Anda di halaman 1dari 2

Menurut John Westerhoff, seorang ahli pendidikan kristen dalam bukunya, “Will our

children have faith” mengatakan bahwa iman tidak dapat diwariskan atau diberikan begitu
saja kepada anak-anak atau generasi berikutnya. Iman itu, seperti juga kasih adalah sebuah
kata kerja ( a verb) dan juga sebuah aksi (an action). Jadi iman itu harus disharingkan dan
dipraktekkan.
Kalau kita ingin supaya anak-anak kita rajin ke gereja, rajin berdoa dan membaca Alkitab
maka kita sebagai orang tua harus memberi contoh kepada anak-anak, bahwa kita pun rajin
ke gereja, berdoa dan membaca Alkitab. Tidak cukup itu saja, tetapi kita juga harus 
mengkomunikasikan dan menjelaskan kepada mereka, mengapa pentingnya kita sebagai
orang kristen pergi ke gereja, berdoa dan membaca Alkitab. Sehingga anak-anak akan
mengerti, mengapa ke gereja, berdoa dan membaca Alkitab menjadi prioritas utama dalam
kehidupan orang tua mereka.

Memang kita perlu sedini mungkin, untuk memperkenalkan Allah dalam kehidupan anak-
anak kita. Tentu kita berharap agar mereka rajin ke gereja dan aktif melayani di gereja. Tetapi
iman itu, tidak dapat dipersempit artinya hanya dengan melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan saja. Iman juga berarti kita harus menjalin relasi atau hubungan pribadi dengan
Tuhan.
Kita tidak hanya sekedar percaya  (to believe) pada Tuhan tetapi juga mau dan rela
mempercayakan diri (to trust) kita kepada Tuhan. Beriman artinya, mau menyerahkan dan
mempercayakan segenap hidup kita, hati, pikiran dan kehendak kita kepada Tuhan. Beriman
berarti juga, kita berani membiarkan Tuhan yang memimpin seluruh kehidupan kita.

Sebagai orang kristen kita harus mengalami pertumbuhan iman. Barangkali kita sudah lama
menjadi orang kristen dan aktif dalam pelayanan di gereja. Tetapi apakah iman kita juga
bertumbuh dewasa? Apakah karakter kita semakin hari semakin meneladani karakter Kristus
– Tuhan dan Guru kita. “Will our children have faith” John Westerhoff menjelaskan ada 4
tahapan menuju iman yang dewasa. Ia menganalogikan iman itu bertumbuh seperti sebuah
pohon. Pohon yang masih muda, berusia 1 tahun hanya memiliki 1 lingkaran lapisan kulit
(kambium). Tetapi ketika pohon itu bertumbuh tahun demi tahun, maka kambium atau
lingkaran lapisan kulitnya juga bertambah.
Seperti sebuah pohon, iman juga bertumbuh secara bertahap.

Tahap iman pertama disebut iman yang terjadi karena pengalaman (experienced faith).
Seseorang beriman kepada Tuhan karena pengalaman melihat, merasakan, mengamati dan
mengikuti orang lain. Misalnya, seorang menjadi kristen karena ia suka diajak pergi ke gereja
sejak kecil oleh opa-omanya atau oleh orang tuanya. Atau seseorang menjadi kristen karena
mengalami mujizat atau pengalaman rohani dalam hidupnya.Atau seseorang menjadi kristen
karena melihat kesaksian hidup orang kristen.

Iman tahap pertama ini, dapat bertumbuh menuju iman tahap kedua yang disebut iman yang
berafliasi (affiliative faith). Artinya dari iman yang tumbuh karena pengalaman tadi,
sekarang orang itu lebih berkomitment untuk mau bergabung menjadi anggota gereja. Ia ikut
katekisasi, dibaptis dan aktif dalam pelbagai kegiatan gereja atau pelayanan.
Iman yang berafliasi ini dapat bertumbuh lagi menuju iman yang mencari (searching faith).
Dalam tahapan ini, iman seseorang mulai meragukan, mempertanyakan, mencari kebenaran
dari imannya. Khususnya, ketika ia mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan
terjadi, misalnya ditinggal orang yang dikasihi; mengalami kegagalan atau kepahitan hidup;
diperlakukan secara tidak adil; ketika doa-doanya belum ada jawaban atau penyakitnya tidak
sembuh-sembuh. Ia mulai meragukan dan mempertanyakan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Apakah benar Allah itu ada? Kalau ada mengapa saya dibiarkan mengalami ini? Ia akan
berusaha terus mencari dan menemukan jawaban dari pergumulan hidupnya. Dalam tahapan
iman mencari ini, seseorang bisa kecewa, marah  dan meninggalkan imannya kepada Tuhan.
Tetapi kalau ia tetap setia beriman pada Tuhan pada tahap iman yang mencari ini, meskipun
banyak mengalami peristiwa dan kejadian yang ia tidak mengerti namun ia jadi Tuhan akan
menolong dia. Ia bisa bertumbuh menuju iman yang dewasa atau imannya sendiri (owned
faith). Artinya, imannya kepada Tuhan, tidak akan berubah atau terpengaruh walau pun ia
harus mengalami penderitaan dan kesulitan hidup. Bahkan ketika nyawanya pun diancam
karena imannya kepada Kristus, orang ini tidak akan goyah tetapi tetap beriman. Ia telah
menemukan identitas atau jati-dirinya sebagai murid atau pengikut Kristus. Tidak ada yang
dapat mempengaruhi atau menggoncangkan imannya, apa pun risikonya. Di tahap manakah,
iman kita berada?

Anda mungkin juga menyukai