 5:20; Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan
kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
 (c) merendahkan diri seorang kepada yang lain (ayat Ef 5:21).
 Efesus 5:21; dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut
akan Kristus.

 Untuk memenuhi kehendak Allah untuk gereja, yang dipenuhi bukan saja perseorangan (ayat Kis 4:8;
9:17; 13:9), namun seluruh jemaat (Kis 2:4; 4:31; 13:53) harus meng-alami berbagai kunjungan Roh
Kudus apabila terjadi kebutuhan dan tantangan khusus.
 Kis 2:4; Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus 1 , w lalu mereka mulai berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain 2 , x seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
 Kis 4:31 Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah j tempat mereka berkumpul itu dan mereka
semua penuh dengan Roh Kudus 3 , k lalu mereka memberitakan firman Allah l dengan berani
 Gerakan Allah di atas seluruh jemaat dengan kepenuhan Roh Kudus yang baru menghasilkan
keberanian dan kuasa dalam bersaksi, saling mengasihi dan kasih karunia berlimpah bagi
semuanya.

PEKERJAAN ROH KUDUS DALAM KEHIDUPAN ORANG PERCAYA


1. DIBAPTIS DENGAN ROH KUDUS
 Dibaptis dengan Roh Kudus adalah pernyataan pengalaman pertama seseorang perjumpaan
pribadi dengan Yesus dan kemudian bersekutu ke dalam tubuh Kristus (1 Kor 12:13; Ef 4:4-5).
 1 Korintus 12:13; Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang
Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis (baptizo) menjadi satu tubuh
dan kita semua diberi minum dari satu Roh.
 Yesus sendirilah membaptiskan orang yang percaya kepada-Nya dalam Roh Kudus
 Matius 3:11; Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang
datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia (Yesus) akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api
 Roh Kudus adalah pemberian Kristus, dan Merupakan hasil dan wujud dari janji-Nya, janji
yang besar itu, yang ditinggalkan-Nya ketika Ia naik ke sorga.
 Dimateraikan dengan Roh Kudus
 EFESUS 1:13-14; Di dalam Dia kamu juga, karena kamu telah mendengar firman kebenaran,
yaitu Injil keselamatanmu, di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita
sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah,
untuk memuji kemuliaan-Nya
o Orang-orang percaya dimeteraikan, artinya dipisahkan dan disisihkan bagi Allah,
dikhususkan dan ditandai sebagai milik-Nya.
o "di dalam Dia kamu juga… dimeteraikan" Dalam budaya Yunani-Romawi pemeteraian
(sphragizo) adalah suatu tanda keamanan, keaslian, dan kepemilikan (lih. Ef 4:30;
2Kor 1:22; 5:5; Wahy 7:1-4). Pemeteraian ini secara teologis sejajar dengan Roh yang
membaptiskan orang percaya yang baru dalam Kristus (lih. 1Kor 12:13; kemungkinan
Ef 4:4-5).
 Tanda orang yang dibaptis dengan Roh Kudus, yaitu mengaku Yesus adalah Tuhan
 1 Korintus 12:3; Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang
berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada
seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
 Roma 10:9 1 Sebab jika kamu mengaku g dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah
Tuhan 2 , h dan percaya i dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara
orang mati 3 , j maka kamu akan diselamatkan. k 10:10 Karena dengan hati orang percaya
dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan. 10:11 Karena Kitab
Suci berkata: "Barangsiapa yang percaya kepada Dia, tidak akan
dipermalukan. l " 10:12 Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang
Yunani. m Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, n kaya bagi semua
orang yang berseru kepada-Nya. 10:13 Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama
Tuhan, o akan diselamatkan. p

2. DIPIMPIN OLEH ROH KUDUS/DIPENUHI OLEH ROH KUDUS


 Setelah menerima baptisan dalam Roh Kudus, orang percaya yang dengan setia hidup dalam
Roh, atau hidup dalam “Pimpinan Roh Kudus” sambil mematikan perbuatan daging (Rom 8:13-
14), dapat digambarkan sebagai "dipenuhi dengan Roh Kudus",
o Roma 8:13-14 Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; f tetapi jika
oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua
orang, yang dipimpin Roh Allah 1 , i adalah anak Allah.
o Galatia 4:7; Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka
kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.
o Galatia 4:1; Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig,
sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari
segala sesuatu;

 Orang-orang percaya yang memelihara kepenuhan Roh yang mendiami mereka, akan terus
menerima urapan baru oleh Roh Kudus untuk suatu maksud atau tugas tertentu, bagi
pertumbuhan jemaat

3. PENUH DENGAN ROH KUDUS

KISAH PARA RASUL 6:3,5


Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang
penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu. Usul itu diterima baik oleh
seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan
Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari
Antiokhia.

KISAH PARA RASUL 11:24


Karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada
Tuhan

 Para rasul menetapkan bahwa ketujuh orang yang terpilih itu membuktikan bahwa mereka senantiasa
berada di bawah pengaruh Roh Kudus.
 Rupanya para rasul ini menganggap bahwa tidak semua orang percaya senantiasa penuh dengan
Roh. Dengan kata lain, mereka yang gagal untuk hidup setia dalam Roh (Gal 5:16-25) tidak akan
penuh dengan Roh lagi.

 Ungkapan "penuh dengan Roh Kudus" (bd. Kis 6:5; 11:24) mengungkapkan suatu sifat atau keadaan
yang berkesinambungan di dalam orang percaya yang diakibatkan oleh kepenuhan Roh Kudus
 Hal ini yang memungkinkan mereka untuk melayani dengan kuasa Roh, yaitu dengan karunia-
karunia sebagaimana diberikan Roh
 Referensi – “penuh” – dewasa…
 Markus 4:28; Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu
bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.

KARUNIA-KARUNIA ROHANI

1. "Karunia-karunia rohani" (Yun. _pneumatika_, berasal dari kata _pneuma_, artinya "Roh")
 menunjuk kepada manifestasi adikodrati yang datang sebagai karunia dari Roh Kudus yang
bekerja melalui orang percaya demi kebaikan bersama
 1 Korintus 12:1; Sekarang tentang karunia-karunia Roh (pneumatikos). Aku mau, saudara-
saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.
 1 Korintus 14:1; Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-
karunia Roh (pneumatikos), terutama karunia untuk bernubuat

2. "Manifestasi Roh" (Yun. _phanerosis_, berasal dari kata _phaneros_, artinya "terwujud")
 menekankan bahwa karunia rohani itu menjadi manifestasi langsung dari pekerjaan dan
kehadiran Roh Kudus di dalam perhimpunan jemaat.
 1 Korintus 12:7; Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan (phanerosis)
Roh untuk kepentingan bersama.
 1 Korintus 12:8-11; Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata
dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan
pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang
lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada
tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya

Nah, mari kita melihatnya dengan lebih dalam:

1 Korintus 12:1; Sekarang tentang karunia-karunia Roh (pneumatikos). Aku mau, saudara-saudara,
supaya kamu mengetahui kebenarannya.
1 Korintus 12:31;
Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan
kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

1 Korintus 13:8
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
1 Korintus 13:13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya
ialah kasih.

1 Korintus 14:1;
Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk
bernubuat.
 “Kejarlah Kasih”
o Kata aslinya, diōkete, berarti memusatkan segenap perhatian untuk mendapatkannya. Ini
nasihat untuk memperoleh kasih, untuk memiliki kecenderungan pikiran yang baik ini dengan
persyaratan apa pun, tak peduli jerih payah atau doa yang harus dilalui. Seolah-olah Rasul
Paulus berkata, “Walaupun dalam hal-hal lain kamu mungkin gagal, usahakanlah agar kamu
tidak gagal dalam hal ini. Yang utama dari semua anugerah, pantas didapatkan dengan syarat
apa pun.”
o Roma 5:5; Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam
hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.
o Rasul Paulus mengarahkan mereka untuk mengenal karunia rohani mana yang harus mereka
utamakan, berdasarkan asas kasih

 “Usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh”


o 1 Korintus 14:12; Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun Jemaat.

 “terutama karunia untuk bernubuat”


o 1 Korintus 14:5; Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih
dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada
orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya,
sehingga Jemaat dapat dibangun.
o 1 Korintus 14:27-28; Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau
sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk
menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam
diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan
kepada Allah.
o 1 Korintus 14:39-40; Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh
karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa
roh. Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur.

 PENUH ROH KUDUS yang menunjukkan pemberian kuasa kepada seorang atau orang-orang percaya
pada saat tertentu untuk berbicara di bawah dorongan Roh Kudus (Kis 4:8; 13:9; Luk 1:41-45,67-79);

 PENUH ROH KUDUS yang menunjukkan suatu pelayanan nubuat umum yang diilhami atau diurapi Roh
Kudus tanpa menyebutkan masa pelayanan tersebut (Kis 4:31-33; 13:52; Luk 1:15).

KISAH PARA RASUL 4:31-32


Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh
dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani. Adapun kumpulan orang
yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan
dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka
semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah

PENUMPANGAN TANGAN – TURUNLAH ROH KUDUS KEATAS

KISAH PARA RASUL 19:6


Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan
mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.

KISAH PARA RASUL 10:44


Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan
pemberitaan itu.
DOKTRIN ROH KUDUS 10 : Baptisan ROH KUDUS (Bagian 1) – By DR. Erastus Sabdono

Masalah Baptisan ROH KUDUS merupakan masalah yang selalu diperdebatkan. Bukan saja di kalangan
gereja karismatik, tetapi juga di kalangan gereja di luar karismatik. Dengan banyaknya pandangan
mengenai baptisan ROH KUDUS, maka terjadi perdebatan dan polemik yang tidak pernah selesai hingga
sekarang. Banyak pandangan simpang siur mengenai pokok ini yang membingungkan jemaat Kristen.
Untuk ini kita harus menemukan pijakan yang kokoh dari Alkitab untuk memandang hal tersebut sehingga
jemaat tidak dibingungkan lagi.
Untuk memperoleh pengertian yang tepat mengenai baptisan ROH KUDUS, maka terlebih dahulu kita
harus memahami apa yang dimaksud dengan baptisan itu. Sebenarnya baptisan bukanlah upacara agama
atau tindakan sakramen yang berasal dari agama Kristen. Baptisan merupakan tradisi Yahudi. Suatu
upacara yang diadakan bagi orang-orang non Yahudi yang mau masuk agama Yahudi. Mereka harus
disunat dan juga dibaptis serta memberi korban bagi Yahwe. Baptisan tersebut dikenal sebagai
baptisan proselit. Proselit menunjuk orang-orang non Yahudi yang menganut agama Yahudi atau yang
juga dikenal sebagai agama Musa.
Dalam bahasa Ibrani baptisan untuk proselit ini disebut sebagai tevilah. Kata ini berasal dari kata kerja
bahasa Ibrani taval artinya diselam atau dicelupkan. Kata ini muncul pada waktu Naaman menyelam di
sungai Yordan (2 Raj 5:14). Kata taval sejajar dengan kata baptizo dalam bahasa Yunani (Mat 3:6).
Pada prinsipnya baptisan menunjuk pada kehidupan seseorang yang berkomitmen memasuki sebuah cara
atau gaya hidup yang baru. Sejak seseorang dibaptis ia harus bersedia meninggalkan cara atau gaya
hidupnya yang “lama” dan mengenakan cara hidup yang “baru”. Adapun baptisan Yohanes merupakan
penegasan bahwa mereka yang memberi diri dibaptis harus memiliki buah-buah pertobatan yang benar.

Pada jaman Yohanes Pembaptis, rupanya upacara baptisan telah menjadi sekedar sebuah acara agama
atau ceremonial yang kehilangan makna atau esensinya. Maknanya adalah kesediaan hidup dalam hidup
yang baru sesuai hukum Tuhan. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis berani berkata kepada banyak orang
Farisi dan orang Saduki yang datang untuk dibaptis: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang
mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? Jadi
hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan” (Mat 3:7-8). Pemungut-pemungut cukai juga datang
untuk dibaptis dan mereka bertanya kepadanya: “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Yohanes
berkata tegas: “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu”. Juga prajurit-
prajurit bertanya juga kepadanya: “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” Jawab Yohanes kepada
mereka: “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Luk 3:12-14).

