Anda di halaman 1dari 2

Pengakuan Iman Rasuli, Mengoreksi Khotbah

SUATU waktu Yesus bertanya pada murid-murid-Nya, “Menurut kalian siapa Aku?”.
Lalu murid-murid menjawab, “Kata orang…” Lalu Yesus berkata, “Aku tidak bertanya
tentang apa kata orang, tetapi menurut kalian siapakah Aku?” Petrus menjawab,
“Engkaulah Mesias Anak Allah”. Lalu Yesus berkata, “Petrus, bukan kau yang
mengatakannya, tetapi Roh Bapa-Ku yang mengatakannya kepadamu”. Kemudian Tomas
berkata, “Engkaulah Mesias, Allah yang mahatinggi”.
Ini menjadi pengakuan paling besar sepanjang sejarah gereja. Bagaimana
hubungan pengakuan Petrus dan Tomas ini dengan pengakuan iman rasuli? Ada banyak
kisah atau legenda bahwa pengakuan iman rasuli itu dari 12 rasul, masing-masing rasul
memberi satu statemen. Tetapi ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, sebab kalau itu
pengakuan iman para rasul, pasti ada di Alkitab.
Jadi, sebetulnya pengakuan iman rasuli merupakan satu pemikiran yang
komprehensif dari seluruh keyakinan iman Kristen, yang dipersingkat supaya bisa
diikrarkan oleh gereja. Maka dikatakan, “bersama gereja di segala tempat dan segala
abad”. Disebut pengakuan iman rasuli, karena memang pengakuannya cukup rasuli,
artinya sesuai ajaran rasul. Jadi bukan dari rasul, tetapi sesuai ajaran rasul.
Pertanyaan kedua, untuk apa lagi pengakuan rasuli, bukankah sudah ada Alkitab?
Untuk merangkum, karena kita tidak mungkin membaca seluruh isi Alkitab setiap hari.
Tetapi dalam pengakuan iman rasuli itu semua terangkum. Jemaat diingatkan tentang
siapa Tuhan, siapa Yesus, Roh Kudus, apa itu gereja, dan seterusnya. Jadi pengakuan
iman rasuli bersifat pengikraran. Itu diucapkan untuk mengingatkan tentang iman. Jika
khotbah pendeta menyimpang dari pengakuan itu, berarti ajarannya tidak sah.
Maka pengakuan iman rasuli itu jangan dihapal untuk sekadar dibacakan, tetapi
menempel di hati untuk mengamati setiap khotbah. Apakah khotbah sesuai dengan iman
rasuli atau tidak. Kalau tidak, dikritisi, kalau sesuai diterima. Misalnya, Yesus akan
bangkit, tetapi dalam khotbah tidak ada kebangkitan. Ini kan sudah berlawanan.
Pengakuan iman rasuli itu dimulai dengan, “Aku percaya”. Ini merupakan kalimat
pembukaan menyatakan sikap iman kita. Percaya kepada siapa? Allah Bapa. Allah Bapa
yang mahakuasa, berarti seluruh kekuasaan ada pada Dia. Khalik langit dan bumi, artinya
Dia pencipta langit dan bumi. Itulah Allah yang kita percaya.
Tentang Yesus dikatakan, “…yang dikandung dari Roh Kudus”, artinya Dia
dikandung bukan karena keinginan dari seorang pria. Dia menderita sengsara di bawah
pemerintahan Pontius Pilatus, itu mengenai kehidupannya, bagaimana dia mengalami
penolakan, kepahitan. Lalu Dia disalibkan, mati dan dikuburkan. Itu membicarakan
konkrit Yesus itu disalib, konkrit mati, disalibkan. Itu peristiwa yang kita yakini historis,
faktual. Dikatakan “turun ke dalam kerajaan maut”, mengajarkan bagaimana Tuhan itu
mengerjakan sesuatu yang sangat prinsip, penting dalam kehidupan umat. Itu juga
mengatakan Kristus bertempur untuk memproklamirkan kebenaran dalam proses
kematian belum sampai pada kebangkitan.

Dari antara orang mati


Pada hari yang ketiga, Dia bangkit dari antara orang mati. Ini juga mau
menyebutkan bahwa Dia tidak hanya bangkit dari kematian, sementara orang-orang mati
tidak ada yang bangkit. Dia bangkit karena mau-Nya sendiri, bukan dibangkitkan. Ini
penting kita pahami karena kebangkitan-Nya itu berbeda dari Lazarus. Lazarus
dibangkitkan Yesus. Yesus bangkit dengan kekuasaan-Nya.
Kemudian, “Dia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa”.
Istilah “duduk di sebelah kanan Allah”, itu dikutip dari Kisah Rasul, yang merupakan
ucapan Stefanus, waktu melihat surga. “Aku melihat kemuliaan Bapa, dan Anak Allah itu
ada di sebelah kanan-Nya. Di sebelah kanan lebih mengacu kepada kedekatan. Maka
jangan bilang Roh Kudus di sebelah kiri. Kanan-kiri itu adalah istilah kita. Kalau kita
bilang kanan-kiri itu berarti ada space (ruang), sementara surga bukan ruang, bukan fisik,
melainkan roh, lalu bagaimana bisa menyebut kanan-kiri? Istilah kanan itu mau
mengatakan bahwa Yesus itu ditinggikan, dimuliakan, sesuai pengakuan Paulus dalam
Filipi: “Semua lutut akan bertelut”, dan karena itu Dia ditinggikan.
Dari sanalah Dia akan datang, untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.
Artinya, waktu kedatangan-Nya nanti masih ada orang yang hidup. Waktu Dia datang
dunia berakhir.
Lalu pengakuan tentang gereja yang kudus dan am. Gereja adalah persekutuan
dari orang-orang yang percaya kepada Allah. Maka dia bersifat kudus karena merupakan
persekutuan orang percaya yang terpisah dari dunia. Kata “kudus” membedakan antara
dunia dengan gereja, gereja dengan organisasi. Gereja adalah persekutuan orang percaya
kepada Kristus, dan harus bersifat kudus. Maka gereja sulit dikatakan sebagai gereja
kalau model, kelakuannya sama dengan dunia. Gereja yang “am”, artinya Katolik
(umum), semuanya. Gereja memang banyak, tapi satu. Gereja yang am ini menjadi
kerinduan kita.
Lalu ada kebangkitan orang mati (ada yang mengatakan “kebangkitan daging”).
Kebangkitan daging ini agak susah dipahami. (Daging bangkit, tetapi tulang tidak?)
Maka terminologi “daging” tidak terlalu pas. Kebangkitan orang mati memang lebih pas,
karena kesannya lebih utuh. (Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

Anda mungkin juga menyukai