Anda di halaman 1dari 3

2.

1 HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH


Pasal 1 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan Negara Indonesia
adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Oleh karena itu sebagai Negara kesatuan ini
dibentuklah Pemerintahan Negara Indonesia sebagai Pemerintah Nasional. Dan Pemerintah Nasional
membentuk daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas perbantuan dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya. Manfaat
Pemerintah Nasional membentuk daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dengan pemberian otonomi seluas-luasnya untuk daerah
adalah: a. Untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta msyarakat; b. Mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan keistimewaan/ kekhususan, serta potensi dan
keanekaragaman daerah. c. Bisa mengatur dan mengurus daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan
masyarakatnya. Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah selalu menjadi sorotan menarik untuk
ditelaah. Setelah berdirinya Republik Indonesia dan dibentuknya pemerintahan pusat dan daerah, tak
selalu hubungan yang terjalin penuh keharmonisan. Ada kalanya terjadi beberapa “perselisihan”. Baik
sejak zaman orde lama, orde baru, bahkan pada era reformasi ini. Pada dasarnya, guna mencapai
tujuan Negara yaitu kemakmuran rakyat, perlu adanya hubungan harmonis dari berbagai pihak.
Termasuk pemerintah pusat dan daerah. Dengan adanya hubungan yang harmonis, diharapkan terjalin
kinerja yang sinergis sehingga pelayanan negara terhadap rakyat dapat diwujudkan. Perbincangan
tentang hubungan pemerintahan antara pusat dan daerah senantiasa selalu menjadi perdebatan panjang
dinegara manapun di dunia ini, baik pada negara-negara yang telah maju seperti Amerika Serikat dan
Inggris apalagi bagi negara yang baru berkembang

dan sedang berusaha mencari bentuk dan bereksprimen tentang bentuk hubungan yang serasi
antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat seperti Republik Indonesia ini. Hubungan Pusat-
Daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan pemerintah pusat dan daerah sebagai
konsekuensi dianutnya asas desentralisasi dalam pemerintahan negara. Dengan adanya kekuasaan
yang terdesentralisasi, diharapkan semua stakeholder yang terlibat dapat bersinergi dan
mendapatkan hak dan kewajiban sebagaimana seharusnya. Secara umum hubungan antara pusat
dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat yang mengatur hubungan antara Pusat dan Daerah yang dituangkan dalam
peraturan perundangan yang bersifat mengikat kedua belah pihak. Namun dalam pengaturan
hubungan tersebut haruslah memperhatikan aspirasi daerah sehingga tercipta sinerji antara
kepentingan pusat dan daerah.

2. Tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan


kepada daerah adalah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat karena dampak akhir dari
penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara

3. Peran pusat dalam kerangka otonomi daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro,
melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan sehingga daerah dapat
menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak bersifat
pelaksanaan otonomi tersebut.

Dalam melaksanakan otonominya, daerah berwenang membuat kebijakan daerah. Kebijakan yang
diambil daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundangan yang lebih tinggi Pemerintah daerah dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat, hubungan
tersebut diantaranya meliputi; - Hubungan Wewenang;Keuangan; - Pelayanan Umum; -
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Lainnya.
2.1.1 Hubungan Kewenangan Urusan pemerintahan sepenuhnya menjadi kewenangan
pemerintahan pusat dikenal sebagai istilah urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan
KONKUREN. 2.1.1.1. Urusan Pemerintahan Kerukunan terdiri : A. Urusan pemerintahan wajib
meliputi : A.1 Urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar : a. Pendidikan; b. Kesehatan; c.
PK dan tata ruang; d. Perumahan dan kawasan pemukiman; e. Tramtibum dan Linmas; f. Sosial. B.1
Urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait pelayanan dasar atau macam-macam pelayanan dasar
: a. Tenaga kerja; b. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; c. Pangan; d. Pertanahan; e.
Lingkungan hidup; f. Admini Dukcapil; g. PMD; h. Pengendalian PDDK dan KB; i. Perhubungan; j.
Kominfo; k. Koperasi atau usaha kecil menengah; l. Penanaman modal; m. Kepemudaan dan
olahraga; n. Static; o. Persandian; p. Kebudayaan; q. Perpustakaan; r. Arsip.

