Anda di halaman 1dari 4

Bahan Khotbah Hari Minggu ke - 1, Tanggal 6 Januari 2019

TERANG SEGALA BANGSA


( Arrangna Mintu’ Bangsa )

Bacaan Mazmur : Mazmur 72:1-14


Bacaan 1 : Yesaya 60:1-6
Bacaan 2 : Efesus 3:1-13 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Matius 2:1-12
Nas Persembahan : Yesaya 60:5
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 60:1

Tujuan :
1. Jemaat memahami bahwa Yesus Kristus adalah Terang bagi segala bangsa
2. Jemaat berkomitmen untuk turut menceritakan Terang itu bagi semua manusia

Lead :
Pernah mendengar istilah ‘gembala sidang’? Pasti pernah! Kalau ‘penginjil’? Pasti pernah juga. Lalu apa
perbedaan di antara keduanya? Kalau belum tahu perbedaannya, persamaannya saja? Persamaannya adalah sama-sama
bekerja bagi Tuhan, melayani pekerjaan Tuhan, sama-sama hamba Tuhan.

Perbedannya saya kase bocoran. Kalau gembala sidang memelihara domba-domba (karena ia gembala, toh?).
Lalu penginjil? Adalah orang yang memberitakan Injil dan membawa orang untuk menerima Yesus. Sederhananya
begini: penginjil menangkap domba, dan masukin mereka ke dalam kandang, sementara gembala sidang memelihara
domba di dalam kandang. Jadi, ada perbedaan fungsi.

Saudara...kalau seseorang menyebut diri penginjil, fokus utamanya adalah membawa jiwa baru ke dalam Kristus.
Sedangkan fokus utama gembala adalah memelihara yang sudah ada di dalam kandang. Tapi bukan berarti, seperti saya,
adalah seorang gembala, tidak bisa melakukan fungsi penginjil, oh...bisa. Bisa sekali. Bgitupun sebaliknya.

Suspense :

Lalu, siapakah Rasul Paulus itu: gembala sidangkah atau penginjil? Penginjil! Betul. Bahkan ia bilang bahwa
tugasnya adalah memberitakan Injil kepada orang kafir, sehingga ia menyebut dirinya rasul atau utusan untuk orang kafir.
Oleh karena itu, Rasul Paulus tidak pernah menetap lama-lama di satu jemaat. Kalau ia memberitakan Injil di satu tempat,
lalu di situ muncul orang percaya dan minta di baptis, ia kemudian pindah lagi ke kota lain. Ia memberitakan Injil di kota
tersebut dan kemudian pindah lagi ke kota lain, dan begitu seterusnya.

Kalau Paulus membritakan Injil ke Efesus, lalu mengapa ia mengirim surat kepada jemaat ini? Dimanakah Paulus
saat itu, sampai dia harus mengirim surat? Bukankah dia sedang menginjili?

Jemaat yang dikasihi Tuhan...ketika Paulus menulis surat ini, ia sebenarnya sedang berada dalam penjara, dan
sedang menanti ‘sidang dan hukuman keputusan persidangan’ atas tuduhan orang Yahudi kepadanya. Paulus menanti
putusan: apakah dirinya akan dibebaskan ataukah hidunya justru harus berakhir. Diperkirakan surat ini di tulis sekitar
tahun 67, ketika ia dijatuhi tahanan rumah di Roma (Kis. 28:16, 30). Dialah yang mendirikan jemaat ini dan tinggal
selama tiga tahun di antara orang percaya di kota ini (Kis. 19:1-41).

Lalu kalau Paulus di dalam penjara, mengapa dia mengirimi surat kepada jemaat Efesus? Karena orang datang
membawa berita kepada Paulus. ‘Hei, Paulus, jemaat yang Anda dirikan di Efesus itu imannya kuat, kasihnya hebat.’
(Pas. 1:15). Lalu apa jawab Paulus? Apakah ia jawab siapa dulu dong penginjilnya. Tidak. Lalu, apa yang Paulus
katakan? Lihat ayat 16: ‘Aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu, dan aku selalu mengingat kamu dalam
doaku.’ Dari sini kita melihat sosok pribadi Paulus yang tidak lekas Ge-eR (Gede Rasa), sombong. Walau ia sudah
berprestasi, dia tidak bilang, siapa dulu dong pendetanya. Siapa dulu dong yang menginjili... Paulus.... Tidak. Paulus
tidak begitu. Melainkan dia mengucap syukur dan berdoa.

1
Kalau penginjilan yang Paulus lakukan bisa dikatakan berhasil membangun dan menumbuhkan iman jemaat, apa
artinya pernyataan Paulus di ayat 1 dan di ayat 13 bacaan kita? Itulah sebabnya tulis Paulus, ‘aku ini, Paulus, orang yang
dipenjarakan karena Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah... sebab itu aku minta kepadamu,
supaya kamu jangan tawar hati melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaan.’

