Anda di halaman 1dari 55

GEREJA & SAKRAMEN

Pertemuan ke-9
PENGERTIAN GEREJA
Istilah Gereja atau Jemaat dinyatakan dan
didasarkan oleh Tuhan Yesus atas pernyataan
Petrus saat menyatakan pendapatnya tentang
Tuhan Yesus bahwa: “Engkau adalah Mesias,
Anak Allah Yang Hidup” (Mat.16:16).
Pernyataan ini bukanlah hanya merupakan suatu
pernyataan iman Petrus semata-mata, melainkan
merupakan wujud penyataan dari Bapa di Surga
melalui Petrus. Karena itu, pernyataan ini
memiliki nilai penyataan Illahi
Karena itu Tuhan Yesus mengatakan
kepada Petrus: “Berbahagialah engkau
Simon bin Yunus sebab bukan manusia
yang menyata-kan itu kepadamu,
melainkan Bapa-Ku yang di Sorga”
(Mat.16:17).
Dalam hal ini, Petrus disebut berbahagia
karena telah menjadi alat Tuhan dalam
menyalurkan penyataan Bapa di Sorga
lewat pernyataan yang diucapkannya.
Dengan demikian penyataan “Engkau
adalah Mesias Anak Allah yang hidup”
sungguh akurat menjadi dasar iman orang
percaya sebagai gereja Tuhan, karena
pernyataan ini adalah penyataan Bapa
Sorgawi yang bekerja dalam hati dan
pikiran Petrus, sehingga mengeluarkan
suatu pernyataan pengakuan akan
Keillahian Yesus Kristus.
Atas dasar pernyataan itulah, Tuhan Yesus
memproklamirkan pendirian gereja-Nya
atau jemaat–Nya dengan memberikan
suatu pernyataan yang menyatakan:
“Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau
adalah Petrus dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam
maut tidak akan menguasainya“
(Mat.16:18).
Engkau adalah Petrus (Ibr. Petra = batu
karang) menunjuk pada keteguhan ke-
yakinan pribadi Petrus dalam pernyataan
yang diucapkannya itu, teguh, kuat, kokoh
seperti batu karang. Jadi intinya ialah:
pernyataan Petrus yang keluar dari hati
yang teguh, kuat, kokoh tak tergoyahkan,
sehingga alam maut tidak dapat
menguasainya.
Jadi dasar kekuatan pernyataan Petrus
tersebut bukanlah terletak pada pribadi
Petrus, melainkan pada kepekaan hati
Petrus dalam mendengarkan dan
menyatakan kehendak Bapa di Sorga.
Oleh karena itu, setiap orang percaya
akan kuat dan kokoh dalam iman, jika ia
selalu mendengarkan dan menyatakan
kehendak Bapa di sorga.
Orang-orang yang hidup dalam kepekaan
rohani seperti inilah yang dimaksudkan
oleh Tuhan Yesus sebagai jemaat yang
tidak dapat dikuasai oleh alam maut
atau pikiran-pikiran yang merupakan
bayang-bayang maut menuju kematian
kekal. Sebab relasi dengan Bapa
merupakan penyerahan diri untuk
berada dalam genggaman Illahi yang
menyelamatkan.
Kata jemaat berasal dari bahasa Yunani,
dari kata “Ekklesia” yang berarti
“dipanggil keluar.”
Kata ekklesia merupakan gabungan dari
kata depan “ek” yang berarti keluar (out)
dan “klesia” dari kata kerja “kaleo” yang
berarti memanggil, menjadi “klesia” dalam
bentuk pasif yang berarti dipanggil (called)
Jadi kata “ekklesia” menunjuk pada
orang-orang yang dipanggil keluar dari
kehidupannya yang lama dan masuk ke
dalam kehidupan yang baru dalam
persekutuan kasih dengan Bapa di Sorga.
Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan
Yesus dengan kata “jemaat-Ku” yang
dilandaskan pada penyataan Bapa di
Sorga, dalam pernyataan Petrus.
Dengan demikian, tekanan utama dari kata
“eklesia” adalah bersifat spesifik menunjuk
pada orang perorangan yang menerima
panggilan itu, bukan orang-orang atau
sekelompok orang. Akan tetapi, dalam
perkembangannya kata “eklesia” mengalami
suatu penyesuaian makna berganda menjadi
kumpulan orang-orang yang dipanggil keluar
dari kegelapan masuk ke dalam terang-Nya
yang ajaib, untuk menjadi saksi bagi tuhan.
Seiring dengan perkembangannya,
“eklesia“ mengalami penyesuaian istilah
menjadi “churs” dalam bahasa Inggris dan
“igreja" dalam bahasa Portugis.
Selanjutnya di Indonesia kata “Igreja”
mengalami asimilasi menjadi “gereja”
yang berarti: kumpulan orang yang
beribadah kepada Yesus Kristus.
Dengan demikian, gereja bukanlah
menunjuk pada perkumpulan ibadahnya,
bukan juga kepada denominasi gerejanya,
dan bukan pula pada gedung yang dipakai
sebagai tempat ibadahnya orang Kristen,
melainkan kepada orang-orangnya yang
percaya dan telah menerima Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat.
Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang
disebut gereja itu sebenarnya, bukanlah
semua orang yang beragama Kristen,
melainkan hanya mereka yang percaya
dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
juruselamatnya secara pribadi. Sebab
gereja atau “eklesia” adalah mereka yang
dipanggil keluar dari dalam kegelapan
dan masuk ke dalam terang Tuhan yang
ajaib.
TUGAS DAN PANGGILAN GEREJA
1. Gereja adalah umat kepunyaan Allah
untuk memberitakan kasih Allah.
Petrus mengatakan: “Tetapi kamulah bangsa
yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang
ajaib (1 Pet.2:9).
Gereja adalah orang-orang atau sekumpulan
orang-orang yang telah dipilih oleh Allah,
menjadi imamat yang rajani, yakni memiliki
hubungan langsung secara pribadi dalam
melayani sang Raja, serta telah dikuduskan
dan hidup dalam persekutuan dengan Allah,
menjadi milik kepunyaan Allah sendiri, dan
tidak boleh terbagi kepada illah lain. Panggilan
inilah yang harus selalu disadari dan harus
dipelihara dalam seluruh kehidupan gereja.
Dalam hal ini, yang menjadi tugas dan
tanggung-jawab gereja sebagai umat
pilihan Allah ialah: membagun hubung-
an pribadi dalam doa dan penyembahan
kepada sang Raja. Hidup dalam kekudus-
an dan ketaatan kepada sang Raja, serta
menjadi duta kerajaan Allah untuk
menyaksikan karya keselamatan yang
telah Allah kerjakan bagi dunia ini.
Sehubungan dengan panggilan pertobatan Saulus,
Tuhan Yesus memanggilnya, untuk menjangkau
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, agar
mereka diselamatkan dari kegelapan dan dari
kuasa iblis lewat pelayanan Paulus, yakni: “untuk
membuka mata mereka, supaya mereka berbalik
dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis
kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka
kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan
mendapat bagian dalam apa yang ditentukan
untuk orang-orang yang dikuduskan”(Kis 26:18).
Tuhan Allah sangat merindukan peran
kita sebagai umat pilihan Allah agar
sebagai anak-anak kerajaan menjadi
saksi yang penuh kasih kepada semua
orang di dunia ini, agar mereka juga
memperoleh hak waris sama seperti
kita, menjadi anak-anak Allah yang
berhak masuk ke dalam kerajaan Allah
(lih.Ef.3:6; 2 Tim.1:5; Yak.2:5).
2. Gereja adalah suatu persekutuan
rohani orang-orang kudus.
