Anda di halaman 1dari 8

NAMA : HERLINA OKTAVIA

NIM : 19.02.11.1749
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
KELAS : B
MATA KULIAH : ETIKA KRISTEN
DOSEN : ISABELLA JENIVA, S.Si., Teol., M.Si

2. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang berdasarkan kebebasan yang diberikan

oleh Kristus kepada kita.

Kata kebebasan pada zaman sekarang termasuk kata dan semboyan yang paling

sering dipakai. Kata bebas itu terdapat dalam berbagai rangkaian kata, misalnya kebebasan

rohani, kebebasan agama, kebebasan politik, kebebasan ekonomi dan lain-lain. Didalam

Bagavadgita dan kitab-kitab mistik Hindu terdapat pengertian kebebasan yang mistis

panteistis. “Bebas ialah manusia, demikianlah kata Bagavadgita yang seperti seekor kura-

kura, menarik ke daam segala ekstremitasnya dan yang dnegan tidak tergerak oleh segala

sesuatu yang ada diluarnya, sadar akan keadaannya sebagai sebagian dari yang ilahi”.

Filsafat Stoa mengatakan : Mnausia yang bebas ialah manusia yang tidak tergerak

dengan cara apapun juga oleh segala yang menggerakkan dunia, dialah manusia yang merasa

serba cukup, hanya perlu dengan diri sendiri dan merasa cukup puas dengan diri sendiri

(autarkeia), tidak tergerak oleh kemiskinan atau kekayaan, yang seolah-olah bertakhta

sebagai allah yang dingin hati, itulah manusia yang bebas.

Pada zaman revolusi Prancis, kemana-mana tersar semboyan “liberte”, artinya

kebebasan dan kebebasan tu mengandung arti bahwa manusia tidak tunduk, baik kepada

Tuhan maupun kepada manusia.


Pikiran F. Nietzsche adalah lebih jauh lagi, baginya kebebasan itu ialah anarki

(kekacauan) rohani dan kesusilaan, keberanian para “Herren”, para “Vornehme Seelen”

untuk menarik diri dari segala hubungan dan hidup sebagai “Bestie”, sebagai binatang.

“Egoismus adalah termasuk hakikat manusia terkemuka atau manusia bebas. Egoisme adalah

kebebasan.

Dalam Marxime Leninistis, kebebasan berari : bebas dari sistem produksi kapitalis

dan hidup dalam masyarakat yang tidak berkelas tanpa takut kepada Tuhan dan perintah-

perintah-Nya seperti suatu manusia binatang.

Menurut Sarte, manusia berada didalam perjalanan dari “ etre en soi” (ada dalam diri

sendiri) yang tak sadar ke “etre pour soi” (ada untuk diri sendiri) yang sadar. Tujuan nasib

manusia ialah berusaha sedikit untuk membebaskan diri sebagai “pour soi” dari en soi” untuk

mana ia tak dapat tidak jatuh kembali jug akedalam maut. Kata Satre : “Hendaklah engkau

merasa jatuh kembali juga kedalam keadaan-keadaan yang selalu berganti=gantu itu.

Berbuatlah menurut kehendakmu. Tanggunglah beban berat kehidupanmu dengan keyakinan

bahwa engkau tidak bertanggung jawab kepada siapa pun kecuali kepada dirimu sendiri.

Terimalah bahwa engkau telah condame e etre libre dijatuhi hukuman menjadi bebas.

a. Kebebasan adalah pembebasan dari tangan setan dan kekuasaan-kekuasaan setan

Berbicara tentang kebebasan Kristen, didalam menyelidiki Alkitab, perhatian kita

tertarik oleh sorak yang menggirangkan “ Yesus adalah Soter artinya : Yesus adalah

Penyelamat kita dari cengkraman setan. Dalam Koloses 1:13 dan yang terdengar seperti

puji-pujian : “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita

kedalam Kerajaan Anak-Nya yang bersih, didalam Dia kita memiliki penebusan, yaitu

pengampunan dosa.
b. Kebebasan adalah karunia Kristus yang membebaskan kita dari perbudakan

Menurut kodranya, manusia itu tidak bebas. Ia daalah seorang hamba, seorang

budak. Tuhan telah menciptakan manusia dan manusia itu diberikan-Nya kebebasan untu

memilih taat atau tidak. Maksud Tuhan dnegan manusia ialah supaay ia dnegan rela dan

bebas,menurut pengethauan dan kehendaknya sendiri, memandang hidup ini sebagai

tugas pengabdian kepada Khalik yang harus dilakukannya dnegan semestinya dan

memuji serta memuliakan-Nya dengan sadar. Tetapi kebebasan ini telah disalahgunakan

oleh manusia, dnegan demikian ia kehilangan kebebasannya.