Artinya apa? Walau dalam hidup setelah menerima kasih Kristus, menerima Injil Yesus Kristus, dan Paulus pergi
memberitakan kekayaan anugerah Kristus yang tak terduga kepada orang-orang bukan Yahudi, (ay. 7-8) ternyata Paulus
tidak mengalami hidup yang sukses, dalam kategori dunia, melainkan menderita dan dipenjara, dikejar2 dan dianggap
sebagai ‘penjahat’ dimana hal ini tentu mempengaruhi pikiran orang-orang di Efesus. Namun itu Paulus pandang bukan
sebagai hidup yang harus di sesali, bukan sebagai hidup yang dipandang rendah, melainkan kata Paulus hidupnya
mendatngkan kemuliaan bagi orang2 yang juga mau bertahan seperti Paulus sekalipun dalam penderitaan. Yang tetap
bersyukur, bersukacita karena Injil, sekalipun mengalami hidup yang jauh dari yang dikategorikan sebagai hidup yang
sukses dan mapan.

Pertanyaan: mengapa hanya karena Injil Paulus rela memilih hidup menghadapi penderitaan? Bahkan sekalipun
menderita, asal karena Injil, bagi Paulus itu bukan hinaan, itu bukan sesuatu yang harus di pandang hal memalukan!
Bahkan bagi Paulus, kalaupun ia harus rela menderita demi Injil Kristus, ia sangat-sangat berbahagia. Pertanyaan,
mengapa?

Pertama, karena Injil membuka/menyingkapkan rahasia rencana Allah (ay. 5).

Jemaat yang baik hatinya. Kalau kita berada kegelapan, untuk dapat melihat, kita butuh cahaya. Betul? Lalu,
kalau kita mau memahami rahasia Allah, rencana Allah bagi dunia ini, kita butuh apa? Terang bukan? Tapi, terang yang
dimaksud bukan lilin, bukan pula lampu. Bukan juga terang matahari., atau cahaya bintang. Bukan. Mengapa? Karena
semua sumber cahaya ini terbatas. Dia hanya bisa membantu kita melihat dalam kegelapan, tapi tidak bisa
mengungkapkan sebuah rahasia yang tersimpan dalam kegelapan.

Misalnya, ketika kita berjalan dalam kegelapan, maka yang kita butuhkan adalah cahaya dari senter atau obor,
atau apalah sumber cahaya yg kita gunakan. Nah, ketika cahaya ada, apa kita sudah bisa melihat jalan? Sudah. Apakah
serta merta kita langsung tahu apa yang ada di depan kita selanjutnya? Tidak kan?

Saudara.... Paulus di dalam Efesus 3 mengatakan, "Yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan
wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui
daripadanya pengertianku akan rahasia Kristus."
Dalam bagian ini Paulus menegaskan bahwa ketika dia menuliskan berita yang ditulis di atas, jemaat mengerti
bahwa itu justru menyatakan bahwa Allah sudah menyatakan satu rahasia kepada Paulus sebagaimana yang sudah
dibukakan kepada kita. Ketika rahasia itu dibuka kepada jemaat Efesus, membuat mereka bisa melihat dan bisa
mengujinya. Ini seklaigus membuktikan bahwa Injil tidak seperti buku-buku yang lain, Injil itu satu-satunya buku yang
mewahyukan, menyatakan rahasia kekayaan hikmat Allah yang tidak terjangkau. Kalau kita memperhatikan ayat ke-8
dan 9 maka kita akan memperoleh definisi Injil daripada Paulus bahwa Injil, adalah pewahyuan rahasia kekayaan hikmat
Allah yang tidak terjangkau, yang tersembunyi berabad-abad dari generasi ke generasi. Bahwa Injil itu menyingkap
rahasia siapa Kristus (mistery of Christ (ayat4))! Dan menyingkap rahasia dari misteri anggota Kerajaan Allah (mystery
of the member of the Kingdom of God-ayat. 6).
Apa artinya? Bahwa bagi Paulus, ketika Firman diberikan, ketika engkau telah menerima Firman, mendengarkan
Injil tentang Yesus Kristus, maka Firman itu, maka Injil Yesus Kristus itu, menuntut pertanggungjawaban darimu, tetapi
Firman tersebut ketika diberikan, ketika diberitakan, dia juga memberikan pertanggungjawaban. Di sini Paulus tidak
memberi peluang kepada setiap orang untuk memberitakan Firman yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Paulus
mengatakan ketika dia memberitakan kebenaran maka kebenaran tersebut dapat diuji. Ketika Injil sudah mengungkapkan
rahasia bahwa Yesus Kristus itulah Tuhan, bahwa Yesus Krsitus adalah rencana Allah yang sempurna untuk
menyelamtkan manusia sekaligus melaluinya Allah membentuk komunitas umat yang baru, yang dikuduskan oleh darah
Krsitus yang tercurah di salib, maka setiap orang yang telah menerima harus bisa mempertangugngjawabkan hal itu.
Artinya, kepada kita yang telah menerima Firman, menerima berita Injil Yesus Kristus, mestinya hidup kita juga telah
diterangi olehnya. Mestinya, pikiran, hati dan perbuatan kita juga diterangi oleh Injil. Kita harus hidup berpadanan
dengan Injil, apapun kondisi kehidupan kita. Mau suka. Mau duka. Mau rasa nano-nano: asam, manis, apapun rasanya,
kita harus selalu siap mempertanggungjawabkan kebenaranan Injil.
Tapi, bukan berarti Injil dapat kita bela. Tanpa kitapun, Injil bisa membela dirinya. Mengapa? Karena Injil itu
adalah kekuatan Allah. Karena itu, bersyukurlah, kalau Tuhan mau memakai kita untuk memberitakan Injil bagi orang
lain. Sekaligus waspadalah, karena jangan sampai hidup kita tidak menampakkan berita Injil, cahaya Injil, terang Kristus.

