Anda di halaman 1dari 36

Modul 6

Sistem Komunikasi Indonesia dalam


Wilayah Otonom
Drs. Sumarno AP, SH, MH.
Drs. H. E. Lukman Hermawan, M.Pd.

PE N D A HU L UA N

D alam sistem komunikasi Indonesia terdapat rumah tangga sistem atau


subsistem suprastruktur di tingkat bawah yang disebut sub sistem
wilayah otonomi.
Rumah tangga otonomi mengelola sumber-sumber komunikasi bersifat
lokal yaitu urusan-urusan komunikasi dalam kapasitas lokal.
Sumber-sumber komunikasi yang dikelola di tingkat lokal terdiri dari
dua tingkat yaitu sumber komunikasi yang dikelola di tingkat Provinsi dan
sumber-sumber komunikasi yang dikelola di tingkat Kabupaten atau Kota.
Sumber-sumber komunikasi di masing-masing wilayah tidak terkait
secara berjenjang, karena setiap daerah mempunyai urusan masing-masing.
Sebelum adanya perubahan peraturan perundangan secara hierarkis
masih berlangsung hubungan secara vertikal melalui suatu asas yang disebut
asas dekonsentrasi, dalam artian bahwa daerah merupakan aparat pusat di
daerah, akan tetapi setelah berlakunya undang-undang yang baru maka
hubungan hierarki berubah menjadi hubungan langsung antara daerah
kabupaten dan Kota yang dipimpin oleh Bupati dan Walikota dengan
pemerintah pusat tanpa harus melalui Provinsi namun dalam kerangka
totalitas sistem, daerah-daerah otonomi ini merupakan bagian integral dari
sistem politik dan sistem norma atau sistem komunikasi nasional, karena itu
Anda akan memahami setelah Anda menekuni Modul 6 ini yang akan
membahas tentang hakikat komunikasi wilayah otonom jalinan komunikasi
horizontal, proses keterpaduan, proses komunikasi di wilayah desa.
Secara umum setelah mempelajari Modul 6 ini Anda diharapkan dapat
memahami sistem komunikasi Indonesia dalam wilayah otonomi.
6.2 Sistem Komunikasi Indonesia 

Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda


dapat menjelaskan tentang:
1. hakikat komunikasi wilayah otonomi,
2. Proses komunikasi di dalam mencapai sasaran, dan
3. Komunikasi di wilayah otonomi desa.
 SKOM4207/MODUL 6 6.3

Kegiatan Belajar 1

Hakikat Komunikasi Wilayah Otonom

S ebelum Anda memasuki bahasan lebih rinci tentang komunikasi yang


berlangsung dalam daerah otonomi terlebih dahulu perlu dipahami
aspek-aspek apa saja yang muncul dari daerah otonom ini.
Munculnya daerah otonom sebagai ketentuan yang ditetapkan dalam
Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, menetapkan bahwa :
“Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
Provinsi dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap
Provinsi Kabupaten dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang
diatur dengan undang-undang”.
Dari kalimat yang diturunkan dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1945 tersebut menunjukkan bahwa Negara Indonesia sebagai satu
pemerintahan (eenheidsstaat/einkeitsstaat) yang terbagi kedalam daerah
besar yaitu Provinsi dan daerah kecil yaitu Kabupaten atau kota. Kedua
daerah besar dan kecil bersifat otonom dan merupakan wilayah administratif
yang diatur menurut undang-undang.
Pemberian otonomi terhadap daerah tidak dimaksudkan membentuk
pemerintahan di dalam suatu pemerintahan, namun harus diberi makna sesuai
ketentuan undang-undang yaitu untuk meningkatkan kualitas layanan kepada
masyarakat dan untuk melaksanakan pembangunan. Untuk tercapainya
maksud tersebut maka daerah diberi otonomi untuk mengurus rumah tangga
sendiri.
Pemberian otonomi ini adalah sebagai pelaksanaan asas desentralisasi.
Menurut istilah undang-undang yang dimaksud desentralisasi adalah
penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah atau daerah tingkat atasnya
kepada daerah menjadi urusan rumah tangganya.
Untuk mengurus rumah tangganya agar bersifat efektif dan produktif
dengan tingkat dinamika yang bersifat optimal maka daerah diberi otonomi
yaitu hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Urusan-urusan pemerintahan yang telah diserahkan kepada daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan
tanggung jawab daerah. Dalam hal ini prakarsa sepenuhnya diserahkan
kepada daerah dari mulai penentuan kebijaksanaan, perencanaan dan
6.4 Sistem Komunikasi Indonesia 

pelaksanaannya termasuk pembiayaan daerah berikut dinas-dinas daerah


sebagai perangkat pelaksana daerah. Namun demikian dalam kerangka
eenheidsstaat atau satu kesatuan pemerintahan maka semua urusan-urusan
tanggung jawab terakhir tetap berada pada pemerintah.
Pengaturan tentang otonomi daerah telah mengalami beberapa kali
perubahan antara lain: undang-undang No. 18 Tahun 1965 yang diubah oleh
UU No. 5 Tahun 1974. Dalam empat windu belakangan ini maka UU No. 5
Tahun 1974 diubah menjadi UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan oleh UU No. 32 Tahun 2004.
Pengertian atau perubahan undang-undang tersebut sebagai konsekuensi
dilaksanakannya amandemen terhadap UUD 45 sehingga tatanan otonomi di
daerah pun terjadi perubahan pula.
Dalam undang-undang No. 32 Tahun 2004 BAB I ketentuan umum Pasal
1 ayat (2), (3) dan ayat (4), ayat (5), secara utuh ayat-ayat tersebut dapat
dilihat pada pasal bersangkutan yang pada intinya menetapkan tentang:
1. penyelenggaraan unsur pemerintahan daerah oleh pemerintah daerah dan
DPRD,
2. unsur penyelenggaraan pemerintah daerah yaitu Gubernur, Bupati atau
Walikota,
3. DPRD sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah, dan
4. hal-hal yang berkait otonomi tentang makna otonomi dan hakikat
otonomi.

Dari ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan terhadap


sumber-sumber komunikasi bersifat spesifik; artinya bahwa sumber-sumber
komunikasi dikelola sesuai kebutuhan dan kapasitas daerah.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu tentang asas-asas
pemerintahan yang mendasari berlangsungnya proses komunikasi di daerah,
yaitu:
1. asas dekonsentrasi.
2. asas desentralisasi.

