Anda di halaman 1dari 4

1

PENGETAHUAN TIDAK MENEBUS


Siapa saja yang memberitakan firman Tuhan, atau yang berprofesi sebagai seorang pendidik
atau pengajar, akan tahu bahwa pengetahuan itu sendiri tidak menebus. Pengetahuan tidak
menebus siapa pun. Dengan kata lain, mengenal ataupun mengetahui kebenaran, tidak
semestinya memerdekakan seseorang. Saya beri contoh, saudara tanya ke seorang perokok
umpamanya, tahu tidak bahwa merokok bisa menyebabkan kanker paru-paru? Bisa
menghancurkan kesehatan kita? Tahukah kamu? Dia akan menjawab, “Tahu”. Katakan
kepada seorang pezinah, “Tahukah kamu bahwa tindakan kamu itu, menyenangkan
sementara saja, tapi bisa mendatangkan penderitaan luar biasa di waktu yang akan datang.”
Semua pezinah akan berkata bahwa mereka tahu. Kepada semua anak muda yang terlibat
dalam obat-obatan ataupun alkohol, tanyalah pada mereka apakah mereka tahu bahwa
kebiasaan mereka itu bisa merusak dan menghancurkan masa depan mereka. Rata-rata
akan menjawab bahwa mereka tahu.
FIRMAN ITU MENJADI DAGING
Pengetahuan saja tidak cukup. Pengetahuan itu harus mendarah daging. Pengetahuan itu
harus berubah menjadi daging. Saya ingin menerangkan konsep “firman menjadi daging”.
Temen-temen yang dikasihi Tuhan, seluruh pekerjaan Allah adalah untuk mendagingkan
Firman itu ke dalam kehidupan kita. “Firman itu sudah menjadi daging” (Yoh 1:14). Ayat ini
sebenarnya tidak terbatas hanya pada Yesus. Firman ini juga menjadi daging di antara kita.
Yesus berfungsi sebagai pola dasar atau acuan yang ideal dari pekerjaan Allah ini.
Mari kita lihat Yoh 1:1-2 “1Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan
Allah dan Firman itu adalah Allah. 2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
Rasul Yohanes ingin menjelaskan kisah Yesus dalam konteks kosmik, dalam Yoh 1:1, Yohanes
memulai dengan kata Pada mulanya, kata pada mulanya ini juga dipakai untuk memulai
seluruh kisah dalam alkitab mari kita lihat Kitab kejadian 1:1 diawali dengan kata Pada
mulanya, Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Untuk menjelaskan siapa Yesus
sebenarnya, maka Rasul Yohanes mengajak kita melihat kembali ke awal kisah penciptaan
yang terdapat dalam kitab Kejadian 1:1 tersebut dalam Yohanes 1:3-13.

 Penciptaan (Yohanes 1:3-5)


 Saksi (Yohanes 1:6-8)
 Penolakan (Yohanes 1:9-13)
Tiga bagian paragraf ini meringkas, kisah Yesus sebagai Firman yang membawa terang
kedalam kegelapan, semuanya ini, merupakan gambaran dari kitab Kejadian yaitu asal usul
penciptaan. Dan sekarang saya akan mengajak temen-temen sekalian untuk melihat
bagaimana Yohanes kembali menceritakan kisah yang sama lagi dalam (Yohanes 1:14-18).
Tapi kali ini dengan kisah yang diambil dari gulungan kitab Keluaran.
Yohanes membandingkan inkarnasi Yesus dengan Tabernakel suci yang dibangun Musa di
Gunung Sinai. Tempat kehadiran Tuhan yang mulia datang untuk hidup dan bersatu dengan
umatnya. Jadi Yesus adalah Tabernakel manusia. Ya. Dia adalah realitas yang ditunjuk
Tabernakel tempat di mana Tuhan dan Kemanusiaan dipersatukan menjadi satu.
2