2
Tidak menampakkan hidup sebagai orang yang telah menerima kabar suka cita tentang Yesus Kristus. Waspadai hidup
kita.
Klau Injil sungguh sudah menguasai hidup kita, seluruh pikiran dan perasaan kita, maka orang Kristen tidak
mudah jatuh di dalam berbagai kekacauan pikiran yang membuat kita jauh dari rahasia kebenaran Allah. Terang Kristus.
Sdr...orang yang pikiranNya, hatinya telah diterangi Injil, akan memiliki pikiran sorgawi. Seperti Paulus. Seperti
apakah pikiran Sorgawi itu? Dalam kesusahan demi Injil, ia tidak pernah memandang penderitaannya sebagai hal yang
membuat dia malu. Putus asa. Tetapi justru membuat dirinya bergembira, sukacita.
Saudara...kalau dari berita Injil saya sadar, saya tahu bahwa bagi saya, Yesus mau mengungkapkan rahasia Allah,
mau mengungkapkan masa depan hidupku sebagai orang yang telah diselamtkan dan menjadi umat kepunyaan Allah,
maka pertanyaan kritisnya: apa rahasia hidupku? Saya adalah orang berdosa. Yang pantas dihukum. Yang tidak ada
harganya. Tapi, bagi Tuhan, saya berharga baginya.
Kalau dari berita Injil saya tahu, bahwa Yesus mau mati bagiku dan menjadikanku sebagai umat yang dipilih,
dikuduskan dan dikasihi, maka dalam kesulitan apapun, masakan tanganNya tidak terulur untuk menyelesaikan masalah
dalam hidupku?
Seperti Paulus, walaupun diusia 67 ia harus mengalami hidup dipenjara karena Injil, dan Tuhan belum
membebaskan dirinya, maka bagi sayapun...walaupun saya nanti berada dalam kesulitan hidup, tantangan hidup, dan
belum ditolong Tuhan, saya akan tetap bersukacita, karena saya memandang pada Yesus Kristus, saya percaya pada
FirmanNya, saya percaya pada berita Injil, bahwa hidupku, aman di dalam tanganNya.
Itu sebabnya, apabila saya terintimadasi dengan kegelapan, kenapa engkau sakit dan belum sembuh, kenapa
rumah tanggamu goncang dan beum dipulihkan, kenapada sampai hari ini doamu belum dijawab, kenapa badai bertubi-
tubi menrerpa engkau...maka disaat seperti itu, saya tidak akan membiarkan pikiran negatif menguasai diri saya.
Melainkan saya akan tetap berpegang pada berita Injil, berita kabar sukacita yang menyingkapkan rahasia Allah yang
menyelamtkan utnuk mennerangi pikiran dan imanku sambil berkata: ‘Tuhan terima kasih, saya percaya, bahwa Yesus
yang sama, Yesus yang mati di kayu salib buat saya, Yesus yang sama yang berjanji memberi kekuatan dan yang
menyertai sampai kesudahan zaman, akan memberi jalan keluar kepadaku tepat pada waktunya. Sebab, saya berharga
bagiNya. Saudara...lihat orang yang ada di kanan kirimu, tepuk pundaknya, lalu katakan kepdanya saudaraku...engkau
berharga bagi Yesus.

Kedua, karena Injil menjadikan orang yang bukan Yahudi juga sebagai ahli waris Kerajaan Allah (ay. 6).

