Anda di halaman 1dari 22

Vol. 1, No.

1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu Nomor 37 Tahun 2008


Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Kecamatan

Oleh

Heri Wahyudi Marpaung

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi peraturan daerah kabupaten
labuhanbatu nomor 37 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja kecamatan
terhadap pelayanan publik. Efektivitas birokrasi pemerintah daerah Kabupaten Langkat
secara langsung dipengaruhi oleh faktor perilaku aparatur, budaya organisasi dan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Besarnya ketiga variabel tersebut sebesar
60,9 persen sedangkan 39,1 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh variabel
perilaku aparatur terhadap kualitas pelayanan publik adalah positif dan signifikan, artinya
semakin responsif perilaku aparatur terhadap tuntutan pengguna jasa publik, maka semakin
positif peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk lebih meningkatakan kualitas
pelayanan publik dan efektivitas birokrasii pemerintah daerah, maka perlu dilakukan
peningkatkan responsivitas perilaku aparatur birokrasi terhadap tuntutan pengguna jasa
publik ataua masyarakat yang semakin meningkat sejalan dengan perkembangan keadaan
saat ini.
Key words : Implementasi kebijakan , perilaku aparatur, budaya organisasi, pelayanan
publik dan efektivitas birokrasi.
PENDAHULUAN Pemerintah Daerah, sesuai dengan
Otonomi Daerah merupakan kebutuhan dan kepentingan lokal/Daerah.
peluang bagi setiap daerah untuk Bila ditinjau berdasarkan
melaksanakan pemerintahan secara pembagian fungsi dan wewenangnya,
mandiri, luas dan bertanggung jawab perkembangan regulasi (c.q Undang-
berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan Undang) semestinya berimplikasi pula
yang baik (good governance), yaitu pada perubahan terhadap penataan
transparan, partisipatif dan akuntabel. Oleh perimbangan keuangan (desentralisasi
karenanya, diharapkan selain dapat fiskal) antara Pemerintah Daerah
terlaksananya pemerintahan yang baik, Kota/Kabupaten dan Pemerintah
juga dapat melahirkan peningkatan dibawahnya, dalam hal ini Kecamatan dan
kesejahteraan masyarakat dan terjadinya Kelurahan/Desa. Hal demikian seperti
pemerataan hasil pembangunan. Hal tersurat dalam Peraturan Pemerintah
tersebut cukup kondusif untuk diwujudkan Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman
karena dengan lahirnya UU No. 32/2004 Umum Pengaturan mengenai Desa dalam
dan UU No. 33/2004, Pemerintah Daerah pasal 60, yang menyebutkan bahwa:
dapat lebih leluasa mengatur dirinya “Pengaturan lebih lanjut mengenai sumber
sendiri, termasuk dalam mengolah potensi pendapatan Desa, ditetapkan dalam
dan kekayaan daerahnya, dalam Peraturan Daerah Kabupaten”. Oleh
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. karena itu sudah semestinya Pemerintah
Kedua Undang-Undang tersebut juga Daerah menyiapkan segala sesuatu yang
memberikan kewenangan yang lebih luas dibutuhkan Pemerintah Desa untuk dapat
dalam hal keuangan bagi Pemerintah menjalankan dengan baik atas Tugas
Daerah. Hal ini memungkinkan terjadinya Pembantuan dari Pemerintah (Pusat),
perubahan dalam hal perencanaan Pemerintah Provinsi dan atau Pemerintah
kebijakan pembangunan daerah oleh Kabupaten.

29
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Dalam konteks Pemerintahan Berdasarkan Keputusan Menteri


Kabupaten Labuhanbatu, mengacu pada Dalam Negeri No. 19 tahun 2008 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 76 tahun Kecamatan, dalam Pasal 1 dijelaskan
2001 tersebut, Pemerintah Kabupaten bahwa kecamatan dibagi atas dasar
Labuhanbatu kemudian menyusun kawasan Pedesaan dan kawasan Perkotaan.
Peraturan Daerah yang berfungsi untuk Kecamatan di kawasan Pedesaan adalah
menata Pemerintahan dibawahnya, wilayah kerja Camat yang terdapat di
khususnya di tingkat Kecamatan, agar Kabupaten dan di luar kawasan Perkotaan,
sesuai dengan semangat Otonomi Daerah. yang sebagian besar kegiatan utama
Hal tersebut kemudian terwujud dalam penduduknya adalah pertanian, memiliki
Peraturan Daerah Nomor 37 Tahun 2008 fungsi kawasan sebagai tempat
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata pemukiman pedesaan, pelayanan jasa
Kerja Kecamatan dan Kelurahan pada pemerintahan, pelayanan sosial dan
Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu. kegiatan ekonomi. Sedangkan Kecamatan
Pemerintah Kecamatan merupakan di kawasan Perkotaan adalah wilayah kerja
salah satu perangkat organisasi Pemerintah Camat yang terdapat di Kota dan kawasan
Daerah, sebagaimana diatur pasal 66 point Perkotaan, yang sebagian besar kegiatan
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun utama penduduknya bukan pertanian,
2004, bahwa: “Kecamatan merupakan dengan fungsi kawasan sebagai tempat
perangkat Daerah Kabupaten dan Daerah pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
Kota yang dipimpin oleh Kepala sosial dan kegiatan ekonomi.
Kecamatan”. Pada pasal yang sama, yaitu Dengan demikian Kecamatan
point (2), (3), (4) dan (5), menegaskan mempunyai tugas membantu
bahwa “Kepala Kecamatan (Camat) Bupati/Walikota dalam penyelenggaraan
diangkat, bertanggung jawab dan pemerintahan, pembangunan dan
menerima pelimpahan sebagian pembinaan kemasyarakatan serta
kewenangan pemerintahan dari melaksanakan tugas pemerintahan lainnya
Bupati/Walikota”. Kemudian dalam yang tidak termasuk dalam tugas
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun perangkat daerah dan atau instansi
2007 tentang Pedoman Organisasi lainnya. Membantu sebagaimana
Perangkat Daerah, Pasal 12 menjelaskan dimaksud diatas, adalah memfasilitasi dan
bahwa: “Kecamatan merupakan perangkat mengkoordinasikan segala aktivitas
daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai pemerintahan, pembangunan dan
wilayah kerja tertentu, dipimpin oleh pembinaan kemasyarakatan yang terjadi
Camat yang berada di bawah dan di pemerintahan desa dan atau
bertanggung jawab kepada pemerintahan kelurahan. Hal ini seperti
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah diatur dalam Keputusan Menteri Dalam
Kabupaten/Kota”. Semua itu menunjukkan Negeri Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 19
bahwa Kecamatan merupakan struktur point (3), yang menyebutkan bahwa :
pemerintahan di wilayah yang lebih kecil, “Hubungan kerja Kecamatan dengan
sebagai kepanjanganan tangan dari Pemerintahan Desa bersifat koordinasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. dan fasilitasi”. Hal tersebut menjadi
Dengan demikian Pemerintah Kecamatan berbeda dalam hal hubungan Camat
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Pemerintahan Kelurahan yang
dalam Struktur dan Organisasi Pemerintah bersifat hirarkhi, sebagaimana diatur
Daerah Kabupaten/Kota, yang memiliki dalam Pasal 19 point (4).
fungsi administratif dan koordinatif atas Perbedaan hubungan kerja antara
Kelurahan dan atau Desa yang berada Camat dengan Pemerintahan Desa dan
dalam lingkup wilayahnya. antara Camat dengan Pemerintahan
Kelurahan inilah yang seringkali memicu

30
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

tumpang tindih tugas dan wewenang dari Selanjutnya berkaitan dengan


Kecamatan kepada Pemerintahan kewenangan Camat sebagai Kepala
dibawahnya. Perbedaan sistem Kecamatan, dengan mencermati Undang-
pemerintahan antara Pemerintahan Desa Undang, Peraturan Pemerintah maupun
dan Pemerintahan Kelurahan, dimana Keputusan Menteri Dalam Negeri yang
dalam Pemerintahan Desa terdapat Badan mengatur tentang Kecamatan, maka akan
Perwakilan Desa (BPD), yang dipilih jelas terlihat bahwa kewenangan yang
langsung oleh rakyat dan memiliki fungsi dimaksud sesungguhnya lebih sebagai
sebagai badan legislatif di tingkat desa, tugas dan fungsi Kecamatan sebagaimana
sedangkan Pemerintahan Kelurahan yang yang diatur dalam Undang-Undang.
secara struktural berisikan Pegawai Artinya, kewenangan Camat dalam
Negeri Sipil yang ditunjuk oleh memimpin dan mengkoordinasikan
Pemerintah Daerah, menjadikan pemerintahan Desa maupun pemerintahan
Kecamatan seperti berada dalam Kelurahan menjadi tidak jelas karena
persimpangan jalan saat menghadapi terjadi tumpang tindih antara wewenang
perselisihan yang terjadi di Pemerintahan dengan tugas dan fungsinya. Hal ini
Desa. Di satu sisi Kecamatan bertanggung terlihat jelas dalam Pasal 66 Undang-
jawab mengkoordinasikan jalannya Undang Nomor 32 Tahun 2004, yang
pemerintahan, pembangunan dan kemudian dijabarkan dalam Peraturan
pembinaan masyarakat, namun di sisi lain Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Pasal
hubungan kerja yang terjadi adalah 12, yang kemudian diatur lebih lanjut
koordinatif dan fasilitator, sehingga tidak melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri
berhak mengambil keputusan dalam Nomor 19 Tahun 2008, khususnya pada
menyelesaikan perselisihan antara pasal 3, 4 dan 5.
Pemerintah Desa dengan BPD, maupun Mencermati pasal 4 dan pasal 5
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan Kepmendagri tersebut, antara fungsi dan
lain yang terjadi dalam lingkup wewenang Camat, terlihat jelas bahwa
pemerintahan Desa. keduanya lebih banyak menjelaskan
Dalam hal hubungan kerja antara tentang tanggung jawab Camat dalam
Camat dengan Pemerintah Kelurahan yang menjalankan pelimpahan tugas dari
bersifat hirarkhi, struktural dan instruktif, Pemerintah, dalam hal ini Bupati atau
terjadi hubungan kerja antara Kecamatan Walikota. Dengan tidak adanya kejelasan
sebagai atasan dan Pemerintah Kelurahan atas wewenang yang dimilikinya,
sebagai bawahan, dimana Lurah menyebabkan Camat lebih banyak
bertanggung jawab langsung kepada berfungsi dalam menjalankan pelimpahan
Camat, sehingga Camat dimungkinkan tugas dari pemerintahan diatasnya,
untuk dapat langsung mengambil daripada mengkoordinasikan dan
keputusan jika terdapat persoalan- memfasilitasi pemerintahan dibawahnya.
persoalan yang terjadi di wilayah kerjanya, Artinya Camat tidak memiliki otonomi
maupun secara khusus di tingkat dalam menjalankan fungsi, tugas dan
Kelurahan. Namun hal ini menyimpan wewenangnya, sebagaimana yang menjadi
persoalan mendasar, yaitu adanya semangat dari UU Nomor 32 Tahun 2004,
hubungan kerja yang terbentuk antara yang menjadi acuan normatif awal dari
Kecamatan dan Kelurahan sebagai atasan bergulirnya otonomi daerah di era
dan bawahan, telah menyimpang dari reformasi.
semangat desentralisasi dan otonomi yang Perubahan paradigma baru
menjadi dasar filosofi dari penyusunan dan manajemen pemerintahan Indonesia terjadi
perumusan Undang-Undang Nomor 32 dengan lahirnya Undang–Undang Nomor
Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
33 Tahun 2004. untuk menggantikan Undang–Undang

31
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok– Pada konteks Pemerintah Kecamatan,


Pokok Pemerintahan di Daerah dan telah perda yang lahir diantaranya adalah
disempurnakan dengan Undang–Undang Peraturan Daerah Kabupaten Labuhanbatu
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 tentang
Daerah dan Undang–Undang No. 33 Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Tahun 2004 tentang Perimbangan Kecamatan.
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Perda Kabupaten Labuhanbatu
Pemerintah Daerah. Perubahan yang Nomor 37 Tahun 2008 merupakan
sangat menonjol terjadi pada sistem Penataan Kelembagaan Tingkat
pemerintahan yang sentralistis berubah ke Kecamatan dengan membatasi jabatan
arah desentralisasi. Inti dari Undang– struktural hanya sampai dengan eselon IV.
undang Nomor 32 Tahun 2004 Hal tersebut berimplikasi pada
Pemerintah Daerah adalah pemberian penghapusan jabatan struktural eselon V di
otonomi yang luas kepada pemerintah lingkungan Pemerintah Kecamatan.
kabupaten atau kota untuk mengatur dan Penataan kelembagaan
mengurus kepentingan masyarakat mengakibatkan kelebihan pegawai yang
setempat menurut prakarsa sendiri berdampak pada Jabatan Struktural dan
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai kelebihan Pegawai Negeri Sipil yang
dengan peraturan perundang–undangan. berkualitas/ berkemampuan. Lepasnya
Konsekuensi logis dari perubahan jabatan seseorang karena penataan
paradigma manajemen pemerintahan ini mengakibatkan adanya sikap positif dan
antara lain adalah adanya tuntutan negatif terhadap implementasi
masyarakat terhadap peningkatan kualitas kebijaksanaan Pembentukan Organisasi
pelayanan yang diberikan pemerintah dan Tata Kerja Kecamatan (Perda Nomor
kepada masyarakat. Guna mengikuti 37 Tahun 2008). Lebih jauh lagi, hal
adanya perubahan paradigma tersebut tersebut dapat berpengaruh terhadap
maka profesionalisme aparatur pemerintah kinerja pegawai, terutama pada pegawai
di bidang pemerintahan pembangunan dan yang terpaksa harus lengser dari
kemasyarakatan menjadi tuntutan utama jabatannya. Hal ini patut dicermati karena
aparatur pemerintah. Di sini aparatur kinerja pegawai menjadi determinan dari
dituntut untuk meningkatkan kepekaan, kinerja organisasi sehingga penurunan
kompetensi dan motivasi dalam kinerja pada satu atau beberapa pegawai
mengidentifikasi serta menginventarisasi dapat membawa dampak pada kinerja
masalah dan menganalisisnya serta instansinya secara keseluruhan.
mengembangkan antisipasi Untuk mendukung efektivitas
penyelesaiannya melalui bentuk pelayanan pelayanan publik maka Pemerintah
prima sebagai wujud profesionalisme. Kecamatan di wilayah Kabupaten
Untuk meningkatkan fungsi peran sesuai Labuhanbatu memiliki aparatur khusus
dengan paradigma baru tersebut perlu ada yang bertugas mengelola pelayanan
upaya memperkokoh organisasi umum, yaitu Seksi Pelayanan Umum yang
pemerintah dengan mengoptimalisasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Hal
sumber daya yang termasuk diantaranya tersebut telah diatur dan ditetapkan dalam
optimalisasi sumber daya manusia. Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37
Dampak diberlakukannya otonomi Tahun 2008. Menurut Pasal 12 Perda
daerah, maka lahirlah beberapa peraturan tersebut, tugas pokok Seksi Pelayanan
daerah di Kabupaten Labuhanbatu, sebagai Umum adalah mengkoordinasikan urusan
dasar pelaksanaan kebijakan pemerintah pelayanan umum yang meliputi
meliputi bidang pemerintah, pembangunan kebersihan, sarana dan prasarana umum.
dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan Untuk menyelenggarakan tugas pokok
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

32
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

tersebut maka Seksi Pelayanan Umum secara orbitasi berada sekitar 30 km dari
mempunyai fungsi : Pusat Pemerintahan Kabupaten
a. Penyusunan program dan Labuhanbatu. Beberapa kondisi atau
penyelenggaraan, pembinaan, karakter wilayah yang terdapat pada
kebersihan, keindahan, pertamanan dan Kecamatan Kualuh Hulu tersebut menurut
sanitasi lingkungan. peneliti cukup menarik untuk dikaji
b. Penyusunan program, pengelolaan dan dalam kaitannya dengan implementasi
pembinaan administrasi pelayanan Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37
umum. Tahun 2008.
c. Pelaksanaan evaluasi fungsi-fungsi
sebagaimana dimaksud huruf a dan b METODE PENELITIAN
ayat ini. Metode penelitian yang digunakan
Sebagaimana diketahui, struktur dalam penelitian ini adalah metode
organisasi Pemerintah Kecamatan kualitatif. Metode kualitatif merupakan
sebagaimana terdapat dalam Perda prosedur penelitian yang menghasilkan
Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun data deskriptif berupa kata-kata tertulis
2008 lebih ramping dibanding struktur atau lisan dari orang-orang dan perilaku
organisasi terdahulu (lihat kembali Tabel yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor,
1). Kondisi demikian pada satu sisi 2000:3). Aplikasi metode kualitatif ini
memberikan peluang bagi terwujudnya sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
akselerasi dalam aktivitas pelayanan memotret dan menganalisis implementasi
publik di tingkat kecamatan. Bertolak dari Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37
hal tersebut penelitian ini bermaksud Tahun 2008 di Kecamatan Kualuh Hulu
mengkaji implementasi Perda Kabupaten dan implikasinya terhadap kualitas
Labuhanbatu 37 Tahun 2008 sehingga pelayanan.
nanti akan diketahui proses perjalanan Penelitian ini dilakukan di
kebijakan tersebut dalam rangka Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten
membentuk susunan organisasi dan tata Labuhanbatu. Argumen pemilihan lokasi,
kerja yang baru pada Pemerintah sebagaimana sudah dijelaskan dalam latar
Kecamatan di wilayah Kabupaten belakang, antara lain menyangkut kondisi
Labuhanbatu. Selain itu, dikaji pula wilayah yang terpencil, topografi wilayah
implikasi dari implementasi kebijakan yang beragam. Selain itu kondisi
tersebut terhadap kualitas pelayanan penduduknya mayoritas juga dibawah
publik sehingga diharapkan dapat garis kemiskinan. Semua itu membutuhkan
mengungkap apakah kebijakan tersebut pelayanan publik yang benar-benar
bermakna positif atau tidak terhadap berkualitas untuk meningkatkan
peningkatan kualitas pelayanan publik di kesejahteraan masyarakat.
tingkat Pemerintah Kecamatan. Sasaran penelitian ini meliputi :
Locus penelitian yang dipilih a. Para pejabat pejabat struktural
adalah di Kecamatan Kualuh Hulu Kecamatan, yang meliputi Camat,
Kabupaten Labuhanbatu. Konsiderannya, Sekretaris Kecamatan, dan para
Kecamatan Kualuh Hulu mempunyai Kepala Seksi.
tipikal wilayah yang bervariasi, mulai dari b. Staf/pegawai Kantor Kecamatan
wilayah yang berbukit-bukit hingga Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu.
dataran rendah. Dengan kondisi tersebut c. Masyarakat pengguna jasa.
maka Kecamatan Kualuh Hulu sering Teknik pengambilan sampel yang
mengalami banjir, terutama pada daerah dipakai dalam penelitian ini merupakan
yang letaknya rendah. Selain itu, perpaduan dari teknik purposive dan
Kecamatan Kualuh Hulu termasuk accidental. Aplikasi dari kedua teknik
sebagai daerah pelosok/pinggiran karena tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

33
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

a. Teknik purposive digunakan untuk dan menentukan tindakan yang


menggali data dari unsur pejabat perlu dilakukan dalam rangka
struktural dan staf/pegawai Kantor mengimplementasikan Perda
Kecamatan Kualuh Hulu. Dalam hal 37 Tahun 2008. Hal tersebut
ini, unsur pejabat struktural yang mencakup penentuan tujuan
menjadi informan adalah Camat, dan penentuan tindakan untuk
Sekretaris Kecamatan, dan para mencapai tujuan
Kepala Seksi yang seluruhnya 2. Organizing
berjumlah 7 orang. Untuk staf (Pengorganisasian)
kecamatan, diambil sebanyak 4 orang Pengorganisasian merupakan
yang dipandang mengetahui proses upaya untuk menyusun
implementasi Perda Kabupaten struktur organisasi dan dan
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 personalia, sesuai dengan
maupun implikasinya terhadap ketentuan yang telah
kualitas pelayanan publik. ditetapkan dalam Perda No.
b. Teknik accidental digunakan untuk 37 Tahun 2008.
menjaring informan dari masyarakat Berdasarkanhal tersebut maka
pengguna jasa. Penggunaan teknik ini aktivitas pengorganisasian
didasarkan pada kondisi di lapangan mencakup penyusunan
bahwa warga masyarakat yang struktur organisasi dan
membutuhkan pelayanan publik di penyusunan personalia, sesuai
Kantor Kecamatan setiap hari dengan ketentuan dalam Perda
berbeda-beda. Oleh karena itu, dengan No. 56 37 Tahun 2008.
aplikasi teknik accidental, peneliti 3. Actuating (Penggerakkan)
dapat mengambil warga masyarakat Actuating dalam konteks
yang pada saat penelitian ini penelitian ini dilihat sebagai
dilakukan tengah meminta pelayanan upaya untuk menggerakkan
di Kantor Kecamatan. personil maupun
Teknik pengumpulan data dalam melaksanakan tata kerja sesuai
penelitian ni terdiri dari : Wawancara dengan ketentuan yang telah
mendalam (in depth interview), Observasi diatur dan ditetapkan dalam
dan Dokumentasi,dalam mengkaji Perda No. 37 Tahun 2008.
majerial. Hal ini merujuk pada pendapat dengan demikian dimensi
Abdul Wahab (2002:112-113) bahwa actuating mengarah pada
implementasi dapat dipandang sebagai upaya menggerakkan personil
persoalan teknis atau manajerial. sesuai dengan tupoksi baru
Kemudian mengenai dimensi-dimensi yang merujuk pada ketentuan
yang diteliti mengacu pada prinsip-prinsip dalam Perda No. 37 Tahun
manajemen menurut Henry Fayol, yaitu 2008.
Planning, Organizing, Actuating, dan 4. Controlling (Pengawasan)
Controlling (POAC). Prinsip-prinsip Pengawasan adalah proses
manajemen tersebut kemudian disesuaikan pengamatan dari pelaksanaan
dengan karakteristik kebijakan yang seluruh kegiatan organisasi
diteliti, yaitu Perda No. 37 Tahun 2008. yang berkaitan dengan
Adapun perincian fokus kajian adalah implementasi Perda No. 37
perincian sebagai berikut :\ Tahun 2008 untuk menjamin
1. Planning (Perencanaan) agar kebijakan tersebut
Perencanaan dalam konteks berjalan sesuai dengan
penelitian ini didefinisikan rencana yang telah ditentukan
sebagai upaya merencanakan sebelumnya.

34
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Implikasi Perda Kabupaten rangka mencapai tujuan-tujuan yang


Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 telah ditetapkan.
terhadap kualitas pelayanan publik Menurut Handoko (2001:81) ada
Penelitian ini juga menyoroti implikasi dua alasan dasar perlunya perencanaan.
dari implementasi Perda Kabupaten Perencanaan dilakukan untuk mencapai
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 (1) protective benefits yang dihasilkan
terhadap kualitas pelayanan publik. dari pengurangan kemungkinan
Untuk mengkaji hal tersebut maka fokus terjadinya kesalahan dalam pembuatan
kajian mengacu pada dimensi-dimensi keputusan, dan (2) positive benefits
kualitas pelayanan yang yang diadaptasi dalam bentuk meningkatnya sukses
dari 5 dimensi kualitas pelayanan pencapaian tujuan organisasi.
menurut Berry (dalam Tjiptono, Langkah pertama dari
1996:70). Khusus untuk dimensi perencanaan adalah menentukan tujuan.
Responsive dan Emphaty digabung Dalam kaitan ini, setiap kebijakan publik
menjadi satu karena antara keduanya yang dibuat oleh pemerintah pasti
saling berkaitan satu sama lain. memiliki maksud dan tujuan positif yang
Teknik analisa data yang ingin dicapai. Hal demikian sejalan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendapat Anderson (dalam
analisa kualitatif deskriptif dengan Islamy, 2001:17) yang mengemukakan
model interaktif (Interactive Model of bahwa kebijakan publik adalah
Analysis). Menurut Sutopo (1988:73) serangkaian tindakan yang mempunyai
dalam analisis model terdapat tiga tujuan tertentu yang diikuti dan
komponen analisis, yaitu reduksi data, dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sajian data dan penarikan kesimpulan. sekelompok pelaku guna memecahkan
Ketiga komponen analisis tersebut suatu masalah tertentu. Merujuk pada
dilakukan dengan bentuk interaktif pendapat tersebut maka keberadaan
dengan proses pengumpulan data kebijakan publik pada dasarnya
sebagai suatu siklus. mengarah atau bertujuan pada upaya
Sesuai dengan fokus kajian pemecahan masalah (problem solving)
sebagaimana tercantum pada Bab III, yang dilakukan secara sistematis dan
implementasi Perda Kabupaten terarah.
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 dikaji Demikian pula halnya dengan
melalui pendekatan manajerial. Sejalan Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37
dengan itu, pembahasan hasil penelitian Tahun 2008, di mana kebijakan ini tentu
mengenai implementasi Perda Kabupaten memiliki tujuan-tujuan tertentu yang
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 secara dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
global dibagi dalam 4 sub pokok terkait.
bahasan, yaitu Planning, Organizing, Setelah tujuan sudah ditentukan
Actuating, dan Controlling. maka langkah berikutnya adalah
menentukan aksi atau tindakan yang
1. Perencanaan (Planning) dipandang perlu untuk dilakukan dalam
Perencanaan merupakan fungsi rangka mendukung tercapainya tujuan.
yang mutlak yang harus ada dalam suatu Dari data hasil penelitian maka diperoleh
organisasi, karena tanpa suatu informasi mengenai tindakan-tindakan
perencanaan maka tidak ada landasan yang dilakukan oleh Pemerintah
umum untuk melakukan aktivitas dalam Kabupaten Labuhanbatu dalam rangka
rangka pencapaian tujuan. Dengan mempersiapkan implementasi Perda No.
demikian perencanaan merupakan 37 Tahun 2008 yang sekaligus sebagai
penentu tindakan yang akan diperbuat upaya untuk mendukung tercapainya
untuk masa yang akan datang dalam tujuan. Adapun tindakan-tindakan yang

35
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

telah dilakukan antara lain adalah Perwujudkan restrukturisasi


sebagai berikut : Melakukan sosialisasi kelembagaan tersebut adalah penataan
dan melakukan pembenahan fasilitas struktur organisasi dan tata kerja yang
pelayanan. baru.
Terjadinya restrukturisasi
2. Pengorganisasian (Organizing) kelembagaan melalui penataan struktur
Suatu organisasi pada dasarnya organisasi dan tata kerja yang baru
terdiri dari sekelompok manusia yang merupakan hal yang logis mengingat
diorganisir dalam suatu wadah untuk antara regulasi sebelumnya dengan Perda
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Masing- Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun
masing elemen dalam organisasi 2008 memiliki perbedaan struktur
memiliki spesialisasi sendiri-sendiri organisasi dan tata kerja. Dengan
namun kesemuanya saling terkait dan berlakunya Perda Kabupaten
secara bersama-sama bergerak dinamis Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 maka
sesuai dengan bidang tugasnya dalam struktur organisasi pada peraturan
rangka mencapai tujuan. Hal ini sejalan terdahulu dirubah dengan struktur yang
dengan pendapat yang dikemukakan oleh ada dalam perda tersebut.
Dimock (dalam Handayaningrat, Perda Kabupaten Labuhanbatu
1989:42) bahwa organisasi adalah No. 37 Tahun 2008 memiliki struktur
perpaduan secara sistematis daripada yang lebih ramping dibanding struktur
bagian-bagian yang saling berkaitan pada kebijakan terdahulu. Hal ini
untuk menambah suatu kesatuan yang diindikasikan dengan susunan jabatan
bulat melalui kewenangan, koordinasi struktural yang hanya terdiri dari Camat,
dan pengawasan dalam usaha mencapai Sekretaris Kecamatan, dan 5 Kepala
tujuan yang telah ditentukan. Inilah yang Seksi. Oleh karena itu beberapa jabatan
menjadi makna inti dari aktivitas struktural yang ada sebelum Perda
pengorganisasian yang mana dalam Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun
aktivitas tersebut bagian-bagian maupun 2008, seperti Kepala Sub Seksi dan
para personil/anggota organisasi dengan Kepala Urusan menjadi tereliminasi.
spesialisasinya masing-masing Selain itu terjadi pula pembatasan eselon
dipadukan dan diatur sedemikian rupa (lihat kembali Tabel 1). Dengan kondisi
dalam suatu rangkaian aktivitas untuk demikian maka, sebagian personil yang
mencapai tujuan organisasi. sebelumnya menduduki jabatan tertentu
Pengorganisasian dalam konteks kemudian “lengser” karena jabatannya
penelitian ini didefinisikan sebagai dihapus dan mereka kembali menjadi
Pengorganisasian merupakan upaya staf.
untuk menyusun struktur organisasi dan Hingga penelitian ini dilakukan,
dan personalia, sesuai dengan ketentuan penataan kelembagaan sebagai
yang telah ditetapkan dalam Perda No. konsekuensi dari implementasi Perda
37 Tahun 2008. Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun
Dengan diimplementasikannya 2008, sudah selesai dilakukan pada
Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37 seluruh Kecamatan di Kabupaten
Tahun 2008 maka perlu dilakukan upaya Labuhanbatu, termasuk Kecamatan
pengorganisasian sesuai dengan Kualuh Hulu. Penataan personil,
ketentuan dalam kebijakan tersebut. khususnya pada para pejabat struktural,
Upaya pengorganisasian ini dilakukan sudah dilakukan dengan mengacu pada
dengan melakukan restrukturisasi ketentuan dalam Perda Kabupaten
kelembagaan sesuai dengan ketentuan Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008.
yang tercantum dalam Perda Kabupaten Merujuk pada uraian di atas,
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008. implementasi Perda Kabupaten