Asas dekonsentrasi, mendasari pelimpahan wewenang pemerintahan


oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah,
sedangkan asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
 SKOM4207/MODUL 6 6.5

oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus


urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Asas dekonsentrasi menurut UU No. 32 Tahun 2004 hanya berada di
tingkat Provinsi tidak sampai ke tingkat Kabupaten atau Kota. Hal ini berarti
komunikasi vertikal-vertikal hanya sampai tingkat Provinsi. Pada asas ini
Gubernur berada pada kapasitas sebagai kepala wilayah sebagai wakil
pemerintah di daerah.
Hal ini diatur dalam Pasal 37 ayat (1) dan (2) sebagai berikut:
Ayat (1) Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan sebagai wakil
pemerintah di wilayah Provinsi yang bersangkutan.
Ayat (2) dalam kedudukannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Gubernur bertanggung jawab pada presiden.
Dari ketentuan Pasal 37 ayat (1) dan (2) dimaksud maka berlangsung
alur komunikasi vertikal-vertikal.
Gubernur sebagai wakil pemerintah di daerah mengkoordinasikan
sumber-sumber komunikasi di daerah Kabupaten atau Kota. Namun dalam
desentralisasi Gubernur sebagai kepala daerah tidak dapat mengadakan
intervensi atau campur tangan urusan Kabupaten atau Kota. Dalam artian
tidak ada hierarki komunikasi alur vertikal. Sebagaimana ragaan berikut ini :

Ragaan No. 27

Gambar 6.1
6.6 Sistem Komunikasi Indonesia 

Setelah Anda pahami hal-hal yang mendasar tentang otonomi daerah dan
perangkat otonominya maka Anda dapat memahami bagaimana proses
komunikasi yang berlangsung di daerah (sebutan daerah otonom adalah
daerah).

A. JALINAN KOMUNIKASI ANTARA KEPALA DAERAH


DENGAN DPRD

Lembaga pemerintah dan DPRD merupakan dua lembaga yang sangat


menentukan maju mundurnya daerah yang bersangkutan.
Jalinan komunikasi antar dua lembaga tersebut menentukan arah
kebijakan dalam mencapai fungsi primer daerah yaitu tujuan daerah.
Orientasi kebijakan daerah harus berbobot orientasi kepada masyarakat
dalam artian bahwa kemasan komunikasi harus mampu mengakomodasi
seluruh kepentingan masyarakat.
Kebijakan-kebijakan daerah (local policy) pada hakikatnya merupakan
kebijakan untuk mengurus rumah tangga daerah yang tidak mungkin dapat di
jangkau oleh kebijakan pemerintah.
Tugas utama daerah adalah bagaimana mensejahterakan warga
masyarakat sesuai potensi yang dimiliki daerah bersangkutan.
Simbol-simbol komunikasi di tata secara bijak menurut lingkup dan
tugas fungsi kedua lembaga pemerintahan dan DPRD.
Tugas dan fungsi DPRD dikemas dalam pasal 42 ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf k juga dalam pasal 44 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf h.
DPRD mempunyai hak-hak sebagaimana diatur dalam ayat tersebut.
Simbol-simbol komunikasi yang terkait dengan kesejahteraan warga
masyarakat dikemas dalam perda dan persetujuan Anggaran Belanja Daerah
(APBD) di mana kedua bentuk tersebut merupakan persetujuan bersama
antara kepala daerah dengan DPRD. Produk kebersamaan ini merupakan
kebijakan daerah sebagai fungsi layanan publik.
Selain itu perda yang dibentuk kemudian dijabarkan kedalam keputusan
daerah sebagai dasar-dasar normatif memedomani sikap perilaku warga
masyarakat dalam memanfaatkan simbol-simbol komunikasi dalam
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan tingkat kehidupan mereka.
Simbol-simbol komunikasi digunakan baik oleh kelompok sebagai
komunitas maupun oleh swasta disektor bisnis.
 SKOM4207/MODUL 6 6.7

Kemajuan daerah pada akhirnya terpulang kepada tiga domain yaitu


sektor publik (public sector), masyarakat (civil society) dan sektor swasta
(private sector).
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 memberi motivasi positif terhadap
para aparatur pemerintah daerah untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang
dimiliki daerah.

B. TUJUAN KOMUNIKASI DI DAERAH.

Tujuan komunikasi daerah mengacu pada terbentuknya pendapat


khalayak, sikap dan perilaku yang mendukung seluruh kebijaksanaan
pemerintah daerah.
Untuk mewujudkan kondisi demikian itu maka penyerahan urusan dalam
rangka otonomi harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Semua urusan yang secara langsung menyentuh kepentingan masyarakat,
terutama urusan pelayanan umum.
2. Tugas-tugas pemerintahan bersifat pelaksanaan dan bukan
kebijaksanaan.
3. Segala urusan yang memerlukan keputusan segera, karena menyangkut
kepentingan rakyat banyak.
4. Seluruh urusan yang dapat berakibat langsung meningkatkan pendapatan
daerah.
5. Seluruh urusan yang selama ini telah membaku di daerah, terutama
tingkat II dan mampu membuka kemungkinan berkembangnya potensi
daerah. (Situmorang, 1993).

Apabila memperhatikan kriteria tersebut maka jaringan-jaringan


komunikasi infrastruktur kenyataannya berada dalam lingkup daerah, dan
masyarakat sebagai pengguna jasa komunikasi paling besar populasinya juga
berada di daerah. Demikian pula kegiatan para profesionalis di bidang
jurnalistik dan kemassmediaan lebih tinggi tingkat frekuensinya bergerak di
daerah.
Secara fungsional yang memberi layanan bidang informasi dan
komunikasi didistribusikan pada Dinas Informasi dan Komunikasi atau dinas
lain sesuai momenklatur atau sesuai kebijakan daerah bersangkutan baik
6.8 Sistem Komunikasi Indonesia 

Provinsi maupun Kabupaten atau Kota sekaligus kelengkapan perangkat dan


piranti daerah sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah.
Transformasi komunikasi melalui media massa dilakukan melalui studio
daerah (sturada) dan memanfaatkan jaringan infrastruktur para pengelola
radio swasta.
Dari ungkapan di atas terlihat bahwa hanya transaksi-transaksi
komunikasi dengan sistem nilai luar (komunikasi internasional) yang berada
pada wewenang pemerintah.
Untuk memahami bagaimana proses komunikasi berlangsung di daerah,
Anda dapat mempelajari materi kegiatan belajar berikutnya dalam modul ini.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pengelolaan sumber komunikasi


di daerah!
2) Mengapa daerah diberikan hak otonomi termasuk di dalamnya
pengelolaan sumber komunikasi secara otonom? Jelaskan!
3) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang terjadinya titik singgung antara
asas desentralisasi dengan asas dekonsentrasi!
4) Mengapa produk-produk kebijaksanaan komunikasi daerah dinyatakan
sebagai bagian integral dari produk kebijaksanaan nasional? Jelaskan!
5) Bagaimana berlangsungnya jalinan komunikasi fungsional dalam daerah
otonom? Jelaskan!
6) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang kriteria penyerahan urusan
dalam rangka otonomi!
7) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang transaksi komunikasi yang
berlangsung dalam infrastruktur komunikasi!

Petunjuk Jawaban Latihan.

Untuk dapat menjawab dengan tepat pertanyaan-pertanyaan dalam


latihan tersebut, pelajari dengan cermat materi Kegiatan Belajar 1. Apabila
 SKOM4207/MODUL 6 6.9

Anda merasa masih belum paham, diskusikan dengan teman-teman atau tutor
Anda.

R A NG KU M AN

Pemberian otonomi tidak dimaksudkan membentuk pemerintahan di


dalam pemerintahan. Namun harus diberi makna untuk meningkatkan
layanan masyarakat termasuk di dalamnya layanan komunikasi dan
informasi.
Di dalam mengelola sumber-sumber komunikasi daerah, orientasi
lebih tertumpu pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang
ada di daerah dengan tetap memperhatikan konsep-konsep integratif
sebagai Negara kesatuan.
Kegiatan-kegiatan komunikasi di daerah dikoordinasikan oleh
kepala daerah selaku pelaksana pemerintahan pusat.
Tujuan komunikasi daerah mengacu pada terbentuknya pendapat
khalayak, sikap dan perilaku yang mendukung seluruh kebijaksanaan
pemerintah daerah.
Secara fungsional layanan komunikasi di daerah didistribusikan
kepada Dinas Informasi dan Komunikasi atau dinas lain sesuai kebijakan
daerah bersangkutan baik Propinsi, Kabupaten, atau Kotamadya.

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Penyerahan urusan kepada perangkat otonomi dimaksudkan ….


A. agar dapat mengurus rumah tangganya sendiri
B. untuk meningkatkan layanan komunikasi dan informasi kepada
masyarakat
C. untuk dapat menggali dan memanfaatkan potensi daerahnya
D. sebagai realisasi asas desentralisasi

2) Sebagai Kepala Wilayah Administratif maka Kepala Daerah


berkedudukan sebagai ….
A. pelaksana pemerintah pusat
B. pejabat yang taat pada asas dekonsentrasi
C. pejabat yang bertanggung jawab kepada pemerintah pusat
D. pemegang kebijaksanaan operasional
6.10 Sistem Komunikasi Indonesia 

3) Yang dimaksud pemerintah di daerah atau pemerintah daerah adalah ….


A. Kepala Daerah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
B. pengelola utama sumber-sumber komunikasi daerah
C. komunikator utama di daerah
D. yang menentukan kebijaksanaan daerah

4) Secara hierarki struktural tingkat otonomi merupakan rumah tangga


otonom sehingga ….
A. tanggung jawab daerah langsung kepada pemerintah pusat
B. Daerah Tingkat I tidak membawahi Daerah Tingkat II secara
hierarki struktural
C. antara Daerah Tingkat I dan Tingkat II terjadi jalinan komunikasi
yang bersifat konsultatif
D. tidak terdapat hierarki struktural

5) Transformasi pesan-pesan komunikasi melalui Studio Radio Daerah,


dimaksudkan untuk ….
A. mengisi kekosongan pesan yang tidak terakomodasi oleh pemerintah
pusat
B. lebih menggairahkan masyarakat berperan serta dalam
pembangunan daerah
C. meningkatkan layanan komunikasi dan informasi pada masyarakat
D. mengakomodasikan pesan-pesan berskala daerah

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 SKOM4207/MODUL 6 6.11

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
6.12 Sistem Komunikasi Indonesia 

Kegiatan Belajar 2

Proses Keterpaduan di dalam Mencapai


Sasaran Komunikasi Otonom

D i dalam daerah otonom khususnya Provinsi terjadi persinggungan


berbagai asas, baik asas berdasar undang-undang No. 32 Tahun 2004
maupun asas lainnya yang berada di luar pengaturan undang-undang tersebut.
Sebagaimana Anda pelajari pada materi Kegiatan Belajar 1 modul ini
bahwa berdasar Undang-undang No. 32 Tahun 2004 terdapat empat macam
asas yaitu : asas otonomi, asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas
pembantuan. Asas-asas ini adalah untuk mengatur lalu lintas transmisi pesan-
pesan komunikasi yang memasuki daerah untuk menjaga jangan sampai
terjadi tumpang tindih arus pesan komunikasi yang sampai pada sasaran yaitu
masyarakat sebagai komunikan, menurut asas desentralisasi maka daerah
mengelola sumber-sumber komunikasi daerah, dalam artian dari mulai
kebijakan membentuk sumber, mengelola sampai mengoperasikannya berada
pada daerah. Hal ini tidak berarti bahwa urusan-urusan pemerintah (pusat)
yang berasas dekonsentrasi dikesampingkan, namun kedua macam sifat
urusan tersebut harus tetap dilaksanakan daerah terutama daerah dalam status
sebagai pelaksana pemerintah.
Pejabat-pejabat di daerah yang melaksanakan fungsi asas dekonsentrasi
khususnya sebagai pelaksana yang mengoperasikan sumber-sumber
komunikasi menurut kapasitas sasaran, harus mengkoordinasikan dengan
daerah, karena pada prinsipnya daerah dan seluruh perangkat otonomi
melaksanakan garapan dan sasaran yang sama. Pada tingkat ini terjadi titik
singgung antara asas desentralisasi dengan asas dekonsentrasi. Hal itu
terwujud dalam bentuk jalinan komunikasi fungsional antara pejabat
dekonsentrasi dengan perangkat desentralisasi.
Kebijakan mengoordinasi semua kegiatan komunikasi di daerah berada
pada Kepala Daerah selaku pelaksana Pemerintah Pusat. Hal-hal yang
dikoordinasikan adalah:
1. layanan komunikasi atau informasi,
2. pembinaan pendapat umum,
3. pengendalian transformasi pesan-pesan melalui media massa.
 SKOM4207/MODUL 6 6.13

Ketiga hal yang dikoordinasikan tersebut berdampak integral terhadap


situasi nasional, karena pada prinsipnya isu-isu politis dan pembangunan
lebih tinggi tingkat frekuensi munculnya di daerah.
Layanan komunikasi atau informasi sangat berpengaruh kepada:
1. tingkat rujukan masyarakat,
2. tingkat kesadaran,
3. kualitas partisipasi,
4. dinamika masyarakat.

Dalam kenyataan empiris dapat dibedakan antara masyarakat yang


cukup mendapat layanan komunikasi atau informasi dengan masyarakat yang
tingkat penerimaan layanannya dalam batas marginal. Hal ini dapat
diperhatikan dari tingkat kemajuan masyarakat. Kemampuan menggali
potensi daerah berada pada masyarakat yang banyak menerima pesan-pesan
komunikasi atau informasi, sedangkan penerimaan pesan oleh masyarakat
dalam batas marginal (pas-pasan) kemampuannya menggali potensi lebih
banyak menggantungkan kepada rangsangan dari luar.

A. PERAN PEMUKA PENDAPAT DI DAERAH.

Untuk meningkatkan layanan komunikasi atau informasi maka daerah


sebagai suprastruktur komunikasi yang terdekat dengan infrastruktur selalu
mengadakan jalinan komunikasi dengan komunikator-komunikator
infrastruktur (sesuai pendapat Vilfedro Pareto dan Gaestano Mosca) terutama
yang dilakukan komunikator-komunikator suprastruktur pelaksana, malalui
jalinan komunikasi lintas sektoral. Suatu hal yang masih terasa pengaruhnya
dalam kehidupan masyarakat Indonesia yaitu kehadiran para Pemuka
Pendapat atau Opinion Leaders. Di dalam pelaksanaan program-program
pembangunan keikutsertaan para pemuka pendapat memberi warna khusus
dalam mencapai keberhasilan program-program tersebut. Sebagai contoh
bagaimana sulitnya pelaksanaan Keluarga Berencana tanpa peran serta
opinion leader.
Selain memberi layanan langsung, daerah juga memotivasi tumbuhnya
jaringan-jaringan infrastruktur komunikasi yang dapat dipergunakan untuk
melipatgandakan layanan komunikasi atau informasi yang disebut dengan
istilah mobility multiplayer. Dalam kajian teoritis kondisi ini merupakan
kegiatan komunikasi dua tahap atau two step flow of communication
6.14 Sistem Komunikasi Indonesia 

sebagaimana teori Wilbur Schramm, dalam bukunya The Process and Effect
of Mass Communication. Teori ini menempatkan opinion leader sebagai
penyebar luas pesan-pesan komunikasi yang diterima dari media massa
kepada masyarakat yang berada dalam lingkup pengaruhnya.
Posisi opinion leader dapat menentukan tingkat validitas pesan-pesan
komunikasi sesuai fungsi yang ada pada dirinya. Fungsi opinion leader
adalah sebagai key person atau manusia penentu dan disebut pula sebagai
gate keeper atau penjaga gawang. Fungsi-fungsi yang ada pada dirinya dapat
mewarnai pesan-pesan komunikasi sehingga berubah atau tidaknya
bergantung kepada nilai subjektivitas yang ada pada dirinya.
Oleh sebab itu, pemerintah sangat menaruh perhatian terhadap opinion
leader tersebut. Dalam setiap pelaksanaan program pemerintah daerah para
opinion leader ini selalu dilibatkan. Terutama di dalam kegiatan kelompok-
kelompok komunikasi, posisi opinion leader merupakan tempat bertanya dan
selalu diminta nasihatnya oleh lingkungan masyarakat atau oleh kelompok-
kelompok tersebut.
Sifat keterpaduan antara pejabat dekonsentrasi dengan perangkat
desentralisasi tampak dalam kegiatan pembinaan kelompok komunikasi di
daerah sasaran.
Dari pengalaman empiris memberi informasi bahwa jalinan komunikasi
antar pejabat dekonsentrasi dan perangkat desentralisasi dalam garapan lintas
sektoral terjalin harmonis, di mana status dan posisi tidak menjadi rintangan
terwujudnya transaksi komplementer. Sikap perilaku para komunikator
suprastruktur ini transparan terhadap sikap perilaku kelompok-kelompok
komunikasi infrastruktur. Orientasi kelompok lebih menempatkan
kepentingan masyarakat daripada kepentingan kelompok sendiri. Namun
dedikasi dan pengabdian pada masyarakat sulit untuk diukur secara
matematis.
Untuk memahami bagaimana keterkaitan kelompok-kelompok
komunikasi infrastruktur dengan pemuka masyarakat atau opinion leader
Anda dapat melihat pada ragaan No. 25 Modul 5 Kegiatan Belajar 4.

B. KOMPETENSI PENDAPAT UMUM DI DAERAH.

Di daerah selain layanan komunikasi dan informasi, dikoordinasikan


pula pembinaan terhadap pendapat umum (public opinion) atau pendapat
 SKOM4207/MODUL 6 6.15

khalayak yang secara fungsional berada pada lingkup tugas Dinas


Komunikasi dan Informasi.
Penempatan pendapat umum pada posisi penting memberi isyarat bahwa
pendapat umum merupakan kekuatan yang dapat mewarnai situasi politik.
Beberapa Sarjana Komunikasi menempatkan pendapat umum sebagai topic
bahasan khusus, hal ini dikarenakan kompetensi yang dimiliki pendapat
umum tersebut. George Carslake Thomson menyebut pendapat umum
sebagai the will of nation yang sangat dominan dalam kehidupan suatu
Negara. (Thomson, 1960:7). Pantas apabila Barker dalam bukunya The Mind
and Society menyatakan bahwa kekuatan pendapat umum dapat menggoyang
legal liberty atau kebebasan yang ada pada pemerintah. Lebih jelas lagi
penilaian Emmory S. Bogardus dalam bukunya The Making of Public
Opinion terbitan tahun 1951 pada halaman 17 tentang kompetensi pendapat
umum, seperti berikut ini:
1. pendapat umum memperkuat undang-undang, tanpa dukungan
daripadanya maka undang-undang akan merupakan huruf-huruf mati,
2. pendapat umum memberi kekuatan hidup bagi badan dan lembaga-
lembaga sosial,
3. pendapat umum adalah kekuatan pokok yang menghidupi dasar-dasar
sosial,
4. pendapat umum adalah pendukung moril utama dalam masyarakat.

Dari uraian di atas terlihat bahwa pendapat umum mempunyai kekuatan


luar biasa. Karena itu Departemen Penerangan ditugasi membina pendapat
umum ini agar kekuatan yang dimilikinya merupakan dukungan yang
memperkokoh ajegnya wibawa pemerintah sekaligus tidak terganggunya
stabilitas sistem nilai di dalam mencapai tujuan sistem. Demikian pula di
daerah, karena pemerintah daerah sebagai bagian integral dari pemerintah
pusat maka pembinaan pendapat umum merupakan bagian tugas pemerintah
daerah. Di dalam pembinaannya mengaitkan berbagai instansi vertikal yang
berada dalam lingkup Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko
Polkam) dan Dinas-Dinas Daerah.
Arah pembinaan ditujukan kepada sentral-sentral isu yang dapat
mempercepat terbentuknya pendapat umum (pendapat umum dapat
diproduksi), terutama pendapat negatif dan pendapat umum yang apriori.
6.16 Sistem Komunikasi Indonesia 

C. PEMBINAAN PENDAPAT UMUM.

Sentral isu pada umumnya berada pada kelompok-kelompok pemuda,


pelajar, mahasiswa, kelompok interes dan kelompok-kelompok yang
merupakan isu sensitif.
Strategi pembinaan dilakukan melalui peningkatan frekuensi kegiatan
forum-forum komunikasi dalam jaringan infrastruktur komunikasi.
Memanfaatkan Hari Besar nasional sebagai forum dialog antara pemerintah
dengan para pemuka pendapat, tokoh-tokoh masyarakat, khususnya generasi
muda.
Strategi tersebut sebagai upaya untuk meminimalkan munculnya opini
negatif yang dapat merugikan transaksi-transaksi komunikasi baik yang
bersifat komplementer, maupun transaksi yang bertentangan. Pada kegiatan
pembinaan ini perlu diperhatikan fungsi-fungsi ego individu, yaitu:
1. fungsi extropsychic, fungsi yang memperhatikan sikap orang tua.
2. fungsi neopsychic, fungsi yang memperhatikan sikap orang dewasa.
3. fungsi archeopsychic, fungsi yang memperhatikan sikap sebagai anak.
(hal tersebut akan dibahas pada Modul 7).

Pengkoordinasian yang erat kaitannya dengan pendapat umum adalah


pengendalian dan pembinaan transformasi pesan-pesan melalui media massa.
Hal ini biasa dilaksanakan terhadap para kelompok wartawan atau para
jurnalis yang aktif di daerah.
Kelompok wartawan merupakan sub-subsistem infrastruktur komunikasi
yang biasa efektif mencari, mengolah dan mentransformasikan peristiwa-
peristiwa yang terjadi melalui surat kabar atau media komunikasi lainnya.
Untuk menjaga jangan sampai terjadi gelaran dan tayangan yang
berorientasi sifat-sifat subjektif maka pemerintah daerah selalu mengadakan
pertemuan press dan konferensi pers untuk memberi penjelasan-penjelasan
yang dapat dipertanggung jawabkan tingkat akurasinya.
 SKOM4207/MODUL 6 6.17

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang unsur-unsur yang


dikoordinasikan di daerah!
2) Mengapa setiap layanan komunikasi harus memperhatikan tingkat
rujukan masyarakat? Jelaskan!
3) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pemuka pendapat yang ada di
daerah!
4) Mengapa pemerintah sangat menaruh perhatian terhadap para pemuka
pendapat? Jelaskan!
5) Dalam hal apa sifat keterpaduan antara pejabat dekonsentrasi dan
desentralisasi lebih efektif? Jelaskan!
6) Selain layanan komunikasi dan informasi yang dikoordinasikan Kepala
Daerah, hal apalagi yang dikoordinasikan itu? Jelaskan!
7) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang kompetensi pendapat umum!
8) Jelaskan strategi apa yang dilakukan di dalam upaya meningkatkan
pembinaan di daerah!
9) Pemerintah daerah selalu menaruh perhatian kepada kelompok
wartawan, upaya apa yang dilakukan terhadap kelompok wartawan
tersebut? Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan.

Untuk dapat menjawab dengan tepat pertanyaan-pertanyaan dalam


latihan tersebut, pelajari dengan cermat materi Kegiatan Belajar 2. Apabila
Anda merasa masih belum paham, diskusikan dengan teman-teman atau tutor
Anda.
6.18 Sistem Komunikasi Indonesia 

R A NG KU M AN

Fungsi asas-asas menurut ketentuan Undang-Undang No. 32 Tahun


2004 adalah untuk mengatur lalu lintas pesan-pesan komunikasi yang
memasuki Daerah untuk menjaga agar tidak terjadi tumpang tindih arus
pesan komunikasi yang sampai pada sasaran (masyarakat).
Kebijaksanaan mengkoordinasikan komunikasi di Daerah berada
pada Kepala Daerah selaku pelaksana Pemerintah Pusat.
Untuk meningkatkan layanan komunikasi atau informasi, sebagai
komunikator suprastruktur yang paling dekat dengan sasaran, Kepala
Daerah harus selalu mengadakan jalinan komunikasi dengan
komunikator-komunikator infrastruktur.
Selain memberi layanan komunikasi, Daerah berkewajiban
memotivasi untuk tumbuhnya jaringan-jaringan infrastruktur yang dapat
dipergunakan dalam pelipat gandaan pesan-pesan komunikasi.
Untuk mengantisipasi tumbuhnya pendapat umum yang negatif
maka pemerintah mengadakan pembinaan terhadap sentra-sentra issu
yang mempercepat berkembangnya pendapat umum yaitu kelompok-
kelompok pemuda, pelajar dan mahasiswa, termasuk kelompok
wartawan.

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Kepala Daerah mengkoordinasikan semua kegiatan komunikasi di


daerah dalam hal ….
A. pemberian layanan komunikasi dan informasi kepada masyarakat
B. pembentukan jaringan-jaringan komunikasi di daerah
C. meningkatkan motivasi kepada masyarakat untuk berperan serta
dalam pembangunan daerah
D. mengembangkan asas keterpaduan

2) Pada prinsipnya daerah melaksanakan garapan yang sama dengan pusat


sehingga ….
A. setiap kegiatan operasional pejabat di daerah mengkoordinasikan
dengan perangkat otonomi
B. terjadi titik singgung antara asas dekonsentrasi dengan asas
desentralisasi
 SKOM4207/MODUL 6 6.19

C. terjadi jalinan komunikasi fungsional yang dikoordinasikan Kepala


Daerah selaku pelaksana pemerintah
D. pejabat vertikal tidak dapat berjalan sendiri-sendiri

3) Setiap instansi baik vertikal maupun otonom menghadapi sasaran yang


sama sehingga ….
A. terjadi keterpaduan program operasional antar instansi
B. berlangsung koordinasi lintas sektoral untuk mencapai hasil yang
lebih efektif
C. dibentuk suatu forum komunikasi untuk menentukan langkah-
langkah bersama
D. perlu mengkoordinasikan semua aktifitas di daerah.

4) Dalam melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan daerah, Kepala


Daerah selalu ….
A. mengikutsertakan para pemuka pendapat (opinion leader) yang ada
di daerah
B. memanfaatkan seluruh jaringan komunikasi infrastruktur
komunikasi
C. memotivasi keterlibatan generasi muda dalam segala aktivitas di
daerah
D. memanfaatkan forum-forum komunikasi di daerah

5) Peran serta para opinion leader sangat membantu usaha-usaha


pemerintah di daerah karena ….
A. posisi opinion leader dapat menentukan validitas pesan-pesan
komunikasi
B. opinion leader dalam posisi sebagai gate keeper dapat mewarnai
kualitas pesan-pesan komunikasi
C. dengan wibawa yang dimilikinya para opinion leader dapat
menggerakkan masyarakat
D. opinion leader selalu diminta pendapat oleh masyarakat

6) Pemerintah daerah selalu memperhatikan perkembangan pendapat umum


di daerah, karena pendapat umum dapat ….
A. memberi dukungan positif atau negatif terhadap kebijaksanaan-
kebijaksanaan daerah
B. menggoyang wibawa pemerintah daerah
C. menumbuhkan citra positif yang memperkuat upaya-upaya daerah
D. berpengaruh terhadap segala produk peraturan daerah
6.20 Sistem Komunikasi Indonesia 

7) Daerah diberikan hak otonomi dalam artian bahwa ….


A. agar mampu menggali potensi daerahnya
B. layanan komunikasi dan informasi akan lebih meningkat dan lebih
memenuhi harapan masyarakat
C. daerah dapat mengembangkan kemampuannya dalam memberi
layanan kepada masyarakat
D. daerah dapat meningkatkan kualitas kehidupan warga
masyarakatnya

8) Kelompok wartawan yang ada di daerah selalu mendapat layanan daerah


agar ….
A. dapat menggairahkan masyarakat melalui sajian berita
B. lebih memahami masalah-masalah pembangunan yang dihadapi
daerah
C. membantu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi pada
masyarakat
D. tidak mengungkap nilai-nilai negatif

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 SKOM4207/MODUL 6 6.21

Kegiatan Belajar 3

Proses Komunikasi dalam Daerah


Otonom Pemerintahan Desa

S etelah Anda memahami bagaimana berlangsungnya proses komunikasi


pada daerah yaitu daerah otonomi baik Provinsi maupun Kabupaten atau
Kota. Pada kegiatan belajar 3 ini Anda akan mempelajari bagaimana proses
komunikasi yang berlangsung dalam peringkat pemerintahan yang paling
bawah yang disebut desa dan kelurahan.
Pemerintahan desa di dalam kegiatan sehari-hari merupakan perangkat
pemerintah yang berada di tengah-tengah masyarakat sebagai sasaran
langsung komunikasi.
Desa merupakan wilayah berlangsungnya transaksi-transaksi komunikasi
dalam skala kecil. Karakter komunikasi masyarakat desa bersifat terbuka dan
polos dalam artian proses komunikasi yang berlangsung tidak
dilatarbelakangi kepentingan-kepentingan tertentu yang bersifat subjektif.
Apabila ingin memahami demokrasi komunikasi secara murni maka Anda
dapat memperhatikan masyarakat desa.
Berlangsungnya proses komunikasi di desa didorong oleh rasa
kekeluargaan dan kekerabatan. Rasa memiliki desanya dan sifat solidaritas
serta loyalitas antar sesama warga desa merupakan warna dominan.
Untuk membantu pemahaman Anda tentang proses komunikasi di dalam
daerah otonomi desa, terlebih dahulu tidak ada salahnya apabila kita bahas
aspek-aspek apa saja yang muncul dari desa sehingga desa mendapat tempat
khusus dalam pengaturan perundangan.
Istilah desa hanya dipakai di Jawa, Madura dan Bali. Di luar ketiga
daerah itu seperti Sumatera Selatan dipakai istilah dusun, di Maluku dikenal
sebutan dusundati. Di Batak daerah hukum yang setingkat desa diberi nama
kuta, uta atau huta. Sedangkan di Minangkabau dinamakan nagari, di
Lampung diberi nama dusun atau tiuh, di Minahasa disebut wanua, dan
banyak lagi nama-nama yang berbeda dalam maksud yang sama.
Biasanya tumbuhnya suatu desa dikaitkan dengan garapan pertanian,
perkebunan atau perikanan untuk menghidupi warga desa yang bersangkutan.
Karena itu berdirinya suatu desa dilatarbelakangi tiga alasan utama: Pertama
untuk hidup, yaitu mencari makan, pakaian dan perumahan, Kedua untuk
6.22 Sistem Komunikasi Indonesia 

mempertahankan hidupnya terhadap ancaman dari luar, Ketiga untuk


mencapai kemajuan dalam hidupnya.
Apa yang Anda tangkap dari uraian di atas memberi informasi bahwa
timbulnya desa karena adanya kesamaan kepentingan dan keinginan menjalin
hubungan yang paling mendalam di antara sesama warga desa. Karena itu
masyarakat desa bersifat homogen dan memiliki struktur sosial sederhana.
Kehidupan dan karakteristik masyarakat desa banyak menarik perhatian para
sosiolog sehingga banyak teori-teori tentang karakteristik masyarakat desa
tersebut.
Masyarakat desa merupakan kesatuan yang ditandai oleh pola interaksi
yang diatur oleh sistem norma yang ditaati dan dijunjung tinggi bersama,
baik yang timbul dari adat atau yang muncul sebagai produk interaksi
tersebut. Hal ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga menjadi
identitas yang mempersatukan individu-individu masyarakat tersebut.

A. PROSES KOMUNIKASI DESA.

Dalam hal menganalisis proses interaksi antara individu dalam


masyarakat, kita dapat membedakan dua hal, yaitu (1) kontak dan (2)
komunikasi. Kontak antara individu juga tidak hanya pada jarak dekat secara
berhadapan muka atau tidak hanya pada jarak sejauh kemampuan
pancaindera manusia, karena produk kebudayaan seperti telepon, surat, radio
memungkinkan individu berkontak pada jarak jauh. Namun kontak belum
berarti terjadinya proses komunikasi apabila belum berlangsung tukar
menukar respon secara timbal balik. Komunikasi timbul setelah kontak
terjadi. Di dalam proses komunikasi makna pengekspresian (kata-kata,
isyarat dan lain-lain) dari pihak komunikator baru dipahami oleh komunikan
dari pemahaman makna kemudian timbul respon atau feedback sehingga
terjadi proses tukar menukar makna tersebut.
Di dalam masyarakat desa transaksi komunikasi berlangsung dalam
skala kecil, sebatas pemenuhan kebutuhan sehari hari, karenanya untuk
meningkatkan transaksi komunikasi ke arah yang lebih luas dan untuk
mengatur lalu lintas transformasi maka perlu ada yang mengurusnya. Pada
tingkat ini penduduk desa mulai memerlukan seseorang yang dapat dipercaya
dan mampu mengurus masyarakatnya. Sehingga untuk memberi ruang gerak
di dalam mengembangkan dan memajukan desanya maka desa harus diberi
otonomi untuk mengurus rumah tangga desanya.
 SKOM4207/MODUL 6 6.23

Masyarakat desa termasuk dalam kesatuan masyarakat hukum yang


mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan
berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Selain desa terdapat juga kelurahan yang wilayah kerjanya sama dengan
desa, hanya terdapat perbedaan dalam status, desa walaupun di bawah Camat
namun dapat menyelenggarakan rumah tangganya sendiri, sedangkan
kelurahan tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Dalam proses komunikasi tampak bahwa desa mengelola sumber-sumber
komunikasi tingkat desa yang menginterpretasikannya sesuai kapasitas
rujukan dan kepentingan masyarakat desa.

B. PENGELOLA SUMBER KOMUNIKASI DESA.

Pemerintahan desa merupakan lembaga suprastruktur yang paling


bawah. Lembaga ini sangat dekat dengan lembaga infrastruktur desa.
Dalam kapasitas sebagai lembaga suprastruktur maka pemerintah desa
termasuk kedalam status sebagai komunikator utama di tingkat desa.
Simbol-simbol komunikasi berada dalam skala kecil sebatas pada
kebutuhan primer, transaksi-transaksi komunikasi yang berlangsung di desa
bersifat sederhana dan bersifat komplementer, dengan artian terciptanya
mutual interest antar warga desa. Hal ini menunjukkan pada karakter warga
desa yaitu: lugu, paternalistik dan tinggi tingkat toleransinya.
Sebagai komunikator utama di tingkat desa maka pemerintahan di desa
tetap berdasar Pasal 202 ayat (1) dan (2) UU No. 32 Tahun 2004, yaitu
bahwa pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa dan perangkatnya.
Dalam mengolah sumber-sumber komunikasi desa maka urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan desa sebagaimana diatur dalam
Pasal 206 UU No. 32 Tahun 2004 mencakup:
1. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa,
2. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten / Kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa,
3. tugas pembantuan dari pemerintah ke pemerintah Provinsi dan atau
pemerintah Kabupaten / Kota,
4. urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
6.24 Sistem Komunikasi Indonesia 

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai kepala desa maka kepala
desa didampingi oleh mitra kerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Badan ini mewakili penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan
cara musyawarah dan mufakat.
Tugas dan fungsi BPD diatur dalam pasal 209 UU No. 32 Tahun 2004
sebagai berikut:

“….. Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan


desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat....”

Dari kalimat yang diturunkan pada pasal tersebut menunjukkan bahwa


antara kepala desa dengan BPD terjalin komunikasi fungsional dalam
membentuk norma-norma sebagai landasan sikap perilaku masyarakat dalam
berkomunikasi.
Di tingkat desa, baik kepala desa maupun BPD dituntut memiliki
kemampuan dalam memformulasi simbol-simbol komunikasi ke dalam
kapasitas warga desa. Kondisi seperti ini dimaksudkan agar masyarakat desa
termotivasi untuk berperan aktif membangun desanya.
Pembangunan masyarakat desa mengarah pada penduduknya itu sendiri
(sebagai komunitas). Karena itu dapat dikatakan bahwa pembangunan
masyarakat desa lebih bersifat internal yaitu membenahi kualitas sumber
daya insani, sedangkan pembangunan desa bersifat eksternal yaitu dengan
kualitas sumber daya insani yang ada akan dapat melakukan pembangunan
desanya. Karena itu antara dua sifat tersebut saling berkait sebagaimana
tampak pada ragaan berikut ini.

Ragaan No. 28

Gambar 6.2
 SKOM4207/MODUL 6 6.25

Dari ragaan tersebut tampak bahwa Pembangunan Masyarakat akan


melahirkan Masyarakat Pembangunan yang siap melaksanakan
pembangunan. (hal ini dapat Anda pahami secara lengkap dalam makalah H.
Nurul Aini berjudul Komunikasi Politik Dalam Pembangunan Desa).
B. F. Johnson dan W. C. Clark dalam bukunya Redesigning Rural
Development a Strategic Perspective mengelompokkan program
pembangunan desa ke dalam 2 kelompok, yaitu:
1. program pelayanan (pembangunan internal).
2. program produktif (pembangunan eksternal).

Dari kedua kelompok ini terdapat hubungan antara pembangunan


internal dan eksternal sebagaimana dalam ragaan berikut ini :

Ragaan No. 29

Gambar 6.3

Pada saat pembangunan internal (A) dilakukan maka masyarakat


menjadi objek pembangunan, sedangkan pada saat pembangunan eksternal
dilaksanakan maka masyarakat bertindak sebagai pelaku atau sebagai subjek
pembangunan. (Nurul Aini, ibid).

C. ASAS-ASAS PEMBANGUNAN DI DESA.

M. Solly Lubis dalam bukunya Pergeseran Garis Politik dan


Perundang-undangan Mengenai Pemerintah Desa mengemukakan beberapa
asas Pembangunan Desa sebagaimana yang telah digariskan oleh pemerintah
RI sebagai berikut.
1. Asas Swadaya. Berdasarkan asas ini pembangunan dilakukan atas
inisiatif, kemauan dan kekuatan masyarakat desa sendiri dengan dibantu
oleh pemerintah.
2. Asas Gotong Royong. Asas ini menafsirkan pembangunan sebagai kerja
sama antara pemerintah dan rakyat, antar instansi atau rakyatnya sendiri.
6.26 Sistem Komunikasi Indonesia 

Dalam hal ini rapat desa, rembug desa berperan penting terutama di
dalam menentukan prioritas penting pelaksanaan pembangunannya
(kursip penulis).
3. Asas Kepentingan. Dalam hal ini pembangunan yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan pokok yang dirasakan dan dinyatakan rakyat.
4. Asas Massal. Di sini pembangunan harus meliputi masyarakat pada unit
terendah seperti kampung, desa, hutan dan sebagainya. Kepada mereka
diberi kesempatan yang sama untuk menggalang swadaya menjadi
kekuatan bersama segenap masyarakat untuk melaksanakan
pembangunan.
5. Asas Integral. Dalam hal ini pembangunan meliputi segala bidang
kehidupan desa, yaitu: ekonomi, sosial, budaya, mental spiritual dan
sebagainya.

Dari asas-asas tersebut memberi informasi bahwa pembangunan lebih


mengutamakan kepentingan rakyat, yang dilaksanakan atas inisiatif, kemauan
dan kekuatan masyarakat desa sendiri sehingga pada gilirannya masyarakat
dapat mandiri. Suatu hal yang memberi warna tersendiri yaitu asas gotong
royong. Asas gotong royong memungkinkan terjadinya transaksi komunikasi
komplementer atau komunikasi dua arah antara pemerintah dan rakyat. Rapat
desa atau rembug desa merupakan wadah bagi para tokoh masyarakat
(informal leader) untuk turut merumuskan berbagai kepentingan masyarakat
desa, sebagai bahan usulan kepada pemerintah. Dalam rembug desa ini akan
terjadi komunikasi antar masyarakat, tokoh masyarakat dan pemerintah
dalam hal ini pemerintah desa. Pada rembug desa ini masyarakat dapat
mendengar dan mendapat pesan-pesan komunikasi atau informasi tentang
kebijaksanaan pemerintah, dan di sini pula masyarakat dapat turut
membicarakan tentang usulan-usulan dan keinginan masyarakat sehingga
berlangsunglah transaksi komunikasi komplementer.
Rembug desa akan kehilangan fungsinya apabila para informal leader
tidak diberi kesempatan berbicara. Karena itu rembug desa sebagai cerminan
kehidupan demokrasi di tingkat bawah.
Sebagaimana diungkap di atas bahwa pemberian otonomi bertujuan agar
masyarakat dapat berswadaya dalam pembangunan. Swadaya masyarakat ada
2 (dua) macam yaitu: swadaya murni dan Inpres.
 SKOM4207/MODUL 6 6.27

Swadaya murni adalah pembangunan yang dirancang dan dibiayai oleh


masyarakat sendiri. Pembangunan inilah yang biasa dikenal dengan sebutan
bottom up. (dari bawah ke atas sebagai kebalikan top down, yaitu dari atas ke
bawah).
System bottom up adalah suatu proses pembangunan yang berdasar
keinginan rakyat. Karena itu perencanaan dan pembiayaannyapun dari rakyat.
Alur komunikasi dalam lingkup otonomi desa dapat kita lihat pada
ragaan berikut ini:
Ragaan No. 30

Gambar 6.4

Sebagai kesatuan sistem, semula desa merupakan lembaga infrastruktur


yang melakukan fungsi-fungsi suprastruktur di tingkat desa. Alur komunikasi
dari tingkat nasional seluruhnya bermuara pada pemerintah desa. Namun
setelah diundangkannya UU No. 32 Tahun 2004 menunjukkan bahwa desa
merupakan lembaga suprastruktur pada unit paling bawah. Hal ini dapat
Anda pahami pada ragaan berikut ini:
6.28 Sistem Komunikasi Indonesia 

Ragaan No. 31

Gambar 6.5.

Gambar 6.6
 SKOM4207/MODUL 6 6.29

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang rumah tangga otonomi desa!
2) Mengapa desa diberi hak otonomi? Jelaskan!
3) Apa yang Anda ketahui tentang proses interaksi antar individu dalam
masyarakat? Jelaskan!
4) Mengapa proses interaksi dalam masyarakat desa dikatakan dalam skala
kecil? Jelaskan!
5) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pengertian desa menurut
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004!
6) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang perangkat otonomi desa!
7) Jelaskan apa yang Anda ketahui tentang pembangunan masyarakat dan
pembangunan desa!
8) Jelaskan tentang fungsi BPD dalam masyarakat desa!

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab dengan tepat pertanyaan-pertanyaan dalam


latihan tersebut, pelajari dengan cermat materi Kegiatan Belajar 3. Apabila
Anda merasa masih belum paham, diskusikan dengan teman atau tutor Anda.