Setelah manusia mengambil keputusan untuk tidak lagi mengabdi kepada Tuhan

dengan rela hati dan untuk mengesampingkan kehendak Tuhan,tidaklah ia tetap tinggal

didalam keadaan bebas, tetapi ia berserah kepada kekuasaan dosa dan iblis. Ia dikalahkan

dan dikuasai oleh kejahatan. Manusia menjadi lemah dan tidak berdaya terhadao

kekuasaan-kekuasaan yang telah menerima penyerahannya itu.Barangsipaa berbuat dosa,

ia adalah hamba doa. Firman Yesus ini membukakan keadaan hidup manusia menurut

tabiatnya (Yohanes 8:34).

Perbudakan ini telah diuraikan oleh Paulus dengan hebatnya di dalam surat

kirimannya kepada orang Roma. Disitu ia menganalisis kehidupan manusia sebagai

kehidupan didalam tawanan, sebagai keluh kesah didalam perbudakan dibawah

kekuasaan dosa dan maut yang memerintah sebagai raja (Roma 5:17).

Manusia tidak dapat dan tidak sanggup membebaskan diri dari keadaan

sedemikian itu. Orang yang menjadi hamba dosa, tidak lagi merdeka meskipun pada
sangkanya ia masih merdeka. Ia tidak sanggup, akrena ia telah terikat oleh dosa. Ia tidak

dapat memutuskan belenggu.

c. Kebebasan adalah pembebasan dari tntutn dan kutuk Hukum Taurat dan menuju kepada

hiudp dari kasih setia (anugerah) Kristus yang bebas.

Didalam Injil, kebebasan itu tidak hnaya dipandang dari sudut Kristus yang

membebaskan kita dari kesalahan dan yang mematahkan kekuasaan dosa, tetapi

dipandang juga sebagai pembebasan dari tuntutan dan kutuk hukum taurat. Dalam

hubungan ini hendaklah kita pikirkan tentang firman yang amat dalam yang tercantum

dalam Surat Roma, bunyinya “Kamu tidak berada didbawah hukm Taurat, tetapi dibawah

kasih karunia (Roma 6:14).

Bagi etika Kristen, segi ini amat besar artinya. Kata Paulus, “berdirilah teguh

(didalam kemerdekaan atau kebebasan itu), dan jangan mau lagi dikenakan kuk

perhambaan (Galatia 5:1). Berhati-hati dan waspadalah terhadap segala moralis dan

penyiar Tuarat, yang hendak menakutkan hatimu dan hendak menyarankan kepadamu

bahwa sorga harus kaucapai dengan ketaatanmu kepada Taurat. Janganlah engkau dapat

tertangkap oleh bentuk legalisme daripadamu. “Jikalau Allah (didalam Kristus) memihak

kita, siapakah lawan kita ? Allahlah yang membenarkan, siapkah yang menjatuhkan huku

? (Roma 8:31-33).

d. Kebebasan Kristen menumbuhkan didalam hati kita ketaatan yang bebas kepada

tuntutan-tuntutan Hukum Taurat


Manusia yang dibebaskan oleh anugerah itu, mendapat kebebasannya didalam

ketaatan kepada kehendak Tuhan yang sebenarnya. Dengen demikian kembalilah ia

kepada tujuan semula, ketika ia diciptakan.

Hidup dari kebebasan berarti : didalam tiap-tiap keadaan hidup secara bebas

memilih Roh dan menolak kedagingan, memilih hidup dan menolak maut, memilih

Tuhan dan menolak setan, memilih perintah (hukum dan menolak dosa).

e. Beberapa soal sekitar kebebasan Kristen di dalam praktik hidup sehari-hari

Didalam etika umum, soal-soal dan masalah-masalah yang kita hadapi di dalam

praktik hidup Kristen, tdak akan kami lalui. Didalam hubungan ini Dr. Wurth

memaparkan soal :

“Kebebasan Kristen dan hal yang diperbolehkan.”

“Kebebasan Kristen dan sesame manusia.”

“Kebebasan Kristen dan hal yang menjadi batu sandungan.”

Keiga sila ini tidak dipilih dnegan sembarangan. Ketiga soal ini kita jumpai dalam

surat-surat Paulus, Petrus dan Yakobus. Ketiga soal ini juga kita jumpai dalam etika

Krsten, baik dulu maupun sekarang.

1. Kebebasan Kristen dan hal yang diperbolehkan (halal)

2. Kebebasan Kristen dan Pembangunan Jemaat

3. Kebebasan Kristen dan hal yang menjadi batu sandungan

3. Hidup baru sebagai kepatuhan baru


a. Kepatuhan

Kebebasan dan kepatuhan itu di dala, Alkitab sering disebutkan bersama-sama,

seolah-olah dengan satu hembusan nafas saja. Kedua kata itu merupakan dua segi dri satu

hal. Kristus telah membebaskan kita dari kekuatan maut, dosa, setan dan kutuk Taurat,

bukan supaya kita menjadi anarkis-anarkis. Kita dibebaskan-Nya, supaya kita dnean

sukarela dan dengan girang mengabdi kembali kepada-Nya, yang menjadi pemilik sah

hiudp kita. Oleh sebab itu, perkataan bebas saja, tetapi juga dnegan perkataan patuh dan

taat.

Dalam bahasa Yunani kata patuh itu asalnya dari suatu kata yang artinya

mendengarkan firman Tuan didalam Injil dan Taurat, timbullah kepatuhan yang baru.

Buah pikiran itu serupa dan terdapat juga dalam 1 Petrus 1:14, 15. “Hiduplah sebagai

anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu

kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus didalam seluruh hidupmu sama

seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.”

Kta dijadikan anak-anak Allah oleh Tuhan dengan Roh-Nya, demikan kata

Paulus, kita yang dulu adalah hamba dosa, kini diperkenankan menjadi anak-anak Allah.

Menjadi anak Allah itu hakikatnya ialah : kepatuhan.

b. Didalam Perjuangan ini siapakah yang dilawan ?

Bagaimanakah hubungan antara kebebasan dam kepatuhan ? Pada hakikatnya

kedu ahal ini merupakan suatu kesatuan. Kristus menyebut diri-Nya Anak yang bebas

dan oleh sebab itu Ia patuh kepada Allah Bapa. Paulus menamakan dirinya penjahat yang

dibebaskan dan oleh sebab itu ia menjadi hamba Yesus.


Perbedaan antara kebebasan dnegan kepatuhan dierangkan oleh Bohhoeffer di

dalam buknya yang berjdul Ethnik dengan sangat menarik.

c. Kepauhan dan kebebasan tidak boleh dipisah-pisahkan

Didalam teoogi dan sejarah gereja-gereja dan sekte-sekte, kebebasan itu kerap

kali diberitakan tanoa kepatuhan. Dengan demikian timbullan suatu bahaya besar, yakni

bahaya anti-nomianisme. Timbullah bahaya penyalahgunaan kebebasan sebagai kedok

anarki kesusilaan dan tingkah laku yangtdak senonoh. Didalam sejarah gereja seringkali

timbul aliran-aliran yang slaah pahamnya tentang kebebasan itu.

Akan tetapi jga bahaya yang lain. Apabila didalam teologi dan praktik hidup,

kepatuhan diberitakan tanpa kebebasan, maka timbullah bahaya legalisme dan

moralisme, Hal itu kelihatan snagat kuat dalam moral Islam. Disitu manusia dipandang

sebagai abd sebagai hamba, bukan anak.

d. Mendengarkan dan berbuat

Ada dua bagian didalam Alkitab yang membicarakan tentang mendengarkan

tanpa berbuat dan tentang mendengarkan dan berbuat, yaitu pada bagian akhir dari

Khotbah d bukit (Matius 7 dan Surat Yakobus 1:22). Barangsiapa mendnegarkan Injil

tanpa berbuat, ia adalah seorang penipu. Demikan kata Yesus, mendengarkan Injil dan

Tuarat Tuhan jangan seklai-kali tidak disertai dnegan perbuatan iman yang dibangkitkan

oleh Injil dan Tuarat Tuhan itu. Mendengarakan tanpa berbuat adalah sama bodonya

dengan orang yang membangunkan rumahnya di atas pasir. Seperti rumah yang didirikan

diatas pasir, dapat dipastikan akan rubuh dan binasa, demikian pulalah orang yang
mendnegarkan tanpa berbuat,pastilah akan binasa. Tetapi barangsiapa mendnegar dengan

berbuat, artinya orang yang mendasarkan bangunannya pada alas yangt tegus, yakni janji-

janji dan tuntutan-tuntutan Tuhan didalam Kristus, akan tahulah ia, bahwa rumah

kehidupannya didasarkan di atas batu karang yang teguh.

Medengarkan dan berbuat, hal itu didalam hidup kita sering kali berjauhan

letaknya. Seringkali kedua hal itu saling memandang dnegan muramnya. Tetapi roh

Yesus sanggup juga mendekatkan “mendengarkan” dan “berbuat”. Jika hal ituterjadi,

maka terwududlah kepatuhan iman.

4. Hidup baru sebagai perjuangan, sebagai “Militia Christi”

a. Militia Christi

Dalam Kitab Perjanjian Baru, hidup baru itu kerap kali digambarkan sebagai

perjuangan. Kadang-kadang diumpamakan juga dnegan gelanggang perlombaan, dimana

para pelari harus menguji kekuatannya dengan lari di gelanggang yang berupa pasir dan

harus belajar bertahan hingga akhirnya memperoleh karangan bunga sebagai tanda

kemenangan (Ibrani 12:1-2).

Anda mungkin juga menyukai