Selanjutnya, kita mendapatkan penyebutan lain tentang Yohanes, yaitu untuk meyaksikan
Yesus. Yohanes bersaksi Yesus yang telah mendahului aku, sebab Yesus telah ada sebelum
aku, Yohanes bercerita tentang bagaimana dia dan teman-temannya benar-benar bertemu
Yesus, dan bagaimana mereka membuat pilihan untuk mengikuti dan mempercayai-Nya.
Dan diubah oleh cahaya-Nya dari kepenuhan-Nya. Kita semua telah menerima Kasih Karunia
demi Kasih Karunia, Taurat diberikan melalui Musa untuk memperkenalkan Allah, Kasih
Karunia dan Kebenaran datang melalui Yesus Kristus untuk menggenapi Taurat itu sendiri.
Konsep ini telah dinubuatkan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, umpamanya “Aku akan
menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka” (Yer 31:33)
dan menjadi kenyataan di Perjanjian Baru (Ibr 8:10, 2Kor 3:2-3). Paulus menggambarkan
pelayanannya sebagai pelayanan menulis, bukan dengan tinta pada loh-loh batu, tetapi
dengan Roh Allah pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. Itulah keunikan dari
pelayanan Perjanjian Baru.
Prolog Yohanes (ayat 1-18) dapat disimpulkan dalam satu kalimat: Yesus menyatakan
kepenuhan Allah yang bekerja sepenuhnya di dalam seorang manusia. Dalam bahasa Paulus,
“dalam Yesuslah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keilahian” (Kol 2:9). Dan
Yesuslah satu-satunya manusia ideal yang ditunjukkan kepada kita, seperti apa Firman yang
sepenuhnya mendarah-daging di dalam seorang manusia.
KESAKSIAN SEORANG HAMBA TUHAN
Ada kesaksian dari seorang pendeta. Pendeta ini benar-benar mengejar Tuhan dengan
segenap hati. Dia benar-benar terbakar untuk Tuhan. Dia melayani orang miskin, melayani
di tempat pemulihan narkoba, memberi makan kepada orang lapar, dia bisa dikatakan
dalam tanda kutip “melakukan kehendak Allah”. Kemudian, dia juga berusaha mendisiplin
diri, menyangkal diri, selalu berpuasa. Dia membaca berbagai buku tentang puasa,
merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Dia bahkan pernah menyembuhkan orang
dengan doa! Kita yang mengamati dari luar akan berkata, “apa lagi yang kurang dari orang
ini?” Dari luar tidak ada yang kurang, hanya dia sendiri yang tahu ada yang kurang di dalam
hatinya. Waktu dia jujur di hadapan Allah, dia tahu ada yang kurang. Dia tahu dia tidak
mengasihi orang, walaupun perbuatannya kalau dipandang dari luar, sangat mengasihi. Dia
melakukan banyak perbuatan mengasihi. Namun akhirnya dia sadar bahwa dia hanya jatuh
cinta pada ide mengasihi. The idea of loving. Dia hanya jatuh cinta pada ide mengasihi.
Itulah bahayanya ajaran kita di sini. Kita banyak berbicara tentang kasih; kita jatuh cinta
dengan ide mengasihi, kita sangat suka mendengar pengajaran tentang kasih. Namun pada
kenyataannya, dalam hati kita, kita tahu kita tidak mengasihi. Hati kita menghina orang, hati
kita memandang rendah orang. Sifat kita belum berubah, masih “dalam manusia lama kita”.
Kita akrab dengan firman Tuhan, dengan perkataan-Nya. Kita bahkan bisa mengajarnya dan
mengkhotbahkannya. Namun pada kenyataannya kita tidak mengerti. Bisa dikhotbahkan,
tetapi tidak mengerti apa sebenarnya artinya. Umpamanya, firman Yesus, “dari dalam
hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup”. Kita tahu kata-katanya, kita mengerti apa
yang ingin disampaikan tetapi di waktu yang bersamaan, kita juga tidak mengerti. Terlebih
lagi, makin lama hamba Tuhan ini melayani, hamba Tuhan ini tidak bisa menyangkal bahwa
hatinya makin hari makin sombong dan makin kering. Dari tahun ke tahun, hatinya semakin
sombong.
3