36
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 rampingnya struktur organisasi


menjadikan struktur organisasi Pemerintah Kecamatan dalam Perda
Pemerintah Kecamatan menjadi lebih Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun
ramping. Hal ini bermakna positif karena 2008 sehingga beberapa jabatan
memberikan potensi untuk meningkatkan struktural menjadi hilang. Oleh karena
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan itu sebagian aparatur Kecamatan yang
tugas-tugas pemerintahan di tingkat sebelumnya menduduki suatu jabatan
kecamatan, termasuk pelayanan publik. tertentu, misalnya Kepala Urusan atau
Sebagai komparasinya, dengan struktur Kepala Sub Seksi, kini kembali menjadi
organisasi yang “gemuk” maka sebuah staf.
institusi akan sulit untuk mencapai Restrukturisasi kelembagaan yang
efisiensi. Selain itu rantai birokrasi juga terjadi akibat implementasi Perda
semakin panjang sehingga dapat Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun
berpengaruh pada kinerjanya secara 2008 ternyata menimbulkan munculnya
keseluruhan. Jadi dengan struktur yang respon atau tanggapan dari pihak-pihak
lebih ramping maka akselerasi pelayanan tertentu yang terkena imbas dari
publik karena rantai birokrasi menjadi kebijakan tersebut. Informan Slm,
lebih pendek. Dengan demikian penataan seorang mantan Kepala Urusan yang kini
tersebut mengarah pada upaya untuk menjadi staf biasa, mengemukakan
menciptakan tata kerja yang lebih baik pendapatnya sebagai berikut :
dan efisien sehingga mendukung upaya
mencapai hasil-hasil kerja (kinerja) yang “....Kalau mau dibilang kecewa,
lebih baik dibanding sebelumnya. tentu saya kecewa. Juga dengan
Perampingan struktur organisasi teman-teman yang senasib dengan
dalam institusi pelayanan publik dalam saya. Saya kira itu manusiawi
rangka peningkatan kinerja institusi sekali. Tapi mau bagaimana lagi.
secara teoritis sejalan dengan upaya Kita hanya prajurit, yang mau
mewujudkan good governance sebagai tidak mau harus menurut pada
paradigma baru dalam manajemen peraturan yang sedang
pemerintahan yang dianut oleh berlaku.Kita tidak punya kekuatan
pemerintah era reformasi. Dalam kaitan apa-apa untuk melawan. ... Buat
ini Tjokroamidjojo (2000:47) saya pribadi, itu tidak terlalu
mengemukakan bahwa dalam kerangka berpengaruh. Prinsipnya saya siap
Reinventing Goverment maka birokrasi bekerja di posisi manapun. Saya
sebaiknya small (efficient) dan effective menyadari jabatan itu sifatnya
enterpreneurical. Jadi jelas bahwa sementara dan suatu ketika pasti
prinsip efektivitas dan efisiensi sangat akan ditarik kembali. ... Saya kira
penting dalam aktivitas di lingkungan rekan-rekan yang senasib dengan
birokrasi. Hal tersebut antara lain dapat saya umumnya juga begitu.
direalisasikan dalam bentuk perampingan Kecewa pasti ada, tetapi kita
(downsizing) institusi publik maupun harus legowo karena peraturan itu
penyederhanaan dan akselerasi dalam semata-mata tujuannya adalah
aktivitas pelayanan yang dilakukan. untuk kebaikan bersama, baik
Penataan kelembagaan, sebagai pemerintah maupun
aktivitas subtantif dalam implementasi masyarakat....” (Informan Slm)
Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37
Tahun 2008, juga menimbulkan efek Cuplikan pernyataan informan
domino berupa terjadinya kelebihan Slm di atas merupakan representasi dari
kuantitas di tingkat staf. Hal ini ekspresi kekecewaan yang dialami oleh
merupakan konsekuensi logis dari lebih personil yang harus menerima kenyataan

37
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

“lengser” dari jabatannya sebagai itu direalisasikan dengan pelaksanaan


konsekuensi dari implementasi Perda tugas pokok dan fungsi yang baru pada
Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun masing-masing personil/aparatur sesuai
2008. Menggarisbawahi pernyataan dengan ketentuan yang terdapat dalam
tersebut, munculnya kekecewaan bukan Perda No. 37 Tahun 2008, sebagai
sesuatu yang berlebihan dan sangat kebijakan aktual yang mengatur struktur
manusiawi karena implementasi organisasi dan tata kerja Pemerintah
kebijakan ternyata membawa efek yang Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu.
kurang menguntungkan bagi yang Pelaksanaan tugas pokok dan
bersangkutan. Meskipun demikian, fungsi yang baru sesuai dengan Perda
informan nampaknya juga menyadari No. 37 Tahun 2008 pada satu sisi
bahwa ada kepentingan dan manfaat lain menunjukkan adanya komitmen dan
yang lebih bermakna bagi institusinya kepatuhan dari aparatur kecamatan
maupun masyarakat, yaitu peningkatan terhadap kebijakan yang mengatur dan
efektivitas maupun efisiensi pelaksanaan mengikat mereka. Hal ini bermakna
tugas, termasuk pelayanan publik. positif dalam rangka merealisasikan dan
Kesadaran akan hal tersebut menjadikan memperkuat kedudukan Pemerintah
informan Slm tetap legowo dan bersikap Kecamatan sebagai Perangkat Daerah.
positif dengan kondisi yang terjadi pada Sebagaimana diatur dalam Undang-
dirinya. Sejalan dengan itu, ia tetap Undang Nomor 32 Tahun 2004,
memiliki komitmen untuk bekerja sebaik ditegaskan bahwa: “Kecamatan
mungkin di manapun ia berada, merupakan perangkat Daerah Kabupaten
meskipun hanya sebagai staf. Sikap dan Daerah Kota yang dipimpin oleh
demikian tentu sangat positif karena Kepala Kecamatan”. Sejalan dengan itu,
yang bersangkutan dapat memberikan dalam Pasal 12 Peraturan Pemerintah
kontribusi bagi unit kerjanya. Justru Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman
apabila yang lebih mengemuka adalah Organisasi Perangkat Daerah, disebutkan
ekpresi kekecewaan yang bahwa: “Kecamatan merupakan
berkepanjangan, maka hal itu bersifat perangkat daerah Kabupaten/Kota yang
kontraproduktif, baik bagi yang mempunyai wilayah kerja tertentu,
bersangkutan maupun unit kerjanya dipimpin oleh Camat yang berada di
secara keseluruhan. bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui Sekretaris
3. Penggerakan (Actuating) Daerah Kabupaten/Kota”.
Actuating dalam konteks Ketentuan tersebut di atas
penelitian ini dilihat sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa Pemerintah
menggerakkan personil maupun Kecamatan merupakan bagian integral
melaksanakan tata kerja sesuai dengan dalam Struktur dan Organisasi
ketentuan yang telah diatur dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
ditetapkan dalam Perda No. 37 Tahun yang berkedudukan sebagai
2008. dengan demikian dimensi kepanjanganan tangan dari Pemerintah
actuating mengarah pada upaya Daerah Kabupaten/Kota yang memiliki
menggerakkan personil sesuai dengan fungsi administratif dan koordinatif atas
tupoksi baru yang merujuk pada Kelurahan dan atau Desa yang berada
ketentuan dalam Perda No. 37 Tahun dalam lingkup wilayahnya. Sejalan
2008. dengan itu, Pemerintah Kecamatan
Merujuk pada petikan hasil mempunyai tugas pokok membantu
wawancara tersebut di atas, diperoleh Bupati/Walikota dalam penyelenggaraan
gambaran bahwa upaya actuating dalam Pemerintahan, pembangunan dan
kenyataannya sudah bisa berjalan. Hal pembinaan kemasyarakatan serta

38
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

melaksanakan tugas pemerintahan khusus ditujukan untuk mengatur


lainnya yang tidak termasuk dalam tugas struktur organisasi dan tata kerja di
perangkat daerah dan atau instansi tingkat Pemerintah Kecamatan. Dengan
lainnya. demikian kebijakan tersebut merupakan
regulasi yang langsung mengarah pada
“....Sebagai Perangkat Daerah lingkup intern Pemerintah Kecamatan
Kabupaten maka Pemerintah dan di sisi lain juga mengarah pada
Kecamatan secara hierarkhis upaya untuk meningkatkan kinerja
berada di bawah Pemerintah Pemerintah Kecamatan. Oleh karena itu
Kabupaten. .... Pemerintah segenap aparatur Pemerintah Kecamatan
Kecamatan tinggal manut dan memiliki kewajiban untuk mengikuti dan
melaksanakan kebijakan- mentaati kebijakan itu.
kebijakan yang telah diambil oleh Berpijak pada uraian di atas maka
Pemerintah Kabupaten selalu kepatuhan menjadi kata kunci dari
instansi atasan langsung. ... implemented-nya Perda Kabupaten
Dalam kaitannya dengan Perda Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 tidak
No. 37 Tahun 2008 maka kita lepas. Dengan melihat karakteristik
selaku aparatur Pemerintah lembaga (Pemerintah Kecamatan) maka
Kecamatan tinggal melaksanakan kepatuhan tersebut tidak sulit untuk
sesuai ketentuan yang berlaku dikonstruksikan karena kedudukan
karena kebijakan itu adalah untuk Pemerintah Kecamatan yang secara
melakukan penataan SOT di hirarkhis berada di bawah Pemerintah
Kecamatan....” (Informan Bd). Kabupaten. Demikian pula halnya
dengan kepatuhan di tingkat personil
Merujuk pada pernyataan tersebut (pejabat dan staf Kecamatan), yang juga
dapat diperoleh gambaran bahwa mudah untuk dikonstruksikan karena
kedudukan Pemerintah Kecamatan yang setiap aparatur pemerintah dituntut untuk
berada di bawah (Onderbouw) memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap
Pemerintah Kabupaten/Kota membawa berbagai macam regulasi yang mengikat
implikasi pada adanya tuntutan akan mereka, dengan segala konsekuensinya.
kepatuhan Pemerintah Kecamatan Jadi kepatuhan itu memiliki
terhadap kebijakan-kebijakan yang kecenderungan kuat bersifat mutlak.
diambil Pemerintah Kabupaten selaku Upaya mengkonstruksikan
instansi atasannya. Jadi Pemerintah kepatuhan juga semakin diperkuat
Kecamatan tinggal “manut” atau dengan rambu-rambu lain melalui
mengikuti dan menjalankan kebijakan- berbagai regulasi yang mengikat, seperti
kebijakan yang telah digariskan oleh peraturan pemerintah tentang disiplin
Pemerintah Kabupaten mengingat PNS dan penilaian kinerjanya (DP3).
Pemerintah Kecamatan merupakan Beberapa regulasi tersebut saling
bagian integral dan sekaligus memperkuat dan mendukung satu sama
kepanjangan tangan dari Pemerintah lain sehingga dapat dikatakan hampir
Kabupaten. tidak memberikan celah untuk
Dalam kaitannya dengan mengadakan resistensi bagi aparatur
implementasi Perda Kabupaten terkait. Dengan kondisi demikian, ketika
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008, seorang aparatur bersikap tidak patuh
tuntutan akan kepatuhan Pemerintah pada peraturan yang berlaku, tidak taat
Kecamatan terhadap kebijakan tersebut pada atasan, dan sejenisnya, maka ia bisa
semakin menguat. Hal tersebut dengan terkena sanksi disiplin dan sekaligus juga
mengingat bahwa Perda Kabupaten berpengaruh terhadap penilaian
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008 secara kinerjanya. Pada tahap selanjutnya, sikap