Dengan baptisan tersebut Yohanes Pembaptis mengajak umat Israel bahkan prajurit-prajurit Roma serta
para proselit lainnya untuk hidup sesuai dengan hukum Tuhan secara konsekuen dan konsisten. Yohanes
Pembaptis mulai mengarahkan bangsa Israel pada kebenaran yang tulus dan murni. Mereka dituntut
untuk sungguh-sungguh menunjukkan buah pertobatannya. Setelah dibaptis mereka harus bersedia hidup
yang baru memenuhi tuntutan kebenaran. Itulah sebabnya Yohanes Pembaptis disebut sebagai utusan
Allah yang “mempersiapkan jalan bagi Tuhan”. Sebelum Tuhan Yesus mengajarkan kebenaran yang
bersifat batiniah, Yohanes Pembaptis sudah merintisnya atau mempersiapkan jalannya.
Baptisan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sebenarnya pada mulanya adalah kelanjutan dari baptisan
Yohanes Pembaptis. Pada prinsipnya baptisan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus melalui murid-murid-Nya
adalah baptisan pertobatan yang sama dengan baptisan Yohanes Pembaptis. Tuhan Yesus sendiri tidak
membaptis, tetapi hanya murid-murid-Nya (Yoh 4:2). Setelah kebangkitan Tuhan Yesus, perintah baptisan
baru dilakukan dalam nama Bapa, Anak dan ROH KUDUS atau dalam nama Tuhan Yesus Kristus yang
dilakukan oleh gereja. Dan baptisan menjadi salah satu sakramen gereja yang sangat penting. Ketika
baptisan dilakukan dalam nama Tuhan Yesus, orang dibaptis dalam nama Tuhan Yesus wajib atau
suatu keharusan memiliki hidup baru seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
Baptisan dalam Kekristenan adalah lambang kematian. Seorang yang memberi diri dibaptis harus
meninggalkan cara hidup yang sama dengan anak-anak dunia, dan mengenakan gaya hidup Tuhan Yesus.
Jadi, orang yang memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus harus belajar hidup seperti Tuhan Yesus
hidup. Hal ini juga ditegaskan oleh Paulus dalam Roma 6:4, dengan demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan
dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. Bagi
orang percaya baptisan dalam nama Bapa, Anak dan ROH KUDUS atau dalam nama Tuhan Yesus
Kristus berarti kesediaan untuk hidup sebagai warga Kerajaan Sorga dengan hukum Kerajaan-Nya,
yaitu kehendak Allah.

Bagaimana dengan Baptisan ROH KUDUS ? Tentu saja sejajar dengan makna baptisan yang dijelaskan di
atas. Bahwa baptisan membawa seseorang kepada suasana hidup yang baru atau cara dan gaya hidup
yang berbeda dari sebelumnya. Baptisan ROH KUDUS lebih berarti dan lebih mulia dari baptisan yang ada
sebelumnya. Dengan baptisan ROH KUDUS umat pilihan Allah yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
memasuki dekade baru dalam kehidupan yang tidak pernah dialami oleh manusia sebelum Tuhan
Yesus. Allah diam dalam kehidupan orang percaya.
Jadi, inti baptisan ROH KUDUS adalah kehidupan orang percaya yang diubahkan terus menerus oleh
pekerjaan ROH KUDUS guna memenuhi rencana Allah Bapa. Rencana Allah Bapa adalah membinasakan
pekerjaan Iblis dengan mengubah manusia menjadi sempurna seperti rancangan Allah Bapa yang
mana telah ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Ini visi utama ROH KUDUS yang diutus oleh Bapa dan Anak
yaitu agar membawa orang percaya kepada segala kebenaran (Yoh 16:13). ROH KUDUS akan membuka
pikiran orang percaya untuk mengenal kebenaran. Kebenaran inilah yang memperbaharui seseorang
sehingga tidak serupa dengan dunia (Rom 12:2). Kebenaran itu juga yang memerdekakan. ROH KUDUS
menolong orang percaya untuk memiliki kehidupan yang sempurna seperti tuntunan bagi anak-anak Allah
yang harus seperti Bapa (Mat 5:48).
Dengan kehidupan yang bertumbuh maka membuat seseorang menjadi seperti Tuhan Yesus atau menjadi
corpus delicti. Jika jumlah orang yang sempurna seperti Tuhan Yesus sudah genap maka kedatangan
Tuhan Yesus mengakhiri sejarah dunia dapat terjadi. Inilah yang dimaksud oleh Alkitab bahwa orang
percaya yang hidup saleh mempercepat kedatangan Tuhan Yesus (Why 6:11; 2Pet 3:12). Dengan hal ini
orang percaya menggenapi rencana Allah.
Selanjutnya orang percaya harus menjadi saksi artinya untuk membuktikan kebenaran karya keselamatan
dalam Tuhan Yesus Kristus dan membawa orang lain juga menjadi sempurna seperti Bapa. Untuk menjadi
saksi Tuhan atau meneruskan tugas dari Bapa yang diestafetkan Tuhan Yesus kepada orang percaya, ROH
KUDUS memberi segala karunia yang dibutuhkan untuk membangun jemaat-Nya (1Kor 14:12,26).
Secara ideal mestinya karunia Roh bukan untuk orang yang belum dewasa, tetapi untuk mereka yang
benar-benar sudah bisa mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Karunia diberikan bukan untuk
kepentingan pribadi tetapi untuk kepentingan pekerjaan Tuhan yang besar. Dalam beberapa gereja telah
terjadi penyimpangan sampai penyesatan. Karunia Roh diajarkan untuk pelengkap kehidupan pribadi
demi kesenangan atau merasa menjadi lebih lengkap, lebih diurapi, lebih rohani dan lebih dianggap
sebagai dekat dengan Tuhan atau sudah menjadi orang Kristen yang sejati.
Dua fungsi utama ROH KUDUS seperti yang dijelaskan di atas sering dibiaskan atau diselewengkan oleh
pikiran orang-orang Kristen tertentu yang tidak mengerti kebenaran yang murni. Bila berbicara mengenai
Baptisan ROH KUDUS, biasanya yang dipersoalkan adalah tanda-tandanya. Kadang-kadang justru tanda-
tanda baptisan seperti berbahasa atau tanda-tanda fisik yang lain yang dipersoalkan dengan keras tetapi
buah roh yang menjadi tujuan utama hidup Kekristenan tidak ditonjolkan. Sebagai akibatnya fungsi utama
kehadiran ROH KUDUS dalam dunia terabaikan. Dengan cara ini gereja disesatkan oleh kuasa kegelapan.

Baptisan ROH KUDUS sebenarnya tidak hanya menunjuk suatu momentum, tetapi lebih menunjuk suatu
proses. Memang dalam Alkitab mengesankan bahwa baptisan ROH KUDUS adalah sebuah momentum.
Kitab kisah Rasul beberapa kali mengisahkan hal tersebut (Kis 2, 8, 10 dan 19). Hal itu disebabkan oleh
karena Alkitab hendak menunjukkan bahwa zaman atau masa ROH KUDUS bekerja dalam kehidupan
orang percaya sudah dimulai. Semua baptisan ROH KUDUS di kisah rasul selalu dilakukan oleh rasul-rasul
bukan oleh yang lain. Hal ini hendak menunjukkan bahwa gereja tidak dibangun di atas dasar apapun
selain oleh para rasul (Mat 16:18). Baptisan tersebut terjadi di Yerusalem (Kis 2), Yudea (Kis 10), Samaria
(Kis 8) dan Efesus yang mewakili ujung bumi (Kis 19). Setelah peristiwa baptisan di beberapa tempat
tersebut di sepanjang perjalanan rasul-rasul dan Paulus sendiri selama puluhan tahun, tidak ada kisah
yang mengungkapkan mengenai baptisan ROH KUDUS.
Baptisan ROH KUDUS berarti orang percaya ditenggelamkan dalam kehidupan yang bersekutu dengan
Allah di dalam atau melalui Roh-Nya. Itulah sebabnya orang percaya tidak boleh hidup sembarangan,
sebab dapat mendukakan ROH KUDUS yang dimeteraikan di dalam dirinya (Ef 4:30). Orang yang
menerima ROH KUDUS berarti tubuhnya menjadi bait ROH KUDUS. Ia tidak boleh mencemarkan tubuhnya
dengan dosa. Ia harus memuliakan Allah dengan tubuhnya (1Kor 6:12-20).
Orang yang menerima ROH KUDUS adalah orang yang menerima tanggung jawab untuk belajar dan terus
dimuridkan agar sempurna seperti yang Allah Bapa kehendaki. Justru dengan menerima baptisan ROH
KUDUS memiliki tuntutan beban yang sangat berat untuk berusaha menjadi manusia yang berbeda
dengan lingkungannya dan layak menjadi anggota keluarga Allah (1Pet 1:17). Selanjutnya ia harus
mempertaruhkan hidupnya tanpa batas untuk mengabdi kepada Tuhan.

Kalau orang Kristen tidak perlu merindukan baptisan ROH KUDUS yang disertai tanda-tanda spektakuler
seperti di Yerusalem, sebab pada dasarnya kalau seseorang percaya kepada Tuhan Yesus ia telah
menerima baptisan ROH KUDUS. Yang penting, menjadi kerinduan adalah bagaimana menjaga
hubungan dengan Tuhan, hidup dalam kesucian yang sejati dan terus dalam proses pendewasaan atau
penyempurnaan.
Kalau dalam masa-masa tertentu terjadi “lawatan khusus” bagi umat Tuhan, dimana tanda-tanda
spektakuler dinyatakan, hal itu sebenarnya hanya sebagai peringatan bahwa gereja tidak hidup dalam
kebenaran. Orang percaya tidak “mengerjakan keselamatan” dengan takut dan gentar. Orang Kristen
telah duniawi yang mencintai dunia. Lawatan yang disertai dengan tanda-tanda spektakuler bukan
bermaksud agar orang Kristen mengulangi lagi tanda-tanda spektakuler sebagai tanda baptisan ROH
KUDUS. Tetapi agar gereja kembali kepada maksud tujuan keselamatan diberikan.
Banyak gereja salah mengerti, mereka pikir lawatan-lawatan Tuhan seperti yang terjadi Azusa street, Los
Angeles, California, Amerika Serikat pada 6 April 1906 berlanjut sampai tahun 1915 seakan-akan
peringatan dan perintah Tuhan agar tanda-tanda Pentakosta yang terjadi di Yerusalem tahun 30 harus
diulangi. Gereja Pentakosta dan Karismatik menekankan tanda-tandanya tetapi kurang memperhatikan
tujuan lawatan itu, yaitu kesempurnaan moral anak-anak Tuhan seperti Bapa.

Pada kenyataannya kita menyaksikan tokoh-tokoh Pentakosta tidak sedikit yang jatuh melakukan
pelanggaran moral. Jemaatnya pun tidak menunjukkan sebuah kehidupan unggul sebagai anggota
keluarga Kerajaan Sorga yang bermoral Allah atau seperti Tuhan Yesus. Gereja-gereja yang lahir dari
kegerakan di Azusa Street tersebut terpecah-pecah karena terjadi banyak konflik dan pertikaian. Gerakan
tersebut di tahun-tahun berikut menjadi suam dan dingin lagi sehingga memerlukan lawatan berikut.
Tidak sedikit kondisi gereja yang mengaku sebagai “pewaris Pentakosta” menjadi bahan olokan banyak
gereja Protestan yang non Pentakosta atau non Karismatik.
Sekarang, kita harus mulai menempatkan baptisan ROH KUDUS secara proporsional. Baptisan ROH KUDUS
membawa orang percaya kepada proses kehidupan berjalan dalam Roh atau dipimpin oleh Roh Allah. Ini
berarti orang percaya harus berusaha untuk merubah karakter agar dapat berjalan seirama dengan Tuhan.
Orang percaya yang harus menyesuaikan diri dengan Allah, bukan sebaliknya. Ini berarti suatu perjuangan
untuk menjadi sempurna, dan memang inilah maksud ROH KUDUS diberikan agar kita sempurna menjadi
corpus delicti. Jadi, orang percaya pasti memiliki ROH KUDUS yang menempatkan dirinya dalam
perjuangan dikembalikannya ke rancangan semula Allah yaitu menjadi serupa dan segambar dengan
Allah.
Orang percaya harus dewasa artinya percaya bahwa ROH KUDUS sudah dicurahkan sebagai baptisan
gereja-Nya. Dalam menjalani hidup sebagai orang percaya, yang penting bukan karunia-karunia-Nya tetapi
bagaimana berjalan dengan Tuhan untuk memperoleh buah Roh. Sebab kalau kita sungguh-sungguh
memburu buah Roh (termasuk kasih – 1 Kor 14:1), maka karunia-karunia ROH KUDUS sesuai dengan
kebijaksaan dan kedaulatan Allah, pasti dilengkapkan bagi pelayanan pekerjaan-Nya.
Orang percaya harus bekerja keras menggunakan akal budi yang dipimpin ROH KUDUS guna dapat
mengerti Firman Tuhan. Tanpa kecerdasan dari pengertian terhadap kebenaran Firman Tuhan seseorang
tidak dapat berjalan seiring dengan Tuhan. Pengertian terhadap kebenaran akan membuat seseorang
stabil. Tidak jatuh bangun dan menjadi suam-suam. Pengertian akan kebenaran akan memerdekakan
artinya membuat seseorang tidak menjadi duniawi tetapi rohani dan tidak mencintai dunia tetapi
mengasihi Tuhan. Mereka akan bertumbuh dalam kesempurnaan Kristus, memindahkan hati ke Kerajaan
Sorga dan nyata-nyata menjadi garam dan terang dunia. Bahasa roh dan karunia-karunia lain tidak bisa
menggantikan kerja keras masing-masing individu untuk mencapai kedewasaan penuh dalam Tuhan.
Karunia-karunia Roh memiliki tempat penting dalam kehidupan tetapi setiap orang percaya memiliki
bagian yang harus dipenuhi yaitu kerja keras. Bagian yang juga sangat penting tidak bisa digantikan oleh
siapapun, kecuali manusia itu sendiri.
DOKTRIN ROH KUDUS 11 : Baptisan ROH KUDUS (2) – By DR. Erastus Sabdono

Untuk lebih memahami maksud dan pengertian baptisan ROH KUDUS, perlu dijelaskan bahwa ROH KUDUS
sudah ada bersama dengan Allah Bapa sebelum dunia dijadikan, dari kekekalan sampai kekekalan.
Sesungguhnya ROH KUDUS sama dengan Roh Allah. ROH KUDUS adalah Roh Allah Bapa sendiri. Allah
Bapa ada di dalam Sorga, Roh-Nya yang hadir dimana-mana. Jadi, ROH KUDUS adalah cara berada
lembaga Ilahi atau Allah (ELOHIM) yang mewakili Allah Bapa dan Allah Anak di segala tempat. ROH KUDUS
menunjuk adanya kemahahadiran Allah. Mestinya sebelum belajar mengenai baptisan ROH KUDUS,
terlebih dahulu memahami mengenai hubungan antara Allah Bapa, Allah Anak dan ROH KUDUS dengan
benar.