Akhirnya baru dia sadar, dia belum pernah diterangi. Dia belum pernah lahir baru. Dia sadar
dia masih “dalam Adam manusia lamanya”. Jadi, seru membaca kesaksiannya.
KEMULIAAN ALLAH YANG TERPANCAR DARI TUBUH DAGING INI
Temen-temen,
Ayat 14 berbunyi, “ Firman itu telah menjadi daging”, dan kata yang dipilih oleh rasul
Yohanes dengan inspirasi dari Roh Kudus adalah, “Firman itu telah menjadi daging dan
tinggal di antara kita”. Dan dalam daging inilah, kita melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan Allah “yang diberikan kepada-Nya sebagai anak tunggal Allah, penuh anugerah
dan kebenaran”. Ayat ini sebenarnya adalah sebuah rahasia besar. Kita lihat di 1 Timotius
3:16, “dan sesungguhnya, agunglah rahasia ibadah kita, Dia yang telah menyatakan dirinya
dalam rupa manusia”. Dengan kata lain, Allah telah menyatakan diri-Nya dalam daging. Dan
kita tahu dari pribadi Yesus sendiri, dia memiliki daging seperti kita dan dia dicobai dalam
segala hal sama seperti kita, dan hasil dari kehidupan dia di dalam daging itu, adalah, dia
penuh kemuliaan. Dan apabila orang melihatnya sebagai anak tunggal Allah, mereka melihat
anugerah dan kebenaran.
Saya percaya inilah yang dimaksudkan untuk terjadi di dalam hidup kita juga. Kita ini dalam
daging, tetapi seperti Yesus, kita tidak perlu memperlihatkan kedagingan kita. Kita tidak
perlu! Itulah tujuan Injil sebenarnya. Kita ada di dalam daging, tetapi kita tidak perlu sama
sekali memperlihatkan kedagingan kita yang berupa kepahitan, kemarahan, kejengkelan,
pertengkaran, perselisihan, dan semua itu. Berita baik dari Injil adalah kita yang dalam
daging, sama seperti Yesus, dapat melalui daging ini memperlihatkan kemuliaan Allah. Dan
tujuan dari Injil adalah mencapai kemuliaan Allah dalam kehidupan kita, supaya, di dalam
daging kita, sama seperti Yesus, kita memperlihatkan kemuliaan Allah. Sebagai anak-anak
Allah, kita menunjukkan anugerah dan kebenaran di dalam hidup kita. Paulus
mengungkapkannya seperti ini, “supaya hidup Yesus menjadi nyata dalam daging kami yang
fana ini.” Hidup Yesus yang memancarkan anugerah dan kebenaran itu menjadi nyata di
mana? Dalam daging kita yang fana ini!
Apakah temen-temen bisa melihat apa yang mau dicapai oleh Injil di dalam diri kita?
Di Yoh. 1:16 dikatakan bahwa dari kepenuhannya itu, kita semua telah menerima anugerah
demi anugerah. Tanpa ayat 16, kita hanya bisa mengagumi Yesus. Kita hanya dapat
mengagumi Yesus, dan tinggal mengagumi. Kita tidak akan dapat mengikut dia. Namun
karena ada ayat 16 yang berkata, “dari kepenuhan-Nya itu, kita semua menerima anguerah
demi anugerah”, itu membuka jalan supaya kita juga mengikuti dia.
BERHENTI MENYEMBAH DAN MULAI MENGIKUT?
Temen-temen yang dikasihi Kritus,
Belakangan ini saya membaca ulang sebuah buku yang sudah saya baca lama dulu. Judul
buku ini cukup menarik, “Menyelamatkan Yesus dari Gereja”. Yesus perlu keselamatan, dia
perlu diselamatkan dari apa? Dari gereja! Setelah menganalisa apa yang telah gereja
lakukan kepada Yesus, penulis ini menarik kesimpulan bahwa Yesus perlu diselamatkan! Dari
mana? Dari gereja. Anak judul dari buku ini adalah, “Bagaimana Berhenti Menyembah
Kristus dan Mulai Mengikut Yesus.” Berhenti menyembah, tapi mulai mengikut. Banyak
4