Salah satu bentuk kemunduran rohani adalah dengan menganggap bahwa Injil itu biasa saja, Alkitab itu
biasa saja. Menganggap bahwa pertemuan dengan Kristus biasa saja. Paulus tidak seperti demikian, Paulus itu
terus menerus hidupnya mengagumi Kristus dan ia sungguh-sungguh mengagumi tulisan-tulisan Firman Tuhan.
Mengapa? Sebab dari firman Tuhanlah, IA tahu, mengerti, bahwa Allah telah mengerjakan anugerah luar biasa
bagi semua orang, termasuk bagi dirinya yang paling berdosa. (1 Tim. 1:15). Paulus menganggap bahwa kalau
bisa mengerti akan Firman Tuhan, itu adalah suatu hak istimewa di dalam hidupnya dan anugerah Tuhan yang
ia mengerti dari firman Tuhan yang hadir melalui Yesus Kristus, sangat-sangat ia hargai. Bagi Paulus kita
tidak boleh take it for granted (menerima saja) anugerah itu tanpa berbuat sesuatu.

Mengenai hal ini, John Owen, seorang teolog yang lahir tahun 1616 pernah berkata hal yang paling
membahagiakan hidup, yang memberikan kekuatan, jangkar yang dalam, sebenarnya adalah karena kita itu
tahu bahwa kita itu diadopsi menjadi anak-anak Allah.

Semangat dan perasaan inilah yang membakar jiwa penginjilan Paulus. Dia yang adalah orang yang
seharusnya dimurkai (termasuk saudara dan saya), tetapi sekarang mendapatkan anugerah daripada pekerjaan
Allah Tritunggal di dalam episode karya penyelmatan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus, sehingga kita
bisa memahami Firman Tuhan.

Dan bukan itu saja, orang-orang non Yahudi yang sering disebut sebagai orang-orang kafir, seperti
saudara dan saya yang sering juga disebut sebagai orang kafir, ikut serta dalam mendapat warisan. Sama seperti
orang Yunani, saudara dan saya menjadi anggota satu tubuh yang sama, berbagian di dalam janji Kristus Yesus,
seturut dengan Injil. Di sini kita dapat memahami bahwa membership of the Kingdom of God (keanggotaan
daripada kerajaan Allah), itu sudah dibuka. Ini adalah prinsip yang besar sekali. Di mata orang Yahudi kita
adalah kafir, orang tidak mengenal Allah, di mata mereka kita sangat-sangat rendah. Karena kafir, itu tidak
mungkin masuk surga, mereka bahkan mengatakan bahawa orang-orang kafir itu hina (diumpamakan seperti

3
anjing peliharaan), bangsa yang dikutuk oleh Allah, sama seperti Sidon, Tyrus, Babel, Mesir, semuanya
bangsa-bangsa yang dikutuk oleh Allah. Namun, kepada yang dianggap kafir pun, Tuhan mau berikan
terangnya. Tuhan mau terangi. Tuhan mau anugerahi keselmatan.

Jika demikian, apa artinya ini bagi kita? Jangan terlalu cepat mengkafir-kafirkan sesuatu atau seseorang.
Sebab hati-hati, kepada orang kafir pun Tuhan mau nyatakan terangnya. Tuhan mau nyatakan anugerah
keselmtanNya di dalam Kristus. Sebab jangan sampai, ada orang yang sibuk hanya mengkafir-kafirkan sesuatu
dan orang lain, namun ternyata, justru orang kafir itulah yang serius, setia mengerjakan anugerah keselmtan
dari Allah yang sudah ia terima. Ingat, banyak yang terpanggil tapi sedikit yang terpilih.

Power Statement :
Saudara, Anda dan saya bukan lagi orang kafir, tapi anak-anak Allah, oleh dan melalui Yesus Kristus.
Di dalam Dialah, kita bisa mendapatkan janji keselmatan yang Tuhan beritakan kepada seluruh bangsa melalui
para nabi dan rasulnya yang ditulis dalam firmanNya! Karena itu, tetaplah fokus beriman hanya pada Yesus,
sebab Dialah Terang Segala Bangsa. Hanya di dalam Dialah, kita akan mengerti pikiran Allah. Kehendak
Allah. Isi hati Tuhan atas hidup dan bangsa kita. Di dalam Yesus Kristus sajlah kita akan menerima terang
sejati untuk melihat kebobrokan moral kita, kebobrokan moral suatu bangsa, kebobrokan moral anggota
keluarga, untuk kita ubah lalu menyerukan dan berkomitmen untuk kembali hidup berpadanan dengan Injil
Yesus Kristus. Hidup sebagai anak-anak Allah, anak-anak terang yang sejati. Amin.

Anda mungkin juga menyukai