Pada jaman Perjanjian Baru cara berada Roh Allah atau ROH KUDUS berbeda dengan cara berada-Nya di
Perjanjian Lama. Di jaman Perjanjian Baru, Roh Allah berkenan merasuk dalam kehidupan orang percaya
secara lebih permanen, sehingga tubuh orang percaya disebut sebagai bait ROH KUDUS (1Kor 6:19-20).
Kalau dalam Perjanjian Lama, bait Roh Allah adalah bangunan yang dibangun Salomo, tetapi di Perjanjian
Baru bait ROH KUDUS adalah tubuh dan kehidupan orang percaya sendiri. Disini letak keunikan cara
berada Allah yang tidak dialami umat Perjanjian Lama sejak Roh Allah undur dari manusia (Kej 6:1-4).
Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa kalau bait Allah diruntuhkan, Ia sanggup membangunnya kembali
selama 3 hari (Mat 26:61). Maksud bait Allah itu adalah tubuh-Nya sendiri. Jadi, sebelum orang percaya
memiliki tubuh sebagai bait ROH KUDUS, Tuhan Yesus sendiri telah memperagakan tubuh yang menjadi
bait ROH KUDUS. Dalam hal ini kita dapati bahwa Tuhan Yesus pun dipimpin Roh Allah atau ROH KUDUS
dalam perjalanan hidup-Nya di bumi ini. Firman Tuhan mengatakan bahwa Allah mengaruniakan Roh-Nya
dengan tidak terbatas bagi Tuhan Yesus (Yoh 3:34).
Dengan pimpinan ROH KUDUS, Tuhan bisa mengikuti kehendak Allah Bapa sampai berhasil lulus atau
menang sebagai corpus delicti, yaitu taat sampai mati di kayu salib. Dia menjadi yang sulung di antara
banyak saudara (Rom 8:28-29), artinya bahwa orang percaya juga dapat memiliki pengalaman atau
kemampuan yang sama sehingga bisa lulus atau menang seperti Dia. Tuhan Yesus menjadi pokok
keselamatan (aitios) artinya menjadi “penggubah” atau mengaturatau merancang manusia memiliki
kualitas seperti diri-Nya (Ibr 5:8-9).
Tuhan Yesus sudah dituntun ROH KUDUS sejak kecil, sehingga dapat menjadi seorang yang berkenan
kepada Allah Bapa (Mat 3:17). Adapun burung merpati yang turun ketika Ia dibaptis oleh Yohanes
Pembaptis, menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Domba Allah yang akan membaptis orang percaya
dengan api dan Roh (Yoh 3:34). Burung merpati hanya sebagai tanda bahwa Dia adalah Sang Anak Domba
Allah agar Yohanes Pembaptis dapat memproklamirkannya. Lagi pula, tanpa tanda tersebut Yohanes
Pembaptis tidak memiliki verifikasi. Dengan adanya tanda itu saja Yohanes Pembaptis masih bisa
meragukan kemesiasan Tuhan Yesus, apalagi kalau tidak ada tanda tersebut (Mat 11:1-6).
Sejak baptisan tersebut dan burung merpati hinggap pada Tuhan Yesus, maka Ia harus mulai bergumul
untuk menyelesaikan tugas Bapa sampai mati di kayu salib dan dibangkitkan untuk membinasakan
pekerjaan iblis atau mengalahkannya. Hal ini sejajar dengan murid-murid Tuhan Yesus yang sejak dibaptis
ROH KUDUS di Yerusalem mereka dapat mengerti Firman untuk disempurnakan dan harus menyelesaikan
tugas penyelamatan dengan menderita atau memikul salib seperti Tuhan Yesus.

Di jaman Perjanjian Baru Allah berkenan masuk dalam kehidupan orang percaya sebagai “Penolong” (Yoh
14:16). Kata Penolong dalam teks aslinya adalah parakletos yang juga berarti pendamping. ROH KUDUS
menolong orang percaya menggenapi rencana Allah. Tanpa ROH KUDUS orang percaya tidak bisa
menggenapi rencana-Nya, menjadi manusia seperti yang dikehendaki-Nya.
Sebagaimana dalam baptisan seseorang ditenggelamkan ke dalam air (Yun, baptizo. Ibr, taval), demikian
pula orang percaya ditenggelamkan dalam penguasaan ROH KUDUS. ROH KUDUS yang mendiami orang
percaya dimaksudkan agar memimpin orang percaya kepada segala kebenaran (Yoh 16:13). ROH
KUDUS memberi pengertian-pengertian yang sangat mendalam mengenai rahasia-rahasia Allah yang
dalam. Ini lebih dari sekedar memahami mengenai hukum atau peraturan. Dengan memahami kebenaran,
pola berpikir seseorang diubah total.
Perubahan pola berpikir harus sampai pada kemampuan seseorang untuk memiliki pikiran dan perasaan
Kristus. Inilah yang dimaksud dengan menaruh pikiran dan perasaan Kristus dalam kehidupan seseorang
(Fil 2:5-7). Hal ini tidak akan terjadi atau berlangsung tanpa ROH KUDUS yang menuntun. Oleh sebab itu
maksud baptisan ROH KUDUS adalah agar orang percaya menjadi manusia baru yang berstandar Allah
sendiri, yaitu bisa memiliki pikiran dan perasaan Allah.
Jadi dengan "pengertian kebenaran" seseorang dimampukan memiliki moral Allah. Moral Allah
maksudnya orang percaya dapat mengambil keputusan, bertindak dan berperilaku seperti kehendak
Tuhan. Inilah yang disebut sebagai mengenakan kodrat Ilahi (2Pet 1:3-4). Dalam teks tersebut terdapat
kalimat “kuasa Ilahi-Nya” yang dari teks aslinya tes theias dunameos (His Devine Power). Apakah dan
siapakah ini? Tentu kuasa Allah disini menunjuk ROH KUDUS dan Injil. ROH KUDUS tidak bisa bekerja
tanpa Injil (Injil adalah alat-Nya) atau sebaliknya Injil percuma diberitakan tanpa ada kuasa atau Pribadi
yang mengajarkan yaitu ROH KUDUS.
Memiliki moral Allah Bapa sama dengan “mengambil bagian dalam kekudusan-Nya” (Ibr 12:10). Itulah
sebabnya Firman Tuhan mengatakan agar orang percaya kudus seperti Bapa di Sorga Kudus (1Pet 1:16).
Untuk itu orang percaya harus menaruh seluruh pengharapannya pada penyataan Tuhan Yesus Kristus
dan hidup dalam ketaatan (1Pet 1:13-15). Inilah maksud keselamatan, dimana manusia dimungkinkan
kembali untuk memiliki kemuliaan Allah yang terhilang (Rom 3:23).
Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan pengertian dibaptis ROH KUDUS. Dengan baptisan ROH
KUDUS berarti orang percaya ditenggelamkan dalam kehidupan yang bersekutu dengan Allah di dalam
atau melalui Roh-Nya. Baptisan ROH KUDUS sebenarnya tidak hanya menunjuk suatu momentum,
tetapi lebih menunjuk suatu proses dan suatu kondisi (state) yang berpotensi mengembalikan manusia
kepada rancangan semula-Nya. Baptisan ROH KUDUS membawa orang percaya kepada proses kehidupan
berjalan dalam Roh atau dipimpin oleh Roh Allah. Inti baptisan ROH KUDUS adalah kehidupan orang
percaya yang diubahkan terus menerus oleh pekerjaan ROH KUDUS guna memenuhi rencana Allah Bapa
menjadi corpus delicti. Dengan demikian baptisan ROH KUDUS adalah suatu state atau keadaan yang
memberi kemungkinan atau potensi untuk mengubah manusia menjadi seperti yang dikehendaki oleh
Allah. Ini adalah suatu masa yang dinantikan nabi-nabi dan orang-orang benar dalam Perjanjian Lama
(Mat 13:17).
Sebelum Roh Allah undur dari manusia, ternyata manusia sudah menjadi bait ROH KUDUS. Roh Allah
tinggal di dalam manusia (Kej 6:3). Kata tinggal dalam teks aslinya adalah diyn. Kata ini memiliki banyak
pengertian selain menghakimi atau menilai (to judge), berpendapat atau memberi pendapat (contend),
menuntut; memohon (to plead), bertengkar (dispute), juga berarti tinggal atau berdiam (remain; abide
in), memerintah di dalam (rule in; to govern), mengelola (administer). Dalam hal ini nampak sekali
bagaimana ROH KUDUS bergumul dalam kehidupan manusia pertama agar mereka menjadi man of
God yang memenuhi kriteria sebagai corpus delicti untuk membinasakan pekerjaan Iblis.
Dengan demikian bukan tidak mungkin bahwa Adam telah dibaptis ROH KUDUS setelah penciptaan.
Dibaptis disini maksudnya Adam ada dalam suatu keadaan yang berpotensi untuk dapat hidup sesuai
dengan kehendak Allah Bapa. Adam dimampukan memiliki kedaulatan atas moralnya tanpa batas sesuai
dengan moral Tuhan. Jadi, maksud Roh Allah menuntun manusia yaitu agar manusia tidak hidup menurut
daging (Kej 6:1-4). ROH KUDUS itulah yang menuntun Adam agar sempurna dan menjadi corpus delicti
guna mengalahkan Lucifer yang jatuh atau Iblis. Adam sudah dibaptis ROH KUDUS sejak semula artinya
Adam dalam suatu kondisi dimana ROH KUDUS bila dituruti dapat membuat Adam mencapai kesucian
Allah.
Persoalannya, siapa yang membaptis Adam dengan ROH KUDUS? Tentu saja Tuhan Yesus, sebab Tuhan
Yesus lah (Firman) yang menciptakan manusia. Firman Tuhan tegas mengatakan bahwa “segala sesuatu
dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.
Kata diyn ini seperti yang dijelaskan di atas juga menunjuk pekerjaan ROH KUDUS dalam kehidupan
manusia yang menerima Tuhan Yesus di jaman Perjanjian Baru, agar orang percaya tidak hidup menurut
daging, sebab orang yang hidup menurut daging bukanlah anak Allah (Rom 8:14).
Dalam jaman penggenapan Pribadi yang sama yang membaptis Adam dengan ROH KUDUS, juga
membaptis orang percaya dengan ROH KUDUS (Mat 3:11). Untuk menunjukkan hal ini maka setelah
Tuhan Yesus bangkit Ia menghembus murid-murid memberikan ROH KUDUS (Yoh 20:22). Hal ini dikatakan
dengan tegas dalam Yohanes 1:12 bahwa mereka yang menerima-Nya, diberi “kuasa” supaya menjadi
anak-anak Allah. Kuasa dalam teks aslinya adalah exousia. Kata exousia ini lebih tepat diterjemahkan hak
(istimewa) atau privilege supaya menjadi anak-anak Allah. Orang percaya lah yang diberi hak istimewa
untuk menjadi anak-anak Allah artinya memiliki keadaan seperti maksud tujuan Allah menciptakan Adam.
Kehidupan baru dengan kualitas ini (baptisan ROH KUDUS) tidak pernah dimiliki oleh tokoh-tokoh
Perjanjian Lama, sebab mereka tidak pernah dibaptis ROH KUDUS seperti dialami oleh orang-orang
percaya di jaman Perjanjian Baru. Kalau ROH KUDUS atau Roh Allah hinggap atas mereka di Perjanjian
Lama biasanya hanya untuk maksud-maksud tertentu, seperti bernubuat atau memiliki kekuatan yang
luar biasa seperti Simson. Mereka tidak pernah bisa menemukan kembali kemuliaan Allah yang hilang.
Jadi, dalam Perjanjian Lama tidak ada baptisan ROH KUDUS yang membuat seseorang dikembalikan ke
rancangan semula Allah atau memiliki kembali kemuliaan Allah yang telah hilang.

Dengan demikian baptisan ROH KUDUS menjadi bermakna kalau dikembalikan kepada fungsi yang benar
sesuai dengan maksud keselamatan diadakan. Kalau baptisan ROH KUDUS disimpangkan untuk hal-hal
yang tidak bertalian langsung dengan proses keselamatan atau hanya menekankan karunia-karunia-Nya
yang tidak bertalian langung dengan pendewasaan karakter, maka akan terjadi penyimpangan bahkan
penyesatan.
Hendaknya orang percaya tidak hanya memahami fungsi ROH KUDUS seperti yang telah dikerjakan-Nya di
Perjanjian Lama. Memberi kemampuan bernubuat, memberi kuasa supranatural dan hal-hal lain yang
berkenaan dengan tanda fisik. Kita harus memahami dengan benar cara berada Allah melalui Roh-Nya
pada jaman-jaman tertentu.
ROH KUDUS bagi orang percaya di jaman Perjanjian Baru menjadi Penolong untuk menyempurnakan
karakter menjadi seperti Tuhan Yesus (berkualitas corpus delicti). Hal ini sama dengan menggenapi
rencana Allah membinasakan pekerjaan iblis dengan mempercepat kedatangan-Nya supaya sepak terjang
iblis juga bisa diakhiri total (2Pet 3:12). Ini sudah masuk area spiritual, bukan lagi hanya menyangkut hal-
hal duniawi. Dalam hal ini harus terus diingat bahwa cara berada Allah dalam Perjanjian Lama berbeda
dengan cara berada Allah dalam Perjanjian Baru.

DOKTRIN ROH KUDUS 12 : Baptisan ROH KUDUS (Bagian 3) – By DR. Erastus Sabdono

Apakah seseorang yang telah dibaptis ROH KUDUS bisa menolak pimpinan ROH KUDUS, sehingga ROH
KUDUS meninggalkannya? Banyak orang berpikir bahwa kalau seseorang sudah dibaptis ROH KUDUS
maka ia tidak bisa menolak pimpinan ROH KUDUS atau tidak bisa murtad lagi. Seakan-akan baptisan
tersebut menjadi meterai yang secara permanen membuat atau memastikan seseorang tidak dapat
binasa. Benarkah ini? Untuk menjawab pertanyaan diatas maka haruslah kita mengamati dengan benar
kisah dalam Kejadian 6:1-4, Ketika manusia itu mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, dan
bagi mereka lahir anak- anak perempuan, maka anak- anak Allah melihat, bahwa anak- anak perempuan
manusia itu cantik- cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan- perempuan itu, siapa
saja yang disukai mereka. Berfirmanlah TUHAN:”Roh- Ku tidak akan selama- lamanya tinggal di dalam
manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.” Pada
waktu itu orang- orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak- anak Allah
menghampiri anak- anak perempuan manusia, dan perempuan- perempuan itu melahirkan anak bagi
mereka; inilah orang- orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang- orang yang kenamaan.
Dalam paragraf ini Roh Allah atau ROH KUDUS berusaha untuk menuntun anak-anak Allah yaitu keturunan
Set walaupun nenek moyang mereka (Adam dan Hawa) telah gagal hidup dalam kehendak Allah. Hal ini
menunjukkan keadilan Tuhan sekaligus untuk membuktikan kebenaran-Nya sehingga Allah tidak bisa
dipersalahkan. Ternyata bukan hanya Adam yang gagal, keturunan-Nya pun ketika dipimpin ROH KUDUS
untuk menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah juga gagal. Hal ini membuktikan bahwa semua
manusia telah berdosa (meleset dari kesucian Allah) sehingga kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3:23).
Tidak ada seorang manusia pun yang benar jika dipandang dari kesucian Allah atau standar yang ideal
sesuai dengan rancangan semula-Nya.

Keturunan Set ternyata menolak hidup sesuai dengan kehendak Roh Allah atau ROH KUDUS, sebab
mereka mengikuti keinginan mereka sendiri sehingga Roh Allah undur. Hidup menurut kehendak diri
sendiri inilah yang disebut sebagai hidup dalam “daging” (bazar). Itulah sebabnya dalam Rom 8:8
dikatakan bahwa mereka yang hidup dalam daging (en Sarkei), tidak mungkin berkenan kepada Allah. Jadi,
kalau seseorang masih hidup dalam daging tidak mungkin selamat (Gal 5:21, .. bahwa barangsiapa
melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah). Untuk ini
jangan berpikir yang penting percaya pasti selamat. Seorang yang selamat adalah mereka yang
bermoral Allah yaitu tidak hidup dalam hawa nafsu daging.
Dengan demikian sangat jelas Firman Tuhan mengatakan bahwa kalau seseorang tidak hidup menurut
Roh, tidak berlaku atau berkarakter seperti kesucian Bapa berarti bukan anak Allah, sebab Allah tidak
memandang muka (1Pet 1:13-17). Itu berarti orang tersebut tidak bersedia ditebus oleh Tuhan Yesus dari
cara hidupnya yang sia-sia. Penebusan oleh darah Tuhan Yesus dimaksudkan agar manusia dikembalikan
menjadi manusias seperti rancangan semula-Nya (1Pet 1:18-19).
Oleh sebab itu seseorang harus memberi diri dipimpin oleh Roh bukan dagingnya (Gal 5:16, maksudku
ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging). Hidup oleh roh disini
maksudnya adalah membiasakan diri berjalan sesuai dengan kehendak Roh. Kata “hiduplah” dalam teks
aslinya adalah peripateoyang memiliki beberapa pengertian antara lain : be have (berperilaku atau
berkelakuan), conduct ourselves (mengatur diri sendiri), to walk (berjalan), to make one’s way, progress
(membuat jalan seseorang; kemajuan), to regulate one’s life, to conduct one’s self, to pass one’s life
(mengatur kehidupan sendiri untuk lulus). Pada dasarnya kata peripateo menunjuk pada usaha mengatur
diri atau membiasakan hidup (sesuai dengan ROH KUDUS). Tentu saja pembiasaan ini (sesuai dengan
kehendak Allah) membutuhkan perjuangan dan latihan dalam waktu yang panjang oleh pimpinan ROH
KUDUS.
Jika seseorang yang dipimpin ROH KUDUS tidak bisa menolak pimpinan-Nya, maka tidak perlu
pembiasaan untuk hidup menurut sesuai dengan kehendak ROH KUDUS. Pembiasaan tersebut
menunjukkan bahwa seseorang harus berlatih untuk hidup sesuai dengan kehendak ROH KUDUS.
Dalam berlatih atau belajar membiasakan diri hidup sesuai dengan kehendak ROH KUDUS, kehendak
bebas seseorang harus digunakan dengan maksimal agar bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Hendaknya kita tidak berpikir kalau seseorang dipimpin ROH KUDUS maka ia tidak bisa menolak atau
memberontak terhadap pimpinan-Nya. Harus tetap diingat bahwa baptisan ROH KUDUS hendak
menunjukkan keadaan dimana manusia dimungkinkan kembali untuk mencapai kesucian yang dirancang
Allah. Baptisan ROH KUDUS menunjuk suatu kemampuan yang diberikan manusia untuk menjadi manusia
seperti yang dirancang Allah sejak semula.Baptisan ROH KUDUS tidak otomatis membuat seseorang
menjadi sempurna atau selamat.

Jika seseorang tidak bisa menolak atau memberontak terhadap pimpinan-Nya berarti manusia menjadi
“robot” dan kehilangan kebebasan memilih atau menentukan. Firman Tuhan mengatakan bahwa jikalau
kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh (Gal 5:25). Kata “jika kita hidup oleh Roh”
dalam teks aslinya adalah ei zomen pneumati. Kata hidup oleh Roh disini bisa berarti telah memiliki
pimpinan Roh atau sudah dibaptis oleh ROH KUDUS atau yang sama dengan telah memiliki potensi untuk
hidup sesuai dengan kesucian Allah.
Kata dipimpin atau memimpin dalam teks aslinya adalah stoikheo. Kata ini selain berarti berjalan seirama
juga berarti setuju dengan (agree with) dan mengikut (follow). Dalam kata stoikomen tersebut terdapat
unsur adanya pihak-pihak yang harus berjalan seirama atau singkron, seperti sebuah proses baris-
berbaris. Dalam hal ini ROH KUDUS tidak mengatur kaki hidup (kehendak) kita untuk seirama dengan
diri-Nya. Kita sendiri yang harus mengatur kaki hidup kita untuk seirama dengan kehendak ROH
KUDUS. Inilah proses singkronisasi atau proses penyesuaian. Kita yang harus menyesuaikan diri terhadap
kehendak ROH KUDUS, bukan sebaliknya !!
Bagaimana pun manusia tidak pernah kehilangan kehendak bebasnya, sebab manusia harus bertanggung
jawab atas dirinya sendiri. Paulus sendiri walau sudah menjadi rasul tetap berusaha untuk berkenan
kepada-Nya. Untuk berkenan kepada Tuhan harus diusahakan sendiri, bukan karunia (2Kor 5:9-10). Dalam
teks aslinya kata “berusaha” adalah philotimeomai yang selain berarti berusaha juga berarti berambisi
dengan kuat. Dalam teks Alkitab bahasa Inggris ada yang menterjemahkan: Therefore also we have as our
ambition, whether at home or absent, to be pleasing to Him. Kata berusaha dalam teks ini menunjukkan
adanya “niat” dari individu melakukan kehendak Allah bukan kehendak-Nya sendiri. Niat atau ambisi
tersebut lahir dari diri sendiri.

Kisah dalam Kejadian 6:1-4 menunjukkan bahwa sekalipun ROH KUDUS menuntun manusia tetapi tanpa
Injil manusia tidak dapat memenuhi tuntutan kesucian Allah. Itulah sebabnya dikatakan bahwa Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan (Rom 1:16-17, Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam
Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama- tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari
iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman.”)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tanpa kebenaran Injil tidak mungkin seseorang selamat
(dikembalikan ke rancangan semula Allah). Demi adanya Injil maka selama 3,5 tahun tiada henti Tuhan
Yesus mengajarkan atau memberitakan isi Injil kepada bangsa Israel. Selanjutnya demi keselamatan bisa
dialami banyak orang sampai ke ujung bumi, maka orang percaya harus mengajarkan segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Tuhan Yesus (Mat 28:19-20). Tanpa menerima dan mengerti apa yang diajarkan
Tuhan Yesus seseorang pasti tidak selamat (Tidak dapat menjadi sempurna seperti rancangan yang
dikehendaki Allah seperti semula).

Terkait dengan hal ini, pengajaran yang sesat adalah ketika diajarkannya bahwa keselamatan bisa dialami
seseorang tanpa mengerti Injil. Kuasa kegelapan melalui orang-orang tertentu, tentu mereka yang
mengaku “hamba Tuhan” mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh Tuhan Yesus. Mereka hanya
mengajarkan pengalaman pribadi mereka dan menekankan berbagai mujizat-mujizat serta berkat jasmani
saja. Dengan cara ini jemaat tidak dibawa kepada keselamatan yang sesungguhnya. Bisa dimengerti
mengapa Paulus begitu marah kalau ada yang mengajarkan Injil yang palsu (Gal 1:6-10). Dalam
pernyataannya, Paulus mengutuk mereka yang mengajarkan ajaran Injil palsu tersebut.
Melakukan kehendak sendiri adalah hal yang otomatis bisa berlangsung tetapi melakukan kehendak Allah
adalah perjuangan. Hal ini tidak diperjuangkan oleh Allah, tetapi diperjuangkan oleh setiap individu dalam
kehidupan orang Kristen hari ini. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan: Dan sama seperti terjadi
pada jaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan minum,
mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air
bah dan membinasakan mereka semua (Luk 17:26-27).

Pernyataan Tuhan ini jelas menunjukkan bahwa situasi hidup manusia pada jaman Nuh itu sama dengan
jaman kita, di dalamnya termasuk pada kehidupan anak-anak Allah. Pada akhir jaman banyak anak-anak
Allah yang gagal hidup dalam pimpinan Roh Allah sehingga Roh Allah undur karena mereka hidup dalam
daging atau menuruti keinginan sendiri. Oleh sebab itu setiap orang Kristen harus berjuang tidak
terpengaruhi oleh pola hidup manusia disekitar tetapi tetap berjuang untuk hidup sebagai anak-anak Allah
yang menunjukan hatinya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya saja.
Pada dasarnya jaman anugerah adalah masa dimana baptisan ROH KUDUS diberikan agar manusia
memiliki kemungkinan dan potensi untuk menjadi sempurna seperti rancangan Allah. Hal ini bukan berarti
membuat otomatis seseorang yang dipimpin ROH KUDUS pasti bisa lulus menjadi seperti yang Allah
kehendaki. Hal ini tergantung respon individu. Itulah sebabnya Firman Tuhan menganjurkan agar
seseorang memberi diri dipimpin oleh ROH KUDUS bukan oleh dagingnya (Gal 5:16-26).

Firman Tuhan menasehati agar orang percaya tidak mendukakan ROH KUDUS (Ef 4:30). Mengapa bisa
mendukakan ROH KUDUS? Sebab ada kemungkinan orang percaya kembali pada cara hidupnya yang lama
sama seperti cara hidup orang-orang yang tidak mengenal Allah (Ef 4:17). Teks ini jelas sekali bahwa ada
kemungkinan seseorang yang sudah dimeteraikan ROH KUDUS (Ef 1:13), bisa kembali ke cara hidup
lamanya. Tidak mengherankan kalau nama seseorang yang sudah tertulis dalam kitab kehidupan bisa
terhapus (Why 3:5).
Kalau dikatakan bisa mendukakan ROH KUDUS berarti setiap individu memiliki peluang untuk
mendukakan atau menyenangkan ROH KUDUS. Ini berarti salahlah pandangan yang mengatakan bahwa
segala sesuatu dikerjakan oleh ROH KUDUS secara mutlak atau absolut, dimana manusia hanya menerima
saja penggarapan-Nya, sehingga ada orang yang pasti dipilih untuk selamat yang lain tidak. Sangatlah tidak
mungkin ROH KUDUS membuat seseorang bisa menyukakan hati-Nya tetapi di pihak lain ROH KUDUS
membuat seseorang mendukakan hati-Nya sendiri.
Kalau seseorang hidup dalam daging dan selalu mendukakan Roh Allah (Ef 4:30), maka ROH KUDUS
berhenti menggarap mereka. Ini berarti memadamkan Roh (1Tes 5:19). Sampai taraf tertentu kalau
seseorang tidak bersedia bertobat maka ia bisa menghujat Roh. Jadi, menghujat Roh bisa terjadi atas
mereka yang sudah menerima penggarapan ROH KUDUS atau telah mengalami atau ada di masa
baptisan ROH KUDUS (Ibr 6:4-8).

DOKTRIN ROH KUDUS 13 : Baptisan ROH KUDUS (Bagian 4) – By DR. Erastus Sabdono

Bila membahas baptisan ROH KUDUS tidak bisa tidak harus membahas pula mengenai karunia-karunia
Roh. Baptisan ROH KUDUS suatu pokok bahasan yang tidak bisa dipisahkan dari karunia-karunia Roh.
Sebab memang pada umumnya bila membicarakan baptisan ROH KUDUS selalu dikaitkan dengan karunia-
karunia Roh. Dengan pembahasan ini kita akan melihat bagaimana relasi di antara keduanya.

Tidak sedikit gereja, theolog dan pembicara Kristen yang memastikan secara mutlak bahwa kalau
seseorang dibaptis ROH KUDUS tandanya adalah memiliki karunia-karunia ROH KUDUS tertentu. Seakan-
akan karunia-karunia Roh tertentu tersebut menandai seseorang dibaptis ROH KUDUS, jika tidak ada
karunia-karunia Roh tertentu tersebut, seseorang dianggap belum dibaptis oleh ROH KUDUS atau tidak
mengalami baptisan ROH KUDUS sama sekali. Inilah yang membangkitkan tuduhan bahwa gereja-gereja
aliran Protestan yang tidak mempraktekkan bahasa Roh dianggap tidak memiliki urapan ROH KUDUS.
Betapa dangkal dan miskinnya pemikiran ini. Sementara mereka yang merasa memiliki urapan ROH
KUDUS tidak menunjukkan buah-buah Roh yang baik. Dalam gereja-gereja mereka sering terjadi
pertikaian bahkan perpecahan serta berbagai pelanggaran moral.
Kalau jujur dan menganalisa Alkitab dengan benar, ternyata tidak pernah menemukan sebuah pernyataan
langsung maupun tidak langsung dalam Alkitab bahwa ada karunia-karunia Roh tertentu yang menandai
atau memberi ciri secara mutlak, jelas dan tegas bahwa seseorang dibaptis ROH KUDUS. Kalau dalam
Kisah Rasul terdapat peristiwa yang berkenaan dengan baptisan Roh kudus, disertai dengan beberapa
tanda, maka hal itu harus dilihat secara jelas dan teliti.
Hendaknya kita tidak secara sembarangan “generalisir” suatu peristiwa, artinya suatu peristiwa (dengan
keadaan khusus) yang terjadi dijadikan standar atau landasan secara umum bagi semua orang. Seperti
misalnya dalam kisah rasul terdapat peristiwa baptisan ROH KUDUS yang ditandai dengan berbahasa Roh,
kemudian dirumuskan bahwa baptisan ROH KUDUS harus ditandai dengan berbahasa Roh. Mengapa tidak
sekalian disertai dengan berbahasa asing, disertai dengan tiupan angin keras dan lidah-lidah api?
Mengapa hanya berbahasa roh? Ini adalah cara berpikir yang tidak konsisten. Biasanya cara berpikir
demikian ini adalah cara berpikir yang hanya melihat satu aspek tetapi tidak melihat aspek lainnya
sehingga tidak menemukan esensinya.

Terkait dengan hal di atas ini maka ada pertimbangan-pertimbangan penting yang harus diperhatikan.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:

Pertama, baptisan ROH KUDUS bagi orang percaya pada waktu gereja mula-mula memang harus disertai
dengan tanda. Hal itu dimaksudkan untuk menegaskan atau memberi sebuah verifikasi bahwa janji Bapa
akan membaptis umat-Nya dengan ROH KUDUS sungguh-sungguh digenapi atau dipenuhi. Tanpa adanya
karunia-karunia Roh sebagai tanda-tanda yang spektakuler maka tidak akan nampak sesuatu yang luar
biasa yang terjadi atas orang percaya. Dalam hal ini Allah hendak menunjukkan kepada dunia bahwa inilah
masa yang sangat khusus dan istimewa berkenaan dengan cara berada Roh Allah dalam
menyelenggarakan proses keselamatan (usaha Tuhan mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya
yang semula). Tanda-tanda spektakuler dari karunia-karunia Roh serta keajaiban-Nya tersebut
menunjukkan adanya masa yang baru dalam sejarah kehidupan manusia.
Harus diperhatikan bahwa tanda-tanda tersebut tidak bersifat mutlak artinya bahwa orang-orang percaya
yang mengalami baptisan Roh tidak selalu harus disertai dengan tanda-tanda tertentu secara mutlak. Cara
Allah bertindak pada gereja mula-mula tidaklah sama dengan cara Allah bertindak di jaman lain yang
berbeda. Setiap masa ada cara Allah yang khusus dan istimewa untuk menyatakan kehendak dan rencana-
Nya.
Sangat besar kemungkinan pada masa aniaya tanda-tanda seperti yang terjadi di Yerusalem pada hari
Pentakosta tidak terulang, bahkan sampai sekarang atau bahkan sampai Tuhan datang kembali. Pada
masa aniaya justru orang percaya seperti ditinggalkan oleh Tuhan. Orang percaya mengalami aniaya hebat
seakan-akan Tuhan tidak berdaya menolong mereka. Mereka disingkirkan dan sangat tertindas sebagai
kelompok yang kalah atau pecundang. Tetapi di mata Allah mereka yang setia dalam aniaya tersebut
adalah orang yang dikatakan lebih dari pemenang (Rom 8:36-37).

Memutlakkan sesuatu yang tidak mutlak membahayakan konstelasi berpikir iman Kristen yang benar.
Bahayanya adalah bahwa hal tersebut bisa menjadi pemicu penyesatan. Kalau misalnya terdapat
pandangan bahwa orang Kristen yang tidak berbahasa Roh berarti tidak dibaptis oleh ROH KUDUS, maka
terdapat orang-orang Kristen yang berusaha secara berlebihan atau memaksakan diri untuk bisa
berbahasa Roh. Oleh karena hal tersebut maka terjadi praktek bahasa Roh palsu atau dibuat-buat.
Sekarang ini banyak bahasa Roh yang diragukan keabsahannya yang dipraktekkan di banyak gereja.
Mereka secara sembrono berbahasa Roh tanpa mengerti maknanya sama sekali. Bunyi bahasa Roh
mereka pun seperti seragam sama bunyinya dan mengucapkan seperti kata-kata hafalan.
Ini berarti sebuah penipuan atau ketidak jujuran. Kalau hal ini berlangsung dalam kurun waktu lama, maka
ketidak jujuran tersebut pasti akan menghambat kedewasaan rohani dan sangat tidak mendewasakan.
Dampak lain yang sangat naif adalah bahasa Roh diajarkan seakan-akan bahasa Roh seperti bahasa
manusia yang bisa dipelajari, pada hal karunia-karunia Roh adalah pemberian dari Allah tidak bisa
diajarkan. Sampai-sampai anak Sekolah Minggu pun diajari “bahasa Roh”. Sungguh-sungguh ini
sebenarnya suatu pelecehan terhadap karunia Roh.
Penekanan pada salah satu karunia membiaskan fokus dan usaha untuk hal yang lebih prinsip yaitu
menghasilkan buah Roh yang sama dengan kesucian hidup atau penyempurnaan karakter serupa
dengan Tuhan Yesus. Iblis akan berusaha supaya fokus orang percaya dapat digeser dari fokus yang
benar, agar mereka tidak bertumbuh menjadi manusia sempurna yang berkualitas corpus delicti. Kita
harus mewaspadai dengan cermat keadaan yang dipenuhi oleh tipu muslihat iblis ini.
Perlu dicatat disini bahwa karunia pasti menyertai atau diberikan kepada orang-orang percaya yang
dewasa rohani, yaitu mereka yang bisa dipercaya Tuhan mengemban pekerjaan-Nya. Allah pasti
memberikan karunia-karunia-Nya tanpa diminta bagi mereka yang berkiprah di ladang Tuhan. Inilah yang
dimaksud oleh Tuhan Yesus bahwa mereka akan menerima kuasa (Yun, Dunamis) kalau ROH KUDUS turun
ke atas mereka, dan mereka akan menjadi saksi (Kis 1:8).

Kedua, tanda baptisan Roh yang terjadi pada orang percaya di gereja mula-mula tidak selalu sama.
Misalnya di Kisah Rasul 2 pada peristiwa Pentakosta tanda baptisan Roh berupa tanda bunyi tiupan angin
keras dan lidah-lidah api yang menghinggapi para rasul kemudian mereka berkata-kata dengan bahasa
lain atau mengucapkan lidah asing (Yun, heterais glossais). Lidah asing ini tidak sama dengan bahasa Roh.
Sebenarnya kata bahasa Roh dalam teks aslinya adalah lalounton glossais (Ing, speaking with tongues).
Bahasa Indonesia biasa menterjemahkan sebagai bahasa roh. Sebenarnya teks aslinya tidak ada kata
“Roh”. Terjemahan harafiahnya adalah “berkata-kata dengan lidah”.
Tanda-tanda yang dikerjakan oleh Tuhan di peristiwa Pentakosta dalam Kisah Rasul 2 sungguh-sungguh
suatu kejadian yang spektakuler. Selain tiupan angin dan lidah-lidah api juga dengan disertai dengan
mengucapkan bahasa atau lidah asing yang hampir tidak pernah terulang. Peristiwa seperti ini hanya
terjadi satu kali dan tidak pernah terjadi kedua kali. Perlu diperhatikan bahwa baptisan ROH KUDUS
terjadi disini tanpa adanya penumpangan tangan.
Di Samaria juga terjadi baptisan ROH KUDUS oleh Petrus dan Yohanes ketika menumpangkan tangan atas
mereka yang sudah percaya dan dibaptis hasil pelayanan Filipus, sang penginjil. Dalam kisah baptisan Roh
di Samaria tidak dikisahkan dengan jelas adanya karunia-karunia Roh atas mereka yang dibaptis ROH
KUDUS.
Baptisan yang dialami orang percaya tidak disertai tanda yang jelas (Kis 8:17). Hal ini sangat dimungkinkan
karena memang telah terjadi banyak mujizat yang sudah menandai bahwa mereka dipenuhi ROH KUDUS
(Kis 8:13). Baptisan ROH KUDUS juga terjadi di rumah Kornelius di daerah Kaisarea. Ketika ROH KUDUS
turun, mereka berbahasa Roh (Kis 10:44-45). Baptisan ROH KUDUS terjadi di rumah Kornelius juga tanpa
penumpangan tangan.

DOKTRIN ROH KUDUS 14 : Baptisan ROH KUDUS (Bagian 5) – By DR. Erastus Sabdono

Terkait dengan baptisan Roh, kita harus bisa membedakan antara fungsi ROH KUDUS dalam kehidupan
pribadi dan fungsi ROH KUDUS dalam pelayanan pekerjaan Tuhan. Walaupun masing-masing memiliki
wilayah sendiri tetapi bagaimana juga keduanya tidak bisa terpisahkan. Karena tidak memahami secara
jelas wilayah fungsi ROH KUDUS tersebut, maka banyak orang Kristen tidak mengerti bagaimana
memperlakukan ROH KUDUS dengan benar dan tidak berpikir cerdas untuk bisa berjalan seiring
dengan ROH KUDUS.

Wilayah Pertama dan bisa dikatakan sebagai fungsi utama ROH KUDUS ada dalam kehidupan individu.
ROH KUDUS bergerak dalam kehidupan individu secara dinamis dan sangat mengagumkan. ROH KUDUS
membawa orang percaya kepada segala kebenaran (Yoh 16:13). Dalam hal ini ROH KUDUS mengasuh
orang percaya untuk bertumbuh menuju kesempurnaan menjadi seperti Bapa atau berperilaku sebagai
anak-anak Allah seperti Tuhan Yesus (Mat 5:48).
Tanpa ROH KUDUS seseorang tidak akan sampai pada penyempurnaan. ROH KUDUS yang memampukan
seseorang bermoral Allah atau memperagakan kehidupan Tuhan Yesus. Inilah inti keselamatan, orang
percaya dikembalikan kepada rancangan semula Allah. Ini wilayah penting yang lebih sentral atau harus
dipahami oleh setiap orang percaya dan menjadikannya sebagai langkah awal yang tidak boleh dihindari
lebih dari menekankan karunia Roh. Wilayah ini menggiring orang percaya menemukan rencana Allah
dalam kehidupannya secara pribadi. Dengan hal ini bisa ditegaskan bahwa tidak ada keselamatan di luar
Tuhan Yesus Kristus. Hanya ROH KUDUS yang dapat membawa orang percaya kepada proses keselamatan
dan ROH KUDUS hanya dimiliki atau tinggal dalam kehidupan orang yang menerima Tuhan Yesus Kristus.

Inilah yang dimaksud oleh Injil Yohanes 1:12 bahwa yang menerima Tuhan Yesus atau yang percaya
kepada-Nya diberi kuasa. Kata “kuasa” dalam teks ini adalah exousia yang lebih menunjuk kepada hak,
yaitu hak orang percaya oleh anugerah Tuhan menerima bimbingan ROH KUDUS guna disempurnakan.
Untuk itu hal hidup dalam tuntunan ROH KUDUS guna mencapai kesempurnaan adalah hal yang harus
mendapat perhatian yang proporsional. Hidup dalam tuntunan ROH KUDUS adalah hak istimewa yang
hanya bisa dialami oleh umat Perjanjian Baru atau umat pilihan. Umat pilihan adalah orang yang hidup di
jaman Perjanjian Baru, mendengar Injil yang benar dan memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Mereka
adalah orang yang memiliki potensi dipimpin oleh ROH KUDUS untuk menjadi segambar seperti Allah.

Wilayah kedua dari fungsi ROH KUDUS di area pelayanan pekerjaan Tuhan, baik secara internal yaitu
yang menyangkut kegiatan pelayanan di dalam gereja dan secara eksternal menyangkut kegiatan
pelayanan di luar gereja yaitu misi atau penginjilan. Karunia-karunia tersebut sangat efektif melengkapi
orang percaya untuk meneruskan karya keselamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Baik kegiatan
secara internal maupun eksternal saling berkaitan dan tidak terpisahkan pula.
Adapun karunia-karunia ROH KUDUS yang berguna untuk membangun jemaat-Nya. Secara lebih
terperinci dari 1Korintus 12:1-11 antara lain: Karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, karunia untuk
berkata-kata dengan pengetahuan, karunia iman, karunia menyembuhkan, karunia mengadakan mujizat,
karunia bernubuat, karunia membedakan bermacam-macam roh, karunia berkata-kata dalam bahasa roh
dan karunia menafsirkan bahasa roh.
Dari karunia-karunia tersebut terdapat karunia-karunia yang sangat dibutuhkan untuk pelayanan
eksternal seperti misalnya karunia berkata-kata dengan hikmat, karunia iman dan karunia mujizat.
Sedangkan karunia-karunia lain lebih dominan untuk pelayanan internal. Tetapi tetap harus ditegaskan
bahwa pembagian ini tidak mutlak tetapi sangat relatif. Seperti misalnya dalam pelayanan eksternal juga
dibutuhkan karunia kesembuhan dan iman.

Kesalahan banyak gereja-gereja yang selalu sangat menekankan karunia-karunia Roh adalah sering
mengabaikan fungsi pertama ROH KUDUS. Sehingga mereka lebih menekankan pengalaman-
pengalaman mistik dari pada penggunaan rasio secara maksimal. Padahal untuk memahami kebenaran
guna mencapai kesempurnaan dituntut penggunaan rasio secara proporsional. Tidak heran kalau dari
kelompok ini banyak terjadi pertikaian sampai perpecahan gereja dan munculnya banyak gereja. Lebih
parah lagi justru dari aliran ini banyak ajaran sesat muncul dan tumbuh, padahal mereka paling mengakui
memiliki ROH KUDUS atau diurapi dengan ROH KUDUS.
Dalam sejarah gereja tercatat bahwa kalau orang Kristen terlalu menekankan karunia, maka sangat besar
kemungkinan mengabaikan fungsi pertama dan yang juga bisa disebut sebagai fungsi utama ROH
KUDUS. ROH KUDUS menuntun orang percaya kepada segala kebenaran agar memiliki kesucian seperti
kesucian Tuhan. Terkait dengan hal ini harus dijelaskan bahwa kedewasaan rohani tidak bisa terjadi
secara mujizat, mendadak atau secara mistik. Pendewasaan rohani terjadi secara proses yang
melibatkan kerja keras masing-masing individu.

Demikian pula dengan proses keselamatan orang percaya. Iman datang dari pendengaran oleh Firman
Kristus (Rom 10:17). Iman itu harus ditimbulkan oleh mendengar Firman Kristus atau Injil. Disini
dibutuhkan waktu yang tidak dibatasi. Berapa banyak kebenaran yang harus didengar sehingga seseorang
memiliki iman itu. Banyak orang Kristen berpikir kalau mereka mendengar kotbah dan merasa sudah
mengerti Injil, maka mereka sudah memiliki iman. Padahal iman bukan sesuatu yang mudah dimiliki oleh
seseorang. Harus ada yang diperjuangkan.
Perjuangan yang paling berat adalah ketika seseorang menanggalkan pola pikirnya yang tidak sesuai
Injil dan menggantikannya dengan Firman Kristus. Titik misteri adalah ketika seseorang mendengar
Firman secara memadai sampai memiliki iman. Walaupun misteri tetapi seseorang benar-benar
memiliki iman dan mengalami kelahiran baru, buahnya akan nampak.
Ini sejajar dengan kemerdekaan Kristen, seseorang harus tetap dalam Firman, maka ia disebut sebagai
murid, ia akan mengenal kebenaran dan kebenaran itu barulah akan memerdekakan (Yoh 8:31-32).
Berapa lama tetap dalam Firman itu? Berapa banyak kebenaran yang harus dipahami sehingga seseorang
mengalami kemerdekaan?
Dalam Roma 12:2, dikatakan agar tidak serupa dengan dunia ini seseorang harus mengalami
pembaharuan pikiran. Dari hasil pembaharuan pikiran seseorang dapat mengerti kehendak Allah dengan
sempurna. Masalahnya adalah berapa lama proses pembaharuan pikiran tersebut sehingga seseorang
mengerti kehendak Allah dengan sempurna, dan hal ini menunjukkan perbedaannya dengan dunia.

Bisa berakibat fatal kalau seseorang berpikir bahwa kedewasaan rohani, kesempurnaan dan keterbatasan
dari kodrat dosa bisa dicapai dalam waktu yang singkat. Hal ini membuat seseorang tidak bersungguh-
sungguh menggunakan waktu yang ada untuk membangun kehidupan rohaninya yang baik. Ia berpikir
bahwa hal itu bisa dicapai melalui semacam paket kilat. Kalau dalam perkuliahan ini sama dengan kuliah
semester pendek.
Ketidak tahuan akan hal ini membuat banyak orang Kristen merasa masih memiliki waktu untuk mencapai
perkenanan di hadapan Tuhan. Padahal mereka belum memiliki iman dengan benar. Mereka merasa
sudah memiliki Tuhan Yesus padahal belum, sebab mereka belum mengerti kebenaran Injil-Nya atau
Firman Kristus. Sementara itu waktu terus berjalan dan mereka kehilangan kesempatan sampai
selamanya.
Dewasa ini, dengan karunia-karunia ROH KUDUS banyak orang Kristen yang tidak mengenal kebenaran
tetapi merasa bahwa mereka sudah menjadi anak Tuhan yang berkenan di hadapan-Nya sehingga mereka
tidak perlu memberi perhatian yang pantas terhadap Firman Tuhan. Mereka tidak mencari pencerahan
oleh kebenaran Firman Tuhan yang benar. Mereka menjadikan fenomena alam Roh sebagai suatu tanda
bahwa mereka sudah dekat dengan Tuhan, sempurna dan merasa berkenan di hadapan Tuhan.
Biasanya orang-orang seperti ini akan menjadi sesat. Mereka tidak memandang Alkitab secara obyektif,
tetapi menafsirkannya tanpa memperhatikan kaidah-kaidah ilmu hermeneutik (ilmu tafsir Alkitab). Oleh
karena mereka merasa sebagai “VIP” bagi Tuhan, maka mereka merasa bahwa apa yang mereka pahami
mengenai kebenaran dalam pikiran mereka sendiri dianggap sebagai suara Tuhan. Tidak sedikit mereka
yang menjadi benar-benar mistik dan memiliki nafsu duniawi yang belum padam.

DOKTRIN ROH KUDUS 15 : Bahasa Roh (Bagian 1) – By DR. Erastus Sabdono

Pengantar :

Salah satu karunia yang paling sering dipermasalahkan dan diperdebatkan dalam komunitas Kristen
adalah mengenai bahasa Roh. Masalah ini masih tetap menjadi perdebatan hangat bahkan sengit hingga
sekarang. Sementara banyak jemaat Kristen bertanya-tanya: apa dan bagaimana bahasa Roh itu
sebenarnya, mereka masih belum mendapatkan jawaban dan penjelasan yang memadai. Jarang
ditemukan suatu pandangan yang benar-benar analistis Alkitabiah yang juga bersifat obyektif terhadap
pokok masalah ini, sebab biasanya pandangan yang ada muncul atau dikemukakan oleh kelompok orang-
orang Kristen atau Theolog yang sudah memposisikan diri pada salah satu aliran; aliran yang pro dan
kontra. Sehingga pandangan mereka pasti berat sebelah; tidak obyektif bahkan sering tidak jujur.

Bagi orang Kristen dari kelompok gereja-gereja aliran Pentakosta dan Karismatik, praktek berbahasa Roh
merupakan ciri utama mereka. Tanpa berbahasa Roh mereka kurang merasa sebagai anak Tuhan yang
baik dan lengkap. Tidak bisa dibantah, karunia berbahasa Roh ini dianggap sebagai nilai lebih dari gereja-
gereja aliran Pentakosta dan Kharismatik. Sehingga hal tersebut tanpa sadar membangkitkan
perasaan superioriti. Kalau tidak hati-hati, mereka bisa jatuh dalam kesombongan rohani.
Mereka juga merasa sebagai pewaris utama gereja Tuhan yang kelahirannya atau pada mulanya ditandai
dengan karunia-karunia Roh. Sehingga tidak heran kalau gereja yang mengharuskan setiap anggotanya
berbahasa Roh, sebab menurut mereka bila tidak berbahasa Roh dianggap tidak atau belum memiliki ROH
KUDUS. Aktivis gereja, pemain musik dan guru sekolah minggu mereka tidak diperkenankan mengambil
bagian dalam pelayanan bila belum berbahasa Roh.
Jemaat dari gereja-gereja tersebut, sering tanpa analisa yang mendalam dan tanpa sikap yang dewasa
menerima saja apa yang dikatakan orang lain mengenai bahasa Roh, menerima secara mentah. Sehingga
mereka bersikap tidak atau kurang proporsional terhadap bahasa Roh. Ada yang memandang bahwa
berbahasa roh adalah ukuran dari kedewasaan dan kedekatan dengan Tuhan. Tidak jarang di antara
mereka yang membanggakan diri karena merasa diri lebih rohani atau lebih dekat Tuhan sebab bisa
berbahasa Roh. Tidak sedikit yang suka “show” dalam pertemuan bersama untuk menunjukkan
“kebolehannya” berbahasa Roh. Karena hal-hal inilah, sering terjadi pula pemalsuan bahasa Roh. Terdapat
orang-orang yang memaksa diri bisa berbahasa Roh sehingga mengucapkan bahasa Roh yang palsu.
Pemalsuan ini sudah sangat meluas sehingga karunia bahasa Roh menjadi murahan.

Sebaliknya dari gereja-gereja aliran Protestan, Reformed dan kaum Injili lainnya tidak menekankan karunia
ini. Bahkan ada di antara mereka yang menganggap rendah karunia tersebut. Mereka membangun
berbagai alasan untuk menyerang gereja-gereja yang berbahasa Roh secara tajam. Sampai-sampai bila
ada orang Kristen berbahasa Roh dianggap sebagai sesat atau semacam kesurupan. Sehingga mereka
memiliki sikap resistensi yang tinggi terhadap orang-orang yang mengucapkan bahasa Roh.
Sementara itu ada pula orang-orang Kristen yang bersikap tidak peduli, karena tidak mau terlibat dalam
berbagai perdebatan, maka mereka hanya bersikap menunggu dan melihat saja, bagaimana kelanjutan
dari adanya pro dan kontra terhadap salah satu karunia roh tersebut. Bagaimana memecahkan persoalan
ini?

Untuk memecahkan masalah tersebut, kita harus mempelajari pokok masalah bahasa Roh dengan teliti
dan cermat berdasarkan teks Alkitab dengan pendalaman atau analisa yang baik sesuai dengan kaidah-
kaidah hermeneutik dan eksegesis yang benar (termasuk didalamnya analisa terhadap teks
aslinya). Hendaknya kita tidak terpengaruh oleh berbagai pandangan yang selama ini sudah ada, agar
kita bisa bersikap obyektif dalam menganalisa pokok persoalan tersebut. Selain itu, hendaknya kita
sendiri juga memiliki pengalaman yang memadai dengan Tuhan dalam perjalanan hidup bersama
dengan ROH KUDUS. Harus dipahami bahwa kebenaran Firman Tuhan dapat ditemukan bukan hanya
melalui analisa ratio tetapi juga pengalaman riil bersama dengan Tuhan dalam kehidupan setiap hari
secara konkret.

Melihat dari Etimologi kata

Dalam Alkitab terjemahan bahasa Indonesia, karunia ini disebut sebagai bahasa Roh. Dalam bahasa
Yunani kata bahasa Roh dikenal oleh para Theolog dan masyarakat Kristen dengan sebutan “glossolalia“.
Kata glossolalia adalah gabungan dari dua kataglossa dan lalia. Glossa adalah lidah
(tongue) dan lalia dari kata laleo artinya berbicara (to speak). Dalam 1Korintus 14:4, karunia ini tertulis
dalam teks aslinya sebagai hetero genee glossan yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan bermacam-
macam diantaranya divers kinds of tongue, various kinds of tongues, speaking in different kinds of
tongues, speaking in tongue dlsb. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “berkata-kata dengan
bahasa Roh”. Bahasa Roh ini ada yang menterjemahkan sebagai “ecstatic language” artinya bahasa yang
mencengangkan atau mengherankan.

Perlu diperhatikan, sebenarnya dalam teks aslinya tidak ada kata Roh, yang ada adalah “berkata-kata
dalam atau dengan lidah”. Terjemahan bahasa Roh untuk karunia tersebut sebenarnya tidak tepat, sebab
kalau terjemahannya adalah bahasa Roh mestinya teks aslinya
adalah pneumalalia. Pneuma artinya roh dan lalia dari kata laleo berkata-kata atau berbahasa. Tetapi
ternyata tidak ada kata pneumalalia.
Tidak pernah diketahui dengan jelas mengapa penterjemah kita menterjemahkan kata glossolalia menjadi
bahasa Roh? Sangat besar kemungkinan terjemahan ini dimaksudkan untuk membedakan antara bahasa
yang umum dikenal manusia dan bahasa yang dilahirkan oleh karunia ROH KUDUS. Kata “bahasa Roh”
hendak mengisyaratkan bahwa hanya ROH KUDUS yang memberikan bahasa itu dan dapat memahami
isinya. Tanpa karunia ROH KUDUS seseorang tidak akan dapat berbahasa Roh dan tanpa karunia
menafsirkan bahasa Roh seseorang tidak akan mengerti maksudnya (1Kor 14:2). Kata “bahasa Roh” lebih
mengesankan spektakulernya karunia tersebut, tetapi juga bisa memberi kesan mistik. Kata bahasa roh
juga bisa mengesankan bahwa bahasa ini bukan dari bumi atau bukan berasal dari lingkungan manusia
sebelumnya.

Pengertian Bahasa Roh

Dengan jujur dan tulus serta terbuka kita harus menerima bahwa bahasa Roh adalah salah satu karunia
yang nyata yang disediakan Tuhan bagi orang percaya. Jangan karena adanya berbagai penyimpangan-
penyimpangan berkenaan dengan karunia ini dan pemalsuannya, maka secara apriori, fatalistik negatif
dan skeptis menolak realitas karunia ROH KUDUS ini. Ini sama analoginya dengan: karena adanya merek
palsu pada suatu jenis barang maka kita tidak membeli jenis barang tersebut. Seperti misalnya karena
ada merek palsu jam tangan, maka kita tidak memakai jam tangan.
Sikap apriori terhadap bahasa Roh akan membuat seseorang memandang karunia ini secara tidak
proporsional. Sampai-sampai dikesankan bahwa bahasa Roh tidak diperlukan dalam kehidupan orang
percaya. Harus dicatat, yang berhak mengatakan perlu atau tidak adalah Tuhan sendiri. Alkitab jelas
menunjukkan bahwa karunia ini salah satu dari sembilan karunia Roh. Tentu saja kalau orang memandang
bahwa karunia bahasa Roh adalah sesuatu yang mutlak harus selalu ada, merupakan pandangan yang
tidak proporsional. Karunia lain juga tidak selalu harus ada misalnya mengadakan mujizat atau
menyembuhkan. Harus dicatat disini “tidak selalu ada” bukan berarti sudah hilang atau lenyap. Orang
percaya juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya dan memelihara kesehatannya.

Dalam beberapa kejadian penuangan atau pencurahan ROH KUDUS di gereja mula-mula, bahasa Roh ini
menjadi tanda awal yang cukup dominan. Seperti yang terjadi di rumah Kornelius (Kis 10). Mereka yang
menerima ROH KUDUS berbicara dalam bahasa Roh atau mengucapkan kata-kata atau bahasa lidah (Kis
10:46). Dalam teks aslinya adalah lalounton glossais. Hal yang sama juga terjadi di Efesus. Ketika Paulus
meletakkan tangan ke atas jemaat Efesus yang percaya maka mereka juga berbahasa Roh (Kis 19:6). Perlu
dicatat disini bahwa bahasa Roh mereka tidak ditafsirkan sebab hanya merupakan tanda atau
pembuktian bahwa ROH KUDUS telah dicurahkan.
Rasul Paulus sendiri mengatakan bahwa dirinya mengucap syukur kepada Allah, bahwa ia berkata-kata
dengan bahasa roh lebih dari pada semua jemaat Korintus (1Kor 14:18). Dalam pertemuan-pertemuan
jemaat Paulus lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti oleh jemaat dari pada berbahasa
Roh (1Kor 14:19). Ini berarti memang bahasa Roh itu ada, bila diucapkan tidak akan dimengerti kalau tidak
ditafsirkan oleh orang yang memiliki karunia menafsirkan bahasa Roh.
Itulah sebabnya Paulus juga menyatakan bahwa dirinya suka kalau jemaat juga berbahasa Roh (1Kor
14:5). Namun demikian Paulus sangat menginginkan jemaat dapat bernubuat. Ia juga menasehati bila ada
yang mengucapkan bahasa Roh di tengah-tengah pertemuan bersama, ia menghendaki agar bahasa Roh
yang diucapkan ditafsirkan untuk dapat dimengerti jemaat yang lain. Tetapi yang penting disini, bahwa
bahasa Roh adalah fakta nyata bahasa yang diucapkan. Dan Paulus juga mengatakan dengan tegas agar
kita tidak melarang orang yang berbahasa Roh (1Kor 14:39). Harus diingat bahwa tidak melarang bukan
berarti menganjurkan harus berbahasa Roh. Jadi, apa itu bahasa Roh?

Bahasa roh adalah bahasa yang diucapkan oleh seorang anak Tuhan yang menerima karunia tersebut,
memuat kata-kata yang tidak dimengerti orang percaya itu sendiri dan orang lain jika tidak diberi karunia
untuk menafsirkan-nya (1Kor 14:2). Bahasa Roh benar-benar suatu perkataan yang terdengar atau
sungguh-sungguh diucapkan. Bukan sesuatu yang tidak terdengar (bukan diucapkan di dalam hati), tetapi
benar-benar menggerakkan lidah sehingga telinga dapat mendengar (paling tidak orang itu sendiri). Itulah
sebabnya disebut speaking in tongue.
Digunakan kata “lalonton glossais” atau bahasa lidah maksudnya adalah bahwa ucapan atau
perkataan yang terdengar dari ucapan mulut atau lidah tersebut terjadi bukan karena kendali pikiran
atau akal seperti pada umumnya orang berbicara. Lidah mengucapkan kata-kata bukan karena
mewakili kata-kata dan kalimat dalam pikiran. Itulah sebabnya perkataan yang tidak digerakkan oleh
pikiran adalah bahasa atau kata-kata lidah (speaking in tongue) bukan bahasa atau kata-kata pikiran.
Biasanya orang berbicara dalam bahasa pikiran atau akal, artinya dari pikiran seseorang mengungkapkan
maksudnya dan diekspresikan atau dinyatakan melalui lidah untuk bisa didengar atau ditangkap orang
lain. Tetapi bahasa Roh diucapkan seseorang bukan karena ada berita atau perintah dari akal atau pikiran
berhubung ada yang hendak diungkapkan, tetapi roh yang berbicara dan dinyatakan melalui lidah. Roh
disini bisa roh kita bersama dengan atau dalam tuntunan Roh Allah.
Sangat besar kemungkinan inilah yang dimaksud Paulus dalam Roma 8:26-27 “Roh menolong kita
berdoa“. Dalam tulisannya kepada jemaat Roma Paulus menyatakan:Demikian juga Roh membantu kita
dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri
berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang
menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah,
berdoa untuk orang-orang kudus. (Rom 6:26-27)

Itulah sebabnya Paulus berkata bahwa ia berdoa dengan akalnya tetapi juga berdoa dengan rohnya
(1Kor 14:15). Jadi, seseorang berdoa dengan akalnya bila dengan akal ia sudah cukup mengungkapkan isi
hatinya, tetapi dalam kondisi ekstrim rohnya berdoa dengan bantuan ROH KUDUS. Dengan demikian
sangat besar kemungkinan kalau seseorang sering dalam kondisi ekstrim dan biasa memainkan atau
menenggelamkan perasaannya, ketika akalnya tidak mampu mengekspresikan kata-kata maka karunia
bahasa Roh dibutuhkan. Hal ini juga bisa bertalian dengan kejiwaan seseorang. Tidak bisa dibantah bahwa
orang-orang yang berbahasa Roh lebih menggunakan emosi dan perasaannya dari pada mereka yang tidak
berbahasa Roh.
Kalau seseorang sudah terbiasa menggunakan bahasa Roh, maka dalam kondisi ekstrim otomatis bahasa
Rohnya mengalir ke luar dari bibirnya pada waktu berdoa, mengucap syukur, memuji dan menyembah
Tuhan. Orang percaya yang membiasakan diri menggunakan rohnya berdoa, untuk berdoa, mengucap
syukur, memuji dan menyembah Tuhan akan terbiasa menggunakan bahasa Rohnya. Tentu harus
bijaksana dalam menggunakannya supaya tidak membawa kekacauan dalam pertemuan bersama.