sekali hal yang saya tidak setuju dari buku ini, karena penulisnya seorang teolog liberal.
Namun ada banyak hal pula yang saya setuju dan sangat menarik perhatian saya.
Berhenti menyembah, kita harus berhenti menyembah tetapi mulai mengikut, karena
menyembah itu bisa saja berarti mengagumi. Kita hanya mengagumi sesuatu dan seringkali
apa yang kita kagumi, kita hanya sebatas kagum-kagum saja. Misalnya, saya mengagumi Lee
Chong Wei pemain bulutangkis, saya takjub dengan kehebatannya, tetapi itu tidak berarti
saya berbuat sesuatu untuk mengikuti dia. Banyak orang beli tiket ke stadiun berteriak-
teriak mendukung dia, tapi berapa banyak yang mengikut dia? Demikian pula, banyak yang
di gereja hanya mengagumi Yesus saja, bisa sampai terbawa emosi sampai menangis dan
segalanya, tetapi tidak banyak yang mengikutinya. Itulah masalahnya dengan gereja.
Menyembah tetapi tidak mengikut. Kita harus berhenti menyembah dan mulai mengikut.
Ayat 16, ayat yang sangat indah. Dari kepenuhannya, kita menerima anugerah demi
anugerah. Saya akan mengakhiri khotbah ini dengan sebuah pertanyaan untuk dipikirkan.
Yang menarik dikatakan di sini, “Yesus Kristus, penuh anugerah dan kebenaran.”, dari
kepenuhannya kita menerima anugerah demi anugerah. Ayat 17, hukum Taurat diberikan
melalui Musa tetapi kebenaran datang melalui Yesus Kristus. Pertanyaan saya adalah
Mengapa hanya anugerah yang diberikan kepada kita dan bukan kebenaran? Ayat 14
berbicara tentang anugerah dan kebenaran tetapi waktu berbicara tentang apa yang
diberikan kepada kita, yang disebut hanya anugerah. Kenapa tidak kebenaran juga? Temen-
temen, kebanyakan dari kita memang tidak lagi membutuhkan kebenaran. Kebenaran bisa
diajarkan dan sudah diajarkan, dan kita juga bisa membacanya sendiri. Makin banyak kita
membaca, kita makin mengenal kebenaran. Yang kita semua butuhkan adalah His grace,
anugerah-Nya. Itu yang dari atas. Yang kita benar-benar butuhkan dari Dia adalah anugerah.
Itu sebabnya kita selalu mengakhiri ibadah kita dengan pujian berkat “Barucha”(ibrani
artinya diberkati/yang diberkati). Kita bukan meminta berkat jasmani, yang kita minta
adalah His grace and His peace. Barucha adalah tentang His grace and His peace.
Anugerah dan damai sejahtera-Nya. Itulah yang kita butuhkan setiap detik, itu yang benar-
benar kita dambakan dan harapkan dari Dia.
Itu sebabnya, hampir semua surat Paulus diawali oleh “Kiranya anugerah dan damai
sejahtera Allah menyertai saudara.” Dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima
anugerah demi anugerah.
kehadiran Tuhan Yesus Kristus di tengah-tengah manusia yaitu Firman yang menjadi
Manusia menunjukkan bahwa Allah peduli dan mengasihi manusia, dan ingin memberikan
keselamatan dan hidup yang kekal bagi kita semua. Mari kita mengaplikasikan pengajaran
dan teladan hidup-Nya dalam kehidupan sehari-hari kita dan menjadi berkat bagi orang lain.
AMIN…

Anda mungkin juga menyukai