Selanjutnya pembagian urusan pemerintahan kerukunan antara Daerah Provinsi dengan Daerah
Kabupaten/Kota walaupun urusan pemerintahan sama, tetapi ada perbedaan yaitu nampak dari
skala atau ruang lingkup urusan pemerintahan tersebut. Begitu juga walaupun Daerah Provinsi dan
Daerah Kabupaten/ Kota mempunyai urusan pemerintahan masing-masing sifatnya tidak hierarki,
tetapi tetap terdapat hubungan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/
Kota dalam pelaksanaannya karena mengacu pada NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria)
yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. B. Urusan pemerintahan pilihan meliputi : 1. Kelautan dan
perikanan; 2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. Kehutanan; 5. Energi dan sumber daya mineral; 6.
Perdagangan; 7. Perindustrian; dan 8. Transmigrasi. Pelaksanaan pembagian urusan pemerintahan
kerukunan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi serta Daerah Kabupaten/ Kota didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. 2.1.1.2. Urusan
Pemerintahan Absolut, meliputi; a. Politik dan Negeri; b. Pertahanan; c. Keamanan; d. Yustisi; e.
Moneker dan Fiskal Nasional; f. Agama. Disamping urusan pemerintahan absolute dan urusan
pemerintahan kerukunan, dikenal hanya urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahanumum
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala Pemerintahan, yang meliputi; a. Terkait pemeliharaan
ideolosi pancasila; b. Undang Undang Dasar Negeri RI Tahun 1945; c. Bhinneka Tunggal Ika; d.
Menjalin hubungan yang serasi berdasarkan Suku, Agama Ras dan antar golongan sebagai pihak
kehidupan berbangsa dan bernegara; e. Memfasilitasi kehidupan demokrasi. 2.1.2 Keuangan Daerah
Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah akan terlaksana secara optimal, apabila
penyelenggaraan urusan pemerintah diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang
cukup kepada daerah. Pemberian sumber keuangan kepada daerah harus seimbang dengan beban
atau urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah (UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Keseimbangan
sumber keuangan ini merupakan jaminan terselenggaranya urusan pemerintahan daerah. Ketika
daerah mempunyai kemampuan keuangan yang kurang mencukupi khususnya urusan pemerintahan
wajib yang terkait pelayanan dasar, maka pemerintahan pusat dapat menggunakan instrumen DAK
untuk membantu daerah sesuai dengan prioritas nasional yang ingin dicapai Penerimaan daerah
adalah uang yang masuk ke kas daerah. Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri
atas pendapatan dan pembiayaan. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pembiayaan adalah
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran tersebut maupun pada tahun- tahun anggaran berikutnya. Pendapatan
daerah sesuai Pasal 5 Ayat 2 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 bersumber dari: a. Pendapatan
asli daerah; b. Dana perimbangan; c. Lain-lain pendapatan.

Pembiayaan menurut Pasal 5 Ayat 3 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2014 bersumber dari: a. Sisa
lebih perhitungan anggaran daerah; b. Penerimaan pinjaman daerah; c. Dana cadangan daerah; d.
Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pada dasarnya APBD disusun dengan
mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Apabila belanja diperkirakan lebih besar dari
pada pendapatan, maka sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit diperoleh dari
penggunaan SILPA, PINJAMAN DAERAH, DANA CADANGAN, dan HASIL PENJUALAN KEKAYAAN
DAERAH yang DIPISAHKAN. Sumber dana dari pendapatan asli daerah yang dikelola oleh pemerinyah
bersumber dari: a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah; c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; d. Lain-lain PAD yang sah. Pajak Daerah, adalah urusan wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau Badan Kepala Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksanakan
berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Retribusi daerah adalah pengaturan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, adalah pendapatan asli daerah yang tidak termasuk pada
kelompok diatas pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Hasil Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Dipisahkan, adalah hasil penyertaan
pemerintah daerah kepada Badan Usaha Milik Negara/ Daerah/ Swasta dan Kelompok Usaha
Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai