Anda di halaman 1dari 4

RUANG LINGKUP HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA

NAMA : NURSAL
NIM : 042791375

A. PENDAHULUAN
Mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas, UUD 1945 beserta perubahannya
telah memberikan landasan konstitusional mengenai penyelenggaraan pemerintahan daerah di
Indonesia. Sebagai pelaksanaan lebih lanjut dari dasar konstitusional tersebut, satuan
pemerintahan dibawah pemerintah pusat yaitu daerah provinsi dan kabupaten / kota memiliki
urusan yang bersifat wajib dan pilihan( Pasal 13 ayat (1) dan (2) dan Pasal 14 ayat (1) dan (2)
UU Nomor 32 Tahun 2004 ). Provinsi memiliki urusan wajib dan urusan pilihan ( Pasal 13
ayat (1) dan (2) UU Nomor 32 Tahun 2004). Selain itu ditetapkan pula kewenangan
pemerintah pusat menjadi urusan pemerintahan yang meliputi (Pasal 10 ayat (3) UU Nomor
32 Tahun 2004): politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional dan agama. Walaupun dengan ketentuan pemberlakuan otonomi seluas - luasnya
dalam UUD 1945 (Pasal 18 ayat (5) perubahan ke dua UUD 1945), namun muncul pula
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 yang membagi urusan pemerintahan daerah
kabupaten / kota. Pada hakikatnya,urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
daerah adalah urusan - urusan pemerintahan yang menjadi lingkup kekuasaan eksekutif
dalam hal ini adalah presiden. Dari sudut aspek tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara telah terjadi hubungan pusat dan daerah. Oleh karena
itu, pada setiap undang-undang tentang pemerintah daerah selalu diamanatkan untuk menjaga
hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan.
Hubungan pusat dan daerah sangat penting untuk dipahami. Jika terdapat kesalahan
atau ketidak beresan dalam hubungan pusat dan daerah akan menimbulkan akibat yang
negative terhadap pertumbuhan otonomi daerah, bahkan akan mengganggu keutuhan negara
Republik Indonesia.
B. PEMBAHASAN
1. Ruang Lingkup Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
Pada pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang-undang Dasar 1945 menyatakan bahwa
Pemerintahan Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas - luasnya.
Pemberian otonomi yang seluas - lusanya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat. Akan tetapi, meskipun daerah diberikan otonomi yang seluas -
luasnya, tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintahan Daerah akan tetap ada di
tangan Pemerintahan Pusat.
Pada umumnya, lingkup hubungan pusat dan daerah meliputi hubungan
kewenangan, hubungan keuangan, hubungan dalam pelaksanaan pembangunan, hubungan
organisasi dan hubungan pengawasan ( Aries Djaenuri: 2000 ). Sedangkan Bagir Manan (
1994,16) mengatakan bahwa hubungan pusat dan daerah tidak hanya melingkup pada
hubungan pengeloaan keuangan saja. Hubungan dalam hal keuangan hanya salah satu akibat
dari pengaturan hubungan pusat dan daerah dalam hal pembagian kewenangan tugas dan
tanggung jawab penyelenggaraan urusan pemerintahan. Hubungan pusat dan daerah
mencakup pula dalam hal pengawasan.Hubungan ini terjadi sebagai akibat dianutnya suatu
sistem rumah tangga daerah atau tugas pembantuan.Dengan demikian hubungan pusat dan
daerah akan mencakup berbagai segi yang meliputi hubungan pelayanan umum (publik),
hubungan kewenangan, hubungan keorganisasian, hubungan keuangan, hubungan dalam
penyelenggaraan pembangunan dan hubungan bidang pengawasan.
a. Hubungan pusat dan daerah bidang kewenangan
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pembagian urusan
pemerintahan didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan
pemerintahan yang sepenuhnya/ tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pelaksanaan
urusan pemerintahan oleh daerah dapat diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan
daerah itu, dan dapat pula ditugaskan oleh pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota
dan desa atau penugasan oleh pemerintah kabupaten/ kota ke desa. Urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
Dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan
meliputi:
 Urusan pemerintah absolut yaitu urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat
 Urusan pemerintahan konkuren yaitu urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota.
 Urusan pemerintahan umum yaitu kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan/ kepala negara, misalnya yang berkaitan dengan ideology Pancasila,
Bhinneka Tunggal Ika, dll.
b. Hubungan pusat dan daerah bidang keorganisasian
Penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi dan Kabupaten/ Kota terdiri atas
kepala daerah dan DPRD dibantu oleh Perangkat Daerah.DPRD dan kepala daerah
berkedudukan sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi yang berbeda.DPRD mempunyai
fungsi pembentukan Perda, anggaran dan pengawasan sedangkan kepala daerah
melaksanakan fungsi pelaksanaan atas Perda dan kebijakan daerah. Dalam mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dibantu oleh Perangkat
Daerah.
c. Hubungan pusat dan daerah bidang keuangan
Pada dasarnya hubungan keuangan pusat dan daerah berkaitan dengan pembagian
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu antara tingkat pemerintahan
dan pembagian sumber penerimaan untuk menutup pengeluaran sebagai akibat dari kegiatan-
kegiatan tersebut.Tujuan dari hubungan ini adalah untuk mencapai perimbangan antara
potensi dan sumber daya masing-masing daerah dibawah supervis pusat.
d. Hubungan pusat dan daerah bidang pelayanan public
Dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menegaskan bahwa
negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan
kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat dari UUD RI
1945. Berkaitan dengan kewajiban tersebut maka muncul hubungan antar level
pemerintahan.Hubungan antarlevel ini dapat kita lihat pada Bab III UU No. 25 Tahun 2009
dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya
dalam pelayanan publik, pemerintah daerah diberikan pembinaan dan juga pengawasan oleh
pemerintah pusat serta dilakukan juga evaluasi kinerja. Hasil evaluasi tersebut dapat
digunakan oleh pemerintah pusat untuk memberikan insentif dan disinsentif fiskal/ non fiscal
kepada daerah.

e. Hubungan pemerintah pusat dan daerah bidang penyelenggaraan pembangunan


Dalam penyelenggaraan pembangunan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
perencanaan pembangunan daerah di daerahnya. Dalam hal ini pemerintah daerah juga
dibantu oleh perangkat daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Sementara bagi
pemerintah provinsi yaitu Gubernur selaku wakil dari pemerintah pusat akan
mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan tugas-tugas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan, dan juga melakukan koordinasi, integrasi, sinskronisasi dan sinergi perencanaan
pembangunan antarkabupaten/kota.
f. Hubungan pusat dan daerah bidang pengawasan
Hubungan pusat dan daerah akan terlihat manakala pemerintah pusat melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan yang
berlaku, misalnya melalui pelaksanaan pengawasan umum, dan pengawasan represif.
2. Analisis Model Hubungan Pusat dan Daerah di Indonesia
Menganalisis model hubungan pusat dan daerah dapat dilihat dari Undang-undang
yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini saya melihat UU No. 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
menjadi Undang -Undang. Dalam penjelasan UU No. 9 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan
pemerintahan daerah telah dijelaskan bahwa penyelenggaraan pemerintahan pusat berbeda
dengan pemerintahan daerah, pemerintahan pusat terdiri atas lembaga eksekutif, legislatif dan
yudikatif, sedangkan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh DPRD dan kepala daerah.
DPRD dan kepala daerah berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
yang diberi mandat rakyat untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan
kepada daerah. Dengan demikian, DPRD dan kepala daerah berkedudukan sebagai mitra
sejajar yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Seperti yang diungkapkan oleh Mendagri, Tjahjo Kumolo (26/02/2019), Posisi
Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai mitra pemerintahan, tidak ada atasan
bawahan. Sama-sama berkomitmen membangun hubungan tata kelola Pemerintahan Pusat
dan Daerah yang harus semakin efektif, efisien mempercepat reformasi birokrasi dalam
rangka Penguatan Otonomi Daerah, maka dengan ini pemerintah pusat menempatkan
pemerintah daerah sebagai mitra kerjanya.
Jadi berdasarkan peraturan pada UU No. 9 Tahun 2015 dan juga pernyataan dari
Mendagri RI, saat ini Indonesia menggunakan Model Kemitraan dalam hubungan Pusat dan
Daerah untuk melaksanakan proses penyelenggaraan pemerintahan.
3. Kondisi yang Cocok bagi Indonesia
Dengan melihat keragaman yang dimiliki oleh Indonesia serta permasalahan otonomi
daerah dan desentralisasi dewasa ini penggunaan ide desentralisasi asimetris adalah jalan
yang terbaik untuk mengakomodasi keragaman dan mengatasi masalah yang ada tersebut..
Desentralisasi asimetris tidak hanya berbicara pelimpahan wewenang, tetapi juga bagaimana
wewenang, keuangan, pengawasan dan kelembagaan didesentralisasikan secara kontekstual.
Desentralisasi asimetris bagi semua daerah Indonesia walaupun terkesan sulit, namun jika
dilakukan bersama maka akan mudah untuk dilaksanaka.
C.KESIMPULAN
Ruang lingkup hubungan pusat dan daerah tidak hanya mencakup hubungan
keuangan saja akan tetapi juga mencakup berbagai segi yaitu hubungan pelayanan umum
(publik), hubungan kewenangan, hubungan keorganisasian, hubungan keuangan, hubungan
dalam penyelenggaraan pembangunan dan hubungan bidang pengawasan.
Dalam hal Model Hubungan Pusat dan Daerah Indonesia saat ini adalah Model
Kemitraan, dimana pemerintah Pusat menempatkan pemerintah daerah sebagai mitra
kerjanya, sehingga tidak ada lagi atasan atau pun bawahan sesuai dengan yang tercantum
dalam UU No. 9 Tahun 2019 sebagai perubahan atas UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Dengan melihat keragaman yang dimiliki oleh Indonesia serta permasalahan otonomi
daerah dan desentralisasi dewasa ini penggunaan ide desentralisasi asimetris adalah jalan
yang terbaik untuk mengakomodasi keragaman dan mengatasi masalah yang ada tersebut.
Desentralisasi asimetris bagi semua daerah Indonesia walaupun terkesan sulit, namun jika
dilakukan bersama maka akan mudah untuk dilaksanakan.

D. REFERENSI
- Modul BMP IPEM4425/3sks/ Modul 1-9_Hubungan Pusat dan Daerah_Universitas
Terbuka
-
https://www.bphn.go.id/data/documents/naskah_akademik_ruu_tentang_hubungan_kewenan
gan_pemerintah_pusat_dan_daerah.pdf
- https://orphalese.wordpress.com/2013/09/23/hubungan-pusat-daerah/
- https://kabar24.bisnis.com/read/20190226/15/893547/hubungan-pemerintah-pusat-daerah-
mendagri-tjahjo-kumolo-tidak-ada-atasan-dan-bawahan"

Anda mungkin juga menyukai