Anda di halaman 1dari 2

Beda Dahulu dan Sekarang

Bacaan: Filipi 3: 2 –12 ǀ Pujian: KJ. 280


Nats: “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,sekarang kuanggap rugi
karena Kristus.” (Ayat 7)

Setiap orang pasti memiliki peristiwa masa lalu, apakah itu yang baik ataupun yang
buruk. Hal yang terpenting bukanlah soal seberapa buruknya masa lalu kita,
namun apakah kita dapat melupakan peristiwa masa lalu yang membelenggu hidup
kita? Kita harus berani melangkah menuju masa depan, sebab Tuhan menyediakan yang
terbaik bagi kita. Kita harus meninggalkan masa lalu dan hidup di dalam kasih karunia yang
Tuhan berikan saat ini. Sayangnya, masih banyak orang yang tidak dapat melupakan masa
lalunya, sehingga mengakibatkan mereka menjadi minder, pesimis, dan tidak memiliki tujuan
dalam hidup saat ini.
Kesaksian Paulus kepada jemaat Filipi dapat menjadi sumber motivasi bagi kita.
Perjalanan hidupnya sungguh luar biasa. Hidupnya berubah drastis dan radikal setelah
pertemuannya dengan Kristus secara pribadi. Paulus menjadi pemberani dan penuh
semangat memberitakan Injil. Tantangan, cobaan, penderitaan, dan aniaya tidak
menggoyahkan dan melemahkan imannya untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Ketika
berada di tengah-tengah jemaat Filipi, Paulus menyatakan jati dirinya. Dia sangat bangga
dengan keberadaannya sekarang. Sekalipun ia punya alasan kuat untuk
bermegah dalam hal-hal lahiriah, namun ia lebih bermegah di dalam Kristus Yesus, “…apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.” Dari
pengakuan Paulus ini, terlihat perbedaan atau perubahan kehidupan Paulus yang lama dan
Paulus yang baru. Bagi Paulus, masa lalunya sangat hebat, membanggakan, disegani dan
dihormati orang, kini hanyalah seperti sampah belaka dan merupakan kerugian baginya
setelah ia mengenal Yesus Kristus. Kebanggaan Paulus sekarang adalah hidup yang dia
jalani sekarang, di mana dia terus berjuang dengan tekun mengerjakan panggilan kudus–
Nya.
Jangan pernah membiarkan hidup kita dikuasai oleh masa lalu, buanglah segala
pikiran negatif, dan isilah diri kita dengan hal yang positif. Tuhan memiliki rencana serta
tujuan yang indah bagi kita. Seburuk apapun masa lalu kita, ini bukanlah masalah bagi
Tuhan, sebab Dia yang penuh kasih tetap mau menerima kita apa adanya. Dia rindu untuk
memulihkan hidup kita. Kita harus bangkit dari masa lalu dengan melakukan segala yang
terbaik dari apa yang dapat kita kerjakan, dan selebihnya biarkanlah Tuhan yang berkarya di
dalam hidup kita. Amin. [ECWS].
“Jangan pernah membiarkan hidup kita dikuasai oleh masa lalu, buanglah segala pikiran
negatif, dan isilah diri kita dengan hal yang positif.”
Tahu Diri

Pancaran Air Hidup 28 Agustus 2022


Bacaan: Lukas 14 : 7 – 14 | Pujian: KJ. 246
Nats: “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan
barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” (Ayat 11).

Masih banyak orang yang berupaya untuk mendapatkan keinginannya dengan cara


memaksa orang lain untuk memperhatikan dan menghargainya. Mereka berusaha untuk
mendapatkan kesempatan atau kedudukan terhormat. Dengan mendapatkan penghargaan
dari orang lain, mereka berharap tidak akan direndahkan. Dengan demikian, mereka tidak
akan kehilangan kesempatan untuk memanjakan diri sendiri. Itulah karakter sebagian orang
yang cenderung mementingkan dirinya sendiri. Meskipun banyak yang telah berusaha untuk
mengikisnya, tidak berarti karakter tersebut akan lenyap dalam kehidupan seseorang.  
Pada bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus sedang memperhatikan banyak orang
berusaha untuk menempati tempat-tempat terhormat. Karena itu Dia memberikan
pengajaran supaya setiap orang tidak memiliki sikap tinggi hati. Sebab jika seseorang
berebut mendapatkan tempat yang terdepan dan terhormat, padahal itu bukan disediakan
untuknya, maka ia akan mendapatkan rasa malu. Untuk menghindari sikap meninggikan diri
yang berakibat rasa malu, maka sebaiknya oran tersebut memilih tempat yang selayaknya.
Tuhan Yesus juga memusnahkan kebiasaan buruk dalam relasi antar sesama manusia.
Saat seseorang mengadakan perjamuan, jangan bersikap kaku dengan mengundang
kerabat atau sahabat yang kaya saja, namun juga memperhatikan mereka yang kurang
beruntung, kurang sejahtera, dan orang-orang cacat. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa
relasi yang terbangun dan tidak kaku itu, justru akan membuahkan kebahagiaan banyak
orang.
Sudah saatnya kita memiliki arah perhatian tidak hanya tertuju pada keinginan dan
kepentingan sendiri saja. Justru kita perlu memperhatikan dan peduli kepada orang lain,
sebab disitulah kita memiliki kesempatan untuk terlibat membangun kehidupan orang lain.
Mereka yang layak mendapatkan kehormatan adalah mereka yang ikut serta membangun
kehidupan. Demikian dalam membangun hubungan dengan sesama, hendaknya hubungan
yang terjalin adalah hubungan yang tanpa pamrih. Pada akhirnya sikap tahu diri kita akan
menolong terpeliharanya hubungan kita yang erat dengan Tuhan, yang akan terus
melibatkan kita dalam karya-Nya. Amin. [YDSN].

“Tahu diri sebagai kunci relasi erat kita dengan sesama, terlebih dengan Tuhan.”

Anda mungkin juga menyukai