Saling Melayani
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Ajaran Yesus yang utama adalah pertobatan. Setelah Ia dibaptis oleh Yohanes di Sungai Yordan, pada saat Ia keluar
dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara dari sorga: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan.” Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh
Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia. Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan
Injil Allah, kata-Nya: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Sepanjang perjalanNya, Yesus telah mengajarkan banyak hal kepada pengikut-pengikutNya dan para murid-
muridNya baik melalui perkataan maupun perbuatan. Pekerjaan-pekerjaan yang sangat luar biasa yang melebihi akal sehat ataupun logika berpikir manusai, seperti
pada renungan kita hari ini. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.
Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama,
dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala
sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain
lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah baki, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya
dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?”
Jawab Yesus kepadanya: “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Kata Petrus kepada-Nya: “Engkau tidak akan
membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” Jawab Yesus: “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku.” Kata Simon Petrus
kepada-Nya: “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!” Kata Yesus kepadanya: “Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri
lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua.” Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia.
Karena itu Ia berkata: “Tidak semua kamu bersih.” Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata
kepada mereka: “Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah
Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah
memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Kisah ini sangat menekankan kepada kita bahwa Yesus datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Dan
inilah yang menjadi jiwa ataupun inti pelayanan gereja dan orang-orang percaya secara umum yang kita imani sampai sekarang. Melayani bukan untuk dilayani. Ini
mengajarkan kepada kita bahwa sebagai orang percaya kita wajib untuk memberikan pelayanan terhadap sesama, dengan tidak mengutamakan kepentingan pribadi
tetapi lebih mendahulukan kepentingan sesama. Kita harus mampu berbuat tanpa melihat status, identitas ataupun jati diri seseorang. Menghilangkan pandangan
bahwa diri kita lebih tinggi dari yang lain, karena kita semua sama-sama diciptakan Tuhan hanya saja setiap orang diberi talenta yang berbeda. Dan dengan
perbedaan talenta tersebut diharapkan kita mampu saling menolong. Segala yang kita miliki sepatutnyalah berguna bagi sesama kita. Dan sesungguhnya Tuhan
memberi sesuatu yang lebih bagi setiap orang, sehingga setiap orang sesungguhnya mampu untuk melayani sesamanya. Yesus berkata: Barangsiapa terbesar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
(Matius 23: 11-12).
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Renungan kita hari ini sekaligus menjadi jawaban perdebatan yang pernah terjadi di antara murid-muridNya tentang
siapakah yang terbesar di antara mereka (Markus 9). Melalui tindakan membasuh kaki murid-muridNya Yesus menunjukkan bahwa Ia telah megambil peranan yang
sangat mereka anggap rendah untuk melayani murid-muridNya sekalipun Ia adalah Guru dan Tuhan Mereka. Inilah kasih yang sesungguhnya yang Yesus
tunjukkan bagi murid-muridNya. Yesus dengan jelas memperlihatkan, bagaimana mengasihi sesama yang sesungguhnya. Yaitu rela melayani dengan merendahkan
diri.
Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Kita harus bisa menjadi pelayan bagi sesama. Ini juga sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa mengasihi sesama
adalah bukti kasih kita kepada Allah. Yesus dengan totalitas juga menyerahkan hidupNya kepada Bapa. Seperti yang dikatakanNya di kayu salib. “Ya Bapa, ke
dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” Maka, di masa peringatan Kematian Yesus di kayu salib saat ini, hendaklah kita semakin mengobarkan iman kita
kepadaNya. Berbuat seperti yang telah dilakukanNya, sebagaiman Dia berkata,. “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir
dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Markus 9: 35). Amin.
Baptisan Yohanes
Baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan yang dilakukan di Sungai Yordan. Sebenarnya, orang Yahudi yang hidup jauh sebelum zaman Yohanes
pembaptis pun sudah mengenal adanya baptisan, yaitu melalui adat “pembasuhan” seperti yang dilakukan oleh Nabi Elisa terhadap Naaman. Adat “pembasuhan”
Perjanjian Lama lebih mempunyai arti sebagai penyucian diri, sedangkan baptisan Yohanes bersifat eskatologis menuju kepada Kristus yang akan membaptiskan
dengan Roh Kudus (Markus 1:4-8). Baptisan Yohanes sekalipun bermakna “penyucian diri dari dosa” ataupun pembasuhan, namun sifatnya melambangkan
pertobatan dan pengharapan akan kebangkitan Kristus.
Baptisan Anak-Anak
Ada gereja yang melaksanakan baptisan untuk anak-anak, tetapi ada juga gereja yang hanya mengakui baptisan orang dewasa. Banyak gereja di Indonesia
memilih untuk membaptiskan seseorang sejak bayi dan baptisan dilakukan berdasarkan pengakuan dan iman orang tuanya. Dalam Injil Lukas 18:16a, Matius
19:14a; Markus 10:14a, Yesus memarahi murid-murid-Nya yang ingin menghalang-halangi anak-anak datang kepada-Nya. Dia mengatakan: “biarkanlah anak-anak
itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka”. Yesus memberkati anak-anak. Maka, baptisan anak-anak memiliki dasar dalam Alkitab bahwa Yesus
sendiri menyambut anak-anak dan memberkati mereka. Jadi, baptisan anak-anak memiliki dasar dalam Alkitab, begitu pula baptisan orang dewasa (Injil Matius
28:19-20).
Ketika Dia dibaptis, turunlah Roh Kudus ke atas kepala-Nya dan ada suara dari langit yang mengatakan: “Inilah anakKu yang Kukasihi, kepada-Nya Aku
berkenan.”