Jemaat gereja-gereja Protestan tidak terbiasa dengan berbahasa Roh, maka mereka juga tidak mudah
atau tidak bisa mengucapkan bahasa Roh. Apalagi dengan sikap apriori sebelumnya, maka mereka tidak
akan mudah berbahasa Roh. Ini bukan berarti iman dan kerohanian mereka kurang berkualitas dibanding
orang-orang yang bisa berbahasa Roh. Tuhan adalah hakimnya. Dalam hal ini kita melihat betapa
kebesaran Tuhan menerima keberadaan masing-masing anak-anak-Nya dengan sangat bijaksana. Dan
Tuhan memberikan karunia kepada masing-masing orang percaya berbeda-beda.
Kalau seseorang berdoa dan mengucap syukur dengan akal berarti kata-kata dan kalimat yang
diucapkan diatur oleh akalnya, tetapi kalau oleh rohnya maka lidahnya digerakkan oleh rohnya bukan
oleh akalnya. Berkenaan dengan hal ini Paulus mengatakan: Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh,
maka rohku yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa (1Kor 14:14). Sikap bijaksana ditunjukkan
Paulus dengan pertanyaannya: Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi
aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan
menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku (1Kor 14:15).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selain akal atau pikirannya, roh manusia pun juga bisa
menggerakkan lidahnya. Tentu dalam hidup orang percaya yang menolong mengucapkan kata-kata dalam
bahasa roh adalah ROH KUDUS. Berkenaan dengan hal ini jika kita menghubungkan hal tersebut dengan
fenomena alam roh, tidak heran, bila dalam berbagai agama dan ritual kepercayaan-kepercayaan non
Kristen terdapat juga “semacam bahasa roh”. Hal itu disebut sebagai theopneustik glossolalia. Tentu saja
bahasa dan kata-kata mereka bukan kata-kata dan bahasa dalam pimpinan ROH KUDUS, sebab hanya
orang percaya yang memiliki meterai ROH KUDUS. Kuasa kegelapan pun bisa mendorong dan menguasai
tubuh manusia termasuk lidahnya untuk mengucapkan kata-kata semacam bahasa Roh, tetapi bukan
karunia bahasa Roh yang diberikan ROH KUDUS.

Perbandingan Antara Bahasa Roh dan Lidah Asing

Banyak orang menafsirkan bahwa berbahasa asing yang diberikan Tuhan kepada murid-murid-Nya pada
peristiwa di Yerusalem pada waktu pencurahan ROH KUDUS pertama (Kis 2), adalah sama dengan bahasa
Roh yang dibahas Paulus dalam 1Korintus 14. Pandangan tersebut kemungkinan besar salah atau tidak
tepat. Kekeliruan ini berdampak luas, sehingga pemahaman mengenai bahasa Roh menjadi kacau.
Untuk itu harus dengan teliti kita memperhatikan dua fenomena tersebut. Bahasa Roh dalam 1Korintus
12:10 dan 14:2, adalah bahasa Roh yang tidak dimengerti oleh manusia dan untuk memahaminya
dibutuhkan karunia untuk mengertinya atau menafsirkannya; Karunia untuk mengerti bahasa Roh
adalah karunia menafsirkan bahasa Roh (1Kor 12:10). Karunia ini juga digunakan untuk membangun
iman orang percaya itu sendiri yang mengucapkannya, juga untuk berdoa dan mengucap syukur (1Yoh
14:4).
Berbeda dengan bahasa asing yang diucapkan oleh rasul-rasul pada waktu pencurahan ROH KUDUS, bisa
dimengerti tanpa karunia menafsirkan bahasa Roh. Kalau teliti kita memperhatikan, para rasul bukan saja
bisa menyampaikan suatu bahasa yang dapat ditangkap oleh orang-orang yang berasal dari berbagai
tempat, bahkan para rasul dapat menyampaikan dengan dialek daerah asal tersebut.
Hal ini dapat diketahui dari Kisah 2:6, dalam teks aslinya tertulis tes idia dialekto lalounton auton. Dalam
terjemahan bahasa Inggris diterjemahkan “speak in his own language”. Kata “bahasa” atau
“language” dalam teks aslinya adalah dialekto yang juga bisa berarti “logat”.

Peristiwa di Yerusalem tersebut sungguh-sungguh suatu hal yang sangat menakjubkan, para rasul mampu
menyampaikan bahasa yang tidak pernah mereka pelajari dengan dialek atau logat asli dari mana bahasa
itu berasal. Itulah mencengangkan mereka yang mendengar dan menyaksikan. Hal ini mengakibatkan
orang-orang Yahudi yang saleh dari berbagai penjuru dunia tersebut memberi perhatian terhadap
mereka. Setelah itu, kemudian Petrus bisa menyampaikan kotbahnya dalam bahasa yang digunakan
orang-orang Yahudi pada jaman itu. Kotbah Petrus inilah yang menobatkan mereka sehingga dalam satu
hari 3.000 orang bertobat (Kis 2). Jadi lidah asing tersebut selain bisa memuat pesan-pesan Tuhan yang
harus didengar oleh orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia yang datang untuk merayakan
Pentakosta (Yes 28:11; 1Kor 14:21), juga daya tarik untuk membuat mereka memasang telinga mendengar
kotbah Petrus.
DOKTRIN ROH KUDUS 16: Bahasa Roh (Bagian 2) – By DR. Erastus Sabdono

Pertanyaan yang sering muncul berkenaan dengan bahasa Roh adalah apa pentingnya atau peranan
karunia bahasa Roh dalam kehidupan orang percaya? Untuk menemukan jawaban yang benar terhadap
pertanyaan ini, kita harus mendasarkan pada Alkitab bukan pada pengalaman individu. Oleh karena tidak
adanya usaha mendalami pokok bahasan ini maka sering jawaban yang muncul adalah jawaban yang
sangat subyektif berdasarkan pengalaman pribadi. Hal ini akan membuat mereka yang tidak percaya dan
tidak mengalami bahasa Roh memandang karunia ini sebagai tidak penting bahkan mencurigainya sebagai
tidak diperlukan lagi.
Paulus sendiri menyatakan bahwa ia suka kalau jemaat bisa berkata-kata dalam bahasa Roh (1Kor 14:5).
Ini berarti karunia ini memiliki fungsi atau peran yang baik atau berguna bagi jemaat secara pribadi dan
secara komunitas bersama. Selanjutnya Paulus juga berkata tegas untuk tidak melarang orang berbahasa
Roh (1Kor 14:39). Kata melarang dalam teks aslinya adalah koluo yang artinya juga menghambat atau
menahan diri. Kalau seseorang sudah berpikir negatif terhadap bahasa Roh maka ia akan menghambat
dan menahan diri untuk dapat mengalaminya.
Dari penjelasan diatas ini menunjukkan bahwa peran atau fungsi bahasa Roh patut dipahami. Adapun
fungsi dan peran bahasa Roh antara lain:

Pertama, Bahasa Roh menandai bahwa gereja Tuhan menerima karunia-karunia Roh atau disertai oleh
ROH KUDUS. Sejak ada bahasa Roh tersebut sesungguhnya dideklarasikan kepada dunia bahwa jaman
gereja telah dimulai. Hal ini terjadi pada gereja mual-mula, khususnya di dua tempat di Kaisaria dan
Efesus. Di Kaisaria ketika Petrus menyampaikan Firman Tuhan kepada keluarga Kornelius, ROH KUDUS
turun ke atas mereka dan mereka berbahasa Roh (Kis 10:44-46). Juga di Efesus, ketika Paulus meletakkan
atau menumpangkan tangan ke atas jemaat maka mereka berbahasa Roh dan bernubuat (Kis 19:5-7).
Mengapa hal itu terjadi? Sebab Tuhan hendak menunjukkan bahwa ROH KUDUS yang telah dijanjikan oleh
Bapa telah dipenuhi. Bahasa Roh ini menjadi tanda awal baptisan ROH KUDUS, artinya tanda awal bagi
gereja mula-mula yang menerima karunia Roh yang menuntun umat kepada segala kebenaran-Nya sesuai
dengan yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Seharusnya dipahami bahwa sejak adanya bahasa Roh tersebut
berarti ROH KUDUS mulai bekerja aktif dan orang percaya bisa dibawa kepada kesempurnaan;
diselamatkan atau dikembalikan kepada rancangan semula Allah.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, bahasa Roh juga sebagai tanda untuk orang yang tidak beriman.
Paulus mengatakan: Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman,
tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk
orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman. Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul
bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau
orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila? Tetapi kalau semua
bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan
diselidiki oleh semua; segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia
akan sujud menyembah Allah dan mengaku:”Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.” (1Kor 14:22-
25).

Bahasa Roh adalah tanda bagi orang yang tidak beriman. Pengertian “tanda” dalam teks ini adalah
petunjuk (Yun, semion). Untuk mengetahui atau menandai apakah seseorang beriman kepada Tuhan
Yesus atau tidak, nampak atau dapat diketahui dari sikap atau reaksinya terhadap bahasa Roh. Kalau
orang beriman menyaksikan orang percaya berbahasa Roh mereka tidak heran atau menuduh yang
bukan-bukan atau memandang negatif. Seperti peristiwa di Kaisaria dan Efesus (Kis 10 dan 19). Petrus dan
Paulus serta orang percaya lainnya mengerti bahwa mereka yang mengucapkan bahasa Roh adalah orang-
orang yang menerima atau dibaptis oleh ROH KUDUS. Tetapi kalau orang tidak beriman menyaksikan hal
tersebut maka mereka akan mengatakan mereka yang berbahasa Roh itu sudah menjadi gila.
Kedua, Karunia untuk berdialog dengan Tuhan secara khusus atau istimewa. Dalam 1 Korintus14:2, Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab
tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Dalam hal
ini bahasa Roh menjadi sarana untuk berdialog dengan Tuhan. Berdialog disini berupa doa atau
pengucapan syukur, menyanyi dan memuji Tuhan. Bahasa Roh dalam konteks ini adalah bahasa yang
ditujukan kepada Allah bukan kepada jemaat. Bahasa Roh ini memuat rahasia. Rahasia Roh ini bisa
merupakan rahasia pribadi orang yang mengucapkannya sehingga tidak perlu orang lain tahu (1Kor 14:2).
Kata “tahu” dalam teks bahasa aslinya adalah akuoyang artinya mendengar, mengerti dan merasakan.
Kalimat “tidak seorang pun tahu” (1Kor 14:2) menunjuk pula kepada sesuatu yang hanya dipahami atau
dirasakan oleh orang yang mengucapkan bahasa Roh.
Dalam tulisannya Paulus mengatakan bahwa: Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita;
sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada
Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui
maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (Rom
8:26-27). Dalam tulisannya ini Paulus menyatakan bahwa Roh membantu ia berdoa. Jadi bukan pikiran
atau akalnya yang berdoa tetapi Roh membantu dirinya berdoa. Itulah sebabnya dikatakan doa dalam
dorongan Roh adalah bahasa lidah atau bahasa Roh, artinya lidah tidak digerakkan oleh pikiran tetapi oleh
Roh. Kalau biasanya orang berkata-kata dari pikirannya disebut sebagai bahasa pikiran, tetapi kalau
roh yang menggerakkan maka disebut sebagai bahasa lidah (speaking in tongues).

Menjadi masalah kapan seseorang berdoa dengan akalnya dan kapan seseorang berdoa dengan rohnya?
Seseorang berdoa dengan bahasa lidah ketika seseorang dalam kondisi ekstrim. Ekstrim disini maksudnya
ketika seseorang tidak tahu bagaimana harus berdoa. Tidak tahu disini adalah tidak tahu secara lengkap
atau secara utuh (Yun, eido) (Rom 8:26-27). Tidak tahu dalam teks tersebut juga bisa berarti bagaimana
mengungkapkan perasaan atau isi hati. Dalam hal tersebut, Tuhan melalui Roh-Nya menolong orang
percaya bagaimana bisa berdialog dengan Tuhan. Roh akan menyelidiki “hati nurani” (phronema). Bahasa
Roh atau bahasa lidah akan muncul pada waktu masalah yang digumuli seseorang adalah sesuatu yang
sangat menggores di dalam hati nurani. Ini bukan masalah biasa tetapi masalah ekstrim atau masalah
yang sangat “dalam” menekan diri seseorang. Kalau masih di alam pikiran masih bisa diekspresikan oleh
pikiran dengan bahasanya tetapi kalau sudah sampai pada nurani (phronema) kadang sulit di ekspresikan
dengan kata-kata pikiran.
Dalam berdialog dengan Allah menggunakan bahasa Roh, seseorang akan terbangun imannya atau
disegarkan. Paulus menulis dalam 1 Korintus14:4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia
membangun dirinya sendiri,.. Ini jelas menunjukkan bahwa bahasa Roh membangun diri sendiri atau
orang yang mengucapkan. Jadi, seseorang yang dalam kondisi ekstrim perlu penguatan atau peneguhan
dari Tuhan. Kata membangun dalam 1Korintus 14:4 adalah oikodomeo yang artinya selain membangun
(to build) juga berarti menyegarkan atau memperbaiki (to restore). Jadi, kalau seseorang mengucapkan
bahasa Roh tetapi tidak mendapat penguatan atau peneguhan berarti bahasa Roh nya salah atau
palsu. Banyak “bahasa Roh” yang tidak berdampak bagi diri orang tersebut juga bagi orang lain.Patut
diragukan keasliannya.

Anda mungkin juga menyukai