39
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

demikian dapat membawa dampak “suatu implementasi akan efektif jika


lanjutan, misalnya berupa pengenaan birokrasi pelaksananya mematuhi apa
sanksi disiplin (punishment), dan atau yang telah digariskan oleh peraturan
pengurangan nilai DP3, yang tentu akan (petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis).
membawa kerugian bagi perjalanan Oleh karena itu model ini disebut
karier ke depan bagi yang bersangkutan. sebagai model top down”. Jadi
Merujuk pada kenyataan tersebut keberhasilan impelementasi suatu
maka perlu pula dicermati bahwa kebijakan sangat ditentukan oleh tingkat
terkonstruksinya kepatuhan itu bisa jadi kepatuhan dari seluruh jajaran birokrasi
bukan semata-mata karena kepatuhan maupun pihak-pihak terkait terhadap
yang muncul dari dalam diri pihak-pihak aturan main yang telah digariskan dalam
terkait, terutama yang terkena imbas dari kebijakan tersebut. Terjadinya
kebijakan tersebut, yakni harus penyelewengan atau pelanggaran sekecil
kehilangan jabatan. Menurut analisis apapun dapat menghambat keberhasilan
peneliti, kepatuhan tersebut cenderung dalam proses implementasinya.
lebih dikarenakan tidak adanya celah
bagi pihak-pihak terkait untuk 4. Pengawasan (Controlling)
melakukan resistensi karena perda Menurut pendapat dari Siagian
menyangkut pengelolaan kelembagaan (1994:133), yang dimaksud dengan
unit kerja pemerintah, c.q Perda pengawasan adalah proses pengamatan
Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
2008, merupakan produk hukum yang organisasi untuk menjamin agar semua
bersifat mengikat dan harus ditaati oleh pekerjaan yang sedang dilaksanakan
setiap aparat pemerintah yang terkait berjalan sesuai dengan rencana yang
dengan kebijakan tersebut. Terlebih lagi, telah ditentukan sebelumnya. Kemudian
Perda Kabupaten Labuhanbatu No. 37 menurut George Terry (dalam
Tahun 2008 secara legal formal juga Handayaningrat, 1989:16) yang
memiliki payung hukum yang sangat dimaksud dengan pengawasan adalah
kuat, yaitu undang-undang otonomi menentukan apa yang sedang
daerah. Kesesuaian dengan peraturan di dilaksanakan, yakni hasil
atasnya membuat kedudukan Perda pelaksanaannya, menilai hasil tersebut
Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun dan apabila perlu menjadikan
2008 semakin kuat sehingga memiliki tindakan-tindakan perbaikan agar hasil
daya yang lebih tinggi untuk sesuai dengan rencana.
mengkonstruksikan kepatuhan pada Dalam konteks penelitian ini
pihak-pihak terkait. pengawasan didefinisikan sebagai proses
Adanya kepatuhan sebagai faktor pengamatan dari pelaksanaan seluruh
kunci dari implemented-nya Perda kegiatan organisasi yang berkaitan
Kabupaten Labuhanbatu No. 37 Tahun dengan implementasi Perda No. 37
2008 secara teoritis sejalan dengan Tahun 2008 untuk menjamin agar
pendekatan compliance yang kebijakan tersebut berjalan sesuai dengan
dikemukakan Ripley. Menurut Ripley rencana yang telah ditentukan
(dalam Wibawa, 1994:46) pendekatan sebelumnya.
compliance melihat implementasi Dari penggalian informasi selama
kebijakan akan berhasil apabila para penelitian, diperoleh gambaran bahwa
pelaksananya mematuhi petunjuk- tidak ada pelaksanaan fungsi
petunjuk yang ada dalam desain pengawasan yang khusus ditujukan
program. Hal itu juga diperkuat oleh terhadap implementasi Perda No. 37
Sabatier dan Mazmanian (dalam Tahun 2008. Jadi intinya setelah
Wibawa, 1994:68) yang menyatakan: kebijakan tersebut diimplementasikan,

40
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

melalui penataan kelembagaan yang IMPLIKASI PERDA NO. 37 TAHUN


kemudian ditindaklanjuti dengan 2008 TERHADAP KUALITAS
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PELAYANAN PUBLIK
masing-masing personil sesuai dengan Rasyid (2000:59) mengemukakan
ketentuan kebijakan yang baru, maka bahwa pemerintah pada dasarnya
tidak dilakukan pengawasan khusus dari mempunyai 3 (tiga) fungsi pokok, yaitu
instansi terkait. fungsi regulasi (pengaturan), pelayanan
Dalam kenyataan di lapangan, publik, serta pembangunan dan
pengawasan terhadap Pemerintah pemberdayaan masyarakat. Dengan
Kecamatan memang tetap ada, yaitu demikian pelayanan masyarakat atau
pengawasan dari Bawasda Kabupaten pelayanan publik menjadi salah satu
Labuhanbatu, akan tetapi hal itu fungsi pokok yang diemban oleh unit
merupakan kegiatan pengawasan reguler kerja pemerintah, terutama pada unit
(rutin) seperti yang selama ini dilakukan. kerja yang secara langsung menyediakan
Jadi sekali lagi, tidak terdapat pelayanan masyarakat. Mengenai makna
pengawasan khusus yang berkaitan atau definisi dari pelayanan publik,
dengan implementasi Perda No. 37 Pamudji (1999:20) mengemukakan
Tahun 2008. bahwa pelayanan publik merupakan
Selain berdasarkan informasi dari “pelayanan yang dilakukan oleh
informan penelitian ini, realitas pemerintah melalui berbagai kegiatan
mengenai tidak adanya pengawasan pemerintahan bertujuan untuk memenuhi
khusus menyangkut implementasi Perda kebutuhan masyarakat akan barang dan
No. 37 Tahun 2008juga sesuai dengan jasa“.
pengamatan dan pengalaman pribadi Dalam upaya mengkonstruksikan
peneliti, selaku bagian dari aparatur suatu bentuk pelayanan publik yang
kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu, berkualitas maka diperlukan kebijakan
Dalam hal ini, pasca Perda No. 37 Tahun yang bersifat mendukung ke arah itu.
2008 diimplementasikan tidak ada Pada konteks ini, Perda No. 37 Tahun
pengawasan menyangkut implementasi 2008, merupakan salah satu contoh
kebijakan tersebut. Jadi setelah konkrit dari kebijakan yang diterbitkan
sosialisasi, penataan kelembagaan, dan oleh pemerintah yang mengarah pada
realisasi pelaksanaan tugas pokok dan upaya menciptakan pelayanan publik
fungsi sesuai dengan kebijakan yang yang lebih berkualitas dan lebih baik
baru, dari instansi vertikal (Pemerintah dibanding masa sebelumnya.
Kabupaten) melalui unit terkait, yaitu Dalam perspektif pelayanan
Bawasda Kabupaten Labuhanbatu. publik, wacana dan tujuan yang
Tidak adanya pengawasan khusus terkandung dalam Perda No. 37 Tahun
menyangkut implementasi Peda No. 37 2008 tentu bermakna positif karena
Tahun 2008 menurut hemat peneliti substansi kebijakan ini mengarah pada
berkaitan dengan masalah efisiensi. Jadi komitmen untuk meningkatkan kualitas
pengawasan tersebut langsung disatukan pelayanan publik. Melalui implementasi
dengan pengawasan rutin yang dilakukan perda ini maka proses kegiatan
oleh Bawasda. Dengan menyatukan pelayanan masyarakat pada lingkup
pengawasan maka pelaksanaan Pemerintah Kecamatan di wilayah
pengawasan menjadi lebih efisien. Kabupaten Labuhanbatu diharapkan bisa
lebih dipercepat dan dipermudah
sehingga secara kualitas dapat lebih
meningkat. Dengan demikian eksistensi
Perda No. 37 Tahun 2008 dapat
dipandang sebagai kebijakan yang

