Anda di halaman 1dari 4

NAMA : HENDRA

NPM : 202101374
MK : HUKUM PEMDA DAN OTDA
DOSEN PENGAMPU : HARYANTO, SH., MH

JAWABAN UAS HUKUM PEMERINTAH DAERAH dan OTONOMI DAERAH !!!

1. JELASKAN HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN PEMERINTAH PUSAT?

Jawaban :
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah Dalam menjalankan pemerintahannya,
hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus terjalin dengan baik dan harmonis.
Tujuan yang terjalin tersebut untuk kemakmuran rakyat. Ada sejumlah hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah, yakni:
Hubungan struktural
Hubungan struktural merupakan hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang di
pemerintahan. Pemerintah daerah dalam bertugas menyelanggarakan urusan daerah
bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang berdasarkan asas otonom dan
tugas pembantuan. Presiden merupakan penyelenggaran urusan pemerintahan di tingkat
pusat. Presiden dibantu para menteri untuk menjalankan pemerindah. Kepala daerah
merupakan penyelenggara urusan daerah masing-masing.

Hubungan fungsional
Hubungan fungsional merupakan hubungan yang didasarkan dengan fungsi yang dimiliki
oleh masing-masing pemerintah. Hubungan tersebut saling memengaruhi dan bergantung
antara satu dengan yang lain. Hubungan tersebut juga terletak pada visi, misi, tujuan hingga
fungsi yang dimiliki masing-masing pemerintah. Visi dan misi yang dimiliki tersebut bersama-
sama untuk melindungi dan memberi ruang kebebasan kepada daerah untuk mengolah dan
mengurusi rumah tangganya. Dalam buku Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi
Daerah (2007) karya Hanif Nurcholis, pemerintah daerah adalah subvisi pemerintahan
nasional. Dalam negara kesatuan pemerintah daerah langsung di bawah pemerintah pusat.
Dalam negara kesatuan, pemerintah daerah adalah dependent dan subordinate terhadap
pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya bagian atau subsistem dari sistem pemerintah
nasional. Karena pemerintah daerah merupakan bagian dari sistem pemerintah nasional,
maka antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terdapat hubungan antar pemerintah
yang saling terjalin sehingga membentuk satu kesatuan pemerintahan nasional.

Jika demikian, maka dalam suatu pemerintah nasional terdapat dua subsistem. Yakni
subsistem pemerintahan pusat dan subsistem pemerintahan daerah. Dalam subsistem
pemerintahan daerah terdapat subsistem pemerintahan daerah yang lebih kecil. Seperti
contoh, Indonesia terdapat subsistem pemerintahan pusat yang terdiri atas presiden dan
para menteri. Di daerah terdapat subsistem pemerintahan provinsi yang terdiri atas gubernur
dan DPRD Provinsi. Sub-subsistem pemerintahan kabupaten/kota yang terdiri atas
bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota. Bahkan subsistem pemerintah desa yang terdiri
atas kepala desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jalinan antar sub sistem dan
antar sub dan sub sistem pemerintahan tersebut membentuk sistem pemerintahan nasional
yang merupakan wahana untuk mencapai tujuan negara. Kondisi tersebut akan tersebut
ketika hubungan antar sub sistem dapat menghasilkan jalinan sistemik dan dapat berjalan
dengan fungsi masing-masing secara serasi, selaras dan harmonis.

3. JELASKAN DASAR HUKUM PEMERINTAH DAERAH?


Jawaban :
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah adalah Pasal 1, Pasal 4, Pasal 5 ayat (1), Pasal 17 ayat (1) dan ayat (3),
Pasal 18, Pasal 18A, Pasal 18B, Pasal 20, Pasal 22D ayat (2), dan Pasal 23E ayat (2)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. JELASKAN KRITERIA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN?

Jawaban :
Kriteria pembagian urusan pemerintahan
Pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4)
berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan
keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan.
3. JELASKAN HUBUNGAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN PEMERINTAHAN
DESA?

Jawaban :
Pasca reformasi pengaturan tentang Desa menjadi satu paket dengan Undang-undang
Pemrintahan Daerah. Yakni diatur dalam UU N0.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah, dan UU No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, UU No.23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah, dan yang terakhir Desa diatur tersendiri melalui UU No. 6
Tahun 2014 tentang Desa. Hubungan Pemerintahan Daerah dan Desa menjadi tidak
menentu dan kabur dari esensinya. Selain melaksanakan sisa kewenangan Pemeritah
Daerah walaupun tidak secara herarkhis tetapi secara formalistik, keberadaan Desa sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki otonomi asli berdasarkan hak asal-usul tidak
sepenuhnya diakui. Sebagai Negara kesatuan, Indonesia mengakui dan menghormati
keberadaan Desa dan Desa Adat, yang disebut sebagai “kesatuan masyarakat hukum adat”,
sebagaimana landasan konstitusional yang tertuang dalam UUD 1945. Dengan demikian
penelitian ini memfokuskan pada dua rumusan masalah. Pertama, bagaimana hubungan
Pemerintah Daerah dan Desa pasca reformasi, sebelum dan sesudah ditetapkannya UU
No.6 Tahun 2014? Kedua, sudah relevankah desain hubungan Pemerintah Daerah dan
Desa dalam UU No.6 Tahun 2014, jika dilihat dari konsep NKRI?. Penelitian ini merupakan
penelitian hukum normatif, dengan menganalisis peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang terkait dengan Pemerintahan Daerah dan Desa Pasca reformasi. Adapu
penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan yuridis-normatif (statue
approach), dan kemudian pendekatan historis (historical approach). Dari hasil penelitian ini,
maka terdapat beberapa kesimpulan diantranya: Pertama, pengaturan Desa dalam UU
No.22 Tahun 1999, dan UU No.32 Tahun 2004 tidak mengalami perubahan yang begitu
signifikan. Sehingga pengaturan tersebut berimplikasi pada Pemerintahan Desa yang
meliputi, kewenangan, sistem organisasi pemerintahan, dan keuangan Desa serta
pengelolaan aset dan sumber daya alam Desa. Kedua, hubungan Pemerintahan Daerah dan
Desa terutama dalam UU No.22 Tahun 1999, dan UU No.32 Tahun 2004, semakin tidak
jelas dan cenderung parsial. Karena pada dasarnya Desa dan Daerah adalah sub sistem
dari Pemerintah yang memiliki pemerintahan tersendiri. Justeru sebaliknya diatur dalam satu
Undang-undang, sehingga esensi Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum menjadi kabur.
Ketiga, desain UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, tidak bertentangan dengan konsep
NKRI. Keberadaan Desa justeru memperkuat sistem negara kesatuan dengan menghormati
dan mengakui keberadaannya. Keberadaan Desa dan Desa Adat sebagai kesatuan
masyarakat hukum, serta otonomi Desa memiliki landasan konstitusional. Kedudukan desa
bukan sebagai susunan Pemerintah terendah, melainkan sub sistem dari Pemerintah.
karena Desa menurut Undang-undang ini adalah penggabungan dua unsur penting, yakni
self-local governing community dan local self goverment yang dijalankan berdasarkan asas
rekognisi dan subsidiaritas.

Anda mungkin juga menyukai