R A NG KU M AN

Desa merupakan wilayah berlangsungnya transaksi komunikasi


dalam skala kecil.
Proses komunikasi di desa didorong oleh rasa kekeluargaan dan
keakraban. Rasa memiliki desanya dan sifat solidaritas sesama warga
desa merupakan warna dominan.
Biasanya tumbuhnya suatu desa dikaitkan dengan garapan pertanian,
perkebunan atau perikanan untuk menghidupi warga desanya.
Menurut ketentuan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang
dimaksud desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
6.30 Sistem Komunikasi Indonesia 

penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai


pemerintahan terendah langsung di bawah Camat.
Pembangunan masyarakat desa lebih bersifat internal yaitu
membenahi sumber daya insani sedangkan pembangunan desa bersifat
eksternal yaitu dengan kualitas sumber daya insani yang ada akan dapat
melakukan pembangunan desanya.
Pembangunan desa berdasarkan asas swadaya, asas gotong royong,
asas kepentingan, asas masal dan asas integral. Dari asas-asas ini tampak
bahwa pembangunan desa lebih berorientasi kepada kepentingan rakyat.
Dalam pembangunan masyarakat desa yang berbentuk swadaya
murni rencana pembangunan dan pembiayaannya berasal dari desa dan
Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga ini
mempunyai tiga fungsi yaitu fungsi membuat perencanaan
pembangunan, fungsi administratif dan fungsi politik. Pembangunan
yang tumbuh dari bawah berupaya mengefektifkan apa yang disebut
bottom up system.

TE S F OR M AT IF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1) Proses komunikasi dalam kehidupan masyarakat desa berada dalam
skala kecil, karena ….
A. hanya berkisar pemenuhan kebutuhan pokok
B. tingkat rujukan pesan komunikasi masih dalam batas minimal
C. terikat oleh ketentuan atau norma-norma adat yang berlaku
D. transaksi komunikasi masih berorientasi kedaerahan

2) Berdirinya suatu desa dilatarbelakangi oleh keinginan untuk ….


A. mengembangkan jalinan komunikasi antar sesama anggota
masyarakat
B. memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup
C. menjaga keamanan dari ancaman luar desa
D. memiliki tempat yang tetap

3) Transaksi-transaksi komunikasi yang terjadi di desa bersifat


komplementer, karena ….
A. sikap keterbukaan masyarakat desa
B. tingginya tingkat solidaritas dan rasa kekeluargaan masyarakat
C. antara komunikator dan komunikan dalam status sejajar
D. dilatarbelakangi sifat kekerabatan
 SKOM4207/MODUL 6 6.31

4) Pembangunan masyarakat desa bersifat swadaya murni karena ….


A. perencanaan dan biaya pembangunan berasal dari desanya
B. rasa tanggung jawab moral atas kemajuan desanya
C. produk transaksi komunikasi komplementer antara pemerintah
dengan masyarakatnya
D. potensi alam dan potensi manusianya berasal dari desa

5) Pemerintah desa diberi otonomi, dalam bidang komunikasi hal tersebut


adalah untuk ….
A. mengembangkan desanya
B. dapat membenahi sumber daya insani dan sumber daya alami
C. meningkatkan kualitas transaksi komunikasi
D. menggali potensi desanya

6) Rembug desa merupakan wadah terjadinya transaksi komunikasi


antara….
A. pemerintah dengan informal leader
B. informal leader dengan masyarakat
C. masyarakat dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan
pemerintah
D. masyarakat dengan pemerintah

7) LSM sebagai wadah yang menampung aspirasi masyarakat, berfungsi


untuk ….
A. merencanakan program-program pembangunan desa
B. mengolah aspirasi masyarakat untuk kelangsungan pembangunan
C. memformulasikan symbol-simbol komunikasi masyarakat ke dalam
bahasa pembangunan
D. menjembatani antara masyarakat dengan pemerintah

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal
6.32 Sistem Komunikasi Indonesia 

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 SKOM4207/MODUL 6 6.33

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) B untuk meningkatkan layanan komunikasi dan informasi kepada
masyarakat.
2) A sebagai pelaksana pemerintah pusat.
3) A Kepala Daerah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
4) C antara Daerah Tingkat I dan Tingkat II terjadi jalinan komunikasi
yang bersifat konsultatif.
5) C untuk meningkatkan layanan komunikasi dan informasi pada
masyarakat.

Tes Formatif 2
1) A pemberi layanan komunikasi dan informasi kepada masyarakat.
2) C terjadi jalinan komunikasi fungsional yang dikoordinasikan Kepala
Daerah selaku pelaksana pemerintah.
3) C dibentuk suatu forum komunikasi untuk menentukan langkah-
langkah bersama.
4) B memanfaatkan seluruh jaringan komunikasi infrastruktur
komunikasi.
5) B opinion leader dalam posisi sebagai gate keeper dapat mewarnai
kualitas pesan-pesan komunikasi.
6) A pendapat umum dapat memberi dukungan positif atau negatif
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan daerah.
7) B layanan komunikasi dan informasi akan lebih meningkat dan lebih
memenuhi harapan masyarakat.
8) C wartawan membantu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi
pada masyarakat.

Tes Formatif 3
1) B karena tingkat rujukan pesan komunikasi masih dalam batas
minimal.
2) A keinginan untuk mengembangkan jalinan komunikasi antar sesama
anggota masyarakat.
3) C karena antara komunikator dan komunikan dalam status yang
sejajar.
6.34 Sistem Komunikasi Indonesia 

4) A karena perencanaan dan biaya pembangunan berasal dari desa.


5) C untuk meningkatkan kualitas transaksi komunikasi.
6) C antara masyarakat dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan
pemerintah.
7) C memformulasikan simbol-simbol komunikasi masyarakat ke dalam
bahasa pembangunan.
 SKOM4207/MODUL 6 6.35

Daftar Pustaka

Dahl, Robert. (1985). Dilema Demokrasi Pluralis: Antara Otonomi dan


Kontrol. Jakarta: Rajawali.

Juwono Sudarsono. (1985). Pembangunan Politik dan Perubahan Politik;


Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: PT. Gramedia.

Maswadi Rauf dan Mappa Nasrum. (1993). Indonesia dan Komunikasi


Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Miriam Budiardjo dan Ibrahim Ambong. (1993). Fungsi Legislatif dalam


Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Priyatmoko. (1993). Aktualisasi Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;


Kerangka Analisis dan Beberapa Kasus, dalam buku “Fungsi Legislatif
dalam Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rachmadi F., Drs. (1988). Informasi dan Komunikasi. Dalam Percaturan


Internasional. Bandung: Alumni.

Rogers, Evereet M., with F. Floyd Shoemaker. (1971). Communication of


Innovation; A Cross Cultural Approach. London: The Free press.

Rusadi Kantaprawira. (1983). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar


Baru.

Situmorang, Victor M., Cormentyna Sitanggang. (1993). Hukum


Administrasi Pemerintahan di Daerah. Jakarta: Sinar Grafika.

Sri Soemantri. (1989). Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD


1945. Bandung: Citra Aditya Bakti.

------------------------ (1976). Sistem-sistem Pemerintahan, Negara-negara


ASEAN. Bandung: Tarsito.
6.36 Sistem Komunikasi Indonesia 

------------------------ (1990). Pengantar Hukum Administrasi Negara


Indonesia. Jakarta: Balai Buku Ichtiar.

Wantjik Saleh, SH. (1989). UU RI No. 5 tahun 1979 Tentang Pemerintahan


Desa dan UU RI No. 5 tahun 1971 Tentang Pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kembali Ke Daftar Isi

Anda mungkin juga menyukai