41
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

bernilai strategis karena pada satu sisi manusia makin tergantung pada adanya
berfungsi untuk memenuhi amanat peralatan. Jadi jelas bahwa sarana dan
otonomi menyangkut peningkatan prasarana sangat penting dalam
kualitas pelayanan, dan di sisi lain juga menunjang suatu aktivitas.
sebagai respon terhadap semakin Demikian pula halnya dengan
meningkatnya kesadaran maupun aktivitas pelayanan publik di tingkat
tuntutan masyarakat terhadap kecamatan, di mana untuk
peningkatan kualitas pelayanan dari menyelenggarakan aktivitas tersebut
jajaran institusi pemerintah. dibutuhkan sarana dan prasarana yang
Salah satu tujuan dari penelitian memadai, baik secara kualitas maupun
ini adalah untuk mengetahui implikasi kuantitas. Hal itu dipandang penting
dari Perda No. 37 Tahun 2008 terhadap untuk mendukung berjalannya kegiatan
kualitas pelayanan publik, dengan locus pelayanan dengan baik.
di Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Terbitnya kebijakan baru yang
Labuhanbatu. Untuk membahas dan berorientasi pada peningkatan kualitas
menganalisis hal tersebut, peneliti pelayanan, seperti halnya Perda No. 37
mengacu pada dimensi-dimensi kualitas Tahun 2008, perlu diikuti pula dengan
pelayanan menurut Berry (dalam langkah-langkah terkait, khususnya
Tjiptono, 1996:70), yang terdiri dari peningkatan sarana dan prasarana
dimensi tangible, reliability, emphaty, pelayanan publik. Jadi antara kebijakan
dan assurance. Hasil penelitian dengan tindak lanjutnya bisa seiring dan
mengenai ke-4 dimensi tersebut akan saling mendukung satu sama lain.
disajikan pada pembahasan berikut ini. Merujuk pada uraian tersebut di
atas menunjukkan bahwa dimensi
1. Dimensi Tangibles tangibles di Kantor Kecamatan Kualuh
Barry (dalam Tjiptono, 1997:70) Hulu mengalami peningkatan pasca
mengatakan bahwa tangibles merupakan diimplementasikannya Perda No. 37
suatu kebutuhan pelanggan yang Tahun 2008. Peningkatan tersebut
berfokus pada penampilan barang atau terutama pada sarana dan prasarana
jasa yang mencakup : fasilitas, kerja, baik menyangkut jumlah atau
perlengkapan, penampilan pegawai dan kuantitas maupun kualitasnya.
sarana komunikasi. Berkaitan dengan hal Temuan hasil penelitian yang
tersebut, dimensi tangibles yang dikaji menunjukkan indikasi positif lain yang
dalam penelitian ini difokuskan pada mendukung upaya peningkatan kualitas
tampilan fisik, yang berwujud sarana dan pelayanan yang dijumpai selama
prasarana yang dibutuhkan dalam rangka penelitian adalah masalah dana untuk
menyelenggarakan pelayanan publik di keperluan sarana dan prasarana kerja
Kantor Kecamatan Kualuh Hulu. Sarana lebih diperhatikan. Dalam hal ini, ketika
dan prasarana tersebut dilihat aspek ada usulan penambahan anggaran dari
kuantitas maupun kualitas. Pemerintah Kecamatan yang
Dalam pelaksanaan aktivitas dimaksudkan untuk pengadaan sarana
organisasi tentu dibutuhkan adanya prasarana atau keperluan lain dalam
sarana dan prasarana yang menjadi alat rangka meningkatkan pelayanan publik,
bantu dan pendukung bagi kelancaran maka usulan tersebut sering diperhatikan
dan keberhasilan aktivitas yang dan mendapat prioritas dari Pemerintah
dilakukan. Dalam kaitan tersebut, Kabupaten. Sejalan dengan itu, pencairan
Moenir (2001:119) mengemukakan anggaran setelah usulan tersebut
pendapatnya bahwa dalam suatu disetujui juga tidak membutuhkan waktu
masyarakat maju dengan peralatan serba yang lama. Dalam beberapa minggu dana
canggih, kegiatan dalam kehidupan bisa dicairkan.

42
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

2. Dimensi Reliability Kondisi tersebut di atas sesuai


Menurut Berry (dalam Tjiptono, dengan pendapat yang dikemukakan oleh
1996:70), reliability (kepercayaan) Tjokroamidjojo (2000) yang berkaian
berarti pemenuhan janji pelayanan segera dengan kualitas pelayanan publik pada
dan memuaskan dari permasalahan institusi pemerintah. Dalam hal ini,
organisasi. Reliability merupakan Tjokroamidjojo antara lain
kecakapan dalam memberikan janji mengemukakan bahwa beberapa point
pelayanan yang tepat dan dapat penting yang mengarah pada langkah
diandalkan, meliputi : ketepatan waktu perbaikan mutu pelayanan masyarakat di
dan kecakapan dalam menanggapi antaranya adalah memberikan pelayanan
pelanggan atau konsumen. Sejalan secara tertib, cepat dan langsung kepada
dengan pendapat tersebut, kajian masyarakat yang memerlukan
mengenai dimensi reliability dalam penyelesaian sesaat. Kemudian khusus
konteks penelitian ini difokuskan pada untuk pelayanan yang memerlukan
aspek kecepatan dan ketepatan waktu waktu, agar dilandasi dengan
dalam memberikan pelayanan. kebijaksanaan yang transparan dan
diketahui masyarakat luas, yaitu
Dalam proses aktivitas pelayanan menerbitkan pedoman pelayanan, antara
publik, masyarakat pengguna jasa tentu lain memuat persyaratan prosedur,
menginginkan pelayanan yang biaya/tarif pelayanan, dan batas waktu
prosedurnya jelas, cepat, mudah dan penyelesaian pelayanan, baik dalam
tidak berbelit-belit. Dengan begitu maka bentuk buku panduan/ pengumuman atau
dibutuhkan proses pemberian pelayanan melalui media informasi lainnya.
yang cepat dan tidak membutuhkan
waktu. Selain itu dibutuhkan adanya 3. Dimensi Responsive
prosedur baku agar segala sesuatunya Responsive berarti keaktifan dalam
sudah jelas dan pasti. Adanya kepastian memberikan pelayanan secara tepat dan
dan kejelasan prosedur akan membuat tanggap yang merupakan ketulusan dalam
para pengguna jasa juga tidak perlu menolong pelanggan atau konsumen
untuk bertanya dan mencari informasi (Barry, dalam Tjiptono, 1997:70).
kesana-kemari mengenai prosedur dan Merujuk pada pendapat tersebut, kajian
proses pelayanannya. mengenai dimensi responsive dalam
Sejalan dengan paparan di atas, penelitian ini diarahkan pada 2 hal, yaitu :
realisasi pelayanan publik yang pemahaman petugas terhadap kebutuhan
berkualitas antara lain diindikasikan masyarakat pengguna jasa dan respon
dengan adanya kecepatan dan ketepatan petugas terhadap kesulitan yang dihadapi
dalam pemberian pelayanan. Di sini pengguna jasa.
petugas pelayanan dituntut untuk dapat Kebutuhan masyarakat dalam
memberikan pelayanan secara cepat dan proses aktivitas pelayanan publik pada
tepat. Cepat menunjuk pada pelaksanaan mumnya bermuara pada aspek kecepatan
tugas yang dilakukan dengan segera dan dan kemudahan ketika membutuhkan
tidak menunda-nunda prosesnya. Tepat atau meminta pelayanan. Untuk itu
bisa berarti berarti kesalahan-kesalahan dibutuhkan perangkat kebijakan yang
yang terjadi dalam proses pemberian mendukung ke arah itu. Untuk keperluan
pelayanan bisa diminimalkan. Untuk ini Perda No. 37 Tahun 2008 sudah bisa
mewujudkan itu maka diperlukan sikap sejalan karena kebijakan itu bertujuan
dan perilaku petugas yang konstruktif, untuk mempercepat dan mempermudah
yaitu dengan mengupayakan semaksimal aktivitas pelayanan publik di tingkat
mungkin kecepatan dan ketepatan dalam kecamatan. Pada sisi lain, satu hal yang
pemberian pelayanan. tidak kalah pentingnya dalam

43
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

mewujudkan kecepatan dan kemudahan tetapi juga kesulitan-kesulitan lainnya,


pelayanan adalah sikap dan perilaku misalnya ketidakmengertian atas
petugas dalam memberikan pelayanan. prosedur dan persyaratan pelayanan.
Di sini para petugas harus benar-benar Terlebih lagi Kecamatan Kualuh Hulu
memahami apa yang menjadi kebutuhan termasuk daerah yang bercorak
masyarakat dan jemudian harus pula pedesaaan sehingga tipikal masyarakat
ditindaklanjuti dengan upaya yang desa juga jelas terlihat, dengan segala
optimal untuk memenuhi kebutuhan itu. dinamikanya. Menyikapi hal tersebut
Data hasil penelitian pada dimensi maka dibutuhkan empati petugas
terdahulu, yakni dimensi reliability, telah terhadap kondisi maupun kesulitan-
memberikan gambaran bahwa para kesulitan yang muncul dari masyarakat
petugas di Kecamatan Kualuh Hulu pengguna jasa.
dapat memberikan pelayanan yang cepat Menurut Supranto (1999:231)
dan tepat kepada masyarakat pengguna empati (emphaty) berarti syarat untuk
jasa. Kondisi demikian secara substantif peduli, memberi perhatian pribadi bagi
menunjukkan bahwa para petugas dapat pelanggan. Dengan demikian empati
memahami kebutuhan masyarakat ketika berkaitan dengan kepedulian petugas
meminta pelayanan di Kantor pelayanan terhadap kebutuhan/ keinginan
Kecamatan. Pemahaman tersebut juga pengguna jasa dan perhatian terhadap
sudah ditindaklanjuti dengan upaya- kesulitan atau permasalahan yang
upaya untuk memenuhi kebutuhan dialami oleh pengguna jasa. Dengan kata
tersebut melalui proses pemberian lain, dalam konteks ini petugas
pelayanan yang cepat, tepat waktu dan pelayanan jasa hendaknya concern atau
meminimalkan kesalahan yang terjadi. memiliki kepedulian dan perhatian yang
Kondisi semacam itu memberi indikasi tinggi terhadap kondisi-kondisi yang
adanya bentuk pelayanan yang bermutu. meliputi pengguna saja, baik
Namun demikian, tidak berarti bahwa kebutuhannya maupun permasalahan-
semuanya baik-baik saja, karena pada permasalahan yang dihadapinya yang
sisi lain tetap dijumpai adanya berkaitan dan juga bepengaruh terhadap
permasalahan atau kendala yang terjadi proses pelayanan masyarakat. Hal
dalam proses pelaksanaan pelayanan tersebut dengan memper-timbangkan
masyarakat. bahwa kondisi pengguna jasa yang bisa
Dari hasil penelitian peneliti berbeda-beda antara satu dengan lainnya
antara lain menemukan adanya serta perbedaan kondisi dari waktu ke
permasalahan dalam pelayanan KTP. waktu
Sebagaimana diketahui, pelayanan KTP, Kesediaan dan upaya petugas
baik pembuatan maupun perpanjangan, dalam berempati terhadap kondisi-
merupakan salah satu tugas pokok yang kondisi pada pengguna jasa, menurut
dijalankan oleh Pemerintah Kecamatan, analisis peneliti juga dipengaruhi oleh
Kesulitan dan kendala yang berkaitan kondisi obyektif pada sebagian pengguna
dengan kondisi geografis memang suatu jasa. Sebagaimana diketahui wilayah
permasalahan tersendiri yang harus Kabupaten Labuhanbatu sebagian besar
dihadapi oleh masyarakat Kecamatan merupakan wilayah pedesaan. Dengan
Kualuh Hulu. Data statis dalam sendirinya mayoritas penduduknya
monografi kecamatan menunjukkan merupakan warga pedesaan. Di antara
bahwa orbitasi desa-desa di lingkup warga pedesaan tersebut sebagian di
Kecamatan Kualuh Hulu. antaranya menjadi pengguna jasa Kantor
Kesulitan yang dihadapi Kecamatan Kualuh Hulu Berkaitan
masyarakat pengguna jasa tentu tidak dengan itu, beberapa karakteristik khas
hanya menyangkut kondisi geografis, yang sering kita jumpai pada warga