Sebagai orang-orang kudus, gereja harus
hidup dalam persekutuan kasih Allah untuk
saling menerima, saling mengasihi dan
mengampuni, dalam suatu kesadaran bahwa
mereka adalah sesama anak Tuhan yang telah
ditebus oleh darah Kristus dari cara hidup
yang sia-sia (1Pet 1:18-19; Ibr 13:12-14),
Dalam hal ini, gereja harus
meninggalkan semua cara hidup yang
sia-sia dan mencerminkan suatu cara
hidup yang baru di dalam Kristus,
dengan menunjuk-kan kasih dan
perhatian yang nyata antara sesama
anggotanya, agar Kristus dimuliakan
(Yoh 13:34-35).
Sebagasi warga kerajaan Allah, masa
depan gereja adalah surga rumah Bapa,
karena itu di dunia ini hanyalah tempat
tinggal sementara, untuk memper-
siapkan diri dan menaruh pengharapan
penuh menantikan kedatangan Kristus
yang kedua kalinya, untuk menjemput
umat-Nya (Yoh. 14:3; 1Tim.6:14; 2
Tim.4:8; Tit. 2:13; Ibr.9:28).
Sebagai warga kerajaan Allah,
gereja harus mempertahankan
kehidupannya secara rohani
terhadap perlawanan dari kuasa
kegelapan yang ingin menyerang
dan menjatuhkan orang percaya ke
dalam dosa dan maut.
Orang percaya merupakan suatu pasukan
milik Allah yang dipanggil untuk terlibat
dalam peperangan rohani melawan kuasa-
kuasa kegelapan yang menguasai dunia ini,
dengan menggunakan senjata rohani untuk
berperang melawan pemerintah-pe-
merintah/penguasa-penguasa/peng-hulu-
penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara (Ef 6:10-18).
3. Gereja Adalah bait Allah
atau bait Roh Kudus
Dalam hal ini, setiap orang percaya harus
menyadari bahwa tubuhnya adalah bait Roh
Kudus. Tanggung-jawab orang percaya di
sini ialah menjaga dan memelihara
kekudusan hidupnya sebagai bait Allah atau
bait Roh Kudus (1 Kor. 3:16; 2 Kor 6:16- 18;
Ef 2:11-22; 1 Pet. 2:4-10).
Dalam hal ini, orang percaya harus
menghargai Roh Kudus yang tinggal di
dalam dirinya (Luk 11:13; Yoh 7:37-39;
20:22). Orang percaya harus menjaga
dan memelihara hidup bersama dalam
suatu kesatuan Roh (Ef 4:4) dengan
semua orang yang telah dibaptis dalam
Roh Kudus (Kis 1:5; 2:4; 8:14-17;
10:44; Kis 19:1-7).
Sebagai bait Allah, gereja merupakan
sokoguru dan landasan kebenaran (1Tim
3:15) mendukung kebenaran sebagai-
mana halnya suatu pondasi menopang
bangunan di atasnya. Gereja bertugas
untuk menjunjung kebenaran dan men-
jaganya agar tetap aman, serta membela-
nya terhadap para penyesat dan guru-
guru palsu ( Fili 1:16; Yud 1:3).
4. Gereja adalah tubuh Kristus,
dan Kristus sebagai kepala
Gereja harus menyadari hal ini, agar ia
tidak sewenang-wenang menurut
pengertiannya sendiri terhadap sesama
orang beriman, karena hanya Kristuslah
kepala dan seluruh tubuh harus tunduk
dan taat kepada Kristus (1Kor 6:15-16;
10:16-17; 12:12-27).
Gambaran ini menunjukkan bahwa tidak
ada gereja sejati yang dapat hidup ter-
lepas dari pada Kristus, atau tidak ada
gereja sejati yang dapat menganggap
dirinya sebagai yang paling benar dari
semua yang lainnya. Semua anggota,
harus memelihara Hubungan vital secara
pribadi dengan Kristus sebagai kepala
gereja (Ef.1:22; 4:15; 5:23; Kol.1:18).
Sebagai tubuh Kristus, gereja dipanggil
untuk hidup dan melayani secara rohani
dengan mempergunakan berbagai
karunia yang disalurkan oleh Roh Kudus
kepada masing-masing anggota dan
digunakan demi kemajuan bersama
semua anggotanya (Rom 12:6; 1Kor 1:7;
12:4-11,28-31; Ef 4:11).
5. Gereja adalah “keluarga Allah”
Dalam hal ini, gereja harus menyadari
dirinya sebagai anggota keluarga Allah
yang telah dipilih dan diangkat menjadi
anak-anak Allah. oleh karena itu, gereja
harus saling mem-perhatikan sebagai
sesama anak-anak Allah, anggota keluarga
Allah (Ef.2:19; 1 Tim.3:15), sebab setiap
orang percaya telah diangkat resmi
menjadi anak-anak Allah (Yoh.1:14).
Selanjutnya untuk menunjukkan suatu
keintiman dengan umat-Nya, Kristus
mengumpamakan diri-Nya sebagai mem-
pelai laki-laki, dan gereja sebagai mepelai
perempuan (Yoh.3:29; 2Kor 11:2; Ef 5:22-
27; Why 19:7-9). Gambaran tentang
pernikahan ini menunjukkan pengabdian,
keakraban, dan kesetiaan Kristus kepada
gereja-Nya, demikian sebaliknya gereja
harus setia dan taat kepada Kristus.
Dengan demikian, gereja adalah suatu
istilah yang menunjuk pada semua
orang yang menjadi milik Allah yaitu
semua orang yang telah ditebus dari
cara hidup mereka yang sia-sia (1
Pet.1:18-19),
Harga mereka telah lunas dibayar dan
dibeli dengan darah kurban Kristus
yang tercurah di atas kayu salib (1
Kor.6:20; 7:23).
St. Augustine mengatakan
bahwa: Gereja di dunia adalah
suatu percampuran yang perlu
dibedakan antara gereja yang
kelihatan dan gereja yang
tidak kelihatan.
Gereja yang kelihatan: Adalah
gereja secara fisik yaitu orang-orang
yang telah mengakui iman, yang
secara fisik dibaptis dan terdaftar
menjadi anggota suatu lembaga
gereja, serta beribadah sesuai
kegiatan gereja masing-masing.
Yaitu semua aktifitas kelembagaan
gereja yang nampak secara fisikal.
Gereja yang tidak kelihatan: Adalah
gereja non fisik yang hanya dapat terlihat
dan transparan sepenuhnya di hadapan
Allah, dan tugas orang pilihan adalah
membuat gereja yang tidak kelihatan itu
menjadi kelihatan (buah Roh).
Dalam hal ini, gereja adalah suatu
organisme bukan organisasi. Merupakan
satu kesatuan, kudus, universal,
dan apostolic.
HARI SABAT
Hari sabat yaitu hari yang ketujuh yakni
hari perhentian yang dikuduskan oleh
Tuhan Allah, di mana pada hari itu Tuhan
Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya,
setelah enam hari lamanya Ia bekerja
menyelesaikan penciptaan langit dan bumi
dan segala isinya. Lalu Tuhan Allah
menguduskan hari ke-7 itu (Kej.2:2-3).
Dalam Perjanjian Lama Hari Sabat
termasuk dalam 10 hukum Tuhan, yaitu
hukum ke-4 yang tercantum dalam
Keluaran 20:8-11
8 Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:
9 enam hari lamanya engkau akan
bekerja dan melakukan segala
pekerjaanmu,
10 tetapi hari ketujuh adalah hari
Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan
melakukan sesuatu pekerjaan, engkau
atau anakmu laki-laki, atau anakmu
perempuan, atau hambamu laki-laki,
atau hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di
tempat kediamanmu.
11 Sebab enam hari lamanya TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan
segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
Inplikasinya bagi kita orang percaya,
Hari sabat atau hari ke-7 adalah hari
perhentian dari segala pekerjaan sehari-
hari, yang harus dikuduskan untuk
bersekutu dengan Tuhan dan beribadah
memuliakan Tuhan bersama sama
dengan orang percaya lainnya, untuk
memuji, menyembah dan berdoa kepada
Tuhan.
