Anda di halaman 1dari 150

BAHAN MATERI

E-LEARNING

Mata Kuliah

Komunikasi Antar Budaya

Fakultas Komunikasi dan Bahasa


UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

JUTLAK MATA KULIAH

www.bsi.ac.id
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
(KODE MK: 562)

1. Mata kuliah ini bersifat Teori dengan ujian online di kelas baik UTS maupun UAS.
2. Materi evaluasi berdasarkan kreteria; kehadiran, tugas, UTS, dan UAS.
3. Bobot Penilaian terdiri dari :
 Kehadiran (20%)
 Nilai UTS (25%)
 Nilai UAS (30%)
 Nilai Tugas (25%)

Tujuan Mata Kuliah:

• Mahasiswa mengetahui tentang perbedaan kultur yang ada di masyarakat

• Mahasiswa memahami tentang komunikasi antarbudaya yang ada di masyarakat

Kompetensi Mata Kuliah:

• Mahasiswa mampu menyikapi perbedaan budaya yang ada

• Mampu beradaptasi dalam lingkungan yang multikultural


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 1

MEMAHAMI KEBUDAYAAN

PENGERTIAN KEBUDAYAAN

Kata “Kebudayaan” dalam bahasa Inggris adalah “culture”, berasal dari kata latin

“colere” yang artinya “mengelola atau mengerjakan.

Maka, Menurut Riswandi “Kebudayaan” dapat diartikan “segala daya dan upaya

manusia untuk mengelola alam”.

Kebudayaan berasal dari kata Sanskerta Buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi

yang berarti “budi” atau “akal”.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil

karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam

kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan

adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan

hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk

membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Definisi Ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar.

FUNGSI KEBUDAYAAN

Mengatur, mengendalikan, dan mengarahkan tingkah laku masyarakat. Memberikan

tuntunan dan tuntutan kepada masyarakat. Budaya menuntun masyarakat untuk bertingkah

laku sesuai dengan adat istiadat dan menuntutnya jika ia bertentangan atau menyimpang dari

norma masyarakat misalnya mendapat pujian.

1. Kebudayaan berfungsi untuk menjadi pedoman hidup berperilaku. Hal ini diwujudkan

dalam bentuk nilai, norma, ataupun hukum. Oleh sebab itu maka kebudayaan seperti ini

terus diturunkan dari generasi ke generasi (shared culture).

2. Kebudayaan juga berfungsi sebegai alat atau media yang membantu hidup manusia,

yang diwujudkan dalam penciptaan teknologi. Menurut Soerjono Soekamto, setidaknya

ada tujuh unsur dalam teknologi yaitu alat produksi, senjata, wadah, makanan dan

minuman, pakaian dan perhiasan, rumah dan tempat berlindung, serta alat atau moda

transportasi.

3. Kebudayaan juga dapat berfungsi sebagai control sosial atau tata tertib bagi masyarakat

WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut Prof Koentjaraningrat, terdapat tiga wujud Kebudayaan:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya. (abstrak, tidak dapat di amati kasat mata).

2. Lapisan pertama yang paling abstrak yaitu nilai budaya (memberikan penilaian baik-

buruk atau positif/negatif terhadap perilaku)


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

a. Lapisan kedua yaitu norma-norma (sanksi sosial bagi yang melanggarnya)

b. Lapisan ketiga yang lebih konkret adalah sistem hukum adat maupun tertulis

(sanksi berupa pidana, perdata, maupun denda)

3. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari aktifitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat (sistem sosial) aktivitas-aktivitas manusia yang

berinteraksi dari waktu ke waktu (konkrit).

4. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia atau kebudayaan fisik

(konkrit) seperti mulai dari korek api kayu sampai dengan netbook/i-phone

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,

dan artefak.

Gagasan (Wujud Ideal)

Nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba

atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran

warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk

tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil

karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam

masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri

dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul

dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan

didokumentasikan.

Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya

semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat,

dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa

dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal

mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

KOMPONEN KEBUDAYAAN

Berdasarkan wujudnya, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

1. Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.

Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu

penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan

material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,

pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin

2. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke

generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

ADAT ISTIADAT

A. Adat Istiadat --- Sistem nilai budaya, Pandangan hidup, dan Ideologi. (paling abstrak)

 Sistem Nilai Budaya

Adalah sistem pedoman yang memberi arah pada kehidupan seluruh masyarakat.

 Pandangan Hidup

Adalah sistem pedoman yang dianut oleh golongan/individu tertentu dalam

masyarakat

 Ideologi

Sifatnya lebih khusus daripada sistem nilai budaya. Ideologi negara biasanya disusun

secara sadar oleh tokoh-tokoh pemikir dalam negara, masyarakat dan golongan.

Kebudayaan dan Kerangka Teori Tindakan

(Frame of Reference of the Theory of Actions)

Kebudayaan dalam kerangka teori tindakan ada komponen yaitu:

1. Sistem Budaya

2. Sistem Sosial

3. Sistem Kepribadian

4. Sistem Organisasi

1. Sistem Budaya

Adalah komponen yang abstrak dari kebudayaan, fungsinya menata dan memantapkan

tindakan serta tingkah laku manusia

2. Sistem Sosial

Adalah tingkah laku berinteraksi antar Individu dalam rangka bermasyarakat


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

3. Sistem Kepribadian

Adalah soal isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga masyarakat

4. Sistem Organisasi

Adalah melengkapi seluruh kerangka dengan mengikut sertakan dalam proses biologic

serta bio kimia sebagai makluk alamiah yang menentukan kepribadian individu

Istilah-istilah budaya yang penting:

1. Pola dan Tema

2. Eksplisit dan Implisit

3. Subkultur dan Mikrokultur

4. Unsur-unsur universal dan keanekaragaman

5. Perilaku rasional, irasional dan nonrasional

6. Tradisi

7. Keunikan budaya

NILAI DALAM KEBUDAYAAN

Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu

kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat

dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi

atau sedang terjadi

Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu

yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini, yaitu:

1. Simbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)

2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka

acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).

KARAKTERISTIK KEBUDAYAAN

1. Budaya mempelajari perilaku manusia

2. Budaya terkadang bersifat abstrak, berupa ide, gagasan, ataupun keyakinan

3. Budaya merupakan produk manusia, diciptakan oleh manusia atau sekelompok manusia

4. Budaya meliputi sikap, nilai, dan pengetahuan

5. Budaya meliputi objek materi, yang diwujudkan dalam teknologi

6. Budaya dibagikan dan diteruskan oleh anggota masyarakat.

7. Budaya merupakan cara hidup.

8. Budaya seringkali menghadapi perubahan atau dinamis.

SIFAT HAKIKAT KEBUDAYAAN

1. Kebudayaan bersifat universal, namun perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri

khusus yang sesuai dengan situasi maupun lokasinya. Untuk menjelaskan ini, kita dapat

belajar dari pepatah “di mana langit di junjung, di situ bumi di pijak”, jadi untuk

mengaplikasikan suatu kebudayaan, kita harus melihat konteks lokasi dan masyarakat

yang bersangkutan

2. Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga dinamis. Seiring perkembangan jaman, tentulah

terjadi perubahan pada budaya, namun perubahan ini umumnya terjadi bertahap. Jika

budaya tidak berubah mengikuti perkembangan jaman, umumnya budaya tersebut akan

mati dan ditinggalkan sehingga budaya merupakan hal yang dinamis.

3. Kebudayaan mengisi dan menentukan jalan kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan

atribut dari manusia. Ia mengisi kehidupan manusia dan membantu kehidupan manusia,
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

namun kebudayaan juga dapat menentukan kehidupan manusia ke depannya, seperti

kehidupan manusia di masa modern yang sangat bergantung kepada internet dan

teknologi.

PERUBAHAN BUDAYA

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa budaya adalah hal yang dinamis dan

kerap kali berubah. Perubahan budaya ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:

1. Invention, yaitu penemuan atau penciptaan hal baru umumnya berupa teknologi

misalnya penemuan telepon dan komputer.

2. Discovery, yaitu penemuan terhadap suatu benda atau fenomena yang sudah ada

sebelumnya misalnya penemuan Benua Amerika oleh Colombus. Colombus hanya

menemukan Benua Amerika, bukan menciptakan.

3. Difusi, yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan misalnya penyebaran budaya

KPOP ke seluruh penjuru dunia.

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Para ahli kebudayaan menemukan bahwa dalam budaya terdapat unsur-unsur pembentuknya.

Berikut adalah unsur-unsur kebudayaan menurt ahli:

1. Menurut Melville Herskovits (Soekamto,2012):

 Alat-alat teknologi

 Sistem ekonomi

 Keluarga

 Kekayaan Politik

2. Menurut B. Malinowski (Soekamto, 2012):


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

 Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam

upaya menguasai alam sekelilingnya

 Organisasi ekonomi

 Alat-alat atau lembaga atau petugas pendidikan

 Organisasi kekuatan

3. Menurut Kluckhohn, tujuh unsur budaya disebut cultural universals (Soekamto, 2012);

 Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, tempat tinggal, alat-alat rumah

tangga, senjata, alat produksi, transportasi, alat berburu, dan sebagainya.)

 Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi,

sistem distribusi, dsb)

 Sistem kemasyarakatan (Sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem

perkawinan, dsb).

 Bahasa (lisan dan tulisan).

 Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb)

 Sistem pengetahuan

 Religi atau sistem kepercayaan

4. Menurut Macionis (2004):

 Simbol: yaitu bentuk dari kata, gestur, dan tindakan yang mengekspresikan suatu makna

 Bahasa: suatu sistem simbolik yang digunakan orang untuk berkomunikasi satu sama

lain.

 Nilai: standar abstrak tentang sesuatu yang seharusnya dilakukan atau standar yang

digunakan orang untuk memutuskan apa yang pantas, baik, indah, dan layak sebagai

suatu pedoman hidup sosial.

 Kepercayaan: pemikiran atau ide yang orang anggap benar


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

 Norma: aturan yang mengatur perilaku manusia. Terdiri atas mores (tentang moral) dan

folkways (tentang kesopanan)

 Teknologi: hasil pengetahuan yang digunaan untuk menunjang hidup manusia


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 2

MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

Menurut Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama,

yang menghasilkan kebudayaan

Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan

kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta

kebebasan-kebebasan manusia. Masyarakat merupakan hubungan sosial. Dan masyarakat

selalu berubah.

Kebudayaan seperti dikemukakan oleh Edward B. Taylor adalah keseluruhan

kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat

dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai

anggota masyarakat.

Kebudayaan menurut Leslie White adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang

terorganisasi yang terdiri dari tindakan-tindakan (pola perilaku), benda-benda, ide-ide

(kepercayaan dan pengetahuan), dan perasaan-perasaan yang semuanya itu tergantung pada

penggunaan simbol-simbol.

Kebudayaan menurut Koentjoroningrat adalah keseluruhan gagasan dan karya

manusia, yang dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan-keseluruhan dari hasil budi

dan karya itu.

Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi sebagai semua

hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan

kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (Material Culture) yang diperlukan oleh
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan

untuk keperluan masyarakat.

Dalam pandangan sosiologi, kebudayaan memiliki arti yang lebih luas dari pada itu.

Kebudayaan meliputi semua hasil cipta dan karya manusia baik yang material maupun non-

material.

1. Kebudayaan material

Adalah hasil cipta, karsa, yang berwujud benda atau barang misalnya, gedung-

gedung, jalan, rumah, alat komunikasi dan sebagainya.

2. Kebudayaan non-material

Adalah hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat,

kesusilaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, agama, dan sebagainya.

B. Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun

unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari sesuatu kebulatan yang bersifat dari kesatuan.

Misalnya dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya

majelis permusyawaratan rakyat, disamping adanya unsur-unsur kecil seperti, sisir, kancing,

baju, peniti dan lainya yang dijual dipinggir jalan. Berapa orang sarjana yang mencoba

merumuskan unsur-unsur pokok kebudayaan tadi. misalnya, Melville J. horskovits

mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu:

1. Alat-alat teknologi

2. Sistem ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Sedangkan Bronislaw Malinowski mengemukakan unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai

berikut:

1. Sistem norma-norma yang memungkinkan kerja sama antara anggota masyarakat di dalam

upaya menguasai alam sekelilingnya

2. Organisasi ekonomi

3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan

4. Organisasi kekuatan

Semua unsur tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam unsur-unsur pokok atau besar

kebudayaan yang biasa disebut dengan cultural universal. Unsur tersebut memiliki sifat

universal, yaitu dapat ditemui pada setiap kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaan yang

dianggap sebagai cultural universal yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,

senjata, alat-alat produksi, transpor dan sebagainya)

2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi,

sistem distribusi, dan sebagainya)

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem

perkawinan)

4. Bahasa (lisan maupun tertulis)

5. Kesenian (seni rupa, seni suara,seni gerak dan sebagainya)

6. Sistem pengetahuan

7. Religi (sistem kepercayaan)

Atau secara sederhana bisa dikatakan kebudayaan adalah segala sesuatu yang

dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. (Horton dan

Hunt,1991:58).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

FUNGSI KEBUDAYAAN BAGI MASYARAKAT

“Kebudayaan" mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan "masyarakat".

"Masyarakat" memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menjalani

kehidupannya. Kebutuhan-kebutuhan "masyarakat" tersebut sebagian besar dipenuhi oleh

"kebudayaan" yang bersumber pada "masyarakat" itu sendiri.

Hasil karya "masyarakat" melahirkan teknologi atau "kebudayaan" kebendaan yang

mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi "masyarakat" terhadap lingkungan

dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:

1. Alat-alat produktif.

2. Senjata.

3. Wadah.

4. Makanan dan minuman.

5. Pakaian dan perhiasan.

6. Tempat berlindung dan perumahan.

7. Alat-alat transport.

Karsa "masyarakat" mewujudkan norma dan nilai-nilai sosial yang sangat perlu untuk

mengadakan tata tertib dalam pergaulan ke"masyarakat"an. Karsa merupakan daya upaya

manusia untuk melindungi diri terhadap kekuatan-kekuatan lain yang ada di dalam

"masyarakat".

Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan yang buruk, manusia terpaksa melindungi diri dengan

cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakikatnya merupakan petunjuk-petunjuk tentang

bagaimana manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

"Kebudayaan" mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,

berbuat menentukan sikapnya jika mereka berhubungan dengan orang lain. Setiap orang,

bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan kebiasaan bagi dirinya sendiri.

Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi yang berarti kebiasaan orang seorang

itu berbeda dari kebiasaan orang lain, walaupun mereka hidup dalam satu rumah. Kebiasaan

menunjuk pada suatu gejala bahwa seseorang di dalam tindakan-tindakannya selalu ingin

melakukan hal-hal yang teratur baginya.

GEGAR BUDAYA

Setiap orang pasti akan mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan bersosialaisasi ketika

berada dilingkungan yang baru pertama kali disinggahi dan ditempati, yang lebih familiar

disebut sebagai “ Culture Shock”. Istilah tersebut pertama kali dikenalkan oleh seorang

peneliti bernama Kelvero Obelg pada tahun 1995. Ia menemukan fakta bahwa setiap manusia

yang berpergian dan hidup di suatu Negara atau daerah dengan kebiasaan masyarakat yang

berbeda dengan kebiasaan masyarakat tinggal di tempat aslinya akan mengalami “gegar

budaya”. Seperti halnya penyakit Culture shock juga mempunyai penyebab, gejala, serta

cara-cara penyembuhannya. Demikian juga dengan apa yang pernah saya alami ketika

pertama-tama tinggal di pondok pesantren. Dengan lingkungan yang sangat jauh berbeda dan

dengan segala bentuk aktifitas yang beda pula dengan dirumah, saya mengalami kesulitan

untuk bisa berdaptasi dan bersosialaisasi dengan lingkungan yang ada. Hal ini menyebabkan

diri saya tidak nyaman saya rasakan sampai beberapa waktu kemudian.

Namun sebelumnya perlu sekiranya pembaca ketahui bahwa saya pernah tinggal di sebuah

Ponpes yang berada ditengah-tengah sebuah desa kecil Guyangan, tepatnya berada di sebelah

utara kota Pati Jawa Tengah, Raudlatul Ulum nama pesantrennya. Sebuah pesantren semi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

modern yang masih konsisten mempelajari kitab-kitab klasik (ex. Tafsir hadist, dll) dan juga

tidak meninggalkan pelajaran-pelajaran umum (ex. Fisika, kimia, Mtk, dll) sebagai muatan

kurikulum dilembaga pendidikan formalnya. Pesantren ini juga sebuah pesantren yang tidak

pernah mendikotomikan ilmu yakni antara ilmu agama dan ilmu umum sebab semua ilmu

adalah ilmu agama. Oleh karena itu perlu dan penting bagi kita untuk mempelajari semua

ilmu.

Gegar budaya (culture shock) adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan

atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke

suatu daerah tertentu. Sebagaimana kebanyakan penyakit lainnya, gegar budaya juga

mempunyai gejala-gejala dan pengobatan secara tersendiri.

Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan

lambang-lambang dalam pergaulan sosial.

CONTOH TERJADINYA GEGAR BUDAYA

Ketika Adi lulus sekolah menengah atas (SMA), Adi memutuskan untuk melanjutkan studi

ke Jawa Timur. Tujuan Adi datang ke daerah Pasuruan. Awalnya, ketika Adi datang di

Pasuruan, Adi merasa asing, terutama dalam pengucapan bahasa yang mereka pakai sehari-

hari. Dari budaya yang Adi anut, Adi memiliki latar belakang budaya orang Jawa Tengah.

Walaupun Adi memiliki latar belakang budaya Jawa Tengah, namun Adi telah lama dan

menetap di Sumatera Selatan, sehingga adat kebudayaan Adi telah banyak mengikuti orang-

orang asli Palembang.

Adi mampu berdialog dengan bahasa Jawa, namun bahasa yang dipakai Adi khas Jawa

Tengah. Ketika sampai di daerah Pasuruan, ia merasa tidak nyaman, karena ia merasa bahwa

ia merasa dikucilkan oleh rekan satu Kos-nya. Suatu ketika ada rekan satu kos Adi yang
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

sakit, dengan dialog khas Jawa Tengah Adi bilang “nak enek konco seng sakit yo di tilik’i.

(kalo ada teman yang sakit ya dijenguk)”. Berhubung yang diajak berdialog orang Jawa

Timur mereka semua bingung. Yang mereka ketahui bahasa “menilik’i”(Jawa Tengah:

menjenguk/melihat. Jawa Timur: mencicipi/mencoba rasa sesuatu).

Dari contoh kasus di atas, jelas bahwa dalam sebuah komunikasi antar budaya terjadi sebuah

gangguan (noise). Sebenarnya apa yang hendak disampaikan benar, namun pada akhirnya

bahasa yang diucapkan memiliki arti yang berbeda dari makna yang diharapkan. Hal ini tentu

sangat dipengaruhi dengan adanya perbedaan antara kultur budaya pada suatu daerah tertentu.

Pada situasi yang demikian, Adi mengalami sebuah kejutan budaya. Kejutan budaya

mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena berada di tengah suatu kultur

yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri. Kejutan budaya ini sebenarnya normal.

Kebanyakan orang mengalami apabila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Namun

demikian, keadaan ini tidak menyenangkan dan menimbulkan fhistrasi.

Sebagian dari kejutan ini timbul karena perasaan terasing menonjol dan berbeda dari yang

lain. Bila kita kurang mengenal adat dan kebiasaan masyarakat baru ini, kita tidak dapat

berkomunikasi secara efektif. Kita akan cenderung melakukan kesalahan yang serius.

Menurut Dayakisni (2004:359), beberapa faktor yang menjadi pemicu gegar budaya

adalah :

a. Kehilangan cues atau tanda-tanda yang dikenalnya.

b. Putusnya komunikasi antarpribadi baik pada tingkat yang disadari maupun tak

disadari yang mengarahkan pada frustrasi dan kecemasan.

c. Krisis identitas, dengan pergi ke luar negeri seseorang akan kembali mengevaluasi

gambaran tentang dirinya.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

Pada tempat atau lingkungan baru, perilaku gegar budaya seseorang bisa dilihat sebagai

berikut :

a. Bagaimana minta tolong atau memberikan pujian kepada orang lain.

b. Bagaimana menyampaikan atau menerima undangan makan malam.

c. Seberapa dini atau terlambat datang memenuhi janji, atau berapa lama harus berada di

sana.

d. Bagaimana membedakan kesungguh-sungguhan dari sendagurau dan sopan-santun

dari keacuh-tak-acuhan.

e. Bagaimana berpakaian untuk situasi informal, formal, atau bisnis.

f. Bagaimana memesan makanan di restoran atau bagaimana memanggil pelayan

(DeVito, 1997:492).

Mengatasi Gegar Budaya

Para pakar psikologi, mengajukan dua formula untuk mengatasi atau paling tidak

mengurangi gegar budaya :

1. Pertama, membantunya beradaptasi dengan kultur baru.

2. Kedua, cara menghadapi gegar budaya dapat mengikuti model culture learning

sebagaimana yang digagas oleh Furnham dan Bochner. Inti model ini adalah individu

hanya memerlukan untuk belajar dan beradaptasi terhadap sifat-sifat pokok dari

masyarakat baru sehingga adanya perubahan.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Penyebab gegar budaya lainnya adalah perilaku rasional, irasional dan non rasional.

1. Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap masuk

akal oleh suatu kelompok dalam mencapai tujuan –tujuan atau kepentingannya.

2. Perilaku irasional menyimpang dari norma-norma menyimpang yang diterima suatu

kelompok masyarakat (etnis, agama, partai, OKP dll). Kelompok budaya yang

berperilaku irasional biasanya bertindak tanpa logika dan dimungkinkan sebagian

besar oleh suatu respons emosional,

3. sedangkan perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika, dan tidak bertentangan

dengan pertimbangan masuk akal, semata-mata dipengaruhi oleh budaya atau

subkultur seseorang. Berbagai peristiwa seperti Sambas, Sampit, Poso, Ambon, Aceh

Banyuangi bisa dikategorikan kedalam jenis ini, suatu ketika kita sadar mengapa

melakukan perilaku ini, dan para individu yang terlibat juga kadang tidak sadar dan

percaya mengapa melakukan. Bahkan mungkin dipengaruhi oleh prasangka yang

berat sebelah memandang perbedaan kultur. Bahkan pertentangan politik dapat

dibawa ke lembaga mental psikologis, karena perilaku mereka sering dianggap

irasional ataupun non rasional. (contoh PKB, Golkar, Muhammadyah di Jatim).

Faktor penting lainnya pemicu gegar budaya, manakala kita tidak memahaminya adalah

TRADISI. Tradisi melengkapi masyarakat dengan suatu tatanan mental yang

berpengaruh kuat atas sistem moral untuk menilai apa yang dianggap benar atau salah,

baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Suatu budaya diekspresikan

dalam tradisi, tradisi yang memberikan para anggotanya suatu rasa memiliki dalam suatu

keunikan budaya. Tradisi juga dimiliki oleh suatu organisasi sipil, militer, agama dan

suatu kelompok masyarakat (perhatikan ucapara keprotokolan mereka!).


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

Tradisi walaupun merupakan norma dan prosedur yang harus ditaati bersama, juga harus

menyesuaikan dengan perkembangan jaman, pengetahuan dan teknologi menuju terciptanya

budaya global.

Perbedaan-perbedaan budaya dengan segala keunikannya, merupakan pemicu

“benturan budaya“, bila manager kosmopolitan yang multicultural tidak mampu mencermati

perobahan jaman. Mereka harus mampu menghargai dan mampu berkomunikasi dengan

kelompok budaya yang ada dalam wewenang manajerialnya. Tidak memaksakan sikap-sikap

(attitudes) dan pendekatan-pendekatan budaya yang dimilikinya terhadap orang lain. Sikap

menghargai budaya oranglain yang beda merupakan syarat kepemimpinan multi budaya

dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sikap ini mutlak dimiliki bila tidak ingin

disebut Pemimpin Etnosentrisme.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 3

IDENTITAS BUDAYA

PENGERTIAN INDENTITAS BUDAYA

Kata identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang memiliki pengertian harfiah; ciri,

tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu, sehingga

membedakan dengan yang lain.

Identitas juga merupakan keseluruhan atau totalitas yang menunjukkan ciri-ciri atau keadaan

khusus seseorang atau jati diri dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang

mendasari tingkah laku individu.

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok

orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Jadi, identitas budaya adalah suatu karakter yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga

bisa dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Atau dengan kata lain,

identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri kebudayaan yang dimiliki sekelompok

orang yang kita ketahui batas-batasnya ketika dibandingkan dengan karakteristik atau ciri-ciri

kebudayaan lain. (Alo Liliweri; 72)

Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu merupakan

anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu meliputi pembelajaran tentang dan

penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama, keturunan dari suatu kebudayaan (Liliweri,

2004: 87).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

Menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel, identitas budaya

merupakan adalah karakter khusus dari sistem komunikasi kelompok yang muncul dalam

situasi tertentu.

Identitas budaya adalah rincian karakteristik atau ciri-ciri sebuah kebudayaan yang dimiliki

oleh sekelompok orang yang diketahu batas- batasnya tatkala dibandingkan dengan

karakteristik atau ciri-ciri kebudayaan orang lain.

Juga berarti jika seseorang ingin mengetahu dan menetapkan identitas budaya, maka tidak

hanya menentukan karakteristik atau ciri-ciri fisik atau biologis semata, tetapi mengkaji

identitas kebudayaan sekelompok manusia melalui tatanan berfikir (cara berpikir, orientasi

berpikir), perasaan (cara merasa dan orientasi perasaan), dan cara bertindak

(motivasi tindakan atau orientasi tindakan).

Kenneth Burke menjelaskan bahwa untuk menentukan identitas budaya itu sangat

tergantung pada ‘bahasa’ (sebagai unsur nonmaterial), bagaimana representasi bahasa

menjelaskan sebuah kenyataan atas semua identitas yang dirinci kemudian dibandingkan.

Menurutnya, persamaan identitas seseorang atau sesuatu itu selalu

mengikuti konsep penggunaaan bahasa, terutama untuk mengerti suatu kata secara denotative

atau konotatif.

Identitas budaya dapat diartikan sebagai suatu ciri berupa budaya yang membedakan suatu

bangsa atau kelompok masyarakat dengan kelompok yang lainnya. Setiap kelompok

masyarakat atau bangsa pasti memiliki budaya sendiri yang berbeda dengan bangsa lainnya.

Dalam hal ini, Indonesia yang memiliki berbagai macam suku bangsa juga memiliki berbagai

macam budaya yang berbeda-beda.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Budaya yang dimiliki oleh masing-masing kelompok tersebut tentunya memiliki ciri atau

keunikan tersendiri dibandingkan dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Dan hal

tersebutlah yang membedakan budaya antar suku atau kelompok masyarakat di Indonesia.

SEJARAH KEBUDAYAAN

Sejarah kebudayaan suatu masyarakat merupakan batu sendi bagi kepentingan menganalisis

dan memahami kebudayaan Pada sebagian besar masyarakat kita, upaya untuk menelusuri

keturunan suatu keluarga dapat diketahui melalui "pohon keluarga" susunan perkawinan dari

suatu generasi kepada generasi berikut). Yang pasti penelusuran itu pun turut meng-

gambarkan nilai-nilai budaya, norma budaya dan perilaku indi vidu, nilai dan norma serta

perilaku kelompok budaya tertentu. Misalnya jika anda hendak berkomunikasi dengan orang

Indian di AS bagian selatan seperti Texas, Lousiana, New Mexico maka anda harus

mengetahui betapa mereka sangat anti pada orang luar, apalagi orang kulit putih, misalnya

White American.

Orang Indian umumnya merasa sakit hati karena selama lebih dari 450 tahun dijajah

oleh orang Spanyol (kulit putih). Di kota San Antanio, Texas, saya memasuki kompleks

swalayan "KK" dan menyaksikan betapa besarnya kebudayaan suku bangsa Aztek Di

swalayan itu ditampilkan kejayaan Aztek dalam karya-karya seni mereka mulai dari rumah

tangga, pa an dan ukiran, tenunan dan anyaman dll Dalam beberapa kebudayaan, catatan

masa lalu tentang sejarah kebudayaan mereka terekam dengan baik dalam buku namun yang

lain hanya terekam dalam artefak.

Kebudayaan Jawa sangat beruntung karena dikenal oleh orang Indonesia umumnya

mereka mempunyai catatan sejarah misalnya berbentuk prasasti dll. Mereka juga memiliki

peninggalan bersejarah seperti, candi- candi, masjid dan gereja tua, perkampungan tradisional
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

yang sejarah kejayaan kebudayaan mereka masa Bahkan sebagai lambang pengikat di antara

suku bangsa.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa sejarah kebudayaan suatu suku bangsa

melalui peninggalan nenek moyang terdahulu dapat menggambarkan kepada kita tentang

sikap, pengetahuan dan perilaku, termasuk perilaku komunikasi suku bangsa tersebut dengan

suku lain.

Identifikasi Sosial

Para anggota dari setiap budaya mempunyai suatu keunikan yang dijadikan sebagai identitas

sosial untuk menyatakan tentang siapa mereka dan mengapa mereka ada. Dengan kata lain ke

budayaan dapat mewakili suatu perilaku personal atau kelompok. Berbagai penelitian yang

dilakukan oleh Cattel (1951) tentang mental kelompok atau sintalitas menerangkan bahwa

orientasi individu cenderung tampil sebagai identitas kelompok. Secara historis, negara-

negara tetangga di Asia, terutama Cina, melihat Korea sebagai salah satu negara dari orang-

orang ramah di Timur. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa identitas sosial dapat terlihat

pada setiap orang dan kelompok dari suatu rumpun suku bangsa karena dalam komunikasi

antarbudaya faktor-faktor tersebut sangat diperhatikan.

Identitas budaya

Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak lahir hingga

melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam kehidupannya dan kemudian

membentuk suatu pola khusus yang mendefinisikan tentang orang tersebut. Sedangkan

Budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok

orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sehingga Identitas Budaya memiliki

pengertian suatu karakter khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa

dibedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Dalam Lintas Budaya,
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

setiap orang seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada di sekitarnya sehingga

dapat beradaptasi ketika berada di kebudayaan yang berbeda. Identitas budaya memiliki

beberapa pendekatan dalam pengertiannya yaitu adalah :

1) Kesempurnaan rasa dalam seni dan kemanusiaan.

2) Pola yang terintegrasi dari pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku, yang

bergantung pada kemampuan atau kapasitasnya dalam pemikiran secara simbolik dan

pembelajaran secara sosial.

3) Seperangkat sikap, nilai – nilai, sasaran dan tindakan yang diyakini bersama, yang

kemudian menjadi ciri, sifat atau karakter dari sebuah organisasi atau kelompok.

Adapun faktor-faktor pembentuk Identitas budaya sebagai berikut:

1) Kepercayaan.

Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya kepercayaan

yang di anut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang melekat pada suatu

kebudayaan. Biasanya kepercayaan ini muncul dari amanah para leluhur terdahulu yang

menyakini tentang suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh suatu budaya yang tentunya

berbeda antara budaya satu dengan budaya lainnya. Contohnya mempercayai tradisi pecah

telur pada saat resepsi pernikahan yang dipercaya sebagai salah satu tradisi penting

masyarakat Jawa dalam resepsi pernikahan.

2) Rasa aman

Perasaan aman atau positif bagi penganut suatu kebudayaan menjadi faktor

terbentuknya identitas budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari pelaku kegiatan budaya

maka tidak akan dilakukan secara terus menerus sesuatu yang dianggapnya negatif dan tidak

aman. Contohnya tidak ada kebiasaan menyakiti sesama karena dianggap saling menyakiti

adalah tidak memberikan rasa aman bagi siapapun.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

3) Pola perilaku.

Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana pola

perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut. Dalam hal ini

biasa terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang tertentu yang berprilaku kurang baik

menurut orang sekitarnya yang pada umumnya didalam budaya orang tersebut adalah sesuatu

yang wajar dilakukan.

Dari penjabaran pengertian di atas kemudian berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan identitas budaya yaitu :

a. Asimilasi budaya

Pengertian asimilasi budaya adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan

hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi

ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk

mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan,

sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.

Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan

beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat

khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan

mayoritas; sehingga lambat laun kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian

kebudayaannya dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas.

Contoh dari asimilasi budaya adalah : Salah satu contoh proses asimilasi adalah

program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan Orde Baru.

Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di berbagai pulau
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi,

terutama diwilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan

budaya baru, misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.

b. Akulturasi budaya

Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang timbul bila

suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari

suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu

lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya

kepribadian kebudayaan itu sendiri.

1. Proses terbentuknya identitas budaya:

1. Identitas budaya yang tidak disengaja (ikut-ikutan terhadap budaya yang lebih dominan)

2. Pencarian identitas budaya. (melalui proses penjajakan, bertanya dan uji coba) Contoh:

biarawan/wati

3. Identitas budaya yang diperoleh. (contoh: internalisasi peran sebagai dosen, anggota TNI)

4. Resistensis dan separatisme: Penolakan terhadap (norma-norma) budaya dominan.

(aliran agama)

5. Integrasi: integrai budaya beberapa budaya yang menghasilkan budaya baru

PERAN IDENTITAS BUDAYA

1. Identitas budaya ditentukan oleh struktur budaya dan struktur sosial.

 Struktur Budaya : Pola persepsi, berpikir, perasaan

 Struktur Sosial : Pola perilaku sosial.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

2. Peran diartikan sebagai seperangkat harapan budaya terhadap posisi tertentu.

3. Pemahaman akan identitas memudahkan komunikasi antar budaya.

Identitas Budaya dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Tampak melalui tatanan berpikir, perasaan, dan cara bertindak pada sekelompok

orang tersebut.

2. Tampak melalui bahasa yang dipakai.

3. Tampak melalui ciri-ciri khas (tubuh, pakaian, makanan, hasil kebudayaan, adat

istiadat).

Perspektif Terhadap Identitas Budaya

1. Perspektif Psikologi Sosial.

- Individu hidup dalam lingkungan sosial oleh karena itu kepribadian individu dibentuk

oleh kepribadian lingkungan sosial.

• Perspektif Komunikasi.

- Identitas dibangun melalui interaksi dan komunikasi antara seorang pribadi dan

kelompok.

• Pendekatan Praktis.

- Identitas dibangun dalam suatu konteks (ekonomi, politik, sejarah).

- Identitas selalu bergerak/dinamis.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Pembentukan Identitas Budaya

Proses terbentuknya identitas budaya :

1. Identitas budaya yang tidak disengaja (ikut-ikutan terhadap budaya yang lebih

dominan).

2. Pencarian identitas budaya (melalui proses penjajakan, bertanya dan uji coba).

Contoh: Biarawan/wati.

3. Identitas budaya yang diperoleh. Contoh: Internalisasi peran sebagai dosen, anggota

TNI.

4. Resistensis dan separatisme: Penolakan terhadap (norma-norma) budaya dominan.

(Aliran agama)

5. Integrasi : integrasi beberapa budaya yang menghasilkan budaya baru.

ATRIBUT IDENTITAS BUDAYA

Adapun atribut identitas budaya menurut Daphne A. Jameson adalah sebagai berikut:

1. Identitas budaya dipengaruhi oleh hubungan dekat. Hubungan dekat seseorang dengan

orang lain misalnya anggota keluarga atau teman.

2. Identitas budaya berubah sesuai dengan waktu. Perubahan-perubahan yang dialami

seseorang dalam hidupnya dapat mengubah identitas budaya yang ia miliki. Misalnya,

perubahan status sosial, kelas ekonomi, profesi, status kewarganegaraan ataupun

agama.

3. Identitas budaya terkait erat dengan kekuasaan dan hak istimewa (privilege).

Komponen biologis budaya-ras, etnis, jenis kelamin, usia, terkadang membuat orang

lain merasa terpinggirkan dari hak-haknya.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

4. Identitas budaya bisa membangkitkan emosi. Setiap orang mungkin memiliki

perasaan positif, negatif, netral atau ambigu terhadap komponen identitas budaya

mereka sendiri. Ketika orang tersebut mendapatkan tanggapan yang negatif dari

budaya orang lain, beberapa kemungkinan bisa saja terjadi. Mulai dari mengubah cara

pandangnya, merendahkan sikap tersebut, atau bisa juga meninggalkan kelompok

yang berhubungan dengan hal tersebut.

5. Identitas budaya dapat dinegosiasikan melalui komunikasi tetapi hanya dalam

keadaan tertentu. Orang tersebut harus merasa sadar dengan komponen identitas

budaya mereka dan merasa nyaman untuk mendiskusikannya dengan orang lain.

IDENTITAS BUDAYA DI INDONESIA

Persepsi-diri tiap orang menyumbang pada penciptaan simbol, makna dan norma

budaya kelompoknya, baik secara spesifik (budaya berdasarkan kemampuan) maupun umum

(budaya nasional). Dengan demikian, identitas budaya bisa ditelusuri dari bentuk yang

individual, relasional, hingga komunal, bahkan nasional. Mengacu pada Kim, maka unit

analisisnya bisa dimulai dari level individual yang memiliki latar-belakang pengalaman yang

unik ke level nasional bahkan wilayah dunia (Timur dan Barat). Namun, jika mengacu pada

Hofstede, fokusnya adalah budaya nasional atau budaya etnis agar empat (lima) dimensi

budayanya bisa dibandingkan. Indonesia sebagai sebuah bangsa, dalam kategori Javidi &

Javidi merupakan bangsa Timur atau high-context culture menurut istilah Poter & Samovar.

Karena itu, ikatan-ikatan antar-pribadinya akan memperlihatkan karakteristik berikut.

Konsep-diri: Diri dipersepsi sebagai homogen dengan individu lain, bagian dari kelompok

(kolektivistik), memiliki sifat hubungan yang vertikal. Dengan demikian, konsep-diri

dipandang kurang penting. Orang harus memelihara kelompok daripada diri. Kelompok

merupakan identitas sosial seseorang. Individu wajib menyesuaikan diri dengan norma dan

nilai, dan kesepakatan hubungan sosial berdasarkan hubungan antar orang. Budaya Being:
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

Konsep kelahiran, usia, latar belakang keluarga, jenjang dipandang lebih penting daripada

pencapaian. Dengan kata lain, siapa dia lebih penting daripada apa yang dilakukannya.

Karena itu, diperlukan cukup waktu untuk mendalami latar belakang seseorang sebelum

mempererat hubungan.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 4

MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Definisi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda

kebudayaannya, misalnya antara suku bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial.

(Larry A. Samovar dan Richard E. Porter)

Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik

yang membimbing perilaku manusia, dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya

sebagai kelompok.

(Guo-Ming Chen William J. Starosta)

Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda

kebudayaan, misalnya antarsuku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial. (L. Rich dan

Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural

Communication, A Reader).

Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di

antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda.

Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi

yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok

dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku

komunikasi para peserta.

Komunikasi antarbudaya menelaah elemen-elemen kebudayaan yang sangat

mempengaruhi interaksi ketika anggota dari dua kebudayaan yang berbeda berkomunikasi.

Komunikasi antarbudaya terjadi ketika pesan yang harus ditangkap dan dipahami, diproduksi

oleh anggota dari suatu budaya tertentu diproses dan dikonsumsi oleh anggota dari budaya
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

yang lain. Jadi, komunikasi antarbudaya dapat didefinisikan sebagai komunikasi antarpribadi

yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. (Liliweri, 2004: 9)

Selain Stewart, Hamid Mowland juga berpendapat bahwa komunikasi antar budaya

sebagai human flow across national boundaries. Asumsi tersebut merupakan sekelompok

manusia yang menyebrangi lintas budaya. Seperti adanya keterlibatan suatu konferensi

internasional di mana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu

sama lain.

Dengan kata lain, komunikasi antarbudaya ini akan terjadi ketika adanya komunikasi

antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda demi mencapainya suatu

tujuan komunikasi yang sama serta terjalin interaksi yang lancar pada hakekatnya.

Sedangkan menurut para ahli yang lain ada yang berpendapat seperti Sitaram (1970)

yang mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan seni untuk memahami dan

saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan.

Berbeda halnya dengan Srnover dan Porter (1972) yang berpendapat bahwa

komunikasi antarbudaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi

tersebut mempunyai latar belakang budaya dan pengalaman yang berbeda. Latar belakang

tersebut mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman,

pengetahuan, dan nilai.

Kemudian, Rich (1974) menyimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi ketika

orang-orang yang berbeda kebudayaan dipertemukan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan,

bahwa komunikasi antar budaya ini merupakan komunikasi yang terjadi ketika kedua orang

atau lebih sedang proses berkomunikasi, untuk mencapai pemahaman, maupun pengertian

yang terjadi di antara khalayak yang berbeda kebudayaan. Oleh karena itu, kegiatan inilah

yang membawa keselarasan dalam berkomunikasi


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Dimensi Komunikasi Antarbudaya

Dalam mencari kejelasan dan mengintegrasi berbagai konsep kebudayaan dalam komunikasi

antarbudaya, terdapat tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan

2. Konteks sosial dimana terjadinya proses komunikasi antarbudaya.

3. Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya baik secara verbal dan

nonverbal.

Dimensi pertama dalam komunikasi antarbudaya merujuk pada bermacam tingkatan lingkup

dan kompleksitas organisasi sosial.

Dimensi kedua dalam komunikasi antarbudaya merujuk pada konteks sosial komunikasi

antarbudaya yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, difusi inovasi, dan lain

sebagainya.

Pada dasarnya komunikasi didalam semua konteks sosial memiliki persamaan dalam unsur-

unsur dasar dan proses komunikasi, namun dengan pengaruh kebudayaan yang tercakup

dalam latar belakang pengalaman individu membentuk pola persepsi, pemikiran, penggunaan

pesan verbal dan perilaku nonverbal dan hubungan yang ada didalamnya.

Dimensi ketiga berkaitan dengan saluran komunikasi. Saluran tersebut dibagi atas saluran

antarpribadi/perorangan dan media massa. Bersama dengan dua dimensi sebelumnya,

dimensi ketiga ini mempengaruhi proses dari hasil keseluruhan proses komunikasi

antarbudaya. Ketiga dimensi ini dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan

(Senjaya, 2007:7.12-7.14).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

MEMAHAMI TIMBAL BALIK KOMUNIKASI DAN KEBUDAYAAN

Meskipun komunikasi dan kebudayaan merupakan dua konsep yang berbeda, namun

eksistensinya tidak dapat dipisahkan. Dalam pengertian terjadi hubungan timbal balik antara

komunikasi dan kebudayaan.

Mulyana (2004:14) mengelaborasi hubungan dialektikal antara komunikasi dengan budaya

ini sebagai berikut: “Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti

budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi pada

gilirannya budaya yang tercipta pun mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang

bersangkutan. Hubungan antara budaya dan komunikasi adalah timbal balik. Budaya takkan

eksis tanpa komunikasi dan komunikasi pun takkan eksis tanpa budaya”.

Secara lebih spesifik, hubungan timbal balik antara komunikasi dan kebudayaan

tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

1. Bangsa Indonesia terdiri dari puluhan bahkan ratusan suku, dan setiap suku tersebut

memiliki kebudayaan yang berbeda. Nilai-nilai budaya tersebut pada dasarnya

mengendalikan perilaku manusia (penganut budaya tersebut) termasuk perilaku dalam

mentransmisikan nilai-nilai budaya tersebut melalui sarana media, atau perilaku

komunikasi.

2. Berbagai peraturan, norma dan etika yang mengikat suatu masyarakat (komunitas)

perlu dipelajari secara bersama, apalagi jika dalam komunitas tersebut terdiri dari

orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

MEMAHAMI BUDAYA MELALUI KOMUNIKASI DAN DILANDASI BUDAYA

Memahami budaya dengan segala kompleksitasnya tidak mungkin tanpa menggunakan

proses komunikasi. Budaya disosialisasikan dan diwariskan melalui proses komunikasi baik

menggunakan bahasa verbal maupun nonverbal. Hal ini terkait dengan fungsi komunikasi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

sebagai alat sosialisasi. Alat sosialisasi diartikan sebagai sosialisasi unsur-unsur kebudayaan

atau wujud kebudayaan (ide, sistem sosial, benda).

Prinsip Homofili dan Heterofili dalam Komunikasi antar Budaya

Secara etimologis istilah homofili berasal dari Bahasa Yunani “homoios” yang berarti

“sama”. Pengertian secara harfiah homofili berarti komunikasi dengan orang yang sama.

Homofili adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang

berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan, nilai,

pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Prinsip Homofili adalah sejauh mana pasangan

yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu. Dalam suatu situasi orang-orang yang

saling berinteraksi yang komunikator bebas memilih seseorang dari sejumlah komunikan,

maka akan terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilih komunikan yang lebih

menyamai si komunikator.

Menurut Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homofili telah dicatat

setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): ‘’Hubungan sosial , saya ulang, lebih erat

antara orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya’’.

Homofili terjadi begitu sering karena komunikasi itu lebih efektif bila sumber dan penerima

sepadan.

Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang terlibat di

dalamnya. Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang mereka

pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar. Hal tersebut di atas

sesuai dengan pendapat Homans yang mengemukakan bahwa : “lebih dekat kesamaannya

sejumlah orang dalam tingkatan sosial, lebih sering mereka berinteraksi satu sama lain”.

Komunikasi akan lebih sering terjadi ketika timbul banyak persamaan kepada orang yang

saling berinteraksi satu sama lain.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

Homofili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan,

nilai, pendidikan, status sosial dan lain-lain, antara pasangan-pasangan individu yang

berinteraksi. (Rogers dan Kincaid, 1981:127).

Perasaan-perasaan ini memungkinkan untuk tercapainya persepsi dan makna yang

sama pula terhadap sesuatu objek atau peristiwa. berdasarkan prinsip homofili, orang

cenderung untuk berinteraksi dengan individu-individu lain yang serupa dalam hal

karekteristik-karekteristik sosial dengannya.

Dodd (1982:168-17) membuat klasifikasi tentang dimensi-dimensi homofili kedalam:

1. Homofili dalam Penampilan.

2. Homofili dalam Latar belakang.

3. Homofili dalam Sikap.

4. Homofili dalam Nilai.

5. Homofili dalam Kepribadian.

Heterofili adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal tertentu antara pasangan-pasangan

individu yang berinteraksi.

Perbedaan kebudayaan dan gaya-gaya komunikasi berpotensi untuk menimbulkan

masalah-masalah dalam KAB. Tetapi tidak saja perbedaan, melainkan juga lebih penting lagi,

kesulitan untuk mengakui perbedaan yang menyebabkan masalah serius dan mengancam

kelancaran KAB. Maka kesadaran akan variasi kebudayaan, ditambah dengan kemauan untuk

menghargai variasi tersebut akan sangat mendorong hubungan antar kebudayaan.

Namun, dipandang dari sudut kepentingan komunikasi antar budaya, adanya

perbedaan-perbedaan tidak menutup kemungkinan terjadinya komunikasi antar individu-

individu atau kelompok-kelompok budaya. Perbedaan-perbedaan bahkan dilihat sebagai

kerangka atau matriks dimana komunikasi dapat terjadi. Dalam kaitan ini teori yang

dikemukakan oleh Grannovetter (1973) mengenai kekuatan dan ikatan-ikatan lemah (The
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

strengt of weak ties) yang menyarankan akan pentingnya hubungan-hubungan heterofili

dalam pertukaran informasi.

Dalam komunikasi manusia, agaknya diperlukan juga keseimbangan antara kesamaan

dan perbedaan, antara hal-hal yang sudah dianggap biasa dengan sesuatu yang baru. Ada

suatu proposisi dasar yang menyatakan bahwa kekuatan pertukaran informasi pada

komunikasi (antara dua orang) mempunyai hubungan erat dengan derajat heterofili antara

mereka. Dengan kata lain, orang akan menerima hal-hal baru yang informasional justru

melalui ikatan-ikatan yang lemah (heterofili).

Menurut Rogert dan Kincaid, heterofili adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal

tertentu antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi. Sejalan dengan pemikiran

tersebut, dapat juga dikemukakan suatu konsep tentang equifinality dalam “teori sistem” yang

menyatakan bahwa dalam suatu sistem tertentu manapun akan dapat dicapai tujuan yang

sama, walaupun telah dipergunakan titik tolak dan proses-proses yang berbeda. Demikian

pula dalam hubungan antar manusia, suatu gagasan yang tidak jauh berbeda menyebutkan

bahwa dua orang akan bertindak sama, meskipun mereka telah menerima atau mengalami

stimuli yang sangat berbeda (Bennet, 1979).

Mungkin dapat ditambahkan juga dalam kaitan ini pendapat dari Dood (1982) bahwa

macam dalam komunikasi atau hakekat suatu sistem sosial dapat mempengaruhi prinsip

homofili dalam pencarian informasi. Terutama dalam masyarakat “modern” (istilah

dari Dodd), orang mencari individu-individu yang secara teknis lebih ahli yang dapat

menunjukkan derajat inovatif yang meningkat. Dengan catatan bahwa situasi heterofili

demikian dapat terjadi jikalau masih dalam cakupan perbedaan yang tidak terlalu besar atau

disebut olehnya “optimal heterophili”.

Toleransi terhadap perbedaan ini dimungkinkan, karena dalam hubungan dua orang

yang secara sempurna homofilik, pengetahuan keduanya tentang inovasi akan sama sajaa
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

Sehingga keadaan ideal dalam perolehan informasi ialah heterofili dalam hal pengetahuan

tetapi cukup homofili dalam karakteristik-karakteristik atau variabel-variabel lain (misalnya

status sosial ekonomi). Maka bila perbedaan-perbedaan disadari atau diakui potensi

pengaruhnya terhadap komunikasi, masalahnya kemudian mungkin terletak pada cara-cara,

strategi atau teknik komunikasi yang dipakai.

Dalam komunikasi antar budaya, perbedaan-perbedaan individual dapat diperbesar

oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Persepsi tentang kebudayaan-kebudayaan ini adalah

titik tolak dari asumsi yang paling dasar dari komunikasi antar budaya, yaitu kebutuhaan

untuk menyadari dan mengakui perbedaan-perbedaan untuk menjembataninya melalui

komunikasi.

Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindih

satu sama lain. Daerah yang bertindih itu disebut kerangka pengalaman (field of experience),

yang menunjukkan adanya antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol

(Sumber: Cangara, 2008 : 21).

Dari ilustrasi diatas, kita dapat menarik empat prinsip dasar komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences)

2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A

dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makin besar kemungkinannya

tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif).

3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua

lingkaran, atau cenderung mengisolasi lingkaran masing-masing, komunikasi yang

terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu

proses komunikasi yang efektif


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh (100%) karena

dalam konteks komunikasi antarmanusia tidak pernah ada manusia diatas dunia ini

yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat – sifat yang persis sama (100%), sekalipun

kedua manusia itu dilahirkan secara kembar

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Homofili

Terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang atau komunikator

melakukan prinsip homofili dalam kehidupan sehari-harinya. Faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya homofili adalah sebagai berikut:

 Orang-orang yang sama lebih mungkin termasuk kelompok yang sama.

 Berdiam lebih berdekatan satu sama lain terhadap orang-orang yang memiliki banyak

persamaan.

 Tertarik oleh kepentingan yang sama

Seterusnya komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan

berada dalam keadaan homofili. Jika antara komunikator dan komunikan terdapat persamaan

dalam pengertian, sikap, dan bahasa, maka komunikasi di antara mereka itu akan lebih

efektif. Terlebih lagi, kesamaan antara orang-orang itu menimbulkan kemungkinan untuk

berkomunikasi, dan kemudian pada gilirannya lebih besar kemungkinan komunikasi menjadi

lebih berarti.

Kebanyakan orang menyenangi interaksi dengan orang yang benar-benar sama dalam

status sosial, pendidikan, kepercayaan, dan sebagainya.

Homofili dan komunikasi efektif sering memperkuat satu sama lain. Lebih sering

berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk menjadi homofili. Lebih bersifat homofili,

lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi secara efektif.

Penduduk yang lebih mempunyai homofili akan memudahkan bagi change agent ataupun
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

opinions leader yang hanya sedikit usaha diperlukan dibandingkan dengan penduduk yang

terbelakang dan status sosialnya lebih rendah.

Opinion Leader adalah individu yang memiliki pengetahuan informal untuk

mempengaruhi sikap dan perilaku individu lain terhadap proses keputusan inovasi, baik

individu maupun kelompok. Change Agent adalah individu atau kelompok yang memiliki

kemampuan profesional dalam melakukan perubahan-perubahan yang bersifat formal yang

mampu mempengaruhi kliennya guna mengadopsi inovasi pembelajaran.

Kekurangan Prinsip Homofili

Dalam suatu sistem, homofili dapat menjadi rintangan bagi lajunya pembaharuan yang

cepat ide-ide baru biasanya masuk melalui anggota-anggota masyarakat yang statusnya lebih

tinggi dan lebih bewenang. Jika terdapat homofili yang bertaraf tinggi, orang-orang elite ini

terutama berinteraksi dengan sesamanya, hanya sedikit saja penemuan baru yang sampai pada

penduduk non-elite.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rogers dan Svenning berkesimpulan bahwa

desa-desa tradisional di Columbia ditandai oleh homofili dalam penyebaran antara pribadi

(interpersonal diffusion) yang bertaraf lebih tinggi. Hanya bila norma-norma desa menjadi

lebih modern, penyebaran menjadi lebih heterophilous.

Santi Prya Bose telah mengadakan penelitian pada tahun 1967 di India menjumpai

adanya homofili yang bertaraf sangat tinggi pada penduduk desa di India berdasarkan kasta,

pendidikan, dan ukuran kebun yang dimiliki. Tetapi dekat Calcuta kasta tidak begitu penting

bagi pola interaksi; sebaliknya pendapatan (upah/Gaji) yang sangat penting.

Dengan demikian ciri yang pasti dalam hubungan dengan homofili ini variasi dengan

sifat sistem masyarakat dan dengan sifat inovasi.

Selanjutnya hasil penelitian Everett M. Rogers dan Dilip K. Bhowmik menyatakan bahwa :
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

“sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat homofili yang lebih tinggi dalam

komunikasi antar pribadi dan kalau norma-norma desa yang menjadi lebih modern menjadi

lebih bersifat heterofili”.

A. CONTOH PRINSIP HOMOFILI

Bila dua orang murid SMA yang sama-sama berstatus pelajar bertemu dalam sebuah

seminar, kemudian berkomunikasi dan berbagi pengetahuan menurut keyakinan, bahasa,

pengalaman yang telah mereka alami maka komunikasi menjadi efektif dikarenakan mereka

mengalami homophilous (keadaan dalam kondisi homofili). Namun pembahasan antara dua

orang yang berinteraksi dalam homofili ini hanya seputar masalah yang diketahui saja.

B. CONTOH PRINSIP HETEROFILI

Bila kalangan elit berinteraksi dengan kalangan non-elit, keduanya merasa kurang nyaman,

karena perbedaan derajat yang berbeda jauh. Kalangan non elit akan merasa minder atau

kurang percaya diri dikarenakan merasa memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibanding

kalangan elit. Kalangan elit pun akan merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang yang

tidak sederajat dengannya.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 5
MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

UNSUR BUDAYA DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


Ada beberapa unsur budaya dalam komunikasi antarbudaya yaitu:

1. Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan
mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Secara umum dipercaya bahwa
orang berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari cara mereka mempersepsikan dunia
yang sedemikian rupa pula. Perilaku ini dipelajari sebagai bagian dari pengalaman budaya
mereka (Porter dan Samovar, dalam Mulyana dan Rakhmat, 1993:27). Persepsi [perception]
merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, kalau bukan dikatakan yang paling
penting. Melalui persepsilah manusia memandang dunianya. Apakah dunia terlihat
“berwarna” cerah, pucat, atau hitam, semuanya adalah persepsi manusia yang bersangkutan.
Persepsi harus dibedakan dengan sensasi [sensation].

2. Proses Verbal
Proses verbal tidak hanya meliputi bagaimana berbicara dengan orang lain, namun juga
kegiatan-kegiatan internal berpikir dan pengembangan makna bagi kata-kata yang
digunakan.
Proses-proses ini secara vital berhubungan dengan proses pemberian makna saat
melakukan komunikasi antarbudaya: Bahasa verbal dan pola pikir.

Bahasa Verbal
Istilah bahasa dalam bahasa Indonesia, sama dengan language, dalam bahasa Inggris,
taal dalam bahasa Belanda, sprache dalam bahasa Jerman, lughatun dalam bahasa Arab
dan bahasa dalam bahasa Sansekerta. Istilah-istilah tersebut, masing-masing mempunyai
aspek tersendiri, sesuai dengan pemakainya, untuk menyebutkan suatu unsur kebudayaan
yang mempunyai aspek yang sangat luas, sehingga merupakan konsep yang tidak mudah
didefinisikan.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

Seperti yang diungkapkan oleh para ahli:


1. Menurut Sturtevent berpendapat bahwa bahasa adalah sistem lambang sewenang-
wenang, berupa bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suatu kelompok
sosisal untuk kerjasama dan saling berhubungan.
2. Menurut Chomsky language is a set of sentences, each finite length and
contructed out of a finite set of elements.
3. Menurut Keraf, bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat, berupa
lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
Bahasa merupakan alat utama yang digunakan oleh budaya untuk menyalurkan
kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk
berinteraksi dengan orang lain dan juga sebagai alat untuk berpikir. Bahasa
mempengaruhi persepsi, menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Secara sederhana
bahasa dapat diartikan sebagai suatu lambang yang terorganisasikan, disepakati secara
umum dan merupakan hasil belajar, yang digunakan untuk menyajikan penalaman-
pengalaman dalam suatu komunitas budaya.
Masih banyak lagi definisi tentang bahasa yang dikemukakan oleh para ahli
bahasa. Setiap batasan yang dikemukakan tersebut, pada umumnya memiliki konsep-
konsep yang sama, meskipun terdapat perbedaaan dan penekanannya. Terlepas dari
kemungkinan perbedaan tersebut, dapat disimpulkan sebagaimana dinyatakan Linda
Thomas dan Shan Wareing dalam bukunya Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan
bahwa salah satu cara dalam menelaah bahasa adalah dengan memandangnya sebagai
cara sistematis untuk mengabungkan unit-unit kecil menjadi unit-unit yang lebih besar
dengan tujuan komunikasi. Sebagai contoh, kita menggabungkan bunyi-bunyi bahasa
(fonem) menjadi kata (butir leksikal) sesuai dengan aturan dari bahasa yang kita
gunakan. Butir-butir leksikal ini kemudian digabungkan lagi untuk membuat struktur
tata bahasa, sesuai dengan aturan-aturan sintaksis dalam bahasa.
Dengan demikian bahasa merupakan ujaran yang diucapkan secara lisan,
verbal secara arbitrer. Lambang, simbol, dan tanda-tanda yang digunakan dalam
bahasa mengandung makna yang berkaitan dengan situasi hidup dan pengalaman
nyata manusia.

Pola Pikir
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Pola pikir suatu budaya mempengaruhi bagaimana individu-individu dalam budaya


tersebut berkomunikasi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi bagaimana setiap
orang akan merespon individu-individu dari budaya lain. Kebanyakan orang
menganggap bahwa setiap orang meiliki pola pikir yang sama. Namun, harus disadari
bahwa terdapat perbedaan-perbedaan budaya dalam aspek berpikir. Kita tidak dapat
mengharapkan setiap orang untuk menggunakan pola pikir yang sama, namun
memahami bahwa terdapat pola pikir dan belajar menerima pola-pola tersebut akan
memudahkan kita dalam berkomunikasi.

Unsur penting dalam komunikasi verbal.


a. Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang
berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku
berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain. (Agus M. Hardjana,
2003:22).
Terdapat perbedaan antara bicara dan bahasa. Bahasa tidak harus selalu diucapkan: ia
bisa saja tertulis atau diisyaratkan. Bicara adalah salah satu metode di antara sejumlah metode
berbeda dalam menterjemahkan dan mentrasmisikan informasi linguistik, walaupun bisa
dibilang yang paling alami.
Beberapa ahli memandang bahasa sebagai awal dari perkembangan kognitif, ke
“ekternalisasi” nya untuk melayai tujuan komunikatif yang terjadi kemudian pada evolusi
manusia. Menurut suatu aliran pemikiran, ciri penting yang membedakan bahasa manusia
adalah rekursi. Dalam konteks ini, proses berulang menanamkan kalimat di dalam kalimat.
Ilmuwan lain yang terkenal Daniel Everettmenolak bahwa rekursi itu adalah universal,
mengutip beberapa bahasa tertentu yaitu Piraha yang diduga memiliki kekurangan fitur ini.
Beberapa ahli menganggap bahwa kemampuan untuk mengajukan pertanyaan membedakan
bahasa manusia dari sistem komunikasi makhluk lain. Beberapa primata-primata dalam
kurungan (khususnya bonobo dan simpanse) yang telah mempelajari menggunakan bahasa
isyarat dasar untuk berkomunikasi dengan pelatih manusia mereka mampu menanggapi
pertanyaan dan permintaan yang kompleks dengan benar, tetapi gagal untuk mengajukan
sebuah pertanyaan yang sederhana.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

Bahasa memiliki banyak fungsi, namun sekurang-kurangnya ada tiga fungsi yang erat
hubungannya dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Ketiga fungsi itu adalah:
1. Untuk mempelajari tentang dunia sekeliling kita.
2. Untuk membina hubungan yang baik di antara sesama manusia
3. Untuk menciptaakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia.

Bagaimana mempelajari bahasa? Menurut para ahli, ada tiga teori yang
membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa.
Teori pertama disebut Operant Conditioning yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama Burrhusm Frederic Skinner (1957). Teori ini
menekankan unsur rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response) atau lebih dikenal dengan
istilah S-R. teori ini menyatakan bahwa jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar,
orang cenderung akan member reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar oleh
orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain.
Teori kedua ialah teori kognitif yang dikembangkan oleh Noam Chomsky.
Menurutnya kemampuan berbahasa yang ada pada manusia adalah pembawaan biologis yang
dibawa dari lahir.
Teori ketiga disebut Mediating theory atau teori penengah. Dikembangkan oleh
Charles Osgood. Teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan
kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi terhadap rangsangan (stimuli) yang diterima
dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya. (Hafied
Cangara, 2007:99-102).
Berikut adalah sejumlah kata Malaysia lain bersama sinonimnya dalam bahasa
Indonesia, yang dapat menimbulkan kesalah pahaman:

Bahasa Malaysia Bahasa Indonesia


Batu Mil
Bilik Kamar
Budak Anak
Comel Lucu, cantik
Cuai Ceroboh
Dikacau diaduk
Kacamata Cerminmata
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

Kasut Sepatu
Mangga Kunci gembok
Padang letak kereta Tempat parkir mobil
Pejabat Gedung, kantor
Percuma Gratis
Pintu kecemasan Pintu darurat
Pusing-pusing Berkeliling, berputar-putar
Sehala Satu arah, satu jalur
Seronok Bagus, menyenangkan, meriah
Tambang Ongkos
Tandas WC
Tewas Kalah

Beberapa fakta, frase atau kalimat Malaysia yang terkadang terdengar di Indonesia
sebenarnya hanya lelucon, sekedar main-main, artinya memang tidak digunakan di negara itu,
seperti laskar tak berguna (pensiunan); hentak-hentak bumi (jalan di tempat); pasukan
awang-awang (angkatan udara); pasukan basah kuyup (angkatan laut); polisi lalu-
lalang (polisi lalu-lintas); rumah sakit korban lelaki (rumah sakit bersalin); setubuh
bumi (tiarap); pasukan bergayut (penerjun payung); surat rayuan (surat lamaran); dan bilik
termenung (WC). Menurut Ahmad Fadzil Yassin, kawan lama saya di Malaysia, lelucon
bahasa Malaysia itu dulu dibuat oleh orang-orang Indonesia yang tidak senang kepada
Malaysia, sebagai akibat konfrontasi Indonesia-Malaysia. (Deddy Mulyana, 2005:273-274).

b) Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambing yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan. Jadi,
kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada pada
pikiran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang berhubungan
langsung hanyalah kata dan pikiran orang. (Agus M. Hardjana, 2003:24).

c) Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia


Kita sering tidak menyadari pentingnya bahasa, karena kita sepanajang hidup
menggunakannya. Kita baru sadar bahasa itu penting ketika kita menemui jalan buntu dalam
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

menggunakan bahasa, misalnya ketika kita berupaya berkomunikasi dengan orang yang sama
sekali tidak memahami bahasa kita yang membuat frustasi ; ketika kita sulit menerjamahkan
suatu kata, frase atau kalimat dari suatu bahasa ke bahasa lain; ketika kita harus menulis
lamaran atau diwawancarai dalam bahasa inggris untuk memperoleh pekerjaan yang bagus.
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang ,objek dan
peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat
menamai apa saja, objek-objek yang berlainan,termasuk perasaan tertentu yang mereka
alami. Penanaman adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa pada awalnya dilakukan
manusia sesuka mereka yang lalu menjadi konvensi. (Deddy Mulyana 2005:242).
Menurut Larry L. Barker dalam buku (Deddy Mulyana, 2005:243) bahasa memiliki
tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan
atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menekankan
berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan
dan kebingungan. Melalui bahasa,informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga
menerima informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga anda tidur kembali, dari orang
lain, baik secara langsung atau tidak (melalui media massa misalnya).

3. Proses Nonverbal
Proses-proses nonverbal merupakan alat utama untuk bertukar pikiran dan gagasan,
namun proses ini sering diganti dengan proses nonverbal, yang biasanya dilakukan melalui
gerak isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, dan lain-lain. Lambang-lambang tersebut dan
respon-respon yang ditimbulkannya merupakan bagian dari pengalaman budaya. Budaya
mempengaruhi kita dalam mengirim, menerima dan merespon lambang-lambang tersebut.
Hammer (dalam Liliweri, 2003:14) mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi, karena :
Secara teoritis memindahkan fokus dari suatu kebudayaan kepada kebudayaan yang
dibandingkan. Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan.
Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
Membawa perhatian kita kepada peranan kebudayaan yang mempengaruhi perilaku.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA


Menurut De Vito (1997:480), bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya meliputi bentuk-
bentuk komunikasi lain, yaitu :
1. Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang Katolik
Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dan orang Jahudi.
2. Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dan pengacara,
atau antara tunanetra dan tunarungu.
3. Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum
manula dan kaum muda.
4. Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita.
Beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan atas hal-hal berikut :
1. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada perbedaan
persepsi antara komunikator dengan komunikan.
2. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
3. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
4. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian.
5. Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
6. Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya (Liliweri,
2003:15).

Dimensi yang perlu diperhatikan dalam kontek komunikasi antarbudaya adalah :


1. Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para pelaku komunikasi.
2. Konteks sosial tempat terjadinya komunikasi antarbudaya.
3. Saluran komunikasi yang dilalui oleh pesan-pesan komunikasi antarbudaya, baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal.

PERILAKU NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA


Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat bahasa verbalnya; bagaimana bahasanya
(halus, kasar, intelektual, mampu berbahasa asing dan sebagainya), namun juga melalui
perilaku non verbalnya. Pentingnya perilaku non verbal ini misalnya dilukiskan dalam frase,
”bukan apa yang ia katakan tapi bagaimana ia mengatakannya”. Lewat perilaku non
verbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia bahagia, bingung
atau sedih.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (1991), komunikasi non verbal mencakup
semua rangsangan kecuali rangsangan verbal dalam suatu setting komunikasi, yang
dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai
pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang
disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan;
kita mengirim banyak pesan nonverbal tanpamenyadari bahwa pesan-pesan tersebut
bermakna pada orang lain.
Dalam proses non verbal yang relevan dengan komunikasi antar budya terdapat tiga
aspek yaitu; perilaku non verbal yang berfungsi sebagai bahasa diam, konsep waktu dan
penggunaan dan pengaturan ruang.
Sebenarnya sangat banyak aktivitas yang merupakan perilaku non verbal ini, akan
tetapi yang berhubungan dengan komunikasi antar budaya ini biasanya adalah sentuhan.
Sentuhan sebagai bentuk komunikasi dapat menunjukkan bagaimana komunikasi non verbal
merupakan suatu produk budaya. Di Jerman kaum wanita seperti juga kaum pria biasa
berjabatan tangan dalam pergaulan sosial; di Amerika Serikat kaum wanita jarang berjabatan
tangan. Di Muangthai, orang-orang tidak bersentuhan (berpegangan tangan dengan lawan
jenis) di tempat umum, dan memegang kepala seseorang merupakan suatu pelanggaran
sosial.
Suatu contoh lain adalah kontak mata. Di Amerika Serikat orang dianjurkan untuk
mengadakan kontak mata ketika berkomunikasi. Di Jepang kontak mata seringkali tidak
penting. Dan beberapa suku Indian Amrika mengajari anak-anak mereka bahwa kontak mata
dengan orang yang lebih tua merupakan tanda kekurangsopanan. Seorang guru sekolah kulit
putih di suatu pemukiman suku Indian tidak menyadari hal ini dan ia mengira bahwa murid-
muridnya tidak berminat bersekolah karena murid-muridnya tersebut tidak pernah melihat
kepadanya.
Sebagai suatau komponen budaya, ekspresi non verbal mempunyai banyak persamaan
dengan bahasa. Keduanya merupakan sistem penyandian yang dipelajari dan diwariskan
sebagai bagian pengalaman budaya. Lambang-lambang non verbal dan respon-respon yang
ditimbulkan lambang-lambang tersebut merupakan bagian dari pengalaman budaya – apa
yang diwariskan dari suatu generasi ke generasi lainnya. Setiap lambang memiliki makna
karena orang mempunyai pengalaman lalu tentang lambang tersebut. Budaya mempengaruhi
dan mengarahkan pengalaman-pengalaman itu, dan oleh karenanya budaya juga
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

mempengaruhi dan mengarahkan kita: bagaiman kita mengirim, menerima, dan merspon
lambang-lambang non verbal tersebut.
Konsep Waktu
Konsep waktu suatu budaya merupakan filsafatnya tentang masa lalu, masa sekarang,
masa depan, dan pentingnya atau kurang pentingnya waktu. Kebanyakan budaya Barat
memandang waktu sebagai langsung dan berhubungan dengan ruang dan tempat. Kita terikat
oleh waktu dan sadar akan adanya masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang.
Sebaliknya, sukuIndian Hopi tidak begitu memperhatikan waktu. Mereka percaya bahwa
setiap hal – apakah itu manusia, tumbuhan, atau binatang memiliki sistem waktunya sendiri-
sendiri.
Waktu merupakan komponen budaya yang penting. Terdapat banayak perbedaan
mengenai konsep ini antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya dan perbedaan-
perbedaan tersebut mempengaruhi komunikasi.
Penggunaan Ruang
Cara orang menggunakan ruang sebagai bagian dalam komunikasi antar-personal
disebut proksemika (proxemics). Proksemika tidak hanya meliputi jarak antara orang-orang
yang terlibat dalam percakapan, tetapi juga orientasi fisik mereka. Kita mungkin tahu bahwa
orang-orang Arab dan orang-orang Amerika Latin cenderung berinteraksi lebih dekat kepada
sesamanya daripada orang-orang Amerika Utara. Penting disadari bahwa orang-orang dari
budaya yang berbeda mempunyai cara-cara yang berbeda pula dalam menjaga jarak ketika
bergaul dengan sesamanya. Bila kita berbicara dengan orang berbeda budaya, kita harus
dapat memperkirakan pelanggaran-pelanggaran apa yang bakal terjadi, menghindari
pelanggaran-pelanggaran tersebut, dan meneruskan interaksi kita tanpa memperlihatkan
reaksi permusuhan. Kita mungkin mengalami perasaan-perasaan yang sulit kita kontrol; kita
mungkin menyangka bahwa orang lain tidak tahu adat, agresif, atau menunjukkan nafsu seks
ketika orang itu berada pada jarak yang dekat dengan kita, padahal sebenarnya tindakannya
itu merupakan perwujudan hasil belajarnya tentang bagaimana menggunakan ruang, yang
tentu saja dipengaruhi oleh budayanya.
Kita juga cenderung menentukan hierarki sosial dengan mengatur ruang. Duduk di
belakang meja sambil berbicara dengan seseorang yang sedang berdiri biasanya merupakan
tanda hubungan atasan-bawahan, dan orang yang duduk itulah atasannya. Perilaku yang
serupa juga dapat digunakan untuk menunjukkan ketidaksetujuan, kekurangajaran, atau
penghinaan, bila orang melanggar norma-norma budaya. Kesalahpahaman mudah terjadi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

dalam peristiwa-peristiwa antarbudaya ketika dua orang, masing-masing berperilaku sesuai


dengan budayanya masing-masing, tak memenuhi harapan pihak lainnya. Bila kita tetap
duduk sedangkan kita diharapkan berdiri, kita dikira orang melanggar norma budaya dan
menghina pribumi atau tamu, padahal kita tidak menyadari hal tersebut.
Menurut Tubbs and Moss (1996), sistem komunikasi non verbal berbeda dari satu
budaya ke budaya lain seperti juga sistem verbal. Di beberapa negara, suatu anggukan kepala
berarti ”tidak”, di sebagian negara lainnya, anggukan kepala sekedar menunjukkan bahwa
orang mengerti pertanyaan yang diajukan. Petunjuk-petunjuk non verbal ini akan lebih rumit
lagi bila beberapa budaya memperlakukan faktor-faktor non verbal seperti penggunaan waktu
dan ruang secara berbeda.
Isyarat-isyarat vokal seperti volume suara digunakan secara berbeda dalam budaya-
budaya yang berbeda, begitu juga dengan ekspresi emosi. Misalnya, orang Italia dan orang
Inggris lebih terbiasa mengekspresikan kesusahan dan kemarahan daripada orang Jepang,
karena bagi orang Jepang merupakan suatu kewajiban sosial untuk tampak bahagia dan tidak
membebani teman-teman mereka dengan kesusahan. Menurut Gudykunst dan Ting Tommey
(1988), dalam beberapa budaya penampilan emosi terbatas pada emosi-emosi yang ”positif”
dan tidak mengganggu harmoni kelompok.
Liliweri (2003) mengatakan bahwa ketika berhubungan antarpribadi maka ada
beberapa faktor dari pesan non verbal yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya. Ada
beberapa bentuk perilaku non verbal yakni: (1) kinesik; (2) okulesik, dan (3) haptiks; (4)
proksemik; dan (5) kronemik.
1. Kinesik, adalah studi yang berkaitan dengan bahsa tubuh, yang terdiri dari posisi tubuh,
orientasi tubuh, tampilan wajah, gambarang tubuh, dll. Tampaknya ada perbedaan anatara arti
dan makna dari gerakan-gerakan tubuh atau anggota tubuh yang ditampilkan tersebut.
2. Okulesik, adalah studi tentang gerakan mata dan posisi mata. Ada perbedaan makna yang
ditampilkan alis mata diantara manusia. Setiap variasi gerakan mata atau posisi mata
menggambarkan satu makna tertentu, seperti kasih sayng, marah, dll. Orang Amerika Utara
tidak membenarkan seorang melihat wajah mereka kalau mereka sedang berbicara.
Sebaliknya, orang Kamboja yakin bahwa setiap pertemuan didahului oleh pandangan mata
pertama, namun melihat seorang adalah sesuatu yang bersifat privacy sehingga tidak
diperkenankan memandang orang lain dengan penuh nafsu.
3. Haptik, adalah studi tentang perabaan atau memperkenankan sejauh mana seseorang
memegang dan merangkul orang lain. Banyak orang Amerika Utara merasa tidak nyaman
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

ketika seseorang dari kebudayaan lain memegang tangan mereka dengan ramah, menepuk
belakang dan lain-lain. Ini menunjukkan – derajat keintiman: fungsional/profesional, sosial
dan sopan santun, ramah tamah dan baik budi, cinta dan keintiman, dan daya tarik seksual.
4. Proksemik, studi tentang hubungan antar ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi,
sebagaimana dikategorikan oleh Hall pada tahun 1973, kecenderungan manusia menunjukkan
bahwa waktu orang berkomunikasi itu harus ada jarak antarpribadi, terlalu dekat atau terlalu
jauh. Makin dekat artinya makin akrab, makin jauh arinya makin kurang akrab.
5. Kronemik, adalah studi tentang konsep waktu, sama seperti pesan non verbal yang lain maka
konsep tentang waktu yang menganggap kalu suatu kebudayaan taat pada waktu maka
kebudayaan itu tinggi atau peradaban maju. Ukuran tentang waktu atau ketaatan pada
waktukemudian menghailkan pengertian tentang orang malas, malas bertnggungjawab, orang
yang tidak pernah patuh pada waktu.
6. Tampilan, apperance – cara bagaimana seorang menampilakn diri telah cukup menunjukkan
atau berkolerasi sangat tinggi dengan evaluasi tentang pribadi. Termasuk di dalamnya
tampilan biologis misalnya warna kulit, warna dan pandangan mata, tekstur dan warna
rambut, serta struktur tubuh. Ada stereotip yang berlebihan terhadap perilaku seorang dengan
tampilan biologis. Model pakaian juga mempengaruhi evaluasi kita pada orang lain. Dalam
sebagian masyarakat barat, jas dan pakaian formal merefleksikan profesionalisme, karen itu
tidak terlihat dalam semua masyarakat.
7. Posture, adalah tampilan tubuh waktu sedang berdiri dan duduk. Cara bagaimana orang itu
duduk dan berdiri dapat diinterpretasi bersama dalam konteks antarbudaya. Kalau orang Jawa
dan orang Timor (Dawan) merasa tidak bebas jika berdiri tegak di depan yang orang yang
lebih tua sehingga harus merunduk hormat, sebaliknya duduk bersila berhadapan dengan
orang yang lebih tua merupakan sikap yang sopan.
8. Pesan-pesan paralinguistik antarpribadi adalah pesan komunikasi yang merupakan
gabungan anatara perilaku verbal dan non verbal. Paralinguistik terdiri dari satu unit suara,
atau gerakan yang menampilkan maksud tertentu dengan makna tertentu. Paralinguistik juga
berperan besar dalam komunikasi antarbudaya. Contoh, orang Amerika yang berbicara terlalu
keras acapkali oleh orang eropa dipandang terlalu agresif atau tanda tidak bersahabat. Orang
Inggris yang berbicara pelan dan hati-hati dipahami sebagai sekretif bagi Amerika.
9. Simbolisme dan komunikasi non verbal yang pasif – beberapa di antarnya adalah simbolisme
warna dan nomor. Di Amerika Utara, AS dan Canada, warna merah menunjukkan peringatan,
daya tarik seks, berduka, merangsang. Sedangkan warna kuning menggambarkan kesenangan
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |12
Copyright © Maret 2021

dan kegembiraan. Warna biru berarti adil, warna bisnis sehingga dipakai di perkantoran.
Warna hitam menunjukkan kematian, kesengsaraan, dosa, kegagalan dalam bisnis dan seksi.
Sebaliknya warna merah di Brazil adalah yang menunjukkan jarak penglihatan, hitam
melambangkan kecanggihan, kewenangan, agama dan formalitas.
Dilihat dari fungsinya,perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi.Paul Ekman
dalam Mulyana (2007) menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat
dilukiskan dengan perilaku mata, yakni sebagai :
- Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan symbol yang memiliki kesetaraan dengan
simbol verbal. Kedipan dapat mengatakan,”Saya tidak sungguh-sungguh.”illustrator.
Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
- Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.Memalingkan muka
menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.Penyesuai.Kedipan mata yang cepat meningkat
ketika orang berada dalam tekanan.Itu merupakan respon tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangikecemasan.
- Affect Display. Pembesaran manik mata (pupil dilation) menunjukkan peningkatan
emosi.Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.
Lebih lanjut lagi Mulyana (2007) merumuskan,dalam hubungannya dengan perilaku
verbal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut.
- Perilaku nonverbal dapat mengulagi perilaku verbal,misalnya anda menganggukan kepala
ketika anda mengatakan “ya,”atau menggelengkan kepala ketika mengatakan “tidak,” atau
menunjukan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
- Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal.Misalnya Anda melambaikan
tangan seraya mengucapkan “Selamat Jalan,” “Sampai jumpa lagi,ya,” atau “Bye bye,”;atau
anda menggunakan gerakan tangan ,nada suara yang ninggi,atau suara yang lambat ketika
Anda berpidato hadapan khalayak.Isyarat nonverbal demikian itulah yang disebut affect
display.
- Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal,jadi berdiri sendiri,misalnya Anda
menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai pengganti:
kata “Tidak”)ketila seorang pengamen mendatangi mobil tau Anda menunjukkan letak ruang
dekan dengan jari tangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun,kepada seorang mahasiswa
baru.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |13
Copyright © Maret 2021

- Perilaku nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.Misalnya Anda sebagai mahasiswa


mengenakan jaket atau membereskan: buku-buku,atau melihat jam tangan Anda menjelang
kuliah berakhir,sehingga dosen segara menutup kuliahnya.
- Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku
verbal.Misalnya,seorang suami mengatakan “Bagus! Bagus!” ketika diminta komentar oleh
istrinya mengenai gaun yang dibelinya,seraya terus membaca surat: kabar atau menonton
televisi;
Jika terdapat pertentangan antara pesan verbal dan pesan nonverbal,kita biasanya
lebih mempercayai pesan nonverbal,yang menunjukkan pesan sebenarnya,karena pesan
nonverbal lebih sulit dikendalikan daripada pesan verbal.Kita dapat mengendalikan sedikit
perilaku nonverbal; namun kebanyakan perilaku nonverbal di luar kesadaran kita.Kita dapat
memutuskan dengan siapa dan kapan berbicara serta topik-topik apa yang akan kita
bicarakan,tetapi kita sulit mengendalikan ekspresi wajah senang, malu, ngambek, cuek;
anggukkan atau gelengan kepala; kaki yang mengetuk-ngetuk lantai; dan sebagainya.Anda
sulit menyangkal komentar seorang pendengar bahwa Anda sangat gugup ketika Anda
berpidato, karena tangan Anda terlihat gemetar dan wajah Anda berkeringat dalam pidato
Anda.
Klasifikasi Pesan Nonverbal
Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap-muka adalah
nonverbal,sementara menurut Albert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam
komunikasi tatap-muka diperoleh dari isyarat—isyarat nonverbal (Mulyana 2007).Dalam
pandangan Birdwhistell,kita sebenarnya mampu mengucapkan ribuan suara vokal,dan wajah
kita dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda.
Perilaku nonverbal kita terima sebagai suatu “paket” siap pakai dari lingkungan sosial
kita, khususnya orangtua.Kita tidak perna mempersoalkan mengapa kita harus memberi
isyarat begini untukmengatakan hal lain.Sebagaimana lambing verbal,asal-usul isyarat
nonverbal sulit dilacak meskipun adakalanya kita memperoleh informasi terbatas mengenai
hal itu,berdasarkan kepercayaan agama,sejarah,atau cerita rakyat (folklore).
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara.Jurgen
Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.Pertama,bahasa tanda (sign
language)-acungan jempol untuk numpang mobil secara gratis;bahasa isyarat tuna rungu
;kedua,,bahasa tindakan (action language)-semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara
eksklusif untuk memberikan sinyal,misalnya,berjalan;dan ketiga,bahasa objek (object
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |14
Copyright © Maret 2021

language)-pertunjukan benda,pakaian,dan lambang nonverbal bersifat publik lainnya seperti


ukuran ruangan,bendera,gambar(lukisan),musik (misalnya marching band),dan
sebagainya,baik secara sengaja ataupun tidak.
Secara garis besar Larry A.Samovar dan Richard E. Porter (1991)membagi pesan-
pesan nonverbal menjadi dua kategori besar yakni,:pertama,ekspresi wajah,kontak mata,bau-
bauan dan parabahasa;kedua,ruang,waktu,dan diam.
Meskipun tidak menggunakan pengkategorian di atas,kita akan membahas berbagai
jenis pesan nonverbal yang kita anggap penting,mulai dari pesan nonverbal yang bersifat
perilaku hingga pesan noverbal yang terdapat dalam lingkungan kita.
Isyarat Tangan
Kita sering menyertai ucapan kiita dengan isyarat tangan.Perhatikanlah orang yang
sedang menelepon.Meskipun lawan bicaratidak terlihat,is menggerak-garakan
tangannya.Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut
emblem,yang dipelajari,yamg punya makna dalam suatu budaya atau subkultur.Meskipun
isyarat tangan yang digunakan sama,maknanya boleh jadi berbeda;atau,isyarat fisiknya
berbeda,namun maksudnya sama.
Untuk meunjuk diri-sendiri (“Saya!” atau “Saya”?),seperti juga orang Kenya dan
orang Korea Selatan,orang Indonesia menunjuk dadanya dengan telapak tangannya atau
telunjuknya,sedangkan orang Jepang menunjuk hidungnya dengan telunjuk.
Penggunaan isyarat tangan dan maknanya jelas berlainan dari budaya ke
budaya.Meskipun di beberapa Negara.telunjuk digunakan untuk menunjukkan sesuatu,hal itu
tidak sopan di Indonesia,seperti juga dibanyak negeri Timur Tengah dan Timur Jauh.Tentu
saja selalu ada kekecualian.Orang Batak,seperti orang Amerika,biasa menunjuk dengan
telunjuk tanpa bermaksud kasar kepada orang yang dihadapinya.Begitu juga orang
Betawi,yang tidak jarang menunjuk dengan memonyongkan mulut,sambil berucap,”Ke
sonono!”Beberapa suku Afrika yang menunjuk dengan mencibirkan bibir bawah
menganggap cara menunjuk Amerika sebagai kasar.
Gerakan kepala
Di beberapa Negara,anggukan kepala malah berarti tidak seperti di
Bulgaria,sementara untuk isyarat ya” di Negara tesebut adalah menggelengkan kepala.Orang
Inggris seperti orang Indonesia menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa mereka
mendengar,dan tidak berarti menyetujui.Di Uni Emirat Arab,menggelengkan kepala itu juga
berarti “ya”.maka seorang TKW Indonesia bernama Kartini pun dituduh telah melakukan
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |15
Copyright © Maret 2021

perzinahan dengan seorang pekerja asal India dan dinyatakan bersalah karena ia
menggelengkan kepalanya ketika ia ditanya oleh jaksa dan hakim.Dalam sidang itu Kartini
tidak didampingi penterjemah,sementara kemampuan berbahasa Arabnya pu ala
kadarnya.Semua pertanyaan dijawabnya dengan gelengan kepala yang berarti “tidak”,padahal
di Negara itu gelengan kepala berarti “ya”.
Di banyak Negara,orang yang duduk sambil menegakkan kepala dihadapan orang
yang berbicara berarti memperhatikan si pembicara.Di Australia,pembicara akan
menyangkan Anda kecapekan atau mengantuk bila Anda memejamkan mata Anda.Akan
tetapi,orang Jepang yang tampak tertidur –mata terpejam dan kepala menunduk-ketila
pebisnis asing sedang melakukan presentasi,sebenarnya sedang menyimak presentasi tersebut
dengan sungguh-sungguh.
Postur Tubuh dan Posisi kaki
Postur tubuh sering bersifat simbolik.Beberapa postur tubuh tertentu diasosiasikan
dengan status sosial dan agama tertentu.Selama berabad-abad rakyat tidak boleh berdiri atau
duduk lebih tinggi daripada (kaki) raja atau kaisarnya.Mereka harus berlutut atau bahkan
bersujud untuk menyembahnya.Penaganut Shinto di Jepang berlutut di depan altar di luar
rumah sebelum mereka membuat sajian dan berdoa.Paus Yohanes Paulus II yang memimpin
umat katolik sedunia lazim bersujud mencium bumi begitu ia turun dari pesawat dalam
lawatan internasionalnya.Orang Islam secara rutin menampilkan perilaku serupa,sebagai
bagian dari salat mereka,namun sering di dalam ruangan daripada di luar ruangan.
Cara berdiri atau duduk juga sering dimaknai secara berbeda di tiap Negara.tamu
harus menundukkan kepala ketika bertemu dengan Dalai Lama di Tibet,jangan menatap
matanya,jangan menyentuhnya,dan baru bicara setelah Dalai Lama bicara.
Status seseorang juga dapat terlihat lewat cara meletakkan tangannya ketika berdiri
dan berbicara dengan orang lain.Di Negara kita,orang yang berbicara dengan merapatkan
kedua tangannya (telapak tangan menghadap ke dalam) dan meletakkannya di depan
selangkangannya hampir bisa dipastikan adalah orang yang jabatannya lebih rendah daripada
orang yang berdiri dengan meletakkankedua tangannya di samping atau di belakang
punggungnya.Perhatikanlah situasi semacam ini ketika para pejabat Negara berkumpul di
istana,sehabis pelantikan pejabat tinggi misalnya.
Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata
Para dramawan, pelatih tari Bali, dan pembuat topeng di negara kita paham benar mengenai
perubahan suasana hati dan makna yang terkandung dalam ekspresi wajah, seperti juga
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |16
Copyright © Maret 2021

pengarah, pemain, dan penari Kabuki di Jepang. Masuk akal bila banyak orang menganggap
perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya
pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata.
Anda bisa membuktikan sendiri bahwa ekspresi wajah, khususnya mata, paling
ekspresif. Cobalah anda saling memandang dengan orang lain, baik dengan pria atau dengan
wanita. Anda pasti takkan kuat memandangnya terus-menerus. Anda kemungkinan akan
tersenyum atau tertawa, atau melengos. Perilaku mata sedemikian penting dalam budaya
Korea sehingga orang Korea mempunyai kata khusus (nuichee) untuk menekankan
pentingnya perilaku itu. Orang Korea percaya bahwa mata adalah jawaban “sebenarnya”
mengenai apa yang dirasakan dan dipikirkan seseorang.
Kontak mata punya dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur,
untuk memberi tahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau
menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda
terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan orang mereka sukai,
meskipun menurut penelitian, perilaku ini kurang ajeg dikalangan wanita.
Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekpresikan keadaan
emosional seseorang. Sebagian pakar mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang
dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami secara universal
: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan, kejijikan, dan minat.
Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap “murni”, sedangkan keadaan emosional lainnya
(misalnya : malu, rasa berdosa, bingung, puas) dianggap “campuran”, yang umumnya lebih
bergantung pada interpretasi. Sedikit kekecualian atau variasi memang harus diantisipasi.
Misalnya –seperti lazimnya- orang Amerika menunjukkan keterkejutan dengan mulut
ternganga dan alis yang naik, sedangkan orang-orang Eskimo, Tlingit, dan Brazil
menunjukkan hal yang sama dengan menepuk pinggul mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah
universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya. Lelaki dan perempuan mempunyai cara
berbeda dalam hal ini. Perempuan cenderung lebih banyak senyum daripada lelaki, tetapi
senyuman mereka sulit ditafsirkan. Dalam suatu budaya pun terdapat kelompok-kelompok
yang menggunakan ekspresi wajah secara berbeda dengan budaya dominan. Pearson, West,
dan Turner melaporkan bahwa dibandingkan dengan pria, wanita menggunakan lebih banyak
ekspresi wajah dan lebih ekspresif, lebih cenderung membalas senyum dan lebih tertarik
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |17
Copyright © Maret 2021

kepada orang lain yang tersenyum. Ekspresi wajah boleh sama, namun maknanya mungkin
berbeda.
Sentuhan
Sentuhan, adalah perilaku nonverbal yang multimakna, dapat menggantikan seribu kata.
Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan,
belaian, pelukan, pegangan (jabatan tangan), rabaan hingga sentuhan lembut sekilas.
Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan. Konon, menurut
orang muda, seseorang dapat merasa seperti terkena strum ketika disentuh oleh lawan
jenisnya yang disenanginya. “And when I touch you I feel happy inside” kata John Lennon
dan Paul McCartney. Itu sebabnya Islam punya aturan ketat mengenai sentuh-menyentuh di
antara lelaki dan perempuan untuk menghindari konsekuensinya yang menjurus pada
perbuatan negatif.
Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang
sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai
berikut.

 Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya


pelayan took membantu pelanggan memilih pakaian.
 Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan
dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.
 Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi
atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama
berpisah.
 Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan
emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orangtua dengan lembut; orang yang
sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di bawah meja; orang
Eskimo yang saling menggosokkan hidung.
 Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja
motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.
Parabahasa
Parabahasa, atau vokalika (vocalics), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang
dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume)
suara, intonasi, kualitas vokal (kejelasan), warna suara, dialek, suara serak, suara sengau,
suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan,
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |18
Copyright © Maret 2021

gumaman, desahan, dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi
dan pikiran kita. Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang
terlalu cepat menandakan ketegangan, kemarahan, atau ketakutan. Riset menunjukkan bahwa
pendengar mempersepsi kepribadian komunikator lewat suara. Tidak berarti bahwa persepsi
mereka akurat; alih-alih mereka memperoleh persepsi tersebut berdasarkan stereotip yang
telah mereka kembangkan. Wanita dengan suara basah (misalnya sebagai penyiar radio)
dipersepsi lebih feminim dan lebih cantik daripada wanita tanpa suara basah. Sedangkan pria
dengan nada suara tinggi atau melengking dianggap kewanita-wanitaan. Padahal boleh jadi
wanita bersuara basah berlebihan berat badan dan pria bersuara melengking adalah petinju
kelas berat. Salah satu kelebihan lagu-lagu kelompok Peterpan yang populer pada dekade
pertama abad ke-21 di Indonesia adalah karena suara penyanyinya, Ariel, dianggap seksi,
terutama oleh kaum wanita penggemarnya.
Penampilan fisik
Perhatian pada penampilan fisik tampaknya universal. Sekitar 40.000 tahun yang lalu orang-
orang purba menggunakan tulang untuk dijadikan kalung dan hiasan tubuh lainnya. Bukti-
bukti arkeologis menunjukkan bahwa sejak saat itu orang-orang sangat peduli dengan tubuh
mereka. Mereka mengecatnya, mengikatkan sesuatu padanya, dan merajahnya untuk terlihat
cantik.
Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseorang, baik itu busananya
(model, kualitas bahan, warna), dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti kaca mata,
sepatu, tas, jam tangan, kalung, gelang, cincin, anting-anting, dan sebagainya. Seringkali
orang memberi makna tertentu pada karakteristik fisik orang yang bersangkutan, seperti
bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya. Di Amerika orang menghargai
wanita yang tinggi dan ramping. Di Jepang wanita yang kecil justru paling menarik. Tetapi di
Cina secara tradisional kecantikan wanita justru diasosiasikan dengan gaya rambut sederhana
(dengan satu atau dua kepang) yang tidak berusaha menarik perhatian dengan selendang
berwarna-warni, perhiasan atau make-up.
Busana
Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan
tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang
mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan
cara mereka berpakaian. Pada musim dingin dengan udara di bawah 0 derajat Celcius
misalnya, tidak ada orang yang hanya mengenakan T-shirt dan celana pendek di luar rumah.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |19
Copyright © Maret 2021

Banyak subkultur dan komunitas mengenakan busana yang khas sebagai simbol
keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Orang mengenakan jubah atau jilbab sebagai
tanda keagamaan dan keyakinan mereka. Dibanyak negara seperti Jepang dan Meksiko, juga
di Indonesia, pakaian seragam amat populer. Polisi, tentara dan anak sekolah senang
berpakaian seragam untuk menunjukkan afiliasi kelompok.
Tanpa memperhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi, termasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal
tersebut, kita bias gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap
budaya kita, dan bahasa nonverbal kita sebagai standar dalam menilai bahasa nonverbal
orang dari budaya lain. Bila kita langsung berkesimpulan tentang orang lain berdasarkan
perilaku nonverbalnya yang berbeda itu, maka kita terjebak dalam etnosentrisme
(menganggap budaya sendiri sebagai standar dalam mengukur budaya orang lain).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 6

PERSPEKTIF TEORITIS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN HAMBATAN


KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

1. Teori Komunikasi berdasarkan analisis kebudayaan implisit

Kebudayaan implisit dalam kebudayaan immaterial, kebudayaan yang bentuknya tidak


nampak sebagai benda namun dia “tercantum” atau “tersirat” dalam nilai dan norma budaya
suatu masyarakat, misalnya bahasa.

Pendekatan kebudayaan implisit mengandung beberapa asumsi yaitu:

1. Kebudayaan mempengaruhi Skema Kognitif


2. Kebudayaan mempengaruhi Organisasi Tujuan dan Strategi Tindakan
3. Kebudayaan mempengaruhi Pengorganisasian Skema Interaksi; dan
4. Kebudayaan mempengaruhi Proses Komunikasi.

2. Teori Analisis Kaidah Peran

Dari berbagai penelitian yang dilakukan maka diketahui bahwa telah terjadi beragam
variasi penerapan prinsip-prinsip teori “Kaidah Peran”. Beberapa isu yang menonjol
misalnya:

1. Apa saja Sifat Dasar yang dimiliki suatu masyarakat?


2. Apa yang dimaksudkan dengan Kaidah Peran?
3. Apa hubungan antara Aktor dan Kaidah Peran?
4. Apakah setiap Kaidah Peran mampu menerangkan atau mengakibatkan perilaku
tertentu?

3. Teori analisis Interaksi antar budaya

Ada beberapa pendektan ilmu komunikasi yang sering digunakan untuk menerangkan
interaksi antar budaya, yakni:

1. Pendekatan Jaringan Metateoritikal, yaitu studi tentang bagaimana derajat


hubungan antar pribadi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

2. Teori Pertukaran. Inti teori ini mengatakan bahwa hubungan antarpribadi bisa
diteruskan dan dihentikan. Makin besar keuntungan yang diperoleh dari hubungan
antarpribadi maka makin besar peluang hubungan tersebut diteruskan. Sebaliknya
makin kecil keuntungan yang diperoleh, maka makin kecil peluang hubungan tersebut
diteruskan.

4. Teori pengurangan tingkat kepastian

Berger (1982) menyatakan bahwa salah satu dari fungsi utama komunikasi adalah
fungsi informasi yaitu untuk mengurangi tingkat ketidakpastian komunikator dan
komunikan. Setiap individu memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi
tertentu tentang pihak lain.

Berger merekomendasikan strategi pencarian informasi sebagai berikut :

1. Mengamati pihak lain secara pasif

2. Menyelidiki atau menelusuri pihak lain

3. menanyakan informasi melalui pihak ketiga

4. penanganan lingkungan kehidupan pihak lain

5. Interogasi

6. Membuka diri

Ada dua pendekatan dasar dalam studi mengenai budaya:

EMIC (EMIK)

Pendekatan Emic memfokuskan pada pengkajian budaya dari dalam, pada pemahaman
budaya ketika anggota-anggota dari budaya memahami kebudyaan mereka.

ETIC (ETIK)

Sebaliknya, pendekatan Etic memfokuskan pada memahami budaya dari luar dengan
membandingkan budaya-budaya yang menggunakan karakteristik yang telah ditetapkan
sebelumnya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

MAKNA PERSPEKTIF SUBJEKTIF/EMIK

Pada prinsipnya dalam penelitian yang menggunakan perspektif ini maka peneliti
“menjadikan dirinya” sebagai bagian dari kebudayaan yang dia teliti, atau dengan kata lain,
peneliti bertindak sebagai partisipan penuh karena dia masuk dalam suatu struktur budaya
tertentu.(Liliweri, 2001:34)

Dalam penelitian berperspektif subjektif ini biasanya peneliti akan menolak masukan
variabel kebudayaan lain ke dalam Kebudayaan yang sedang diteliti. Oleh karena itu, para
peneliti yang menggunakan perspektif ini kerap kali mendapat kritik karena gambaran yang
diberikan tentang kebudayaan yang ditelitinya terlalu sedikit.

Pendekatan subjektif pun sering mengkritik peneliti yang menarik kesimpulan tentang
suatu budaya tertentu berdasarkan ukuran-ukuran yang berlaku pada kebudayaan lain.

MAKNA PERSPEKTIF OBJEKTIF/ETIK

Dalam penelitian yang menggunakan perspektif objektif ini seorang peneliti akan
menggunakan dua pendekatan kebudayaan yang berbeda terhadap objek tertentu. Penggunaan
perbedaan kebudayaan dilakukan untuk menunjukkan dimensi dan variabilitas kebudayaan
dan untuk menunjukkan bahwa teori-teori komunikasi antar budaya tidak dimaksudkan untuk
meneliti perbedaan budaya.

Berikut adalah tabel yang dapat memudahkan kita untuk memahami perbedaan perspektif
subjektif/emik dengan perspektif objektif/etik dalam komunikasi antar budaya.

EMIK ETIK

Peneliti mempelajari perilaku Peneliti mempelajari perilaku manusia


manusia
dari luar kebudayaan objek penelitian
dari dalam kebudayaan objek

penelitian
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

Peneliti hanya meneliti satu Peneliti menguji banyak kebudayaan


kebudayaan
dan membandingkan kebudayaan

tersebut

Struktur kebudayaan ditemukan Struktur diciptakan oleh peneliti


sendiri oleh peneliti

Umumnya kriteria-kriteria yang Kriteria-kriteria kebudayaan bersifat

diterapkan ke dalam karakteristik mutlak dan berlaku universal

kebudayaan sangat realtif

HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Hambatan umum antar pribadi yang terjadi dalam komunikasi meliputi Hambatan
Internal, dan Hambatan Eksternal dalam artian :
1. Hambatan internal, adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu yang
terkait kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya, jika seorang mengalami gangguan pendengaran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang tertekan
(depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2. Hambatan eksternal, adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang terkait
dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya, suara gaduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan komunikasi
tidak berjalan lancar.
Contoh lainnya, perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan salah
pengertian.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

3. Hambatan komunikasi secara interaksi


Dalam pengenalan komunikan tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi inilah
biasanya terjadi hambatan – hambatan yang dapat menyebabkan suatu komunikasi
tidak berhasil dengan baik. Hambatan - hambatan yang biasa terjadi disebabkan
karena adanya ketidaksiapan mental, waktu, dan psykologis seseorang. Selain itu
factor kurang percaya terhadap cerita atau pesan yang disampaikan oleh komunikator
juga menjadi penghambat dalam interaksi berkomunikasi, dan pada akhirnya proses
penyampaian pesan tidak berhasil dengan baik.
4. Hambatan komunikasi secara situasional
Dalam berkomunikasi, seorang komunikator hendaknya memperhatikan situasi.
Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh factor situasi. Yaitu apabila komunikan
sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin mendengarkan sebuah informasi
atau pesan. Selain itu seorang komunikator harus memperhatikan situasi yang
berhubungan dengan kondisi seorang komunikan. Misalnya saja seorang komunikator
hendaknya tidak menyampaikan sebuah pesan yang bersifat mengecewakan apabila
situasi komunikannya sedang tidak sehat atau sakit.

HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI MENURUT LEONARD R.S. DAN


GEORGE STRAUSS DALAM STONER JAMES, A.F DAN CHARLES WANKEL

Kita sering melihat dua orang sahabat bertengkar hebat hanya karena masalah sepele.
Banyak suami istri yang bercerai, padahal mereka saling mencintai, hanya karena ego dan
tidak mau saling memahami. Organisasi bisa hancur dan pecah karena anggotanya tidak
kompak. Dua pihak berseteru karena merasa yang paling benar. Semuanya itu berpangkal
dari masalah komunikasi.

Komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan dengan
orang lain. Kesuksesan dan kegagalan dalam hidup ini sebenarnya adalah karena faktor
komunikasi. Perang dan perdamaian ada juga karena faktor komunikasi. Semuanya
berhubungan dengan komunikasi. Komunikasi ibarat poros yang menjadi inti dari semua
kegiatan yang ada di bumi.

Seperti yang sudah dicontohkan, komunikasi tidak selalu berjalan lancar. Ada faktor-
faktor yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor tersebut
dinamakan hambatan-hambatan komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasilah yang
menyebabkan dua pihak berseteru. Hambatan-hambatan komunikasi juga menyebabkan
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

perang dunia . Berikut ini merupakan hambatan-hambatan komunikasi Menurut Leonard R.S.
dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel .

1. Perbedaan Persepsi

Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal mengartikan sebuah
pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartikan bentakan seseorang sebagai sebuah
ketegasan. Namun, ada juga orang yang mengartikan bentakan tersebut sebagai sebuah
kekejaman dan tindak kekerasan. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa
dua pihak terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila disampaikan
pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa mengartikan sebuah garis lurus sebagai tiang
bendera , namun orang yang lainnya bisa mengartikan sebuah garis lurus tersebut sebagai
tanda seru. Padahal, sama-sama garis lurus.
2. Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam komunikasi, terlebih bila
masing-masing pihak tidak mengerti bahasa yang dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini
bukanlah masalah besar, tidak sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara
menggunakan bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
3. Karakter Dasar
Karakter dasar manusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis, plegmatis, dan
sanguinis. Keempatnya memiliki karakter yang berseberangan. Koleris adalah karakter kuat
yang kadang suka menyinggung perasaan. Melankolis adalah karakter yang lembut dan
perasa. Sanguinis adalah karakter yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka
mengalah. Bayangkan bila keempat karakter ini dipertemukan dalam sebuah komunitas, apa
yang akan terjadi? Perbedaan karakter inilah yang memang kadang-kadang menjadi
penghambat komunikasi.
4. Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab kesalahpahaman
terjadi. Bisa saja saat komunikasi antara dua pihak sedang terjadi, pihak pertama sedang
dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya, kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi
cara menangkap pesan dari kawan bicara sehingga terjadilah kesalahpahaman. Bila sudah
tahu hambatan-hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

Hambatan-Hambatan Komunikasi Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton


Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran
jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan
komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran
komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan
sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat
menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation)
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh:
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit
pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan
lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa
yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap
suku. Seperti contoh: kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi
orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses
berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan,
suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan
telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang
kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi
tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi
tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi
satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan
yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para
karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli
dengan gagasan seorang manajer.
Hambatan Komunikasi atau yang juga dikenal sebagai Communication Barrier
adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif.

Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana
di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti
sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya
berarti bahwa orang tersebut mendengarkan.

Memahami secara jelas dan komprehensif berbagai hambatan dalam komunikasi antarbudaya
adalah jembatan ke arah perwujudan komunikasi antarbudaya yang efektif.

Secara teoritik terdapat beberapa hambatan yang ditemui dalam komunikasi antarbudaya,
yaitu :

1. Hambatan Yang Bersumber Pada Unsur Kebudayaan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Perbedaan budaya ini lebih “kental” terasa pada aspek sistem kepercayaan, pandangan
hidup tentang dunia, dan organisasi sosial. Ketiga unsur tersebut sangat kuat
mempengaruhi kebudayaan masyarakat.
2. Hambatan Perbedaan Persepsi dan Sikap
 Menurut John R. Weinburg dan William W. Wilmot, Persepsi adalah cara
memberi makna.
 Menurut Rudolph F. Verderber, Persepsi adalah menafsirkan informasi
inderawi.
 Menurut J. Cohen, Persepsi yaitu interpretasi bermakna atas sensasi sebagai
representasi objek eksternal, pengetahuan yang tampak yang ada di luar diri.

Berbekal persepsi ini, partisipan komunikasi akan memilih apa yang diterima atau
menolak suatu pesan. Persepsi yang sama akan memudahkan dan melancarkan komunikasi
(Purwasito, 2003:172).

3. Hambatan Perbedaan Perspektif.


Perspektif (a way of looking) adalah pemahaman terhadap suatu objek, peristiwa
atau benda yang bergantung kepada pengamatan (observasi) dan penafsiran
(interpretasi) kita sendiri.
4. Hambatan Stereotip dan Prasangka.
Prasangka adalah apa yang dalam pemikiran kita terhadap individu dan kelompok
lain seperti dalam hubungan ras dan etnis atau melalui media massa yang populer.

Prasangka memiliki kecenderungan bersifat negatif terhadap kelompok atau hal-hal


khusus seperti ras, agama, dan lain-lain.

Hambatan prasangka negatif terhadap kelompok mencakup tiga tipe prasangka, yaitu :

a. Prasangka Kognitif, apa yang benar menurut kelompok.


b. Prasangka Afektif, sama sekali tidak menyukai suatu kelompok.
c. Prasangka Konatif, yang bersifat diskriminatif atau agresif terhadap kelompok.

Steorotip adalah salah satu bentuk prasangka yang menghambat komunikasi antarbudaya
dalam hubungannya dengan ras, etnik, kelompok agama/kepercayaan, berkulit hitam/putih.
Komunikasi antarbudaya lebih banyak terjadi pada wilayah komunikasi antarpribadi.
Beberapa hambatan yang seringkali ditemui dalam proses komunikasi antarpribadi adalah :
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

a. Hambatan Sosio-Antro-Psikologis.

Konteks komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Komunikator harus


memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung, sebab situasi mata
berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama situasi yang berhubungan
dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.

1. Hambatan sosiologis
Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu gemeinschaft dan
gesellschaft. Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan
karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam
berkomunikasi.
2. Hambatan antropologis
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam postur,
warna kulit, dan kebudayaan.
3. Hambatan psikologis
Umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan komunikasi tidak
mengkaji dulu diri dari komunikan

b. Hambatan Semantis atau Hambatan Bahasa.

Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaannya pada komunikan

c. Hambatan Mekanis.

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan


komunikasi.

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan


komunikasi.

Jalaluddin Rakhmad (2001:129-138) mengemukakan beberapa faktor penghambat


komunikasi interpersonal, antara lain:

1. Sikap tidak percaya


 Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua perilaku orang lain, menilai
pribadi orang lain berdasarkan perilakunya yang tidak disenangi
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

 Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain
 Tidak jujur artinya sering menyembunyikan pikiran dan pendapat
2. Sikap tidak suportif
 Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain seperti mengecam
 Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan perilakunya,
mengubah sikap, pendapat dan tindakannya
 Strategi artinya penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain
 Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai personal
meainkan sebagai objek
 Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain karena
status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, kecantikan atau
ketampanan.

Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran
mutlak yang tidak dapat diganggu gugat

d. Hambatan Ekologis.

Hambatan Ekologis Hambatan ekologis berkaitan dengan hubungan timbal balik


antara lingkungan dan hubungan manusia. Hambatan ekologis berarti terjadinya
gangguan lingkungan terhadap berlangsungnya hubungan social

15 HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Setiap daerah memiliki budayanya masing-masing. Dalam satu Negara saja, seperti
negara kita Indonesia, terdapat beragam budaya yang tumbuh dan berkembang dan menjadi
ciri khas setiap daerah. Seperti kita ketahui, manusia perlu berkomunikasi dengan manusia
lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai mahluk sosial. Dengan begitu
komunikasi lintas budaya tidak dapat dihindarkan.

Komunikasi lintas budaya merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua atau lebih
orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Budaya disini mengacu pada pola
prilaku, kepercayaan, dan adat istiadat di daerah asal pelaku komunikasi. Proses penyampaian
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |12
Copyright © Maret 2021

pesan yang dilakukan dalam komunikasi lintas budaya bisa secara lisan, tulisan, maupun
simbol tertentu yang telah disepakati.

Dengan adanya berbadaan budaya, akan memeperngaruhi persepsi, cara berpikir, juga
bahasa yang digunakan individu yang bersangkutan. Sehingga dalam pelaksanaannya
komunikasi lintas budaya seringkali menemukan hambatan, contohnya perbedaan persepsi
akibat perbedaan bahasa. Misalnya dalam bahasa Sunda kata “atos” berarti “sudah”,
sedangkan dalam bahasa Jawa kata “atos” berarti “keras”. Berikut ini akan Pakar Komunikasi
paparkan 5 hambatan komunikasi lintas budaya.

1. Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan sikap keyakinan atau kepercayaan bahwa budaya sendiri lebih
unggul dari budaya lain. Bahkan cenderung memandang rendah budaya lain, dan tidak mau
mengakui keunikan budaya lain sebagai suatu ciri khas dari kelompok lain. Entnosentrisme
memandang dan mengukur budaya lain berdasarkan budaya sendiri, dan jika tidak sejalan
maka dianggap berlawanan dan berbahaya sebab berpotensi mencemari budaya sendiri.
Hal ini dapat mengakibatkan adanya pembatasan pergaulan dengan individu yang memiliki
budaya yang berbeda. Contohnya kecenderungan orang Indonesia yang mengganggap budaya
‘barat’ yang vulgar berlawanan dengan budaya ‘timur’ yang santun. Hal tersebut
menimbulkan ketakutan akan tercemarnya budaya lokal oleh budaya asing, sehingga
pergaulan dengan orang barat akan dibatasi.

2. Stereotipe
Stereotipe adalah sikap yang menggeneralisasi atau menyamaratakan sekelompok orang,
tanpa mempertimbangkan kepribadian atau keunikan masing-masing individu. Stereotipe
mengelompokkan individu berdasarkan keanggotaan individu dalam suatu kelompok dan
tidak memandang individu dalam kelompok tersebut sebagai individu yang unik.
Karakteristik individual mereka diabaikan, dianggap homogen.

Sikap stereotipe muncul karna dua sebab:

 Kecenderungan untuk membagi dunia kedalam dua kategori yaitu ‘aku’ dan ‘mereka’. Ketika
informasi yang dimiliki mengenai ‘mereka’ kurang, maka timbul kecenderungan untuk
mengganggap ‘mereka’ sebagai homogeny (disamaratakan).
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |13
Copyright © Maret 2021

 Kecenderungan untuk sedikit mungkin melakukan kerja kognitif dalam berpikir tentang
orang lain, sehingga menimbulkan persepsi selektif terhadap orang-orang disekitar dan
membuat informasi yang kita terima tidak akurat.

Stereotipe bersifat negatif, sikap ini dapat menghambat berjalannya proses komunikasi lintas
budaya yang efektif dan harmonis. Contoh sikap stereotipe misalnya anggapan bahwa orang
berkacamata itu pintar, atau orang padang itu pelit, sedangkan orang batak itu kasar, dan
semacamnya. Dengan stereotipe tersebut, bisa saja timbul permasalahan, misalnya stereotipe
menganai orang pandang itu pelit, bisa saja membuat orang padang yang bersangkutan
merasa tersinggung dan akhirnya timbul konflik.

3. Rasialisme
Rasialisme adalah prilaku diskriminatif, tidak adil dan semena-mena terhadap RAS
tertentu. Bukan saja dapat menghambat terjadinya komunikasi lintas budaya, prilaku ini
bahkan dapat menimbulkan konflik berkepanjangan. Berbeda dengan sikap rasis, rasialisme
merujuk pada gerakan sosial atau politik yang mendukung teori rasisme. Fokus dari
rasialisme adalah kebanggaan ras, identitas politik, atau segregasi rasial. Contoh rasialisme
misalnya bangsa Jerman yang merasa dirinya lebih unggul dari bangsa lain, semasa Jerman
berada di bawah kepemimpinan Hitler. Contoh lain di Indonesia adalah konflik anti-tionghoa
yang pernah terjadi sekitar tahun 1998an, dimana terjadi pengusiran besar-besaran dan
bahkan pembantaian terhadap ras tionghoa.

4. Prasangka
Prasangka adalah persepsi yang keliru terhadap seseorang atau kelompok lain. Konsep
prasangka mirip dengan streotipe, bahkan dikatakan bahwa prasangka merupakan
kunsekuensi dari adanya streotipe. Menurutt Richard W. Brislin, prasangka merupakan sikap
tidak adil, menyimpang, dan intoleran terhadap orang atau kelomopok lain. Prasangka pada
umumnya bersifat negatif, adanya prasangka dapat membuat seseorang memandang rendah
dan bahkan memusuhi orang atau kelompok lain.

Hadirnya prasangka berpotensi menghambat komunikasi lintas budaya yang terjadi antara
pemilik prasangka dengan orang atau kelompok target prasangka. Sebab belum apa-apa,
seseorang telah memiliki pemikiran negatif terhadap lawan bicara. Hal ini akan membuat
komunikasi lintas budaya yang dilakukan tidak efektif. Contoh prasangka misalnya
prasangka terhadap ras, suku, atau agama tertentu.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |14
Copyright © Maret 2021

Ada tiga tipe prasangka yang muncul:

 Prasangka kognitif: berada pada ranah pemikiran, benar atau


 Prasangka afektif: berada pada ranah perasaan, suka atau tidak suka.
 Prasangka konatif: berada pada ranah perbuatan, misalnya deskrimninasi terhadap kelompok
yang dianggap berlawanan.

Sebenarnya prasangka pasti selalu muncul dalam pemikiran/ perasaan setiap individu. Setiap
orang pasti akan lebih suka berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan
tertentu dengan dirinya dibanding dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Namun
perbedaan wujud prasangka tersebut akan menentukan seberapa besar hambatan komunikasi
yang terjadi. Ketika hanya sebatas pada pemikiran, mungkin seseorang hanya akan menjauhi
kelompok lain pada saat tertentu saja, namun ramah di saat yang lain. Tapi jika wujud
prasangka tersebut hingga ranah prilaku ekstrem seperti diskriminasi, akan membatasi
peluang dan akses terhadap kelompok lain akibatnya komunikasi akan sulit dilakukan.

5. Jarak Sosial
Jarak sosial berbicara tentang kedekatan antar kelompok secara fisik atau sosial. Jarak sosial
berbeda dengan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial, jarak sosial mengacu pada perbedaan
tingkat peradaban antar kelompok yang satu dengan kelompok lainnya, buka perbedaan
kekayaan, kekuasaan, atau ilmu pengetahuan. Pelapisan sosial membagi individu dalam
kelompok-kelompok secara hierarkis (vertical). Sedangkan jarak sosial membagi individu
individu dalam suatu kelompok secara horizontal, berdasarkan peradaban.

Jarak peradaban ini muncul karena adanya perbedaan kemajuan ilmu pengatahuan dan
teknologi. Misalnya jarak sosial antara peradaban modern di kota seperti Jakarta dimana
segala hal sudah di digitalisasi secara online dengan peradaban di pedalaman papua yang
masih mengandalkan cara manual. Kedua daerah tersebut bisa jadi terpisah jarak 100 tahun,
meskipun berada di zaman yang sama.

Adanya jarak sosial ini dapat menghambat terjadinya komunikasi lintas budaya. Seperti
misalnya ketika ditempat lain telah bisa melakukan komunikasi secara online yang lebih
cepat dan mudah, maka untuk komunikasi dengan orang di wilayah yang jarak sosialnya
sangat jauh, seseorang harus datang dan berbicara tatap muka secara langsung yang tentunya
akan memakan waktu lama juga biaya yang mahal.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |15
Copyright © Maret 2021

6. Persepsi
Persepsi merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mencoba mengetahui dan
memahami orang lain. Persepsi merupakan filter yang digunakan oleh seseorang ketika
berhubungan dengan kebudayaan yang berbeda. Persepsi negatif dapat berdampak buruk
bagi kefektifan komunikasi lintas budaya.

7. Sikap
Sikap merupakan hasil evaluasi dari berbagai aspek terhadap sesuatu. Sikap menimbulkan
rasa suka atau tidak suka. Sikap seseorang terhadap budaya lain, menentukan prilakunya
terhadap budaya tersebut. Sikap negatif terhadap budaya lain akan menyebabkan komunikasi
lintas budaya sulit berhasil.

8. Atribusi
Atribusi merupakan proses identifikasi penyebab prilaku orang lain yang dilakukan oleh
seseorang untuk menetapkan posisi dirinya. Kebudayaan lain, akan diidentifikasi berdasarkan
kebudayaannya sendiri. Apabila atribut yang dimiliki kebudayaan lain berbeda, maka
kebudayaan lain dapat dipandang negatif.

9. Bahasa
Bahasa merupakan sebuah kombinasi dari system simbol dan aturan yang menghasilkan
berbagai pesan dengan arti yang tak terbatas. Antara budaya yang satu dengan yang lainnya,
bahasa menjadi pembeda yang sangat signifikan. Kata yang sama bisa memiliki arti yang
berbeda, kesalahan penggunaan bahasa bisa jadi sangat fatal akibatnya.

10. Paralinguistik
Paralinguistik merupakan gaya pengucapan seseorang, meliputi tinggi rendahnya suara,
tempo bicara, atau dialek. Budaya yang berbeda memiliki paralinguistic yang berbeda,
misalnya orang solo yang berbicara pelan dan lambat berbeda dengan orang medan yang
berbicara dengan lantang dan cepat.

11. Misinterpretation
Misinterpretation atau salah tafsir merupakan kesalahan penfsiran yang umumnya disebabkan
oleh persepsi yang tidak akurat. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan persepsi mengenai
intonasi suara, mimic wajah, dkk.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |16
Copyright © Maret 2021

12. Motivasi
Motivasi disini berkaitan dengan tingkat motivasi lawan bicara dalam melakukan komunikasi
lintas budaya. Motivasi yang rendah akan menjadi hambatan komunikasi lintas budaya.

13. Experiantial
Experiental atau pengalaman hidup tiap individu berbeda, dan hal tersebut akan
mempengaruhi persepsi serta cara pandang seseorang terhadap sesuatu.

14. Emotional
Emotional disini berkaitan dengan emosi pelaku komunikasi. Jika emosi komunikan sedang
buruk, komunikasi lintas budaya tidak akan dapat berjalan dengan efektif.

15. Competition
Competiton atau kompetisi terjadi ketika komunikan berkomunikasi sembari melakukan
kegiatan lain, misalnya sedang menyetir, menelopon, atau lainnya. Hal ini menyebabkan
komunikasi lintas budaya tidak akan berjalan secara maksimal.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |17
Copyright © Maret 2021

TUGAS 1

Mencari perbedaan Komunikasi Antar Budaya Lokal dan dibuat analisa atau kajian mengenal
perbedaan Komunikasi Antar Budaya tersebut.

Contoh :

Perbedaan tatanan Komunikasi dalam Budaya Jawa dan Budaya Minang. Aturan – aturan
yang diperbolehkan dan mana yang tidak.

Ketentuan Tugas :

1. Dikerjakan Berkelompok Maksimal 4 orang per kelompok

2. Diketik dalam bentuk Makalah (Pendahuluan, Karakteristik Budaya, Karakteristik


Komunikasi masing – masing budaya, Kesimpulan)

3. Diketik pada kertas ukuran A4

4. Jenis tulisan Times New Roman, ukuran

5. Cover mencantumkan logo BSI, nama kelompok disertai NIM, kelas dan cabang
Kampus.

6. Makalah Dijilid dengan Mika Kuning.

7. Dikumpulkan pada pertemuan ke 7


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 9

MEMAHAMI POLA POLA BUDAYA

DEFINISI

Pola budaya merupakan suatu sistem kepercayaan dan nilai yang terintegrasi yang bekerja

sama untuk menyediakan suatu model yang terpadu, jika tidak selalu konsisten, dalam

melihat dunia. Pola tersebut berkontribusi tidak hanya pada cara kita melihat dan berpikir

mengenai dunia ini, namun juga pada bagaimana kita hidup di dunia ini. Samovar

(2010:227).

ASAL ISTILAH

Konsep Pola Budaya atau Cultural Pattern pertama kali dikenalkan oleh Ruth

Bennedict (1934) yang menyatakan bahwa kebudayaan merupakan cara-cara yang menjadi

dasar kehidupan manusia yang ditampilkan melalui karakteristik kebudayaan yang unik.

Keunikan itu dimunculkan oleh individu karena secara psikologis manusia dipengaruhi oleh

sekelompok orang tertentu yang telah membuat konfigurasi khusus dari kebudayaan mereka

dan menjadikan konfigurasi itu sebagai sifat-sifat kebudayaan kelompok tersebut.

Aryono Suyono dalam kamus Antropologi mengemukakan bahwa Pola Budaya

adalah segala rangkaian dari unsur-unsur yang menjadi ciri-ciri yang paling menonjol dalam

suatu kebudayaan, yang selanjutnya dapat dipakai untuk mengenal pula pola prilaku, yaitu
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

wujud yang mantap dari suatu rangkaian tampilan perilaku manusia atau golongan orang

sehingga dapat dideskripsi dan bisa digunakan dalam relasi antarbudaya.

Orientasi Konteks –Tinggi dan Konteks-Rendah (Edward T Hall)

Antroplog Hall memberikan cara efektif untuk mengamati perbedaan dan persamaan

budaya dalam persepsi dan komunikasi. Hall mengelompokkan budaya sebagai Budaya

Konteks-tinggi/High Context Cultural (HCC) atau Budaya konteks-rendah/Low Context

Cultural (LCC).

Bagi Hall, konteks merupakan “informasi mengenai suatu kejadian; yang tidak dapat

dihindarkan berhubungan dengan arti kejadian tersebut”.

Setiap kebudayaan mengajarkan cara-cara tertentu untuk memproses informasi yang

masuk dan keluar ‘dari dan ke’ sekeliling mereka. Menurut Edward T Hall, sebuah

kebudayaan yang memiliki derajat kesulitan yang tinggi dalam mengkomunikasikan pesan

disebut High Context Cultural (HCC), sebaliknya kebudayaan yang memiliki derajat

kesulitan yang rendah dalam mengkomunikasikan pesan disebut Low Context Cultural

(LCC).

Para anggota kebudayaan HCC sangat mengharapkan agar kita menggunakan cara-cara

yang lebih praktis sehingga mereka dapat mengakses informasi secara cepat. Hal ini

dikarenakan kebudayaan HCC umumnya bersifat implisit, dimungkinkan hal itu sudah ada

dalam nilai-nilai, norma dan sistem kepercayaan mereka.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Sebaliknya, para anggota kebudayaan LCC sangat mengharapkan agar kita tidak perlu

menggunakan cara-cara praktis dengan maksud menolong mereka mengakses informasi,

karena kebudayaan LCC ini umumnya eksplisit maka cukuplah informasi secara garis besar

yang perlu disampaikan.

Dalam budaya konteks-tinggi (HCC) –Amerika, Indian, Amerika Latin, Jepang, Arab,

Cina, Korea- arti dari informasi yang dipertukarkan selama interaksi tidak harus

dikomunikasikan lewat kata-kata. Alasannya adalah karena sifat masyarakat yang homogen.

Menurut Hofstede, budaya konteks-tinggi lebih sering ditemukan pada budaya tradisional.

Budaya konteks-tinggi percaya pada komunikasi non-verbal, sehingga mereka cenderung

waspada terhadap lingkungan sekitar mereka dan dapat menyatakan serta mengartikan

perasaan tanpa menyatakannya secara verbal.

Beberapa Aplikasi HCC dan LCC menurut Stella Ting Toomey (1988) :

1. Persepsi terhadap isu dan orang yang menyebarkan isu

• LCC akan memisahkan orang dengan isu

• HCC mengalami kesulitan memisahkan antara isu dan siapa yang menyebarkan

2. Persepsi terhadap relasi antarpribadi dalam tugas

• LCC memandang relasi antarpribadi dalam tugas bersifat formal dan impersonal

• HCC menganggap relasi antarpribadi dalam tugas lebih sebagai bagian dari relasi

social sehingga kadang-kadang tidak bersifat tugas saja.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

3. Persepsi terhadap kelogisan informasi

• LCC tidak menyukai informasi yang cenderung tidak dimengerti, karena utamanya

adalah rasionalitas

• HCC tidak terlalu menyukai sesuatu yang terlalu rasional, kerena kecenderungannya

lebih menyukai yang bersifat emosi dalam mengakses informasi.

4. Persepsi terhadap gaya komunikasi

• LCC sering memakai gaya komunikasi langsung, lebih mengutamakan pertukaran

informasi secara verbal dan bersifat formal, langsung, tatap muka dan tanpa basa-basi

langsung ke tujuan

• HCC gaya komunikasinya kurang formal, didominasi non verbal dan sering

menggunakan basa-basi dan ritual.

5. Persepsi terhadap pola negosiasi

• LCC cenderung melakukan negosiasi yang bersifat linear dan logis dalam

menyelesaikan masalah

• HCC menyukai perundingan yang halus, meninggalkan konfrontasi dalam

menyelesaikan konflik, lebih menggunakan relasi antarmanusia, emosi budaya dan

pendekatan human relations.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

6. Persepsi terhadap informasi tentang individu

• LCC lebih mengutamakan informasi tentang seorang individu, harus lengkap tidak

mengutamakan pertimbangan latar belakang individu keanggotaan (sosbud, etnik,

agama)

• HCC lebih menekankan kehadiran seorang individu dengan dukungan faktor sosial,

tidak peduli siapa dia, kerja apa karena yang penting adalah loyalitas kelompoknya.

Komunikasi merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Tanpa adanya komunikasi,

informasi tidak akan sampai dari komunikator kepada komunikan. Banyak hal yang

mempengaruhi proses terjadinya komunikasi, salah satunya budaya. Budaya sangat

menentukan bagaiamana cara kita berkomunikasi. Saat berkomunikasi. Dalam sebuah proses

komunikasi, seseorang harus mampu menerjemahkan informasi, ide atau apa yang

dirasakanya melalui kata, ekspresi wajah dan gerakan tubuh. Setelah merubah makna dirubah

menjadi perilaku kemudian penerima harus menerjemahkan kode perilaku tersebut kembali

pada makna awal. Inilah yang dinamakn proses decoding - encoding. Hasil dari komunikasi

selalu berdasarkan persepsi.

Low Context Communication

Low Context Communication merupakan sebuah cara atau sistem yang digunakan

dalam sebuah komunikasi. Low Context communication merupakan cara berkomunikasi

dimana makna dalam pesan tersebut bersifat eksplisit. sifat ekspilisit ini akan membuat

penerima pesan lebih mudah menangkap makna ari pesan yang disampaikan. Low context
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

coommunication merupakan sistem komunikasi yang diterapkan di negara maju seperti

Amerika dan Jerman. Diterapkan pada budaya modern yang menginginkan komunikasi yang

efektif, cepat dan tepat. Singkatnya, mencapai tujuan mereka untuk mendapatkan dan

memberikan informasi ketika berkomunikasi dengan orang lain.

High Context Communication

Berbeda dengan Low Context Communication, High Context Communication

merupakan komunikasi yang menggunaan penyampaian makna secara implisit. Edward Hall

menyatakan bahwa dalam komunikasi konteks tinggi sebagian besar makna terletak pada

konteks fisik atau non-verbal, yang meliputi ekspresi wajah, nada suara dan gerak tubuh.

sebagai Hasilnya, pesan itu sendiri membawa informasi kurang.

Dalam prosesnya, komunikator melakukan komunikasi secara implisit dan bertele-tele

hingga komunikan mampu menerjemahkan dan menangkap makna yang tepat. Komunikasi

dengan cara ini digunakan untuk menjaga kesopanan, malu atau untuk menguji sebuah ikatan.

Tingkat efisiensi High-context Communication ini snagat bergantung pada pemahaman

intuitive komunikan. Namun, mereka lambat untuk berubah dan perlu waktu dalam rangka

menciptakan pemahaman bersama antara pengirim dan penerima.

Apakah orang indonesia masuk kepada kategori Low Context Communication atau

High Context Communication, Apa alasanya?

Menurut pendapat saya, Indonesia termasuk yang meggunakan High Context

Communication. Hal ini disebabkan oleh pengaruh budaya dan adat istiadat serta norma yang
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

ada di Indonesia yang mana dalam berbicara masyarkat harus mengedepankan rasa saling

menghormati dan sopan santun. Kebiasaan ini telah diajarkan baik oleh budaya dan agama

mayoritas di Indonesia. Sebagai contohnya, kita bisa melihat dalam percakapan kita sehari-

hari misal, saat ada teman yang berkunjung ke rumah pada malam hari dan dirasa terlalu

larut, biasanya kita berpura-pura bertanya "ini jam berapa sih?" untuk mengingatkan waktu

atau menguap sebagai pesan non-verbal yang menyatakan kita mengantuk.

Bisakah bergeser ke arah sebaliknya?

Dalam kondisi tertentu, konteks komunikasi yang digunakan bisa berubah. Misalkan

pada saat terburu-buru maka orang akan cenderung menyampaikan pesan secara eksplisit

agar lawan bicaranya mudah memahami supaya cepat mengambil tindakan. Namun, hal ini

tidak akan berlangsung tetap di Indonesia, tentu saja budaya sopan santun disini masih

dijunjung tinggi, sehingga tidak mudah untuk merubah kebiasaan komunikasi masyarakat.

Selama masyarakat masih memegang teguh budaya dan norma leluhur maka perubahan

konteks komunikasi ini tidak akan terjadi. Sebaliknya, apabila budaya mulai luntur, maka

bisa saja perubahan konteks komunikasi ini terjadi tetapi lamban. Bahasa merupakan aset

kebudayaan, dari sana kita dapat mengetahui ciri budaya suatu bangsa. Maka dari itu, bahasa

dapat diartikan sebagai sarana komunikasi antara sesama manusia dan mahluk lainnya.

Manusia adalah mahluk sosial, mahluk komunal dan mahluk yang saling membutuhkan satu

dengan lainnya. Terkadang, saat bersosialisasi kita tidak memahami pesan yang disampaikan

oleh lawan bicara, entah karena takut tersinggung atau tidak tahu kalimat atau istilah tepat
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

untuk melisankan maksud. Adapula, seseorang saat bersosialisasi dengan lawan bicaranya,

selalunyablak , ceplas - ceplos tanpa peduli perasaannya. Contoh : Gaya bicara Presiden SBY

yang begitu santun nan elok didengar dan Gaya bicara Ali Sadikin yang sekenanya, sehingga

banyak menyinggung orang. Dari pemaparan ciri gaya bicara diatas, dapat digolongkan

menjadi dua kelompok. yaitu : - Gaya Bicara High Context - Gaya Bicara Low Context Gaya

Bicara Dan Peradaban Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya

dengan masyarakat. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat

yang “kompleks”: dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman,

berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam

beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial. Sedangkan Bangsa adalah

sekelompok masyarakat yang menghuni suatu wilayah luas, memiliki hukum, adat dan

pemerintahan. Berdasarkan tingkat peradaban sebuah bangsa, Indonesia tergolong kepada

golongan High Context dalam hal gaya bicara atau komunikasi. Ini bisa dilihat dari latar

belakang NKRI yang dominan pemerintahannya berjenis kerajaan, sehingga undak-usuk

bicara wajib diperhatikan. Lain halnya dengan USA, latar belakang negara itu adalah Indian

yang hobi bergolak satu sama lain saat memperebutkan sesuatu. Gaya Bicara High Context

Menurut Prof. Tjipta Lesmana seorang gubes Ilmu Politik, dari segi konteks komunikasi,

Soekarno, Habibie, dan Gus Dur tergolong rendah. Sebaliknya, Soeharto, Megawati

Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tergolong tinggi (high context). Dari

perspektif komunikasi politik, SBY mirip Soeharto. Untuk lebih jelasnya, seperti berikut. -
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Pengambilan keputusan (decision making) terhadap suatu hal cenderung lamban dan di

perlambat, bukan maksud untuk mengulur-ngulur waktu dan juga bukan karena kurang

cerdas, namun karena cenderung menjaga perasaan orang lain - terkadang pemecahan

masalah (problem solving) tidak mengacu pada subtansi awal, sehingga cenderung kemana-

mana - agak sedikit lamban jika membuat keputusan dalam suatu negosiasi, namun jika orang

yang diajak negoisasi adalh yang sangat kredibel dan sangat dipercaya maka, proses

negosiasi akan berlangsung cepat - Masalah pribadi biasanya tidak terpisah dari masalah

pekerjaan - Adanya jarak antara atasan dengan bawahan. Gaya Bicara Low Context Menilik

gaya bicara Soekarno yang ceplas - ceplos seperti ungkapan "Islam

Sontoloyo" atau "Ganyang Malaysia" . Ahok bicaranya “FPI Jualan Agama” dan“Murid

Calon Bajingan” jelas masih lebih rendah dibanding Ali Sadikin. Untuk lebih jelas, ini

cirinya. - Decision making cepat, fokus, dan effisien, bahkan cenderung tidak memikirkan

perasaan orang lain, karena penganut budaya ini terbiasa berkata apa adanya - Problem

solving juga fokus kepada subtansi dan focuss serta tidak keluar kemana-mana - Negosiasi

cepat aslakan ada bukti dan keterangan tertulis yang kuat - Professional dan tidak

mencampurkan masalah pribadi dengan pekerjaan - atasan dengan bawahan terbuka dan tidak

ada sapaan kehormatan seperti Mr/Mrs kepada atasan. Gaya Bicara Mana yang Sebaiknya

Dipilih ? Cara berkomunikasi satu individu dengan individu lainnya, tentu berbeda. Seperti

halnya, kita bicara dengan teman sebaya, pedagang pasar dan mekanik bengkel motor lalu

memakai istilah - istilah dari buku, berbahasa santun dan sopan, ini dianggap aneh oleh
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

mereka. Sedangkan, kita bicara dengan guru, pejabat atau dosen lalu bicara to the point,

dan sekenanya juga keliru. Maka Dari itu, gunakan gaya bicara high context dan low context

sesuai lawan bicara yang dihadapi. Tetapi, jika salah satu gaya bicara sudah menjadi bawaan,

ya berusaha menyesuaikan lingkungan dan sering membaca

Unsur budaya dan ciri budaya sangat mempengaruhi pola komunikasi seseorang

dimana seseorang dapat dikatakan cermin dari salah satu budaya. Dalam high context dan

low context pada umumnya dapat dijumpai dalam masyarakat kolektif dan individual, namun

konteks yang diciptakan tersebut dapat berasal dari suatu interaksi khusus yang dibangun atas

dasar pola perilaku individu terhadap individu lain. Indonesia yang dikatakan high context

tetap mempunyai unsur low context yang dapat diketemukan dalam kehidupan sehari-hari

dari segala macam jenis budaya yang dikaitkan dengan unsur kebebasan pribadi dalam

mengekspresikan pesan.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 10

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Komunikasi antarbudaya selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi


yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.

Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk menciptakan
identitas sosial dan menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru,
mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar
mendapat hiburan atau melepaskan diri.

Menurut William Howell (1982), setiap individu punya tingkat kesadaran dan kemampuan
yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu
terdiri atas empat kemampuan, yaitu:

1. Seseorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami perbedaan-perbedaan
budaya yang dihadapi. Kesadaran ini dapat mendorong seseorang melakukan
eksperimen bagi komunikasi antarbudaya yang efektif

2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini merupakan
yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat mendorong untuk dapat
memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi komunikasi antarbudaya.

3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat untuk
memahami prilaku orang lain, dan mungkin orang lain menyadari perilaku
komunikasi dia.

4. Dia sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi perbedaan antarbudaya, keadaan ini
terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa dia sebenarnya tidak
mampu menghadapi perilaku budaya lain.

Para ahli komunikasi antarbudaya mengemukakan pelbagai konsep tentang efektivitas


komunikasi antarbudaya antara lain:
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

1. Komunikasi antarbudaya akan efektif kalau setiap orang yang terlibat dalam proses
komunikasi mampu meletakkan dan memfungsikan komunikasi di dalam suatu
konteks kebudayaan tertentu.

2. Efektivitas komunikasi antarbudaya akan sangat ditentukan oleh sejauh mana manusia
meminimalkan kesalahpahaman atas pesan-pesan yang dipertukarkan oleh
komunikator dan komunikan antarbudaya.

3. Dalam hal ini terdapat tiga tema sentral efektivitas komunikasi, yaitu: pertama,
keterampilan berkomunikasi; kedua, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
tekanan antarbudaya; ketiga, kemampuan untuk membangun relasi-relasi
antarbudaya.

4. Hawes dan Kealey (1981) menyebutkan tiga aspek yang dapat dijadikan sebagai
faktor penentu efektivitas komunikasi antarbudaya, yaitu: pertama, interaksi
antarbudaya; kedua, efektivitas yang diciptakan oleh profesionalisme; ketiga,
kemampuan menyesuaikan diri sehingga dua pihak merasa puas dalam relasi
antarbudaya.

5. Hammer (1981) mengemukakan, tema sentral komunikasi antarbudaya terletak pada


kompetensi atau kemampuan komunikasi antarbudaya; dalam hal ini kompetensi dan
kemampuan individual.

Gundykunst (1977) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi antarbudaya kerap


kali ditentukan oleh iklim komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi antarbudaya.
Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya
saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, apa yang
kita lihat, kita perhatikan, abaikan, bagaimana kita berfikir, apa yang kita pikirkan
dipengaruhioleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun takkan
hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada
yang lainnya. Masalah utama dalam komunikasi antarbudaya adalah kesalahan dalam
persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi
proses persepsi. ((Mulyana & Rahmat,2001;34) Semakin besar pebedaan antarbudaya, maka
semakin besar pula kesadaran diri (mindfulness) para partisipan komunikasi. Hal ini memiliki
konnsekuensi positif dan negative. Positifnya adalah kesadaran diri membuat kita lebih
waspada. Ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

patut. Adapun negatifnya adalah, hal ini membuat kita tterlalu behati-hati, tidak spontan, dan
tidak percaya diri. Dengan semakin baik kita mengenal, maka perasaan terlalu berhati-hati
akan hilang dan menjadi lebih percaya diri dan spontan. Hal demikian ini pada gilirannya
akan menambah kepuasan dalam komunikasi antarbudaya. Masalah sebebnnarnya bukan
bagaimana menjaga interaksi dan mengupayakan saling pengertian melainkan, kita ini terlalu
mudah menyerah setelah terjadi kesalahpahaman disaat awal. Perbedaan antarbudaya
terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur bekurang tingkat kepentingan
ketika hubungan menjadi lebih akrab. Dalam komunikasi antarbudaya kita seharusnya
memaksimalkan hasil interaksi.

Tiga konsekwensi yang mengisyaratkan implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya.


Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil yang positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, kita mungkin
menghindarinya. Dengan demikian, kita akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang
banyak kemiripannya dengan kitta dibandingkan orang yang sangat berbeda. Tetapi
memperluas pergaulan kita mungkin akan memberikan kepuasan yang ebih besar setelah
beberapa waktu. Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif , kita terus melibatkan diri
dalam komunikasi dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negative,
kita akan menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang
mana perilaku kita yang akan memberikan hasil positif. Dalam komunikasi, kita berusaha
memprediksi hasil, misalnya dari pilihan topik, posisi yang kita ambil, perilaku nonverbal
yang kita tunjukkan, banyak pembicaraan yang kita lakukan, disbanding dengan tindakan
mendengarkann, dan sebgainyaa baru terlihat dan teruji dalam pertemuan antara dua atau tiga
orang dari kebudayaan yang berbeda.

Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik.
Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya,
apa yang kita lihat, kita perhatikan, abaikan, bagaimana kita berfikir, apa yang kita pikirkan
dipengaruhioleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun takkan
hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada
yang lainnya. Masalah utama dalam komunikasi antarbudaya adalah kesalahan dalam
persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi
proses persepsi. ((Mulyana & Rahmat,2001;34)
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

Semakin besar pebedaan antarbudaya, maka semakin besar pula kesadaran diri
(mindfulness) para partisipan komunikasi. Hal ini memiliki konnsekuensi positif dan
negative. Positifnya adalah kesadaran diri membuat kita lebih waspada. Ini mencegah kita
mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Adapun negatifnya
adalah, hal ini membuat kita tterlalu behati-hati, tidak spontan, dan tidak percaya diri.
Dengan semakin baik kita mengenal, maka perasaan terlalu berhati-hati akan hilang dan
menjadi lebih percaya diri dan spontan. Hal demikian ini pada gilirannya akan menambah
kepuasan dalam komunikasi antarbudaya. Masalah sebebnnarnya bukan bagaimana menjaga
interaksi dan mengupayakan saling pengertian melainkan, kita ini terlalu mudah menyerah
setelah terjadi kesalahpahaman disaat awal. Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam
interaksi awal dan secara berangsur bekurang tingkat kepentingan ketika hubungan menjadi
lebih akrab. Dalam komunikasi antarbudaya kita seharusnya memaksimalkan hasil interaksi.
Tiga konsekwensi yang mengisyaratkan implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya.
Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil yang positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, kita mungkin
menghindarinya.

Dengan demikian, kita akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak
kemiripannya dengan kitta dibandingkan orang yang sangat berbeda. Tetapi memperluas
pergaulan kita mungkin akan memberikan kepuasan yang ebih besar setelah beberapa waktu.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dalam komunikasi
dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negative, kita akan menarik
diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kita
yang akan memberikan hasil positif. Dalam komunikasi, kita berusaha memprediksi hasil,
misalnya dari pilihan topik, posisi yang kita ambil, perilaku nonverbal yang kita tunjukkan,
banyak pembicaraan yang kita lakukan, dibanding dengan tindakan mendengarkan, dan
sebagainya.

Namun dalam prosesnya komunikasi antarbudaya terjadi sebuah hambatan dan masalah
yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Dalam
menciptakan sebuah keefektifan komunikasi antarbudaya, komunikasi akan lengkap bila
penerima pesan yang dimaksud mempersepsi atau menyerap perilaku yang disandi, memberi
makna kepadanya dan terpengaruh olehnya. Dalam transaksi komunikasi harus
dimaksukkann semua syimuli sadar-taksadar, sengaja-tak sengaja, verbal, nonverbal yang
kontekstual yang berperan sebagai isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima tentang
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

kualitas dan kredibilitas pesan. Dalam proses interaksi antarbudaya sama halnya dengan
harus memperhatikan delapan unsur komunikasi, kedelapan unsur tersebut yaitu, sumber
(source), penyandian (ecoding), pesan (message), saluran (chanel), penerima (receiver),
penyandian balik (decoding), respon penerima (receiver response) dan yang terakhir umpan
balik (feedback). Efektif dapat diartikan mencapai sasaran atau tujuan sesuai dengan maksud
komunikator. Dalam komunikasi antarbudaya, bila memiliki tujuan untuk bisa saling
memahami pendapat, sikap, dan tingkah laku komunikasi yang berbeda tersebut, dapat
tercapai, maka komunikasi antarbudaya bisa jadi efektif. Dalam berinterkasi dengan orang
lain, seseorang ingin menciptakan dampak tertentu dan memberikan kesan-kesan tertentu
dalam diri orang lain tersebut. Kadang-kadang berhasil mencapai semuanya, namun tidak
jarang pula gagal. Pengertiannya yaitu terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah
laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang diharapkan. Keefektifan seseorang dalam
hubungan antarpribadi ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan
dengan secara jelas apa yang kita ingin sampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau
mempengaruhi orang lain sesuai dengan kehendak kita. Efektifitas komunikasi juga
bergantung pada siapa, serta cara penyampaian komunikasi. Seseorang harus melihat pada
siapa dirinya melakukan komunikasi dan memposisikan diri serta memerankannya.
Komunikasi antarbudaya dapat dikatakan efektif bila proses komunikasi bisa menyenangkan
bagi kedua belah pihak, mempunyai suatu kesamaan dalam suatu kelompok akan
menyenangkan bagi kita komunikasipun akan lancar dan terbuka. Dan sebaliknya,
berkomunikasi dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan kita akan sangat
membosankan, akan membuat kita tegang, sesak, dan situasinya pun membuat kita tidak
nyaman. Komunikasi akan lebih efektif bila antara pihak yang terlibat komunikasi saling
menyenangi satu sama lainnya

Iklim komunikasi yang positif tersebut ditentukan oleh 3 faktor berikut ini:

1. Faktor derajat kognitif

Dalam hal ini mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan dan
mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Dengan kata lain memahami konsep diri
yang meliputi identitas pribadi dan identitas sosial.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

2. Perasaan positif

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya perlu memelihara perasaan positif, misalnya


perasaan percaya, nyaman, aman, prihatin, mengurangi perasaan cemas.

3. Tindakan yang menunjukkan kemampuan

Iklim komunikasi yang positif ditunjukkan melalui tindakan positif secara verbal dan
nonverbal. Iklim yang positif harus didukung oleh tindakan yang menggambarkan suatu
tindakan yang bersumber dari:

1). Kebiasaan berprilaku tertentu

2). Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan

3). Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki.

Kebiasaan berprilaku tertentu, yakni perilaku yang otomatis baik sebagai pernyataan atas
identitas pribadi atau identitas kelompok budaya.

Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan, bahwa apakah


suatu tindakan komunikasi itu bersifat memberi informasi, memberi instruksi, atau sekedar
menghibur atau menyenangkan orang lain.

Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki, jadi ada
tindakan simbolis untuk menyatakan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman yang
cukup, persepsi dan perasaan yang positif terhadap sesama.

BEBERAPA SYARAT BERKOMUNIKASI EFEKTIF ANTARBUDAYA

Kita mulai dengan menjelaskan prinsip (atau dalam banyak kepustakaan komunikasi
antarbudaya disebut sebagai aksioma) komunikasi antarbudaya.

 Orang Mendambakan Komunikasi Antarbudaya yang Efektif

Banyak relasi sosial dan ekonomi terpaksa hilang hanya karena orang tidak memberikan
perhatian yang cukup mendalam atau karena orang tidak mengerti kebudayaan orang lain,
apalagi jika kurang terampil berkomunikasi antarbudaya. Thibaut dan Kelley (1959)
dalam teori pertukaran sosial mengatakan bahwa perasaan tertarik dari orang lain kepada
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

kita sangat tergantung pada sejauhmana kita memberikan ganjaran sosial demi kepuasan
hati orang lain. Ini tidaklah berarti bahwa setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya
harus selalu bersifat sosial, tetapi sekurang-kurangnya di balik kelakuan itu ada motivasi
untuk membangun relasi sosial melalui tampilan wajah yang bersahabat atau ungkapan
kata-kata yang santun. Semua itu perlu ditunjukkan untuk menampilkan kesan bahwa kita
hadir untuk memindahkan pesan dan sekaligus menciptakan relasi sebagaimana yang
disukai orang lain.

 Variabel Iklim Komunikasi

Gudykunst (1977) mengatakan bahwa iklim komunikasi adalah suasana kebatinan saat
komunikasi itu berlangsung. Sekurang-kurangnya iklim komunikasi ditentukan oleh 3
dimensi, yaitu perasaan positif, aras kognitif, dan aras perilaku. Dimensi perasaan positif
berisi perasaan adil, menyenangkan, aman, menerima, dan tingkat kecemasan yang
rendah. Dimensi kognitif meliputi derajat kepercayaan yang kita bawa dalam suasana
komunikasi, seperti adanya harapan, kepastian, pemahaman, dan memenuhi hasrat ingin
tahu. Dan dimensi perilaku terlihat dalam tindakan dan ketrampilan anda waktu
berkomunikasi melalui kata dan perbuatan.

Selain Gudykunst, Wiseman dan Hammer (1977) juga menegaskan bahwa untuk
mengatasi iklim komunikasi anda dapat menciptakan bentuk „kebudayaan ketiga‟ yang
lebih netral agar dua pihak bisa menerimanya. Harris dan Morran (1991) menunjukkan
beberapa indikasi terciptanya efektivitas komunikasi antarbudaya, yaitu hadirnya iklim
yang tidak mengancam, terbukanya pintu komunikasi, adanya pengelolaan percakapan
yang lebih baik, dan terwujudnya relasi yang memuaskan dua pihak. Dengan kata lain,
dalam rangka menciptakan „budaya ketiga‟ itu kita harus cepat mengidentifikasi faktor-
faktor pembentuk iklim komunikasi yang positif.

 Menjawab Beberapa Pertanyaan Budaya Berkomunikasi

Tatkala berlangsungnya komunikasi antarbudaya maka aktivitas komunikasi selalu


diawali oleh perasaan bimbang tentang „siapakah sebenarnya orang yang akan
berkomunikasi dengan anda?‟ jawaban atas pertanyaan itu adalah dengan menentukan
pilihan keterampilan berkomunikasi secara efektif.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

 Identifikasi Jenis Keterampilan Komunikasi

Periksalah diri anda melalui self concept, keterampilan mana yang paling banyak
dibutuhkan dalam komunikasi antarbudaya? Jika anda berhadapan dengan seseorang yang
datang dari latar belakang kebudayaan low context culture, sementara anda sendiri datang
dari kebudayaan high context culture maka anda tidak perlu menguraikan pesan secara
terinci. Ketrampilan anda sangat ditentukan oleh bagaimana menyampaikan pesan secara
ringkas, tidak bertele-tele, sehingga maknanya mudah diterima tanpa ada perasaan bosan.
Mereka yang berasal dari budaya low context culture tak terlalu suka dengan rincian
pesan, mereka lebih suka kalau pesan yang disampaikan itu hanya garis-garis besarnya
saja. Begitu pula sebaliknya, apabila anda akan ikanmenyampaikan pesan kepada orang
dengan kebudayaan high context culture, maka anda harus menyampaikannya secara
terperinci.

 Memastikan Jenis Ketrampilan Berkomunikasi

Pastikan jenis keterampilan berkomunikasi mana yang anda rasa paling sulit,
keterampilan itulah yang harus anda pelajari, lalu anda lakukan. Ketika berhadapan
dengan komunikan antarbudaya yang sangat mengutamakan senioritas maka perhatikan
kebiasaan berkomunikasi mereka, dengan membiarkan orang-orang yang lebih tua
berbicara lebih banyak dan lebih dahulu daripada anda yang lebih muda.

 Memahami Kebiasaan Berkomunikasi Lisan

Kebanyakan komunikasi antarbudaya bersifat lisan. Rencakan dengan seksama tentang


apa (pesan) yang ingin anda katakana. Apakah kata-kata, kalimat, dan ungkapan pesan
yang disampaikan itu diterima oleh komunikan antarbudaya. Penting sekali bagi anda
untuk memahami what do you want to say. Tahap berikutnya adalah memahami
bagaimana cara anda mengatakan. Ada beberapa kebudayaan yang mengajarkan
anggotanya untuk mengatakan sesuatu secara langsung, namun sebaliknya ada juga yang
lebih menyukai ungkapan tidak langsung. Persoalannya disini adalah how do you want to
say. Aspek selanjutnya yang juga tak kalah penting ialah dengan siapa anda
berkomunikasi antarbudaya. Jadi, perhatian diletakkan pada to whom you want to say it,
to whom are you talking, dan metamessages yakni memperhatikan pesan komunikasi
yang mengutamakan aspek relasi antarbudaya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

 Mendengarkan Secara Aktif

Salah satu syarat komunikasi antarpribadi yang efektif adalah mendengarkan secara aktif.
Jika selama ini para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai
komunikasi antarpribadi dari komunikator ke komunikan yang berbeda latar belakang
budayanya maka komunikasi antarbudaya yang efektif juga ditentukan oleh
mendengarkan secara aktif. Hal ini penting untuk menunjukkan pribadi anda yang selalu
menghormati pribadi orang lain apa adanya, dan bukan sebagaimana yang anda
kehendaki. Anda diminta untuk mendengarkan dengan senang hati dan mendengarkan
tanpa menilai. Perilaku ini sekaligus menunjukkan bahwa pelaku komunikasi antarbudaya
menghargai keterbukaan terhadap perubahan dan keragaman, juga berempati dengan
komunikan.

 Memanfaatkan Umpan Balik

Beth Haslett dan John Ogilvie (1988) mengemukakan bahwa pemanfaatan umpan balik
dalam berkomunikasi antarbudaya bermanfaat agar umpan balik dapat diungkapkan
secara langsung dan khusus serta didukung oleh bukti-bukti; umpan balik sedapat
mungkin memenuhi kebutuhan (menjawab maksud pesan); umpan balik menjurus pada
pemenuhan kebutuhan sekarang (jangan membiarkan orang bertambah bimbang); jangan
menambah kebingungan orang dengan umpan balik negative (bereaksi dengan verbal
maupun nonverbal), campurlah umpan balik negative dengan positif; nyatakan umpan
balik pada waktu yang tepat, jangan menunda; nyatakan umpan balik secara tegas,
dinamis, responsive dan dengan gaya santai; umpan balik harus dapat dinyatakan secara
jujur, adil, dan dapat dipercaya oleh orang lain.

 Perilaku yang Berorientasi pada Diri

Kebalikan dari orientasi kerja (task oriented) adalah orientasi pada diri sendiri (self
oriented). Perilaku yang berorientasi pada diri sendiri selalu mengutamakan dirinya.
Komunikasi yang terlalu berorientasi pada diri sendiri menimbulkan disfungsional yang
tinggi. Komunikasi yang berorientasi pada diri cenderung menempatkan seorang
komunikator atau komunikan menolak pesan-pesan yang dipertukarkan, tingginya derajat
etnosentrime, tingginya perasaan superior, dan saling merendahkan. Orientasi seperti ini
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

biasanya dimiliki oleh masyarakat yang lebih mengandalkan otak daripada hati,
mengutamakan rasio daripada emosi.

 Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah sikap menganggap kebudayaan sendiri lebih unggul daripada


kebudayaan orang lain. Jika dalam komunikasi antarbudaya anda menampilkan sikap
etnosentrisme, maka faktor tersebut merupakan hambatan bagi penciptaan suatu
komunikasi yang efektif. Perhatikanlah sasaran komunikasi anda, apakah dia tergolong
sebagai seseorang dengan derajat etnosentrisme yang tinggi? Jika benar maka anda akan
sukar memperoleh komunikasi antarbudaya yang efektif karena apa yang anda katakan
akan dianggapnya tidak ada.

 Toleransi terhadap Keadaan Mendua

Kita harus menghadapi perbedaan budaya dengan sangat hati-hati. Dalam kondisi seperti
ini, kita sedang menghadapi suatu situasi yang ambigu, mendua yang membuat kita tidak
luwes dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, dianjurkan anda untuk bersikap seluwes
mungkin dan memperlakukan orang lain sebagaimana apa adanya, jika perlu anda
menyesuaikan diri dengan apa yang mereka butuhkan.

 Empati

Sikap empati adalah sikap yang perlu dibangun melalui peletakan diri kita kedalam hati
orang lain. Bersikap empati berarti kita memasuki ruang dan relung pikiran, perkataan,
dan perasaan orang lain. Komunikasi antarbudaya menuntut kita untuk memahami segala
sesuatu dari mereka, pandangan dan pendapat mereka yang kritis, inovasi yang mereka
anjurkan, perasaan suka dan duka yang mereka rasakan, hingga aktif dalam tindakan
bersama.

 Keterbukaan

Berbagai penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh De Vito, mengemukakan bahwa


gaya komunikasi antarpribadi yang terbuka dan luwes lebih disukai dalam komunikasi
manusia.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

 Kompleksitas Kognitif

Kompleksitas kognitif berkaitan dengan kerumitan isi pengetahuan tentang suatu pesan
yang sedang dibicarakan, komunikasi antarbudaya meliputi juga isi tema-tema yang
disukai oleh kedua belah pihak. Kebanyakan komunikasi menjadi tidak efektif lantaran
orang tidak memperhatikan tema atau isu pembicaraan.

 Menyenangkan Hubungan Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi menjadi efektif kalau menyenangkan dua pihak. Kadankadang


kegembiraan mendorong orang untuk menerima informasi (meskipun informasi itu salah).
Upayakanlah komunikasi antarpribadi yang menyenangkan dua pihak.

 Daya Serap Komunikasi

Daya serap komunikasi merupakan satu variabel yang kerap kali dilupakan sewaktu kita
berkomunikasi. Terkadang kita kurang memperhitungkan kemampuan orang lain,
misalnya sampai berapa lama dia mampu mendengarkan kita, sampai berapa lama dia
mampu melihat kita. Setiap orang dalam kebudayaannya memiliki kemampuan yang
terbatas untuk bersikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan itu
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 11

MEMAHAMI KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA (ASIA)

MENGENAL BUDAYA JEPANG

Orang Jepang sangat hierarkis dan memiliki sistem untuk menempatkan seseorang dan

sesuatu dalam tingkatan tertentu; sehingga hal pertama yang ingin diketahui oleh orang

Jepang mengenai orang lain adalah posisi orang tersebut di perusahaan. Orang Jepang tidak

dapat menghubungkan seseorang dengan tepat tanpa informasi ini, inilah alasan mengapa

kartu nama (meishi) merupakan hal yang penting di Jepang.

Cara membangun hubungan bisnis di Jepang yang paling efektif adalah melalui pertemuan

tatap muka yang formal dengan tujuan memperkenalkan suatu produk.

Pemberian hadiah

Pemberian hadiah di Jepang merupakan suatu ritual. Orang Jepang mengharapkan kita untuk

membuka hadiah yang mereka berikan dan akan menyimpan yang kita berikan pada mereka

dan membukanya kemudian. Bunga putih tidak seharusnya diberikan sebagai hadiah, karena

bisa diasosiasikan dengan pemakaman.

Mengadakan pertemuan dan presentasi dengan orang Jepang

Orang Jepang menemui orang-orang asing untuk mengumpulkan informasi, bukan untuk

membuat keputusan. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengadakan pertemuan

dengan orang Jepang:

1. Gunakan gambar visual sebanyak mungkin untuk meminimalkan hambatan-hambatan

bahasa.

2. Buatlah presentasi separtisipatif mungkin

3. Tujukan pertanyaan kepada orang-orang secara spesifik, jangan mengajukan

pertanyaan secara umum.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

4. Jangan bersikukuh untuk mendapatkan jawaban “ya” atau “tidak”

5. Jangan terkecoh oleh senyuman atau anggukan kepala. Senyum seorang Jepang tidak

harus menunjukkan persetujuan. Senyum itu bahkan mungkin mencerminkan

keprihatinan atau kekagetan terhadap kita.

6. Tanggapilah pertanyaan orang Jepang dengan pertanyaan lagi kepada mereka.

7. Perhatikan isyarat-isyarat nonverbal mereka: senyuman, anggukan kepala, gerak

tangan, garukan kepala, gerakan menaruh gelas, mencatat dan tidur.

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam pertemuan dengan orang Jepang:

1. Jangan langsung bertukar kartu nama

2. Jangan tidak memberi perhatian pada kartu nama lawan bicara

3. Berbicara keras dan emosional

4. Datang terlambat

5. Tidak tepat mengidentifikasi pimpinannya

6. Tidak memberikan perhatian penuh kepada orang yang senior

7. Menolak isyarat keramahtamahan: minum kopi, makan siang, dan lain-lain.

MENGENAL BUDAYA KOREA

Kerumitan berurusan dengan Korea terletak dalam kesamaan mereka dengan budaya-budaya

Asia lainnya dan asimilasi mereka dengan praktek bisnis Amerika dalam perusahaan mereka.

Menemui Orang Korea

1. Membungkuklah sedikit ketika memberi hormat kepada orang lain untuk pertama

kalinya. Jika orang tersebut statusnya jauh lebih rendah, hanya orang itu yang

membungkuk, sementara kita hanya merespon secara verbal.

2. Anda harus meletakkan tangan ke dada setelah menjabat tangan untuk menunjukkan

hormat kepada yang lebih senior.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

3. Buatlah kesan baik pertama. Orang Korea akan membangun kesan menyeluruh

mereka dari cara anda bertindak dan berbicara.

4. Pakaian menunjukkan kedudukan dan kehormatan, jadi, jangan berpakaian informal.

5. Dalam percakapan, kita diperbolehkan membicarakan jabatan teknis, sekolah yang

dimasuki, tempat lahir, dan tempat tinggal, tapi perlihatkan ketulusan hati, sopan

santun, dan kerendahan hati.

6. Ketika memberikan sesuatu kepada seseorang yang sederajat atau statusnya lebih

tinggi, gunakan tangan kanan, kedua tangan, atau tangan kanan yang ditopang oleh

tangan kiri. Ketika memberikan sesuatu kepada orang yang statusnya lebih rendah,

boleh menggunakan tangan yang mana saja, tetapi jangan kedua tangan.

7. Ketika menyapa orang Korea, selalulah menyebut jabatan mereka untuk menunjukkan

rasa hormat,misal: Direktur Lim, Dr. Lee

8. Mereka sangat menghormati otoritas dan senioritas, sehingga gunakanlah pangkat dan

jabatan serta tingkat otoritas Anda.

9. Tunjukkan penghargaan kepada budaya Korea dan kesukaan terhadap Kimchi

(makanan Korea semacam asinan)

Hal-hal yang tabu:

1. Jangan terlalu mengandalkan hubungan berdasarkan otoritas.

2. Menyebut nama koneksi kepada bos mitra anda dianggap menantang atau

mengancam.

3. Hindari kritikan

4. Jangan bicara langsung ke pokok masalah

5. Jangan mengacungkan telunjuk ke arah mitra Anda

6. Jangan menanyakan usia


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

Berkomunikasi dengan orang Korea melalui telepon:

1. Sampaikan salam secara singkat

2. Buatlah percakapan dengan singkat dan jelas

3. Bicaralah langsung ke sasaran

4. Teguhkan kembali perjanjian

5. Jangan menggunakan telepon untuk membicarakan masalah atau laporan kepada

atasan orang Korea

6. Jangan menutup telepon lebih dahulu bicara dengan atasan orang Korea

Melakukan pertemuan dengan orang Korea:

1. Beritahu para peserta tentang topik pembicaraan sebelum pertemuan

2. Atur tempat duduk menurut tingkat senioritas

3. Hindari introduksi yang panjang dan hindari pula pernyataan palsu

4. Jangan membicarakan masalah yang tidak ada dalam agenda dan hindari

menginterupsi orang lain.

5. Keputusan orang Korea seringkali diambil dalam pertemuan

6. Terima pendapat mayoritas dan hormati pendapat minoritas

Gaya negosiasi orang Korea dapat diringkas dalam dua hal : Pertama, bernegosiasi

merupakan pengalaman emosional bagi orang Korea, Kedua, orang Korea berharap bahwa

otoritas mereka dihormati selamanya oleh pihak lain.

Dalam bernegosiasi, kepentingan pertama orang Korea adalah menyentuh perasaan pribadi

kontak bisnisnya. Argumen orang Korea tidak akan didasarkan pada segi-segi teknis proposal

kita, tetapi dari segi emosional tentang kita sebagai individu. Mereka ingin memelihara

keharmonisan dan persahabatan sehingga kita memberikan harga khusus atau harga lebih

rendah kepada mereka.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

Etiket sosial ketika berurusan dengan orang Korea

1. Makan dilakukan dengan sumpit dan sendok besar. Orang dengan status lebih tinggi

harus lebih dulu mulai untuk mengambil hidangan.

2. Bicara banyak selama makan dianggap tidak sopan

3. Sikap dermawan kepada teman dan kenalan adalah sangat penting.

4. Hadiah adalah sangat penting, ketika mengunjungi rumah seseorang, bawalah buahan,

bunga, kue, atau yang lainnya.

5. Undangan biasanya disampaikan secara informal.

MENGENAL BUDAYA CINA

Orang Cina sangat bergantung dengan hubungan interpersonal yang disebut dengan guanxi,

dibangun dan dipertahankan melalui kewajiban timbal balik yang dimulai dengan keluarga

dan teman dan berkembang pada rekan di organisasi. Pebisnis dari negara lain yang datang ke

Cina akan mengembangkan guanxi yang membutuhkan banyak waktu. Proses ini bisa

dipercepat melalui penggunaan mediator, lebih disukai dengan seseorang yang telah dikenal

dalam komunitas bisnis Cina.

Cara menyapa

Orang Cina selalu menyapa orang yang lebih senior terlebih dahulu. Mereka juga

menggunakan gelar yang sangat jelas menggambarkan bagaimana budaya ini menekankan

hirarki.

Orang Cina menempatkan nama keluarga terlebih dahulu disusul dengan nama yang

diberikan. Misalnya nama Wang Jintao, Wang adalah nama keluarga, Jintao adalah nama

yang diberikan. Sehingga panggilan yang tepat adalah Mr. Wang.

Anggukan kepala oleh orang Cina untuk menghargai si pembicara, bukan untuk menyetujui,

kontak mata langsung juga harus dihindari, dalam diskusi, orang Cina menganggap hal ini

kasar dan tidak menghargai.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

Pemberian hadiah

Pertukaran hadiah merupakan protokol bisnis yang umum, namun, Cina telah membentuk

undang-undang yang menetapkan bahwa “hadiah yang lebih dari 180 dolar AS adalah

suapan”.

Cina dipengaruhi oleh ajaran Confusius, senioritas merupakan sumber kekuasaan utama.

Mengadakan Pertemuan bisnis dengan orang Cina

1. Datanglah dalam keadaan siap dan profesional, siapkan berkas-berkas seperti

deskripsi produk dan brosur perusahaan dalam bahasa Inggris

2. Datanglah tepat waktu

3. Hanya anggota-anggota senior dari kedua belah pihak yang bebas berbicara, para

anggota junior harus menunggu permintaan khusus untuk itu.

4. Jangan menginterupsi pimpinan Cina, sekalipun sang pemimpin membuat kesalahan

5. Buatlah presentasi secara formal dan jangan gunakan humor

6. Orang Cina tidak suka kejutan dan akan cenderung menjelaskan kedudukannya

sebelum pertemuan. Mereka lebih menyukai mengetahui sebelumnya apa yang akan

dibicarakan.

7. Jangan terlalu berahasia dengan informasi, hal ini akan membuat mereka curiga dan

enggan berbisnis dengan kita. Kepercayaan dan kejujuran sangat penting bagi orang

Cina

8. Orang Cina secara tradisi percaya untuk melakukan sesuatu secara hati-hati dan teliti,

mereka memeriksa setiap detail dan berusaha untuk mengklarifikasi setiap maksud

pembicaraan

9. Bersedialah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.

10. Pada akhir pertemuan, ringkaskan pembicaraan, tanyakan siapa contact person di pihak

mereka untuk keperluan negosiasi di masa mendatang


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

Etiket Sosial kepada Orang Cina

1. Jangan membungkus hadiah dengan kertas hitam atau putih (lambang kematian).

Warna merah menunjukkan sukses

2. Sulang (toast) pertama makan malam harus ditawarkan sebelum hidangan pertama

3. Jika menerima undangan, bawalah hadiah

4. Hadiah biasanya diberikan pada akhir pertemuan

5. Jangan memberikan jam, bunga, topi hijau atau hadiah-hadiah mahal.

6. Makanlah yang banyak, tunjukkan selera baik kita terhadap makanan mereka, serta

jagalah piring tamu kita penuh dengan makanan.

7. Kebanyakan orang Cina mengharapkan hadiah diberikan secara berpasangan dan

hadiah uang jumlahnya harus genap.

Peradaban China telah berkembang selama ribuan tahun, dan terus berkembang hingga

sekarang. Maka sudah menjadi hal yang lumrah apabila kamu menemukan beberapa hal yang

mengejutkan di sana.

Bersendawa itu dianggap sebagai bentuk penghormatan atau rasa puas

Di China, bersendawa dianggap sebabagai bentuk rasa puas terhadap makanan dan

merupakan tanda pujian untuk sang koki. Kalau kamu sedang berwisata di China dan

menemukan banyak orang yang bersendawa dengan kencang seusai makan,kamu sudah tidak

perlu merasa sungkan atau risih kalau hal ini terjadi ya.

Di Tiongkok, anjing pelacak diganti dengan angsa karena angsa lebih berguna

daripada anjing

Rumah-rumah di China tidak mengandalkan anjing untuk menjaga rumah dari pencuri atau

perampok. Mereka memilih angsa yang terkenal berisik jika bertemu orang asing. Di
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

beberapa lokasi seperti Provinsi Xinjiang, angsa lokal biasanya digunakan oleh penegak

hukum. karena mereka punya penglihatan yang tajam, cukup berisik, dan mereka bisa jadi

agresif, karena itu mereka sering menggantikan anjing penjaga. Kalau bertemu dengan angsa

penjaga, sebaiknya kamu berhati-hati ya.

Menunjuk-nunjuk orang itu hal yang nggak sopan

Di beberapa tempat seperti Tibet, Jiuzhaiguo, dan beberapa tempat berpopulasi penduduk

Tibet, menunjuk-nunjuk adalah sikap yang kasar.

Karena menunjuk orang atau beda dengan jari dianggap kasar, maka hal yang dilakukan

biasanya adalah menggunakan semua tangan dengan telapak tangan mengarah ke atas dan jari

datar. Hal ini merupakan hal yang sebaiknya kamu ingat ketika berlibur ke China, karena

menjaga sopan-santun ketika berwisata adalah hal yang penting.

Mereka makan segala yang bergerak

Kalau kamu sedang berwisata ke China dan melihat barang yang dijual di supermarket dan

bazaar, biasanya mereka menawarkan berbagai pilihan satwa liar untuk dimakan. Mulai dari

buaya, kura-kura, hiu, katak, anjing, kucing, kecoak, hingga belatung. Masakan lokal sangat

beragam, jadi pastikan untuk bertanya pelayan tentang isi hidangan jika memesan makanan di

sana. Bahkan belum lama ini mulai muncul makanan dari bayi tikus yang masih hidup, dan

mereka memakannya langsung. Hiii...

Apa kamu penasaran dan ingin mencoba seperti apa rasanya?


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Celana khusus anak-anak

Orang tua di China biasanya memakaikan celana dengan lubang pada anak-anak usia 2

hingga 3 tahun. Sehingga mereka bisa kencing di manapun dan kapanpun dengan mudah.

Ulang tahun dirayakan 10 tahun sekali

Banyak orang China yang merayakan ulang tahun mereka menurut tradisi lama, yaitu 30 hari

setelah kelahiran, kemudian satu tahun setelah kelahiran, di usia 6 tahun, dan setelah itu

setiap 10 tahun sekali. Perayaan ulang tahun besar-besaran dirayakan pada usia 60 dan 80

tahun.

Namun ada beberapa usia tertentu yang sengaja dilewati. Kebanyakan wanita tidak

merayakan ulang tahun ke-30, ke-33, dan ke-66. Mereka percaya saat di usia-usia tersebut

akan mengalami nasib buruk sepanjang tahun. Sementara kaum pria melewatkan ulang tahun

mereka yang ke-40 dengan alasan yang sama.

Di China terdapat pabrik nyamuk terbesar

Kamu tahu kan kalau penyakit demam berdarah merupakan salah satu penyebab dari

tingginya tingkat kematian. Untuk mengatasi hal tersebut, ilmuwan China menginfeksi

nyamuk jantan dengan bakteri khusus yang membuat mereka tidak subur, dan kemudian

mereka dibebasliarkan menginfeksi nyamuk betina. Akibatnya nyamuk betina tidak punya

keturunan sehingga tidak ada lagi nyamuk penyebar demam berdarah.

Jadi di China ada pabrik nyamuk yang mampu menghasilkan 20 juta ekor setiap minggunya.

China mungkin bisa berbangga menjadi penghasil nyamuk terbesar di dunia. Nyamuk-

nyamuk ini dikembangbiakkan untuk melawan nyamuk betina pembawa virus demam

berdarah.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

Makan mie umur panjang

Mie umur panjang adalah hidangan tradisional yang dibuat untuk ulang tahun, pesta

pernikahan, dan saat merayakan Imlek. Dengan panjang hingga beberapa meter, mie umur

panjang akan mengisi mangkuk sampai penuh. Semakin panjang dan padat mie, semakin

panjang umur dan kaya kehidupan seseorang yang memakannya.

Di China, cangkir teh-mu akan selalu diisi

Tradisi ini dikenal sebagai "tea tapping". Tuan rumah akan selalu memastikan kalau cangkir

teh mu tak pernah kosong dan sewaktu mereka mengisi cangkirnya sebagai bentuk rasa sopan

terhadap tamunya, orang yang gelas cangkirnya diisi akan menepuk meja sebagai bentuk rasa

terima kasih.

Meludah adalah hal yang umum

Jangan kaget kalau kamu melihat banyak orang meludah di China. Meski sudah banyak

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi aktifitas ini, tapi meludah ketika berjalan di

jalanan atau di sekitar orang lain, bahkan di transportasi umum maipun di dalam ruangan

adalah hal yang wajar bagi masyarakat China.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 12

MEMAHAMI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (EROPA & AMERIKA)

Budaya dan Konteks

Dalam rangka memahami tentang bagaimana pentingnya konteks terhadap komunikasi antar

budaya, kita akan meninjau tiga asumsi dasar tentang komunikasi manusia:

(1) Komunikasi diatur oleh peraturan

(2) Konteks membantu menetapkan peraturan komunikasi, dan

(3) Peraturan komunikasi secara budaya berbeda

Budaya, budaya selalu bersangkutan dengan akal dan cara hidup seseorang yang selalu

berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Budaya adalah suatu cara hidup yang

berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi

ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik,

adat-istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Seperti bahasa,

sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia

sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika

seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan

perbeda-bedaannya, maka kita harus mengerti terhadap orang itu, karena dia membuktikan

kepada kita bahwa budaya itu dipelajari dan bukan hanya dinilai.

Dalam hal ini, Prof. Dr. Koentjoronigrat mendefinisikan bahwa kebudayaan sebagai

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka

kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Pengertian paling tua atas kebudayaan dikemukakan oleh Edward Burnett Tylor dalam

karyanya berjudul Primitive Culture bahwa kebudayaan adalah kompleks dari seluruh

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat-istiadat dan setiap kemampuan lain dan
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Atau seperti kata Hebding

dan Glick (1992) bahwa kebudayaan dapat dilihat secara material maupun non material.

Kebudayaan material tampil dalam objek material yang dihasilkan, kemudian digunakan

manusia. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti aksesoris perhiasan tangan,

leher, telinga, alat rumah tangga, pakaian, sistem computer, desain arsitektur, dan mesin

otomotif. Sebaliknya budaya non material adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam

konsep norma-norma. Nilai-nilai, kepercayaan/keyakinan, serta bahasa.

Kehidupan kita selalu ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku

manusia yang berkaitan dengan kelakuan bertingkah laku, tingkahlaku rata-rata atau tingkah

laku yang diabstraksikan. Norma ideal sagnat penting untuk menjelaskan dan memahami

tingkah laku tertentu.

Unsur terpenting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan/keyakinan yang merupakan

konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi kepercayaan/keyakinan itu

menyangkut gagasan manusia tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan

dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia supranatural. Kepercayaan adalah gejala yang bersifat

intelektual terhadap kenyataan dari sesuatu atau ke-benaran suatu pendapat. Unsur terakhir

dari kebudayaan adalah bahasa, yakni sistem kode dan symbol baik verbal maupun non

verbal, demi keperluan komunikasi manusia yang dibangunnya.

Bagi banyak orang, kebudayaan adalah akumulasi dari keselurahan kepercayaan dan

keyakinan, norma-norma, kegiatan, instituisi, maupun pola-pola komunikasi dari sekelompok

orang. Kebudayan juga mengajarkan kita untuk menghasilkan, meilih dan menjadi saluran

informasi. Jadi sebenarnya tidak ada komunitas tanpa kebudayaan atau tanoa masyarakat, dan

juga tidak akan ada masyarakat tanpa pembagian kerja atau masyarakat dan kebudayaan

tanpa komunikasi. Ini menjelaskan bahwa setiap individu ada didalam masyarakat dan setiap
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

masyarakat memiliki kebudayaan. Kehiduoan dan dinamika sebuah masyarakat serta

kebudayaan ditentukan oleh komunikasi antara anggota masyarakat dan anggota budaya.

Mengenal Budaya Amerika

Cara Menyapa

Orang Amerika cenderung informal dan bersahabat. Di Amerika Serikat, baik laki-laki

maupun perempuan berjabat tangan ketika bertemu dan berpisah. Nama pertama biasanya

digunakan ketika memanggil orang yang lebih senior atau dalam situasi formal. Saling

memberikan kartu nama merupakan hal yang umum dalam konteks bisnis, namun jarang

terjadi dalam perkumpulan sosial. Hal ini menjadi ciri khas pada orang Amerika dan Kanada.

Yang harus dilakukan:

 Sebutlah nama dengan jelas

 Tepat waktulah dan siap

 Jangan takut untuk membicarakan masalah

 Jabatan tangan harus kokoh

 Tersenyumlah dan pandang matanya

 Katakan “How are You? Nice to meet you”

 Berikan sapaan yang menyenangkan

 Sapa lebih dulu orang yang lebih senior

 Berikan kartu bisnis untuk hubungan

Hal yang tidak diperkenankan

 Jangan membicarakan agama

 Jangan memberikan jabatan tangan yang lemah

 Jangan memberikan jabatan tangan dengan merentangkan tangan


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

 Jangan mengatakan ‘yes’ jika jawaban ‘no’

 Jangan mengeluh

 Jangan berdiri terlalu dekat

 Jangan bertanya tentang gaji/ berapa penghasilannya

HUBUNGAN AWAL

Dalam konteks hubungan internasional, cara di mana kita menetapkan hubungan awal

dapat meliputi dari mengirimkan e-mail, membuat panggilan telepon, menulis surat formal

atau menggunakan seorang perantara.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis surat kepada orang Amerika, seperti

dikemukakan oleh Faridh Elashmawi (2002) sebagai berikut:

1. Letakkan maksud surat di alinea paling atas, hindari tata bahasa dan ejaan yang

sembrono.

2. Susunlah informasi dalam urutan yang logis, jangan menggunakan huruf kapital

semua.

3. Gunakan nama lengkap

4. Tulislah dengan ringkas dan langsung maksud surat Anda. Jangan menggunakan kata-

kata panjang dan hindari koreksi dengan tulisan tangan.

5. Hindari surat yang tidak jelas, samar dan panjang, namun langsung dan ringkas.

6. Gunakan kata-kata yang tepat, ringkas dan kalimat yang pendek.

7. Gunakan “dear” dan “Sincerely”

8. Ringkaskan diakhir surat butir-butir tindakan.

9. Bubuhkan penutup yang santun disertai salam, dan jangan terlalu pribadi.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

GAYA KEPEMIMPINAN

Manajer Amerika serikat memiliki gaya yang menekankan “doing” (tindakan)

dibandingkan dengan “being” (ada), individualisme dibandingkan kolektivitas, dan jarak

kekuasaan yang dekat dibandingkan dengan jarak kekuasaan yang jauh.

Mereka menghargai prestasi dan inisiatif pribadi, tindakan serta akibat, dan berusaha

mengurangi perbedaan status. Dalam budaya yang berorientasi tindakan, manajer

menginspirasi karyawan dengan menjanjikan promosi, kenaikan gaji, bonus, dan bentuk

lain dari pengakuan publik.

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

1. Siapkan agenda yang sudah disetujui

2. Tepatilah waktu dimulainya presentasi

3. Siapkan dan bagikan notulen pertemuan

4. Fokuskan pada satu permasalahan

5. Sambutlah masukan dari semua hadirin

6. Harapkan debat terbuka

7. Berbagilah dalam mencari gagasan untuk memecahkan masalah

8. Capailah keputusan sebelum pertemuan ditutup (jika keputusan diperlukan)

9. Sodorkan bentuk langkah tindakan kepada setiap orang


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

Menghadapi para perunding Amerika

Orang Amerika Anda

Komposisi Para manajer menengah dengan Ikutsertakan staff teknik untuk

Kelompok orientasi pemasaran menghadapi mereka

Mengadakan Waktunya pendek untuk Perpanjang jangka waktu tiap

hubungan mengadakan hubungan, diikuti kontak untuk bisa mengontrol

oleh perhatian pada tugas

Bertukar informasi Bisa/bisa tidak menindaklanjuti Ulangi permintaan Anda sampai

permintaan infrormasi permintaan itu dipenuhi

Pembeli ditekan untuk segera Fokus pada kepentingan pribadi si

mengambil keputusan dengan negosiator dan bagaimana dia


Alat Persuasi
tawaran “ambil atau kehilangan mendapat keuntungan dari

kesempatan membeli” transaksi bersangkutan

Memastikan bahwa fakta-fakta Bandingkan tawaran mereka


Proses keputusan
mendukung pengambil keputusan dengan pesaing mereka

Para manajer menengah biasanya


Pengambil Fokuskan pada keuntungan
diberi wewenang untuk
keputusan pribadi si negosiator langsung
mengambil keputusan

MENGENAL BUDAYA EROPA

Berbisnis dengan orang Eropa memerlukan banyak keterampilan; etiket yang tepat,

intuisi bisnis yang tajam, dan kemampuan untuk membaca nuansa komunikasi verbal dan non

verbal.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

PERANCIS

Di Perancis, kita harus menunjukkan pengetahuan dan penghargaan kita terhadap budaya

dan sejarah Prancis. Ini akan menempatkan kita pada posisi intelektual yang sederajat dengan

mitra Prancis. Menggunakan bahasa Prancis dalam berbicara dengan mereka, maka

memberikan peluang yang besar bagi kita.

 Orang Prancis akan membungkuk kepada kita dan membuka banyak peluang pintu

bisnis jika kita menggunakan bahasa Prancis.

 Tepat waktu untuk pertemuan, sodorkan tangan untuk jabatan tangan yang cepat

tetapi ringan setelah bertukar kartu nama.

 Jangan sekali-kali menanyakan kepada orang Prancis tentang gaji, usia, dan keluarga.

 Presentasi dengan orang Prancis harus dilakukan dengan gaya formal dan profesional

yang mempertimbangkan gaya bisnis konservatif orang Prancis.

 Jangan memberikan hadiah dengan cap logo perusahaan kepada mitra Prancis, karena

dianggap sebagai hadiah murahan. Hadiah haruslah berkualitas tinggi, dan berikan

kepada mereka hadiah dari negri sendiri.

 Pada saat jamuan makan malam, tuan rumah akan mengajak bersulang lebih dulu.

Cobalah setiap hidangan yang ditawarkan. Menyisakan makanan di atas piring adalah

tidak sopan, dan jangan membicarakan bisnis selagi makan malam, namun tunjukkan

pengetahuan yang banyak tentang sejarah, politik dan budaya Prancis. Ingatlah untuk

mengirimkan kartu ucapan terima kasih atau menelpon keesokan harinya.

 Orang Prancis sangat menghargai waktunya, serta percaya diri dan independen. Jika

berbisnis dengan mereka atau meminta bantuan mereka, lebih dulu harus

menunjukkan penghargaan kepada budaya mereka.

 Orang Prancis lebih menyukai humor yang cerdas dan satiris serta cerita-cerita lucu

tentang kehidupan nyata.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

 Meskipun orang Prancis membicarakan bisnis dengan cepat, namun keputusan hanya

diambil setelah petimbangan matang

Berurusan dengan Mitra Italia

 Berjabat tanganlah yang kuat dan lakukan kontak mata sebelum dan sesudah

pertemuan. Antara teman yang satu dan teman yang lain saling memberikan salam

dan ciuman di kedua pipi.

 Jalinlah hubungan pribadi dengan orang Italia; mereka senang berhubungan dengan

orang yang mereka kenal dan mereka percayai.

 Orang asing diharapkan untuk menepati waktu, adalah tidak sopan untuk melanggar

janji bertemu.

 Presentasi formal dilakukan untuk menunjukkan status kepemimpinan, kepribadian,

dan kharisma.

 Pemimpin dihormati untuk kemampuan mereka menjalin hubungan pribadi,

memenuhi komitmen, dan bekerja sama.

 Pragmatisme dan improvisasi dianggap kunci menuju sukses, sebagai akibatnya,

protokoler, aturan-aturan, dan bagan-bagan organisasi umumnya diabaikan.

 Garis pelaporan dalam organisasi tidak jelas. Organisasi-organisasi umumnya

didirikan berdasarkan persekutuan pribadi

 Orang Italia adalah pemberi hadiah yang sangat dermawan, jangan sampai kita

memberikan hadiah yang murah. Umumnya, pemberian hadiah dilakukan di awal

pertemuan.

 Jangan membungkus hadiah dengan bungkus hitam bertalikan pita keemasan (tanda

berkabung)
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Berurusan dengan Mitra Swiss

 Tepat waktu sangat dijunjung tinggi. Menelponlah atau kirimkan surat yang berisikan

penjelasan jika kita datang terlambat.

 Dalam pertemuan, tuan rumah akan memperkenalkan kita kepada para eksekutif lain.

Segera lakukan saling tukar kartu nama. Berjabat tanganlah dengan kuat dan lakukan

kontak mata dengan setiap yang hadir setelah pertemuan.

 Pertemuan-pertemuan bisnis bersifat impersonal, teratur, direncanakan dengan

seksama dan berorientasi tugas. Presentasi harus disiapkan dengan baik dan

mendetail.

 Orang Swiss adalah penawar yang alot tetapi fair. Jangan tawar menawar dengan

mereka.

 Orang Swiss bersikap formal dan santun. Percakapan-percakapan kecil bisa diterima

sebelum melakukan bisnis.

 Iklim bisnis orang Swiss sangat konservatif. Pengambilan keputusan berjalan lambat

dan metodis, serta pembicaraan berlangsung hati-hati dan terkadang pesimistik.

 Hadiah-hadiah normalnya tidak dipertukarkan dalam pertemuan-pertemuan bisnis,

tetapi hadiah-hadiah kecil yang dibungkus dengan menarik mungkin tepat di akhir-

akhir negosiasi-negosiasi yang berhasil.

 Dalam acara jamuan makan malam, tuan rumah mengusulkan sulang pertama. Jangan

minum sampai setelah sulang dilakukan. Adalah sopan untuk mengusulkan sulang

setelah makan malam atau menyisakan makanan di atas piring. Mintalah izin untuk

merokok di meja makan.

 Bisnis dibicarakan sepanjang makan.

 Jangan mengotori tempat umum, atau menanyakan usia, pekerjaan, status seseorang.

 Jangan mengharapkan terjalinnya persahabatan yang cepat.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

 Kebanyakan orang Belanda menyukai mitra bisnis yang menghargai:

persamaan/kesederajatan, keterusterangan, indepedensi, ambisi. Dan Bersikap terus

terang dengan ambisi dan sikap indepedensi serta berani mengambil resiko, akan

memberi kita peluang untuk mendapat dukungan dari mitra Belanda dalam jangka

waktu yang lama.

Berurusan dengan Mitra Belanda

 Kebanyakan orang Belanda akan memberikan singkatan nama kecil dan nama

belakang mereka. Jika mereka melakukan hal tersebut, hal ini berarti kita diizinkan

untuk memanggil mereka dengan nama itu.

 Dalam memberikan salam, sodorkan jabatan tangan yang hangat dan lakukan kontak

mata. Sebut nama belakang orang itu, bukan “hello”

 Ketepatan waktu diharapkan dalam pertemuan bisnis. Pertemuan-pertemuan sering

diadakan dan biasanya diikuti dengan pengambilan keputusan. Orang Belanda

cenderung langsung membicarakan bisnis.

 Presentasi diharapkan praktis dan faktual. Gagasan-gagasan harus teliti, difikirkan

dengan matang, serta dipresentasikan dengan jelas.

 Manjemen otokratik masih ada di banyak perusahaan Belanda.

 Perusahaan Belanda itu hemat dan berorientasikan keuntungan. Proses pengambilan

keputusan berat dan lambat, tetapi negosiasinya berlangsung cepat.

 Sukses dihubungkan dengan kerja tim, bukan individu. Komitmen dihormati dan

individu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil.

 Privasi orang sangat dihormati, jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat pribadi.

Jangan memberikan pujian secara pribadi sebelum kita mengenal dengan baik orang

tersebut.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

 Makanan bukanlah bagian penting dalam budaya sosial orang belanda. Sosialisasi

seringkali terjadi sambil minum kopi. Adalah pantas membicarakan bisnis sambil

makan siang.

 Hadiah dipertukarkan dalam bisnis hanya setelah hubungan akrab dan mempribadi

terjalin.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 13

PLURALISME DAN MULTIKULTURALISME

Multikulturalisme merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan

seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang

menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya

(multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem,

budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.

Sedangkan Pluralisme merupakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan

kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan

dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi.

Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang juga terkadang ditafsirkan sebagai

ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan

hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga

sering digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda

dalam suatu negara.

Multikulturalisme berasal dari dua kata, multi (banyak/beragam) dan kultural

(budaya atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang

mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai

semua bagian manusia terhadap kehidupannya yang kemudian akan melahirkan banyak

wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

Istilah multikulturalisme dengan cepat berkembang sebagai objek perdebatan yang menarik

untuk dikaji dan didiskusikan karena memperdebatkan keragaman etnis dan budaya, serta

penerimaan kaum imigran di suatu negara, yang pada awalnya hanya dikenal dengan istilah

pluralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah atau negara.

Baru pada sekitar pertengahan abad ke-20, mulai berkembang istilah multikulturalisme.

Istilah ini setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu: budaya, keragaman budaya, dan cara khusus

untuk mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut. Secara umum, masyarakat modern

terdiri dari berbagai kelompok manusia yang memiliki status budaya dan politik yang sama.

Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural.

Kesadaran akan adanya keberagaman mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi dan

ditanggapi secara positif. Pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme.

Multikulturalisme bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia

yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi.

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk meningkatkan derajat

manusia dan kemanusiaannya. Untuk dapat memahami multikulturalisme diperlukan

landasan pengetahuan yang berupa bangunan konsep-konsep yang relevan dan mendukung

keberadaan serta berfungsinya multikulturalisme dalam kehidupan manusia. Berbagai konsep

yang relevan dengan multikulturalisme antara lain adalah demokrasi, keadilan dan hukum,

nilai-nilai budaya dan etos, kebersamaan dalam perbedaan yang sederajat, sukubangsa,

kesukubangsaan, kebudayaan sukubangsa, keyakinan keagamaan, ungkapan-ungkapan

budaya, domain privat dan publik, HAM (Hak Asasi Manusia), hak budaya komuniti, dan

konsep-konsep lainnya yang relevan.

Multikulturalisme ini akan menjadi acuan utama bagi terwujudnya masyarakat multikultural,

karena multikulturalisme sebagai sebuah ideologi akan mengakui dan mengagungkan


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam

model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat Indonesia)

mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang

coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari

masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang

lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik. Dengan demikian,

multikulturalisme diperlukan dalam bentuk tata kehidupan masyarakat yang damai dan

harmonis meskipun terdiri dari beraneka ragam latar belakang kebudayaan.

Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara

sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena

multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan

mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai permasalahan yang

mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum,

kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-

prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.

Sedangkan pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-

kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka

hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Sebenarnya

berbicara tentang konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep

‘kemajemukan atau keberagaman”, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri

bahwa pluralisme itu merupakan suatu “kondisi masyarakat yang majemuk”. Kemajemukan

disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. namun yang sering

menjadi issu terhangat berada pada kemajemukan beragama. Pada prinsipnya, konsep

pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. jadi ketika setiap individu
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah pluralisme itu.

Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini mulai dari suku,

agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.

Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran,

agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada

sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’ (truth claim) yang dianggap menjadi

pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta

penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan

mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap

agamanya yang paling benar.

Lahirnya gagasan mengenai pluralisme (agama) sesungguhnya didasarkan pada sejumlah

faktor. Dua di antaranya adalah: Pertama, adanya keyakinan masing-masing pemeluk agama

bahwa konsep ketuhanannyalah yang paling benar dan agamanyalah yang menjadi jalan

keselamatan. Masing-masing pemeluk agama juga meyakini bahwa merekalah umat pilihan.

Menurut kaum pluralis, keyakinan-keyakinah inilah yang sering memicu terjadinya

kerenggangan, perpecahan bahkan konflik antarpemeluk agama. Karena itu, menurut mereka,

diperlukan gagasan pluralisme sehingga agama tidak lagi berwajah eksklusif dan berpotensi

memicu konflik. Kedua, faktor kepentingan ideologis dari Kapitalisme untuk melanggengkan

dominasinya di dunia. Selain isu-isu demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan serta

perdamaian dunia, pluralisme agama adalah sebuah gagasan yang terus disuarakan

Kapitalisme global yang digalang Amerika Serikat untuk menghalang kebangkitan Islam.

Dalam sebuah masyarakat otoriter atau oligarkis, ada konsentrasi kekuasaan politik dan

keputusan dibuat oleh hanya sedikit anggota. Sebaliknya, dalam masyarakat pluralistis,

kekuasaan dan penentuan keputusan (dan kemilikan kekuasaan) lebih tersebar. Dipercayai
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

bahwa hal ini menghasilkan partisipasi yang lebih tersebar luas dan menghasilkan partisipasi

yang lebih luas dan komitmen dari anggota masyarakat, dan oleh karena itu hasil yang lebih

baik. Contoh kelompok-kelompok dan situasi-situasi di mana pluralisme adalah penting

ialah: perusahaan, badan-badan politik dan ekonomi, perhimpunan ilmiah.

Bisa diargumentasikan bahwa sifat pluralisme proses ilmiah adalah faktor utama dalam

pertumbuhan pesat ilmu pengetahuan. Pada gilirannya, pertumbuhan pengetahuan dapat

dikatakan menyebabkan kesejahteraan manusiawi bertambah, karena, misalnya, lebih

besar kinerja dan pertumbuhan ekonomi dan lebih baiklah teknologi kedokteran. Pluralisme

juga menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-

masing.

MEMAHAMI MULTIKULTURALISME

Multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan

perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Parsudi

Suparlan, 2002).

Multikulturalisme adalah sebuah filosofi yang juga terkadang ditafsirkan sebagai ideologi

yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan

status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering

digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam

suatu negara.

Multikulturalisme berasal dari dua kata, multi (banyak/beragam) dan kultural (budaya atau

kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

Budaya yang mesti dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti

dipahami sebagai semua bagian manusia terhadap kehidupannya yang kemudian akan

melahirkan banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.

Istilah multikulturalisme setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu: budaya, keragaman

budaya, dan cara khusus untuk mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut.

Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan

multikultural. Kesadaran akan adanya keberagaman mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi

dan ditanggapi secara positif. Pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme.

Multikulturalisme bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia

yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi.

Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat

bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum

dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup

semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk

terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah

mosaik tersebut (Reed dalam Suparlan, 2002).

Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman

secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk,

karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan.

Ulasan mengenai multikulturalisme mau tidak mau akan mengulas berbagai

permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan

penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan

golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

MEMAHAMI

Berbeda dengan Multikulturalisme, Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi

beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu

sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik

asimilasi.

Berbicara tentang konsep pluralisme, sama halnya membicarakan tentang sebuah konsep

‘kemajemukan atau keberagaman”, dimana jika kita kembali pada arti pluralisme itu sendiri

bahwa pluralisme itu merupakan suatu “kondisi masyarakat yang majemuk”.

Kemajemukan disini dapat berarti kemajemukan dalam beragama, sosial dan budaya. Pada

prinsipnya, konsep pluralisme ini timbul setelah adanya konsep toleransi. jadi ketika setiap

individu mengaplikasikan konsep toleransi terhadap individu lainnya maka lahirlah

pluralisme itu. Dalam konsep pluralisme-lah bangsa Indonesia yang beraneka ragam ini

mulai dari suku, agama, ras, dan golongan dapat menjadi bangsa yang satu dan utuh.

Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam

pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain.

Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan

‘klaim keberanan’ (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem,

radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama.

Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru

sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar.

Media massa dipandang punya kedudukan strategis dalam masyarakat. Ashadi Siregar (2004)

memetakan tiga fungsi instrumental media massa, yaitu:


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

 Untuk memenuhi fungsi pragmatis bagi kepentingan pemilik media massa sendiri,

 Bagi kekuatan-kekuatan ekonomi dan politik dari pihak di luar media massa, atau

 Untuk kepentingan warga masyarakat.

Secara konseptual, keberadaan media massa dan masyarakat perlu dilihat secara bertimbal

balik. Untuk itu ada 2 pandangan yaitu apakah media massa membentuk (moulder) atau

mempengaruhi masyarakat, ataukah sebaliknya sebagai cermin (mirror) atau dipengaruhi

oleh realitas masyarakat.

Dua landasan ini menjadi titik tolak dari bangunan epistemogis dalam kajian media massa,

yang mencakup ranah pengetahuan mengenai hubungan antara masyarakat nyata (real)

dengan media, antara media dengan masyarakat cyber, dan antara masyarakat real dengan

masyarakat cyber secara bertimbal-balik.

Pandangan pertama, bahwa media membentuk masyarakat bertolak dari landasan bersifat

pragmatis sosial dengan teori stimulus – respons dalam behaviorisme.

Teori media dalam landasan positivisme ini pun tidak bersifat mutlak, konsep mengenai

pengaruh media massa terdiri atas 3 varian, pertama: menimbulkan peniruan langsung (copy-

cut), kedua: menyebabkan ketumpulan terhadap norma (desensitisation), dan ketiga: terbebas

dari tekanan psikis (catharsis) bagi khalayak media massa.

Pandangan kedua menempatkan media sebagai teks yang merepresentasikan makna, baik

makna yang berasal dari realitas empiris maupun yang diciptakan oleh media. Dengan

demikian realitas media dipandang sebagai bentukan makna yang berasal dari masyarakat,

baik karena bersifat imperatif dari faktor-faktor yang berasal dari masyarakat, maupun

berasal dari orientasi kultural pelaku media.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

Dari sini media dilihat pada satu sisi sebagai instrumen dari kekuasaan (ekonomi dan/atau

politik) dengan memproduksi kultur dominan untuk pengendalian (dominasi dan hegemoni)

masyarakat, dan pada sisi lain dilihat sebagai institusi yang memiliki otonomi dan

independensi dalam memproduksi budaya dalam masyarakat.

Dengan demikian, media massa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membangun

masyarakat multikultur karena perannya yang sangat potensial untuk mengangkat opini

publik sekaligus sebagai wadah berdialog antarlapisan masyarakat.

Terkait dengan isu keragaman budaya (multikulturalisme), peran media massa seperti pisau

bermata dua, berperan positif sekaligus juga berperan negatif.

Peran Positif Media Massa berupa:

1) kontribusi dalam menyebarluaskan dan memperkuat kesepahaman antarwarga;

2) Pemahaman terhadap adanya kemajemukan sehingga melahirkan penghargaan

terhadap budaya lain;

3) Sebagai ajang publik dalam mengaktualisasikan aspirasi yang beragam;

4) Sebagai alat kontrol publik masyarakat dalam mengendalikan seseorang, kelompok,

golongan, atau lembaga dari perbutan sewenang-wenang,

5) Meningkatkan kesadaran terhadap persoalan sosial, politik, dan lain-lain di

lingkungannya

Peran Negatif Media Massa:

(1) Media memiliki dan kekuatan ’penghakiman’ sehingga penyampaian yang stereotype,

bias, dan cenderung imaging yang tidak sepenuhnya menggambarkan realitas bisa

nampak seperti kebenaran yang terbantahkan;


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

(2) Media memiliki kekuatan untuk menganggap biasa suatu tindakan kekerasan.

Program-program yang menampilkan kekerasan yang berbasiskan etnis, bahasa dan

budaya dapat mendorong dan memperkuat kebencian etnis dan perilaku rasis;

(3) Media memiliki kekuatan untuk memprovokasi berkembangnya perasaan kebencian

melalui penyebutan pelaku atau korban berdasarkan etnis atau kelompok budaya

tertentu;

(4) Pemberitaan yang mereduksi fakta sehingga menghasilkan kenyataan semu (false

reality), yang dapat berakibat menguntungkan kepentingan tertentu dan sekaligus

merugikan kepentingan pihak lain

Multikulturalisme dan Pluralisme dalam Undang-Undang Indonesia

Model multikulturalisme sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa

Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana

yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi “Kebudayaan bangsa

(Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.

Banyak undang-undang dan konstitusi di Indonesia yang mengatur tentang multikulturalisme

dan pluralisme di Indonesia, yaitu misalnya Pasal 18 B ayat 2 yang berbunyi “Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak

tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Ada juga

Pasal 32 ayat 1 yang berbunyi “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya”.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

Dalam keanekaragaman dan kejamakan bangsa Indonesia, negara melalui Undang-Undang

telah menjamin hak-hak yang sama kepada seluruh rakyat Indonesia.

Multikulturalisme dan Pluralisme di Indonesia

Menurut sebagian tokoh di negara kita, multikulturalisme dan pluralisme yang ditangkap dan

diterapkan di negara kita memiliki pemahaman dan aplikasi yang berbeda-beda pada setiap

individunya. Menurut Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Adian Husaini, paham

multikulturalisme dan pluralisme merupakan paham yang memberikan keadilan pada setiap

orang yang berbudaya. Adian berpendapat bahwa multikulturalisme dan pluralisme yang

difatwakan oleh MUI adalah salah. MUI menjabarkan definisinya dengan tidak boleh

meyakini atau membenarkan bahkan melepaskan keyakinan agama. Adian tidak sependapat

dengan fatwa yang dikeluakan MUI ini karena menurutnya paham ini membenarkan seluruh

agama, tidak mengklaim agamanya yang paling benar.

Mantan Menteri Pendidikan Nasional kita, Malik Fajar, juga memiliki pendapatnya sendiri

tentang paham multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia. Malik Fajar pernah

mengatakan pentingnya pendidikan multikulturalisme di Indonesia. Menurutnya, pendidikan

multikulturalisme perlu ditumbuhkembangkan, karena potensi yang dimiliki Indonesia secara

kultural, tradisi, dan lingkungan geografi serta demografis sangat luar biasa. Karena itu di

Indonesia perlu dikembangkan multikulturalisme dan pluralisme yang lurus dan seimbang

agar tidak terjadi perbedaan persepsi dalam masyarakatnya.

Lain lagi dengan pendapat Mantan Presiden Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau

lebih dikenal sebagai Gus Dur, saat ini menurutnya pluralisme sedang berada di tengah

cobaan, banyaknya kejadian yang menjadi penghalang dalam kebersamaan, sehingga

pluralisme perlu untuk dirawat. Gus Dur menyatakan menyatakan perlunya merawat
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |12
Copyright © Maret 2021

kemajemukan dalam bernegara untuk memperkuat ikatan nasionalisme Indonesia yang sangat

jamak. Beliau juga menilai, selama ini negara tidak mampu bertindak secara tegas terhadap

para kelompok antimultikultural dan antipluralis yang melanggar hukum. Negara seolah

membiarkan kesalahpahaman tentang makna multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia

terus berlanjut yang bahkan dapat menjurus ke perpecahan.

Multikulturalisme mempunyai peran yang besar dalam pembangunan bangsa. Indonesia

sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman kebudayaan merasakan pentingnya

multikulturalisme dalam pembangunan bangsa. Dengan multikulturalisme ini maka prinsip

“bhineka tunggal ika” seperti yang tercantum dalam dasar negara akan menjadi terwujud.

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi inspirasi dan

potensi bagi pembangunan bangsa sehingga cita-cita untuk mewujudkan masyarakat

Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan

Undang-undang Dasar 1945 dapat tercapai.

Kesadaran multikultur sebenarnya sudah muncul sejak Negara Republik Indonesia terbentuk.

Pada masa Orde Baru, kesadaran tersebut dipendam atas nama kesatuan dan persatuan.

Paham monokulturalisme kemudian ditekankan. Akibatnya sampai saat ini, wawasan

multikulturalisme bangsa Indonesia masih sangat rendah. Ada juga pemahaman yang

memandang multikultur sebagai eksklusivitas. Multikultur justru disalahartikan yang

mempertegas batas identitas antar individu. Bahkan ada yang juga mempersoalkan masalah

asli atau tidak asli.

Multikultur baru muncul pada tahun 1980-an yang awalnya mengkritik penerapan demokrasi.

Pada penerapannya, demokrasi ternyata hanya berlaku pada kelompok tertentu. Wacana

demokrasi itu ternyata bertentangan dengan perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Cita-

cita reformasi untuk membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |13
Copyright © Maret 2021

dari hasil perombakan terhadap keseluruhan tatanan kehidupan yang dibangun oleh Orde

Baru.

Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah

multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan

dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model

multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan

yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di

dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang

membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang

seperti sebuah mozaik tersebut.

Kemudian sebuah ideologi yang diharapkan mampu menjadi jalan tengah sekaligus jembatan

yang menjembatani terjadinya perbedaan dalam negara Indonesia. Yaitu Pancasila, yang

seharusnya mampu mengakomodasi seluruh kepentingan kelompok sosial yang multikultural,

multietnis, dan agama ini. Termasuk dalam hal ini Pancasila haruslah terbuka. Harus

memberikan ruang terhadap berkembangannya ideologi sosial politik yang pluralistik.

Pancasila adalah ideologi terbuka dan tidak boleh mereduksi pluralitas ideologi sosial-politik,

etnis dan budaya. Melalui Pancasila seharusnya bisa ditemukan sesuatu sintesis harmonis

antara pluralitas agama, multikultural, kemajemukan etnis budaya, serta ideologi sosial

politik, agar terhindar dari segala bentuk konflik yang hanya akan menjatuhkan martabat

kemanusiaan itu.

Upaya-upaya untuk mewujudkan kehidupan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya dapat

dilakukan dengan menerapkan sikap-sikap sebagai berikut:


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |14
Copyright © Maret 2021

a. Manusia tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan tertentu,

dimana sistem nilai dan makan diterapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan

ungkapan-ungkapan bangsa.

b. Keanekaragaman Budaya menunjukkan adanya visi dan sistem makan yang berbeda,

sehingga budaya satu memerlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka

akan memperluas cakrawala pemahaman akan makna multikulturalisme.

c. Setiap kebudayaan secara Internal adalah majemuk, sehingga dialog berkelanjutan

sangat diperlukan demi terciptanya persatuan.

d. Paradigma hubungan dialogal atau pemahaman timbal balik sangat dibutuhkan, untuk

mengatasi ekses-ekses negatif dari suatu problem disintegrasi bangsa. Paradigma hubungan

timbal balik dalam masyarakat multikultural mensyaratkan tiga kompetensi normatif, yaitu

kompetensi kebudayaan, kemasyarakatan dan kepribadian.

e. Integrasi sosial yang menjamin bahwa koordinasi tindakan politis tetap terpelihara

melalui sarana-sarana hubungan antar pribadi dan antar komponen politik yang diatur secara

resmi tanpa menghilangkan identitas masing-masing unsur kebudayaan.

f. Sosialisasi yang menjamin bahwa konsepsi polotik yang disepakati harus mampu

memberi ruang tindak bagi generasi mendatang dan penyelarasan konteks kehidupan individu

dan kehidupan kolektif tetap terjaga.

Dapat dikatakan bahwa secara konstitusional negara Indonesia dibangun untuk mewujudkan

dan mengembangkan bangsa yang religius, humanis, bersatu dalam kebhinnekaan.

Demokratis dan berkeadilan sosial, belum sepenuhnya tercapai. Konsekuensinya adalah

keharusan melanjutkan proses membentuk kehidupan sosial budaya yang maju dan kreatif;
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |15
Copyright © Maret 2021

memiliki sikap budaya kosmopolitan dan pluralis, tatanan sosial politik yang demokratis dan

struktur sosial ekonomi masyarakat yang adil dan bersifat kerakyatan.

Dengan demikian kita melihat bahwa semboyan ‘Satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa

dan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ masih jauh dari kenyataan sejarah. Semboyan tersebut masih

merupakan mitos yang perlu didekatkan dengan realitas sejarah. Bahwa bangsa Indonesia

adalah bangsa yang kokoh, beranekaragam budaya, etnik, suku, ras dan agama, yang

kesemuanya itu akan menjadikan Indonesia menjadi sebuah bangsa yang mampu

mengakomodasi kemajemukkan itu menjadi sesuatu yang tangguh. Sehingga ancaman

disintegrasi dan perpecahan bangsa dapat dihindari.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |16
Copyright © Maret 2021

Tugas 2

Mencari kasus – kasus lewat pemberitaan di Media Massa (Koran Televisi, dsb) yang

berkaitan dengan pertentangan Pluralisme. Ex : Kasus konflik agama dan budaya,

Diskriminasi agama dan budaya dsb.

Tugas dibuat dalam bentuk makalah yang mencakup :

- Latar Belakang Masalah

- Kajian Literatur

- Analisis

- Kesimpulan dan Saran

Tugas dikerjakan berkelompok (Maks. 2 orang)

Ketik di kertas Folio A4, Font 12, Times New Roman

Halaman depan dibuat Cover serta mencantumkan Judul Makalah, Logo BSI, dan Nama dan

NIM. Serta Jurusan / Program Studi

Dijilid memakai Mika Kuning

Tugas dikumpulkan pada pertemuan ke 14


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |1
Copyright © Maret 2021

PERTEMUAN 14

MENJADI KOMUNIKATOR KOMUNIKASI ANTARBUDAYA YANG KOMPETEN

Komunikator antarbudaya yang kompeten merupakan seseorang yang memiliki

kemampuan untuk berinteraksi secara efektif dan pantas dengan anggota dari latar belakang

linguistik-kultural yang berbeda

KOMPETENSI KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Spitzberg mengatakan bahwa Kompetensi komunikasi antarbudaya adalah “perilaku yang

pantas dan efektif dalam suatu konteks tertentu”.

Menurut Kim Kompetensi komunikasi antarbudaya merupakan “kemampuan internal

suatu individu untuk mengatur fitur utama dari komunikasi antarbudaya, yakni, perbedaan

budaya dan ketidakbiasaan, postur inter-group, dan pengalaman stres”.

Liliweri (2007) mendefinisikan Kompetensi antarbudaya adalah kompetensi yang dimiliki

oleh seseorang (baik secara pribadi, berkelompok, organisasi, atau dalam etnik dan ras) untuk

meningkatkan kapasitas, ketrampilan, pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan utama

dari orang-orang lain yang berbeda kebudayaannya.

Kompetensi antarbudaya merupakan suatu perilaku yang kongruen, sikap, struktur, juga

kebijakan yang datang bersamaan atau menghasilkan kerja sama dalam situasi antarbudaya.

Terdapat 5 komponen kompetensi komunikasi, yaitu:

(1) Motivasi

(2) Pengetahuan
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |2
Copyright © Maret 2021

(3) Keterampilan

(4) Sensitivitas

(5) Karakter

Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin "movere", yang berarti menggerakkan. Menurut Weiner

(1990) motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk

bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam

kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal

dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat,

dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita, penghargaan, dan penghormatan. Sedangkan

Imron (1966) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris "motivation" yang

berarti dorongan atau pengalasan untuk melakukan suatu aktivitas hingga mencapai tujuan.

Dari serangkain pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

sesuatu alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan; menyelesaikan; menghentikan;

dsb, suatu aktivitas guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan dari motivasi tersebut.

Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

Motivasi dalam hubungannya dengan kompetensi komunikasi antarbudaya berarti bahwa kita

memiliki keinginan pribadi untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya. Jadi, sebagai

komunikator yang penuh motivasi, kita menunjukkan ketertarikan kita, berusaha untuk

berbicara serta mengerti, dan menawarkan bantuan. Selanjutnya kita menunjukkan bahwa

kita ingin berhubungan dengan orang lain pada level personal dan memiliki perspektif

internasional ketika berinteraksi dengan orang-orang dari budaya yang berbeda.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |3
Copyright © Maret 2021

Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk

berkomunikasi dengan orang lain. Jonathan H. Turner (1987) menegaskan bahwa hanya basic

needs tertentu yang mendorong motivasi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Di

sini, kebutuhan diartikan sebagai pernyataan yang fundamental dari seorang manusia bagi

manusia dan kemanusiaan. Jika suatu saat Anda merasa kurang puss atau kurang enak

menghadapi sebuah komunitas manusia yang menggantungkan hidupnya dari gerobak

sampan, dan akibatnya Anda berkomunikasi maka itu dorongan yang manusiawi, itu artinya.

motivasi.

Turner menegaskan beberapa kebutuhan dasar yang mendorong motivasi, di antaranya:

1. Kebutuhan manusia akan perasaan aman (saya terdorong berkomunikasi karena saya tabu

seseorang membutuhkan perlindungan);

2. Kebutuhan akan rasa percaya terhadap, orang lain (saya terdorong untuk menugaskan Anda

karena percaya Anda mampu menjadi pemimpin);

‘Kebutuhan akan keterlibatan kits dalam. kelompok (saya terdorong untuk menjadi anggota

suatu kelompok tertentu karena saya percaya kelompok itu dapat melibatkan saya);

1. Kebutuhan kita untuk menjauhi kecemasan (saya terdorong untuk berkonsultasi dengan Anda

karena saya tahu saya cemas menghadapi ancaman teror);

2. Kebutuhan kita untuk membagi pengalaman tentang dunia (karena saya terdorong untuk

mengetahui informasi itu dari Anda yang mempunyai Internet);

3. Kebutuhan kita terhadap faktor pemuas seperti material dan simbolis (saya terdorong untuk

berkomunikasi dengan Anda karena saya tahu Anda dapat membantu meminjami uang);

4. Kebutuhan kita akan bertahannya konsep diri (saya terdorong bergaul dengan Anda karena

Anda tahu betul saya mempertahankan diri saya).


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |4
Copyright © Maret 2021

Patut diingat bahwa umumnya tingkat kebutuhan manusia itu bervariasi, mungkin sekah

kebutuhan Anda terhadap tiga jenis kebutuhan pertama sangat kuat, lalu kebutuhan Anda atas

menjauhi kecemasan berada pads taraf rata-rata, dan barangkah paling tinggi pads tiga

kebutuhan terakhir, yakni membagi pengalaman, mencari kepuasan, dan mempertahankan

konsep diri. Jadi, setiap orang memiliki kombinasi kebutuhan dan hal itu menentukan

kekuatan motivasi orang untuk berkomunikasi dengan orang lain.

(3) Kemampuan

Dalam hal ini, komunikator antarbudaya yang kompeten harus dapat mendengar, mengamati,

menganalisis, menginterpretasikan dan mengaplikasikan perilaku khusus ini dalam cara yang

memungkinkan untuk mencapai tujuan.

Kemampuan dapat membimbing kita untuk menghadirkan sebuah perilaku tertentu yang

cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Tujuan utama dari

ketrampilan sernata-mats untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dan kecemasan. Menurut

Gudykunst, mengurangi atau mengendalikan kecemasan juga merupakan sebuah ketrampilan

yang ditentukan oleh kesadaran dan bersikap toleran terhadap keadaan yang ambigu atau tak

tentu. Untuk mengurangi ketidakpastian maka Anda sedapat mungkin memiliki tiga ketram-

pilan, yaitu empati, berperilaku seluwes mungkin, dan kemampuan untuk mengurangi situasi

ketidakpastian itu sendiri. Dua ketrampilan pertama menjadi syarat cukup untuk membentuk

ketrampilan ketiga, yakni mengurangi tingkat ketidakpastian.

(4) Sensitivitas

Sensitivitas dalam hal ini meliputi sifat fleksibel, sabar, empati, keingintahuan mengenai

budaya orang lain, terbuka pada perbedaan, dan merasa nyaman dengan orang lain.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |5
Copyright © Maret 2021

Komunikator yang sensitif harus lebih toleran terhadap orang lain dan budaya lain serta

mengembangkan perasaan allophila, yaitu menyukai orang lain dan perilaku yang

menginspirasi.

(5) Karakter

Salah satu sifat yang paling penting yang diasosiasikan dengan karakter adalah dapat

dipercaya atau tidak. Sifat kadang diasosiasikan dengan orang yang terpercaya adalah

kejujuran, penghargaan, kewajaran, dan kemampuan untuk melakukan pilihan yang tepat,

juga kehormatan, altruisme (sifat mementingkan kepentingan orang lain), ketulusan dan niat

baik.

Untuk mengetahui apakah diri kita kompeten dalam berinteraksi antarbudaya, maka beberapa

hal yang harus diketahui yaitu:

(1) Mengetahui budaya sendiri

(2) Mengetahui persepsi diri sendiri

(3) Mengetahui bagaimana kita melaksanakan tersebut

(4) Selanjutnya, diperlukan upaya untuk memonitor diri sendiri selama interaksi.

Pengertian Karakter Menurut Para Ahli

1. Maxwell

Menurut Maxwell, karakter jauh lebih baik dari sekedar perkataan. Lebih dari itu, karakter

merupakan sebuah pilihan yang menentukan tingkat kesuksesan.

2. Wyne

Menurut Wyne, karakter menandai bagaimana cara atau pun teknis untuk memfoukuskan

penerapan nilai kebaikan ke dalam tindakan atau pun tingkah laku.


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |6
Copyright © Maret 2021

3. Kamisa

Menurut Kamisa, pengertian karakter adalah sifat – sifat kejiwaan, akhlak, dan budi pekerti

yang dapat membuat seseorang terlihat berbeda dari orang lain. Berkarakter dapat diartikan

memiliki watak dan juga kepribadian.

4. Doni Kusuma

Menurut Doni Kusuma, karakter merupakan ciri, gaya, sifat, atau pun katakeristik diri

seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan

sekitarnya.

5. W. B. Saunders

Menurut W. B. Saunders, karakter merupakan sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh

individu. Karakter dapat dilihat dari berbagai macam atribut yang ada dalam pola tingkah

laku individu.

6. Gulo W.

Menurut Gulo W. Pengertian karakter adalah kepribadian yang dilihat dari titik tolak etis

atau pun moral (seperti contohnya kejujuran seseorang). Karakter biasanya memiliki

hubungan dengan sifat – sifat yang relatif tetap.

7. Alwisol

Menurut Alwisol, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan

menonjolkan nilai (benar – salah, baik – buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Karakter

berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai – nilai.

Proses Terbentuknya Karakter

Karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran

yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lebih dari
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |7
Copyright © Maret 2021

itu, karakter merupakan bentukan atau pun tempaan lingkungan dan juga orang – orang yang

ada di sekitar lingkungan tersebut.

Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti di rumah, sekolah,

dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pihak – pihak yang berperan penting dalam

pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya.

Karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang selalu
melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, suka menolong, atau pun
menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi
jika perilaku seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak
baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk.

Nilai-Nilai Karakter

Berdasarkan kajian nilai-nilai agama, norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik,


dan prinsip-prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi
lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan. Berikut adalah
daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan deskripsi ringkasnya:

 Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan

Yaitu religius; pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agama

 Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (personal)

Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan tindakan, dan perkerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

 Bertanggung jawab
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |8
Copyright © Maret 2021

Sikap dan perilaku seseorang untu melaksanakan tugas dan kewajibannya


sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.

 Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang
sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

 Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
 Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
 Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhdapat pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
 Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

 Berpikir logis, kritis, dan inovatif


Berrpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk menghasilkan
cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki.
 Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
 Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |9
Copyright © Maret 2021

 Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

 Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang mengjadi miliki/hak diri sendiri dan
orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

 Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepertingan
umum.

 Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat dan mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain.

 Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya ke semua
orang.

 Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang
lain.

Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

 Penduli sosial dan lingkungan


E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |10
Copyright © Maret 2021

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusahakan alam yang
sudah terjadi dan selalau memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

 Nilai kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.

 Nasionalis

Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik bangsanya.

 Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, budaya, suku dan agama.

Hakikat Pendidikan Karakter

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan


nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME


2. Berakhlak mulia
3. Sehat
4. Berilmu
5. Cakap
6. Kreatif
7. Mandiri dan
8. Menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |11
Copyright © Maret 2021

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penaman nilai karakter kepada peserta didikn yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran pada peserta didik yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Dalam pendidikan karakter di LKP, semua komponen (pemangku pendidikan) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajarandan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan LKP,
pelaksaan aktivitas pembelajran, pemberdayaan sarna prasaran, pembiayaan dan ethos kerja
seluruh warga LKP.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet, Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai
berikut “character education is the deliberate efort to help people understand, cara about,
and act upon core ethical values. When we think atau the kind of character we want is right,
care deeply about what is right, even in the face of pressure from without and temptation
from within”

Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan pendidikan,
yang mampu mempengaruhi karaker peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak
peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik
berbiacara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik bertoleransi, dan berbangsa hal
terkait lainnya.
E-Learning Universitas Bina Sarana Informatika Page |12
Copyright © Maret 2021

TUGAS 3

Membuat persiapan dan presentasi (Slide Power Point) untuk mempraktekkan


bagaimana melakukan pertemuan dan presentasi bisnis dengan mitra luar negeri baik
Asia, Eropa, Amerika.

Mahasiswa boleh berkreasi dengan menggunakan atribut yang sesuai dengan negara
yang diwakilinya

Ketentuan Tugas :

- Tugas dibuat dalam bentuk slide (Power Point) dan Paper Makalah

- Makalah diketik dengan spasi 1,5, jenis huruf Times New Roman dengan ukuran 12
pt.Dikumpulkan maksimal pertemuan ke 15

- Praktek tugas simulasi dan presentasi dilakukan pada pertemuan ke 15

Anda mungkin juga menyukai