44
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

pedesaan, atau wong ndeso, adalah lugu 4. Dimensi Assurance


dan berpendidikan rendah. Oleh karena Assurance (kepastian atau
itu mereka kadang-kadang canggung jaminan), meliputi : kemampuan,
ketika mengikuti kegiatan tertentu di kesopanan, sifat dipercayai dan bebas
daerah perkotaan, khususnya pelayanan dari bahaya resiko (Barry, dalam
pada sebuah instansi pemerintahan. Tjiptono, 1997:70). Dengan demikian
Dengan kondisi tersebut maka ketika subtansi dari dimensi ini antara lain
meminta pelayanan, mereka sering menunjuk pada kepercayaan pengguna
bertanya tentang berbagai hal. Itupun jasa terhadap petugas pelayanan dan
terkadang mereka masih belum benar- adanya sikap yang santun atau kesopanan
benar memahami setelah diberi petugas dalam memberikan pelayanan.
penjelasan sehingga, dengan kata lain Kedua hal itulah yang menjadi fokus
tidak cukup diberi penjelasan sekali. dalam mengkaji dimensi assurance
Menghadapi hal tersebut maka petugas dalam konteks penelitian ini.
Kantor Kecamatan Kualuh Hulu tetap Untuk mengkonstruksikan
harus bersikap arif dan sabar dengan kepercayaan masyarakat jasa maka
berusaha mengerti serta memahami diperlukan pengetahuan dan kemampuan
(berempati) terhadap kondisi mereka. petugas terhadap apa yang menjadi tugas
Realisasinya, penjelasan demi penjelasan pokok dan fungsinya. Dengan kata lain,
tetap harus diberikan sesuai dengan para petugas pelayanan harus memiliki
kebutuhan mereka meskipun pengetahuan dan kemampuan yang
konsekuensinya dibutuhkan waktu yang memadai, sesuai bidang tugasnya.
lebih lama. Di samping itu, petugas juga Hal lain yang juga mendukung
tidak diperkenankan untuk mengeluarkan baiknya pengetahuan dan kemampuan
kata-kata tertentu yang bernada petugas Kecamatan Kualuh Hulu dalam
mengejek, meskipun itu sekedar gurauan, melaksanakan tupoksinya juga tidak
misalnya :“pancen wong ndeso“. lepas dari upaya pengembangan pegawai
Betapapun mereka adalah bagian dari yang dilakukan secara institusional.
pengguna jasa yang memiliki hak untuk Adanya pelatihan operator komputer dan
mendapatkan pelayanan yang sebaik- dan administrasi pengelolaan KTP-KK,
baiknya dari petugas sesuai dengan sebagaimana yang sudah diuraikan pada
kebutuhannya. Di sisi lain, petugas pembahasan di muka (dalam dimensi
sendiri berkewajiban untuk memberikan tangible), merupakan salah satu bukti
pelayanan yang prima kepada setiap nyata dari upaya pengembangan pegawai
pengguna jasa, tidak peduli apakah si yang bertujuan untuk meningkatkan
pengguna jasa berasal dari daerah pengetahuan maupun kemampuan
perkotaan atau pedesaan, wong sugih petugas dalam melaksanakan tupoksinya.
(orang kaya) atau bukan, pejabat atau Selain itu, para pegawai juga masih
rakyat biasa, berpendidikan atau tidak, memiliki kesempatan untuk mengikuti
dan sebagainya. Inilah komitmen yang berbagai diklat lain, baik struktural
harus ditanamkan dan direalisasikan oleh maupun fungsional, yang kesemuanya
petugas pemberi jasa dalam upaya bermakna positif dalam rangka
memberikan pelayanan yang prima dan meningkatkan pengetahuan maupun
berkualitas kepada pengguna jasa. kemampuannya. Dengan semakin
Sejalan dengan itu, diskriminasi dalam berkembangnya pengetahuan dan
pemberian pelayanan, apapun bentuknya, kemampuan tersebut maka hal itu
merupakan sesuatu yang harus semakin mendukung terhadap
dieliminir. tumbuhnya kepercayaan masyarakat
pengguna jasa pada para petugas.

45
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Kemampuan yang memadai kepada setiap warga masyarakat yang


memang sangat penting bagi petugas tengah meminta pelayanan. Kemampuan
karena hal itu menjadi salah satu fondasi yang memadai akan menjadi ternoda,
dari keberhasilan dalam menjalankan atau bahkan kurang bernilai, apabila
tugas. Dalam kaitan ini, Ranupandoyo tidak disertai dengan sikap yang sopan.
(1984:29) mengatakan bahwa betapapun Kebijakan pimpinan yang
kecilnya sesuatu bidang tugas pekerjaan, menekankan arti penting kesopanan
jika menghendaki pelaksanaan secara dalam memberikan pelayanan
baik, cepat, tepat dan hemat menuntut masyarakat dapat menjadi pengarah serta
pelaksananya memiliki pengetahuan dan dasar komitmen bagi para petugas untuk
kepandaian. Mengacu pada pendapat ini mewujudkan sikap tersebut. Terlebih
maka kemampuan kerja pegawai ini lagi, informan Bd, selaku pimpinan, juga
merupakan satu dasar yang kuat pada sudah menegaskan akan memberikan
seorang pegawai untuk dapat bekerja teguran bila mengetahui ada stafnya yang
dengan baik dan efektif. Dengan semakin bersikap kurang sopan kepada
baik atau tingginya kemampuan kerja masyarakat pengguna jasa. Hal ini
maka tugas-tugas yang diemban seorang merupakan suatu bentuk pembinaan
pegawai akan lebih mudah dilaksanakan. atasan dan sekaligus juga punishment,
Hal demikian diperkuat pula oleh Steers dan tentu setiap petugas tidak ingin
(1985:188) yang mengemukakan mendapatkannya.
pendapatnya bila seorang pegawai tidak Fenomena yang menunjukkan
memiliki kemampuan yang dibutuhkan bahwa para petugas Kantor Kecamatan
bagi pekerjaan tertentu atau bila pegawai Kualuh Hulu mampu bersikap sopan
itu tidak begitu berminat pada pekerjaan terhadap warga masyarakat yang
tersebut, sulit dipercaya bahwa tingkat meminta pelayanan dalam instansi
prestasinya tinggi. tersebut diperkuat dengan tidak adanya
Dari paparan di atas dapat pula pengaduan (complain) dari masyarakat
dikatakan bahwa pegawai yang menyangkut kesopanan petugas, baik
mempunyai kompetensi atau kemampuan yang disampaikan secara lisan maupun
kerja memadai relatif mempunyai tertulis. Mengenai tidak adanya complain
peluang yang besar untuk bisa tersebut, tidak hanya dinyatakan oleh
melaksanakan tugas dan pekerjaan informan Bd, tetapi juga oleh sejumlah
dengan memuaskan dan selesai tepat informan lain, baik dari unsur petugas
pada waktunya, sesuai yang dijanjikan, maupun masyarakat pengguna jasa. Jadi
sehingga hal tersebut akan memberikan sikap yang santun dari para petugas
kontribusi yang nyata kepada organisasi. ternyata tidak hanya berhenti pada
Sebaliknya, apabila seorang pegawai tataran wacana serta sekedar lip service
kemampuannya kurang atau bahkan tidak dari atasan maupun petugas terkait,
memadai, maka pegawai yang tetapi memang secara nyata dapat
bersangkutan akan mengalami kesulitan terwujud.
di dalam memahami dan melaksanakan Dari rangkaian pendapat di atas
tugas-tugasnya dengan baik sehingga tercermin bahwa kemampuan yang
kontribusinya kepada organisasi/instansi dimiliki oleh para petugas Kantor
relatif lebih kecil. Bahkan pegawai yang Kecamatan Kualuh Hulu dalam
bersangkutan bisa menjadi titik lemah menjalankan tugasnya untuk
bagi instansinya. memberikan pelayanan kepada pengguna
Sikap petugas ketika memberikan jasa sudah cukup baik. Hal itu juga
pelayanan juga sangat penting untuk disertai dengan sikap yang sopan dan
mengkonstruksikan assurance. Di sini ramah dalam memberikan pelayanan
diperlukan sikap yang ramah dan sopan kepada setiap warga masyarakat yang

46
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

tengah meminta pelayanan. Kedua hal Kualuh Hulu. Pada tahap berikutnya
tersebut sangat penting dalam aktivitas dengan adanya pelayanan yang
pelayanan untuk mendukung berkualitas itulah akan bisa terwujud
terwujudnya pelayanan yang memuaskan adanya kepuasan pengguna jasa karena
bagi pengguna jasa. Kemampuan yang terdapat kesesuaian antara harapan dari
baik tanpa disertai sikap yang santun pengguna jasa (yang tentu mengharapkan
dalam memberikan pelayanan akan sulit pelayanan yang baik) dengan
untuk mengkonstruksikan kualitas pengalaman yang dialami, dalam arti
pelayanan yang tinggi. Hal yang sama kondisi senyatanya yang terjadi dalam
juga terjadi ketika petugas mampu kegiatan pelayanan yang diterimanya.
bersikap santun, tetapi kemampuannya Hal demikian sesuai dengan pendapat
sangat terbatas. Oleh karena itu Engel (Supranto, 1999:122) yang
diperlukan adanya sinergi dari kedua hal menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
tersebut agar pelayanan yang diberikan merupakan evaluasi purnabeli di mana
benar-benar berkualitas. alternatif yang dipilih sekurang-
Dari perspektif petugas, kurangnya sama atau melampaui harapan
pengetahuan mengenai bidang tugas pelanggan. Sejalan dengan itu Kotler
memang sangat penting untuk juga menegaskan bahwa kepuasan
mendukung keberhasilan pelaksanaan pelanggan adalah tingkat perasaan
tugasnya untuk memberikan pelayanan seseorang setelah membandingkan
sebaik mungkin kepada masyarakat. kinerja (atau hasil) yang ia rasakan
Petugas yang pengetahuannya memadai dibandingkan dengan harapannya.
akan lebih sigap dalam menjalankan
tugasnya. Hal tersebut akan semakin KESIMPULAN DAN SARAN
kondusif ketika petugas juga mampu Kesimpulan
bersikap sopan dan santun dalam Berdasarkan pembahasan hasil
menjalankan tugasnya, Dengan kondisi penelitian yang telah diuraikan pada bab
demikian maka petugas yang sebelumnya dapat diambil beberapa
bersangkutan relatif mempunyai peluang kesimpulan sebagai berikut :
yang tinggi untuk mewujudkan kualitas 1. Implementasi Perda Kabupaten
pelayanan yang baik. Labuhanbatu No. No. 37 Tahun 2008
Kemudian pada perspektif Berikut ini kesimpulan hasil
pengguna jasa, adanya pengetahuan yang pembahasan mengenai implementasi
baik dan memadai dari para petugas juga kebijakan tersebut dengan
menimbulkan adanya harapan dan menggunakan pendekatan manajerial;
keyakinan bahwa petugas akan mampu a. Planning (Perencanaan)
menjalankan tugasnya dengan baik, Realisasi perencanaan dalam
cepat, dan tepat, sehingga pada akhirnya implementasi Perda Kabupaten
pengguna jasa bisa puas. Hal yang sama Labuhanbatu No. No. 37 Tahun
juga berlaku pada aspek sikap, yaitu 2008 dilakukan melalui penentuan
kesopanan dan keramahan petugas dalam tujuan dan dilanjutkan tindakan-
memberikan pelayanan kepada pengguna tindakan yang dipandang perlu
jasa. Sikap sopan dan ramah merupakan untuk mendukung pencapaian
kewajiban yang harus dilakukan petugas tujuan, yakni melalui sosialisasi
dalam kegiatan pelayanan dan hal itu serta pembenahan sarana dan
juga tentu lebih mengena dan dibutuhkan prasarana pelayanan.
oleh pengguna jasa. Kesemuanya itu b. Organizing (Pengorganisasian)
pada akhirnya sangat berperan dalam Upaya pengorganisasian dalam
rangka merealisasikan adanya pelayanan rangka implementasi Perda
yang berkualitas di Kantor Kecamatan Kabupaten Labuhanbatu No. No.

47
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

37 Tahun 2008 dilakukan melalui Kondisi pada dimensi


restrukturisasi kelembagaan. reliability relatif baik yang
Melalui langkah tersebut maka diindikasikan dengan
struktur organisasi dan personalia kecepatan dan ketepatan
ditata ulang, sesuai dengan waktu dalam pemberian
ketentuan yang terdapat pada pelayanan. Selain itu para
kebijakan yang baru. petugas juga dapat
c. Actuating (Penggerakkan) meminimalisasi terjadinya
Actuating direalisasikan melalui kesalahan dalam proses
pelaksanaan tugas pokok dan pemberian pelayanan.
fungsi masing-masing aparatur c. Dimensi Responsive
sesuai dengan ketentuan yang Dimensi responsive cukup
telah diatur dan ditetapkan dalam kondusif yang direfleksikan
Perda Perda Kabupaten oleh pemahaman petugas
Labuhanbatu No. 37 Tahun 2008. terhadap kebutuhan-kebutuhan
d. Controlling (Pengawasan) masyarakat dalam proses
Tidak ada pengawasan khusus pelayanan, seperti kemudahan
yang dilakukan dalam rangka dan kecepatan pelayanan. Hal
implementasi Perda Kabupaten itu juga didukung dengan
Labuhanbatu No. No. 37 Tahun respon positif dari petugas
2008. terhadap kesulitan-kesulitan
2. Implikasi Perda Kabupaten yang dihadapi masyarakat
Labuhanbatu No. No. 37 Tahun pengguna jasa, di mana
2008 terhadap kualitas pelayanan petugas memiliki kepedulian
publik. dan kemauan untuk membantu
Implementasi Perda mengatasi kesulitan-kesulitan
Kabupaten Labuhanbatu No. No. yang dihadapi pengguna jasa.
37 Tahun 2008 membawa d. Dimensi Assurance
implikasi positif terhadap Dimensi ini kondisinya relatif
peningkatan kualitas pelayanan baik, yang diindikasikan
publik di Kecamatan Kualuh dengan tumbuhnya
Hulu. Hal tersebut diindikasikan kepercayaan masyarakat
melalui dimensi-dimensi kualitas terhadap kemampuan petugas
pelayanan, yaitu sebagai berikut : dalam memberikan pelayanan
a. Dimensi Tangibles yang berpadu dengan sikap
Dimensi ini mengalami santun/sopan dari para petugas
peningkatan secara kuantitas ketika memberikan pelayanan.
maupun kualitas, yaitu dengan
pengadaan serta penambahan Saran
sarana dan prasarana yang Mengacu pada kesimpulan hasil penelitian
dibutuhkan untuk mendukung maka diajukan implikasi sebagai berikut :
kegiatan pelayanan publik, 1. Segenap aparatur Pemerintah
yaitu komputer dan mebelair. Kecamatan Kualuh Hulu harus
Hal itu juga disertai dengan mampu merespon positif keberadaan
dukungan pendanaan melalui Perda Kabupaten Labuhanbatu No.
Anggaran Belanja Tambahan 37 Tahun 2008 melalui peningkatan
(ABT) untuk mendukung
kinerja dalam melaksanakan tugas
operasionalisasi tugas-tugas pokok dan fungsinya, termasuk
kedinasan. pelayanan publik. Untuk itu,
b. Dimensi Reliability

48
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

komitmen terhadap peningkatan Kerakyatan, Yayasan Obor


kinerja maupun peningkatan kualitas Indonesia, Jakarta.
pelayanan publik harus menjadi Miles, Mathew B. dan Huberman,
budaya dalam pelaksanaan tugas. Michael A., 1992, Analisis Data
2. Penambahan sarana dan prasarana Kualitatif, Terjemahan Tjejep
kerja hendaknya dimanfaatkan sebaik Rohendi, UI Press, Jakarta.
mungkin untuk mendukung efisiensi Moenir, A.S., 2001, Manajemen
dan efektivitas kerja secara optimal. Pelayanan Umum di Indonesia,
Untuk itu sarana kerja yang vital, Bumi Aksara, Jakarta.
seperti halnya komputer, agar Moleong, Lexy J., 2000, Metodologi
mendapat perawatan atau service Penelitian Kualitatif, Remaja
secara teratur oleh tenaga ahli di Rosdakarya, Bandung.
bidangnya. Hal ini dimasudkan agar Pamudji, 1999, Kepemimpinan
peralatan tersebut bisa optimal Pemerintahan di Indonesia,
kinerjanya dan juga untuk mencegah Rajawali, Jakarta.
adanya gangguan/kerusakan yang Pressman, Jeffrey L. dan Aaron B,
dapat menghambat kegiatan Wildawsky, 1979,
pelayanan. Perlu disadari bahwa Implementation, University of
konsekuensi yang bisa ditimbulkan California Press, California.
oleh adanya gangguan/kerusakan Ranupadjojo, Heidyrahman dan Suad
pada peralatan yang vital, harganya Husnan, 1984, Manajemen
jauh lebih mahal daripada biaya yang Sumber Daya Manusia. BPFE,
dialokasikan untuk perawatan rutin, Yogyakarta.
karena hal tersebut berkaitan Robins, Stephen P., 1988, Perilaku
langsung dengan kualitas pelayanan. Organisasi, Terjemahan Jusuf
Udaya, Arcan, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Supranto, 1999, Pengukuran Tingkat
Abdulwahab, Solichin, 1997. Analisis Kepuasan Pelanggan, Rineka
Kebijaksanaan; Dari Formulasi Cipta, Jakarta.
Ke Implementasi Kebijaksanaan Sutopo, Heribertus, 1988, Pengantar
Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Penelitian Kualitatif; Dasar-
Bogdan, Robert dan Steven Taylor, 1992, Dasar Teoritis dan Praktis,
Pengantar Metode Kualitatif, Universitas Sebelas Maret,
Terjemahan Tjejep Rohendi, Surakarta.
Usaha Nasional, Surabaya. Soetopo, 1999, Kebijakan Publik dan
Lindblom, Charles E., 1986, The Policy- Implementasi, LAN, Jakarta.
Making Process, Englewood Cliffs Steers, Richard M., 1995, Efektivitas
Prenticesity Press, New Jersey. Organisasi, Erlangga, Jakarta.
Islamy, M. Irfan, 2001, Prinsip-Prinsip Tjokroamidjojo, Bintoro 2000, Good
Perumusan Kebijaksanaan Governance (Paradigma Baru
Negara, Bumi Aksara, Jakarta. Manajemen Pembangunan, Bumi
Jones, Charles O., 1984, Pengantar Aksara, Jakarta.
Kebijakan Publik (Public Policy), Wibawa, Samodra, 1994. Evaluasi
Rajawali Pers, Jakarta. Kebijakan Publik, Raja Grafindo
Kaho, Josef Riwo, 1991, Prospek Persada, Jakarta.
Otonomi Daerah di Negara Widjaja, AW., 1992, Titik Berat Otonomi
Republik Indonesia, Cetakan Pada Daerah Tingkat II, Raja
Kedua, Rajawali, Jakarta. Grafindo Persada, Jakarta.
Korten, David C. dan Sjahrir, 1998,
Pembangunan Berdimensi

49
Vol. 1, No. 1, Juni 2011 Heri Wahyudi Marpaung 29-50

Winarno, Budi, 2002, Teori dan Proses


Kebijakan Publik, Medio
Presindo, Yogyakarta.

Sumber Lain :
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
11 Tahun 2003 tentang Pedoman
Organisasi Kecamatan.
Keputusan MENPAN No.
63/Kep/M.PAN/ 2003 tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik.
Keputusan MENPAN No.
Kep/24/M.PAN/ 2053 tentang
Pedoman Umum Penyusunan
Indeks Kepuasan Masyarakat Unit
Pelayanan Instansi Pemerintah.
Keputusan MENPAN No.
Kep/26/M.PAN/2004 tentang
Petunjuk Teknis Transparansi dan
Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2003 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun
2001 tentang Pedoman Umum
Pengaturan mengenai Desa.
Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah.
Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten
Labuhanbatu Nomor 37 Tahun
2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan.

50

Anda mungkin juga menyukai