Dlm Perjanjian Baru, hari sabat telah
digenapkan oleh kematian dan
kebangkitan Kristus, sehingga orang
percaya tidak lagi harus bersekutu
pada hari ketujuh, tetapi beralih ke
hari pertama yakni hari Minggu,
memperingati hari kebangkitan
Kristus dari antara orang mati.
Kristus telah menebus Sabat kita
dengan kematian-Nya diatas kayu salib,
dan membebaskan kita dari segala kutuk
hukum Torat. Oleh karena itu, semua
orang percaya layak merayakan hari
kebangkitan-Nya pada hari Minggu,
untuk memperingati hari kemenangan
Kristus atas maut yang memberi
kemenangan kepada kita.
SAKRAMEN
Sakramen adalah alat anugerah
yang nyata dan mengandung janji-
janji Allah, merupakan bentuk non
verbal dari komunikasi – yang
harus sejalan dengan pemberitaan
Firman Tuhan.
Hal yang mendasar tentang sakramen
adalah sehubungan dengan apa yang
diperintahkan oleh Tuhan, yang bersifat
menetap dan sakral, serta menguatkan
dan membangun iman orang orang yang
menerima sakramen itu.
Gereja protestan mengakui dua
sakramen yaitu Sakramen Baptisan dan
Perjamuan Kudus
Yang dimaksudkan
dengan sakramen adalah:
•Ketetapan yang diperintahkan secara
langsung oleh Kristus.
•Ketetapan yang secara naturnya memang
signifikan.
•Ketetapan yang dirancang bersifat kekal.
•Ketetapan yang dirancang untuk
menunjukkan, mengajar, memeteraikan
orang-orang percaya yang telah menerima
sakramen-sakramen itu di dalam iman.
Sakramen Baptisan merupakan
tanda sacramental dari PB
merupakan tanda dimana Allah
memeteraikan janji-Nya kepada
orang pilihan-Nya yaitu bahwa
mereka termasuk dalam ikatan
perjanjian anugerah.
Arti baptisan merupakan tanda
pembersihan dan pengampunan
dari dosa-dosa mereka.
Menunjukkan bahwa orang itu
telah dilahir- barukan oleh Roh
Kudus, telah mati, dikubur-kan dan
dibangkitkan bersama Kritus, serta
telah didiami oleh Roh Kudus.
Mereka diterima dalam
persekutuan Illahi dan diadopsi
menjadi anggota keluarga Allah,
serta dimeteraikan oleh Roh Kudus,
menggantikan ikatan perjanjian PL
yang ditandai dengan sunat.
Sakaramen perjamuan kudus yaitu
dengan memakai unsur roti dan
anggur yang menyatakan tubuh
dan darah Yesus, menjadi sebuah
peringatan akan pengurbanan-Nya
seperti yang dipesankan-Nya
kepada murid-murid-Nya
(Luk.22:19-20; 1 Kor.11:24-25).
Peringatan itu menggambarkan
persekutuan orang percaya dengan
diri-Nya, yang walaupun Ia tidak
hadir secara fisik namun hadir secara
nyata dalam indahnya persekutuan
yang penuh khidmat dalam
peringatan itu.
Meskipun demikian,
kekristenan menolak adanya
transsubstansiasi tubuh dan
darah Yesus dalam
perjamuan kudus.
Pandangan tsb menyatakan bahwa
pada waktu misa perjamuan roti dan
anggur secara mujizat berubah
menjadi tubuh dan darah Kristus
tetapi penampilannya dan rasanya
tetap roti dan anggur.
Kekristenan menolak
transubstansiasi, sebab Tuhan
Yesus sendiri menyampaikan
bahwa roti dan anggur hanya
sebagai tanda dalam memperingati
pengurbanan diri-Nya.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai