Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman Modul

SKOM43323 / Filsafat dan Etika Komunikasi

1. Pengertian Filsafat
Filsafat harus didekati dan dipahami secara sungguh sungguh apabila Anda ingin memperoleh pengertian
filsafat dan bagaimana berfilsafat. Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosopia
yang berarti cinta akan kebijaksanaan/ kearifan. Kata philosophia pertama kali dipergunakan oleh
Pythagoras.
Pengertian filsafat dapat dibedakan:
 Filsafat sebagai suatu sika dan pandangan hidup
 Filsafat sebagai suatu metode.
 Filsafat sebagai kumpulan persoalan.
 Filsafat merupakan sistem pemikiran.
 Filsafat merupakan analisis logis.
 Filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh.
Filsafat, merupakan suatu bentuk pemikiran manusia mengenai segala sesuatu dengan meninjau sebab-
sebabnya yang terdalam dengan menggunakan kekuatan akal manusia sendiri. Hal yang dicari ole filsafat
adalah hakikat dari segala sesuatu tersebut.

2. Teori-teori Filsafat
Untuk berbicara secara lengkap tentang teori-teori filsafat memerlukan waktu yang banyak, karena itulah
Anda seyogianya membaca buku-buku tentang filsafat apabila Anda memiliki hasrat untuk menggeluti
persoalan filsafat lebih lanjut.
Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, sebagian tokoh yang mewakili masa Pra - Sokrates adalah Thales sebagai
filsuf pertama yang mencari arkhe dari alam semesta. Herakleitos mengemukakan teorinya, bahwa segala
sesuatu di alam semesta ini adalah mengalami perubahan. Namun sebaliknya, Parmenides menganggap
bahwa segala sesuatu di alam semesta in adalah tetap.
Sedangkan Sokrates adalah sosok filsuf yang dengan gigih mempertahankan kebenarannya, sampai akhir
hidupnya dengan rela minum racun sebagai dakwaan terhadap dirinya. Ajaran Sokrates diteruskan ole
muridnya yaitu Plato. Plato mengajarkan teorinya tentang dua dunia, yaitu dunia Ide yang sifatnya tetap
dan dunia konkret yang sifatnya berubah.
Teori-teori filsafat memuncak pada pemikiran Aristoteles, karena pada masa itu pemikiran Aristoteles
telah secara sistematis tertuang dalam karya karyanya, yaitu:
 Logika.
 Filsafat Alam.
 Psikologi.
 Biologi.
 Metafisika.
 Etika.
 Politik dan Ekonomi.
 Retorika dan Poetika.
Untuk melengkapi teori-teori Yunani, Anda dapat membandingkan pemikiran tentang pengetahuan dari
filsuf Islam, yaitu Al Kindi. Al Kindi membagi pengetahuan menjadi pengetahuan Ilahi dan pengetahuan
Manusiawi.

3. Mazhab-mazhab Filsafat
Pengertian mazhab dalam filsafat dimaksudkan sebagai golongan pemikir yang sepaham dalam teori,
ajaran, atau aliran yang kemudian dikuti oleh manusia lain sebagai
pengikutnya dan berusaha untuk memajukan teori atau ajaran dalam mazhab tersebut.
Sebagian mazhab pada zaman Yunani dan abad pertengahan dapat Anda pelajari
pada teori-teori filsafat. Sedangkan dalam kegiatan belajar 3 ini dapat Anda pelajari
beberapa mazhab beserta tokoh yang memajukannya, yaitu:
 Rasionalisme, tokohnya Rene Descartes.
 Empirisme, tokohnya Thomas Hobbes dan John Locke.
 Idealisme, tokohnya Leibniz dan GWF Hegel.
 Positivitisme, tokohnya August Comte.
 Pragmatisme, tokohnya John Dewey.
 Fenomenologi, tokohnya Edmund Husserl.
 Eksistensialisme, tokohnya Jean Paul Sartre.

4. Komunikasi sebagai Kegiatan Ilmiah


Komunikasi sebagai kegiatan antarmanusia mulai diperkenalkan oleh Aristoteles melalui retorika sebagai
ilmu pertama mengenai pernyataan antarmanusia. Komunikasi berlangsung antara pemberi pesan
(komunikator) dan penerima pesan (komunikan) agar mempunyai kesamaan makna. Oleh Carl I. Hovland
ditambahkan fungsi komunikasi selain untuk mencari kesamaan makna, juga untuk mengubah tingkah
laku komunikan.
Proses komunikasi menurut Harold Lasswell harus memenuhi unsur-unsur:
1. Komunikator.
2. Pesan.
3. Media.
4. Komunikan.
5. Efek.
Komunikasi sebagai suatu ilmu ditandai dengan ciri ada objek tertentu, sistematis, universal, dan
mempunyai metode tertentu. Objek material komunikasi adalah perilaku manusia baik sebagai individu,
kelompok atau masyarakat. Sedangkan objek formalnya adalah situasi komunikasi yang mengarah pada
perubahan sosial termasuk perubahan pikiran, persamaan, sikap, dan perilaku individu, kelompok,
masyarakat dan pengetahuan kelembagaan.
Adapun lingkup komunikasi dapat dibedakan berdasarkan konteksnya, yaitu:
1. Bidang komunikasi.
2. Sifat komunikasi.
3. Tatanan komunikasi.
4. Tujuan komunikasi.
5. Fungsi komunikasi.
6. Teknik komunikasi.
7. Metode komunikasi.

5. Pokok Pikiran Filsafat Komunikasi


Paradigma Lasswell dalam proses komunikasi dengan lima unsurnya: komunikator, pesan, komunikan,
media, dan efek tidaklah cukup untuk dianalisis secara filsafat. Hal ini disebabkan mash adanya
paradigma yang mempengaruhi proses komunikasi, yang oleh Joseph A. Devito disebut sebagai
lingkungan komunikasi. Lingkungan komunikasi mempunyai tiga dimensi, yaitu: Fisik, sosial-psikologi,
dan temporal.
Definisi filsafat komunikasi menurut Onong U. Effendi adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman
(verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses
komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya,
tekniknya, dan metodenya.
Salah satu gangguan semantik, yaitu berkaitan dengan bahasa yang dipergunakan baik oleh komunikator
maupun komunikan. Pemaknaan terhadap bahasa yang sama akan mengakibatkan komunikasi yang
efektif dan inilah hakikat dari komunikasi yaitu pemaknaan yang sama. Dengan demikian, filsafat
komunikasi adalah studi secara mendalam tentang pernyataan manusia yang disampaikan pada orang
lain menuju kemengertian bersama.
Richard Lanigan membuat analisis filsafat mengenai komunikasi dengan mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan:
1. Apa yang aku ketahui? (What do I know?)
2. Bagaimana aku mengetahuinya? (How do I know?)
3. Apakah aku yakin? (Am I sure?)
4. Apakah aku benar? (Am I right?)
Keempat pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan secara sistematis, studi terhadap metafisika,
epistemologi, aksiologi, dan logika.

Diskusi 2
Etika komunikasi adalah seperangkat nilai, norma, dan prinsip moral yang berlaku dalam interaksi
komunikasi manusia. Etika komunikasi bertujuan untuk mempromosikan perilaku komunikasi yang
positif, adil, dan bertanggung jawab. Beberapa prinsip etika komunikasi yang umum dikenal adalah
kejujuran, integritas, rasa hormat, kerahasiaan, dan tanggung jawab sosial.
Salah satu isu yang bertentangan dengan etika komunikasi adalah manipulasi informasi atau
disinformasi. Manipulasi informasi dapat merugikan pihak lain dan menyebarkan informasi yang tidak
benar, sedangkan disinformasi merupakan informasi yang disengaja dikabarkan untuk tujuan tertentu.
Kedua hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan sosial, politik, dan ekonomi.
Manipulasi dan disinformasi biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk
memperoleh keuntungan atau kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dalam politik, di mana seringkali terdapat
berita palsu atau propaganda yang disebarkan untuk mempengaruhi pendapat publik. Manipulasi dan
disinformasi juga dapat ditemukan dalam iklan dan pemasaran, di mana informasi yang diberikan tidak
selalu akurat atau jujur.
Untuk menghindari manipulasi dan disinformasi, kita perlu mengembangkan kemampuan kritis dalam
mengevaluasi informasi yang kita terima. Kita juga perlu memperhatikan sumber informasi yang kita
gunakan, serta memeriksa kebenaran informasi sebelum mempercayainya atau menyebarkannya kepada
orang lain.

Sumber referensi:
Mattson, M. (2015). Communication Ethics Today. Polity Press.
Cheney, G., & Christensen, L. T. (2011). Handbook of communication ethics. Routledge.

6. Pikiran sebagai Isi Pesan Komunikasi


Manusia adalah makhluk yang berpikir. Sebagai komunikator manusia akan mengomunikasikan hasil
berpikirnya kepada orang lain dalam bentuk pesan. Pesan komunikasi mempunyai dua aspek, yaitu isi
pesan dan lambang. Dalam pesan diperlukan bahasa, sebab tapa bahasa, pikiran sebagai isi pesan tidak
mungkin dikomunikasikan.
Sebagai makhluk yang berpikir, manusia berbeda dengan binatang yang ditandai dengan ciri-ciri
pembeda sebagai berikut:
1. Ciri-ciri fisik.
2. Ciri-ciri sosial.
3. Ciri-ciri sebagai persona.
Berpikir adalah kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan
kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian. Fungi berpikir adalah untuk mengetahui dan untuk
mengerti/memahami. Representasi berpikir adalah melalui bahasa dan tanda maka semiotika menjadi
hal yang penting untuk Anda pelajari dalam memahami pesan komunikasi.
Sebelum suatu pesan disampaikan kepada komunikan, seorang komunikator haruslah melakukan
pertimbangan nilai (value judgement). Hal ini berkaitan dengan efek yang timbul dari pesan tersebut.
Apakah pesan yang akan disampaikan benar atau salah (nilai logika), baik atau buruk (etika), dan indah
atau jelek (estetika).
Agar Anda tidak keliru dalam mengemas pesan perlu memperhatikan penghalang atau prakonsepsi yang
dikemukakan oleh Francis Bacon.

7. Pengertian Etika
Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan menyelidiki gejala-gejala yang timbul
dalam diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun sebagai anggota masyarakat. Objek etika
adalah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan kesadaran penuh (implisit hati dan ucapan) ditinjau
dari sudut baik dan buruk, benar dan salah.
Etika sering diidentikkan dengan ajaran moral. Padahal sesungguhnya keduanya dapat dibedakan dalam
penggunaannya. Etika lebih ditujukan pada suatu sistem pengkajian, sedangkan moral lebih ditujukan
kepada sesuatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri.
Menurut Kattsoff, ragam definisi etika ditinjau dari pengertiannya ada tiga, etika deskriptif, etika
normatif, dan etika kefilsafatan.

Diskusi 3:
Konsep manusia sebagai pelaku komunikasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk
menghasilkan, mengirimkan, dan menerima pesan atau informasi secara verbal atau non-verbal dengan
tujuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Menurut Aristoteles, manusia
adalah makhluk sosial yang secara alamiah membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain
untuk dapat hidup secara bermakna.
Salah satu contoh kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia adalah dalam membangun hubungan
interpersonal yang sehat dan efektif. Dalam bukunya yang berjudul "Interpersonal Communication:
Relating to Others", Steven A. Beebe dan Susan J. Beebe (2019) menyatakan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang melibatkan minimal dua orang yang
saling mempengaruhi dalam konteks yang saling mempengaruhi. Melalui komunikasi interpersonal yang
efektif, manusia dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain, meningkatkan keterbukaan
dan kepercayaan, serta menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kooperatif.

Referensi:
BMP SKOM4323
Beebe, S. A., & Beebe, S. J. (2019). Interpersonal Communication: Relating to Others. Pearson.

8. Mazhab-mazhab Etika
Etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, antara hal-hal yang tau tidak susila,
ataupun antara hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang oich dilakukan. Benarkah ada nilai-nilai
etika yang sifatnya universal, objektif, laku umum tanpa menuntut suatu syarat apapun? Di sinilah timbul
permasalahan etika dalam menetapkan nilai-nilai dasarya.
Permasalahan tersebut mengakibatkan munculnya berbagai mazhab dalam etika yang mencoba
menjawab permasalahan apa sebenarnya perilaku yang baik itu. Mazhab-mazhab tersebut di antaranya:
1. Egoisme
a. Hedonisme.
b. Eudaemonisme.
2. Deontologisme
a. Deontologisme tindakan.
b. Deontologisme peraturan.
3. Utilitarianisme
a. Utilitarianisme tindakan.
b. Utilitarianisme peraturan.
4. Theonom
a. Teori theonom murni.
b. Teori hukum kodrat.

9. Pengertian Etika Komunikasi


Etika komunikasi mencoba mencari kriteria untuk mengadakan penilaian etis terhadap perilaku
komunikator dan perilaku komunikan dalam berkomunikasi, apakah media yang digunakan untuk
menunjang agar komunikasi itu efektif juga etis?
Kesadaran untuk membuat penilaian secara etis didasarkan pada suara hati. Suara hati adalah kesadaran
atau kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagai manusia dalam situasi konkret.
Ada tujuh perspektif dalam penilaian etika komunikasi insani, yaitu:
1. Perspektif Politik.
2. Perspektif Sifat Manusia.
3. Perspektif Dialogis.
4. Perspektif Situasional.
5. Perspektif Religius.
6. Perspektif Utilitarian.
7. Perspektif Legal.
Perspektif mana di antara tujuh tersebut yang paling berengaruh dalam melakukan penilaian etika
komunikasi sepenuhnya tergantung pada Anda.

10. Manusia sebagai Pelaku Komunikasi


Manusia sebagai pelaku komunikasi sangat beragam, masing-masing amat unik, khas, dan rumit. Dalam
filsafat ada beberapa paham atau aliran mengenai manusia antara lain:
1. Paham materialisme yang menganggap bahwa manusia hanya materi atau objek semata.
2. Paham idealisme yang menganggap bahwa manusia adalah manusia karena dia berpikir, memiliki
ide, dan karena dia sadar akan dirinya. Paham in berpendapat bahwa manusia adalah subjek.
3. Paham eksistensialisme yang menganggap bahwa manusia adalah kesatuan jasmani dan rohani yang
tidak terpisahkan. Manusia berada di dunia, menghadapi dunia dan benda lain di dunia, oleh sebab
itu, manusia adalah objek sekaligus subjek.
Ahli-ahli psikologi juga mengemukakan konsep-konsenya tentang manusia, yaitu:
1. Homo volens, bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan
terpendam.
2. Homo sapiens, bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan
mengolah stimuli yang diterimanya.
3. Homo mechanicus, bahwa manusia dipandang sebagai yang dapat digerakkan semaunya oleh
lingkungan.
4. Homo ludens, bahwa manusia dipandang sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi
transaksional dengan lingkunganya.
5. Keragaman setiap manusia sebagai pelaku komunikasi memberikan warna pandangan yang berbeda
pada hal-hal yang sama sekalipun.

11. Kegunaan Komunikasi bagi Kehidupan Manusia


Komunikasi merupakan hal yang amat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia
berinteraksi dengan manusia lain dalam berbagai bentuk, yaitu interaksi antarindividu, interaksi
antarkelompok, dan interaksi antar individu dengan kelompok. Interaksi memiliki fungsi sosialisasi bagi
manusia, di mana dengan berinteraksi manusia belajar tentang dunia, lingkungannya, juga manusia
lainnya termasuk norma-norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku, yang dianut.
Selain belajar tentang hal-hal di luar dirinya, dia juga belajar tentang dirinya sendiri. Interaksi juga
memiliki fungsi enkulturasi, di mana manusia menerima, mengambil aturan, norma-norma, sistem nilai,
serta kebiasaan manusia lain menjadi standar yang dianutnya.
Komunikasi juga merupakan kebutuhan dasar manusia untuk membentuk dirinya, dan mengembangkan
kepribadiannya. Selain itu, komunikasi juga digunakan manusia untuk mengoperkan nilai dari satu
generasi ke generasi lainnya melalui pendidikan.

12. Komunikasi untuk Aktualisasi Diri


Aktualisasi diri merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Namun demikian, tidak semua orang
dapat menjadi pribadi yang teraktualisasikan, sekalipun dia orang produktif, berbakat, dan sukses. Secara
umum manusia-manusia superior mampu mehihat hidup ini lebih objektif. Sclain itu, mereka pun kreatif
dalam arti berant mencoba gagasan baru walaupun mereka sadar itu tidak selalu berhasil atau sia-sia.
Mereka tidak takut membuat kesalahan-kesalahan, bahkan mereka akan menolak hal-hal prinsip yang
tidak selaras dengan pandangan mereka walaupun bertentangan dengan khalayak ramai. Pribadi yang
teraktualisasikan juga fleksibel dalam arti mudah menyesuaikan diri, mampu menghadapi kebimbangan
dan perubahan. Mereka juga memiliki kepribadian yang lebih harmonis dan kemerdekaan psikologis.
Kepribadian yang luar biasa merupakan kekuatan mereka dalam menjalin hubungan personal dengan
manusia lain. Mereka mampu menyampaikan dan menafsirkan pesan dengan cermat sehingga
komunikannya pun tidak akan kesulitan dalam memahami pesan mereka.
Dengan demikian, komunikasi mereka menjadi lebih efektif.

Diskusi 4:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Media komunikasi memang telah membawa dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia, baik itu
dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun profesional. Kehadiran media komunikasi memungkinkan
manusia untuk berkomunikasi dengan lebih mudah dan cepat dari jarak yang jauh, memungkinkan untuk
tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan rekan bisnis dari seluruh dunia.
Namun, kehadiran media komunikasi juga membawa dampak negatif, seperti kecanduan dan isolasi
sosial, informasi yang tidak valid atau bahkan palsu, dan kehilangan keterampilan interpersonal.
Istilah "era digital 5.0" merupakan sebuah konsep yang diusulkan oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Eng.
Beliau menyatakan bahwa era digital 5.0 adalah lanjutan dari era digital 4.0 yang lebih menitikberatkan
pada keterkaitan antara teknologi digital dengan kehidupan sosial manusia.
Dalam era digital 5.0, teknologi digital menjadi semakin terintegrasi dalam kehidupan sosial manusia dan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh, kehadiran media sosial
dan teknologi Big Data membuat masyarakat semakin mudah untuk berkomunikasi, berbagi informasi,
dan membuat keputusan yang lebih baik.
Namun, terdapat juga beberapa tantangan dalam era digital 5.0 yang harus diatasi. Salah satunya adalah
gap digital atau kesenjangan digital yang terjadi antara mereka yang memiliki akses ke teknologi digital
dan mereka yang tidak memiliki akses. Tantangan lainnya adalah masalah privasi dan keamanan data
yang semakin penting dalam era digital 5.0.
Hal ini membawa implikasi etis dan moral dalam penggunaan media komunikasi, seperti privasi dan
keamanan data, cyberbullying, dan dampak psikologis pengguna. Sebagai pengguna media komunikasi,
kita perlu memahami etika dan tanggung jawab dalam penggunaan media komunikasi.
Menurut Immanuel Kant, etika adalah tentang tindakan manusia yang didasarkan pada kewajiban moral
dan niat yang baik. Oleh karena itu, sebagai pengguna media komunikasi, kita harus bertanggung jawab
dan beretika dalam menggunakan media komunikasi, serta mempertimbangkan dampak sosial dari
penggunaan media tersebut.

Demikian. Mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Binus University Malang. (2021). The Gap Between 4.0 Era and Social Digital 5.0. Diakses dari
https://binus.ac.id/malang/2021/11/the-gap-between-4-0-era-and-social-digital-5-0/
Kant, I. (1998). Groundwork of the metaphysics of morals. Cambridge University Press.

13. Arti, Fungsi, dan Hakikat Media sebagai Penunjang Kegiatan Komunikasi
Media komunikasi merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan. Media dapat berupa alat seperti majalah, surat kabar, radio, televisi, telegram, teleks, surat,
e-mail, komputer dan lain-lain. Selain itu media juga dapat berupa non alat yaitu lambang verbal dan non-
verbal termasuk kondisi personal dan situasional, lingkungan yang mendukung terjadinya komunikasi.
Fungsi media komunikasi adalah untuk memperluas jangkauan komunikasi antarmanusia dan
memperbesar kemampuan untuk menjalin hubungan komunikasi antara manusia. Media komunikasi
juga berfungsi untuk menyediakan dan menyimpan dan mendistribusikan pesan-pesan komunikasi.
Media komunikasi merupakan sarana penting bagi kehidupan manusia. Dengan adanya media, manusia
dapat melakukan kegiatan komunikasi bahkan menembus ruang dan waktu.

Diskusi 5
Pada dasarnya, ideal komunikasi dalam dimensi sistem terbagi menjadi empat, yaitu sistem
authoritarianisme, sistem libertarianisme, sistem komunis, dan sistem tanggung jawab sosial. Setiap
sistem memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal pengaturan, kontrol, dan kebebasan dalam
berkomunikasi.
Sistem authoritarianisme memiliki ciri-ciri pemerintah atau pemimpin yang sangat kuat dan membatasi
kebebasan individu dalam berkomunikasi. Pada sistem ini, media diatur dan diawasi secara ketat oleh
pemerintah, sehingga cenderung menjadi alat propaganda. Contoh negara yang menerapkan sistem ini
adalah Korea Utara.
Sistem libertarianisme, sebaliknya, cenderung memberikan kebebasan yang sangat besar dalam
berkomunikasi dan media diatur oleh pasar. Namun, dalam sistem ini, media cenderung diisi oleh pemilik
modal yang memiliki kepentingan bisnis, sehingga tidak selalu dapat memberikan informasi yang benar
dan objektif. Contoh negara yang menerapkan sistem ini adalah Amerika Serikat.
Sistem komunis memiliki ciri-ciri pengendalian negara yang kuat terhadap media dan informasi yang
beredar, sehingga cenderung terjadi pembatasan kebebasan berbicara dan berpendapat. Tujuan dari
sistem ini adalah memperkuat solidaritas dan kesetaraan sosial. Contoh negara yang menerapkan sistem
ini adalah Tiongkok.
Sistem tanggung jawab sosial, sebaliknya, memberikan kebebasan dalam berkomunikasi dan media
diatur oleh undang-undang dan etika jurnalistik yang menekankan pada kebenaran, keadilan, dan
kemanusiaan. Sistem ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan bertanggung
jawab. Contoh negara yang menerapkan sistem ini adalah Jepang dan Finlandia.
Namun, dalam konteks Indonesia saat ini, sistem tanggung jawab sosial dalam media masih belum
sepenuhnya diterapkan. Terdapat masih banyak pelanggaran etika jurnalistik yang dilakukan oleh media,
seperti menyajikan informasi yang tidak benar dan terlalu bersifat sensasional, tidak menghargai privasi
individu, dan menyebarkan ujaran kebencian. Selain itu, ada pula kendala-kendala dalam kebebasan
berbicara dan berpendapat, terutama terkait dengan kasus-kasus penangkapan aktivis dan jurnalis yang
dianggap mengkritik pemerintah.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Sumber Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Fakhrudin Anwar, dkk. (2019). Filsafat Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Eko Prasetyo (2018). Etika Komunikasi Media: Memahami, Mengelola, dan Menerapkan Etika
Komunikasi dalam Dunia Jurnalistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

14. Tinjauan Mengenai Eksistensi Media Komunikasi


Sebagai alat bantu, media komunikasi memperbesar kemampuan manusia untuk memproduksi pesan-
pesan komunikasi dalam berbagai bentuk, audio, visual, audio-visual. Selain itu, media komunikasi juga
mendistribusikan pesan komunikasi yang merupakan hasil karya manusia berupa ide, gagasan, dan
pikiran. Media komunikasi juga menyimpan karya-karya manusia agar tetap tersedia bila diperlukan.
Sebagai alat, media komunikasi dibagi dalam dua (2) kategori: media massa dan media nirmassa, yang
masing-masing memiliki ciri-ciri, sifat dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut
merupakan kelebihan sekaligus kekurangan media-media komunikasi tersebut. Mc Luhan melihat bahwa
media komunikasi adalah pesan komunikasi, sehingga dia percaya bahwa media komunikasi memberikan
pengaruh pada manusia dan bukan isi media komunikasi. Menurut pendapat Steven H. Chaffee ada lima
(5) efek kehadiran media massa termasuk di antaranya penjadwalan kembali kegiatan rutin komunikan
media massa. Meskipun diakui bahwa media massa mempengaruhi komunikan, tetapi isi media
komunikasi atau pesan komunikasi juga mempengaruhi komunikan.

Diskusi 6
Terima kasih atas pertanyaan yang menarik, Tutor. Menurut saya, kekuasaan memiliki potensi besar
untuk mempengaruhi hakikat demokratisasi komunikasi karena adanya ketidakseimbangan kekuasaan
yang terjadi di antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Ketika satu kelompok atau individu memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada yang lain, mereka
dapat memanipulasi informasi dan kontrol terhadap cara informasi tersebut disebarkan ke publik.
Sebagai contoh, sebuah pemerintahan otoriter yang memiliki kontrol penuh atas media massa dapat
membatasi akses dan menyensor berita yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Contoh lain adalah media sosial yang memiliki kekuatan besar dalam menyebarkan informasi. Namun,
ketika platform tersebut dimiliki oleh perusahaan besar dengan kepentingan ekonomi, mereka dapat
membatasi algoritma untuk menampilkan konten tertentu atau menghapus konten yang dianggap tidak
sesuai dengan kebijakan mereka. Ini dapat mempengaruhi hakikat demokratisasi komunikasi dengan
mengurangi kebebasan berbicara dan membatasi akses ke informasi yang benar-benar diperlukan untuk
membangun opini publik yang sehat.
Dalam buku "The Structural Transformation of the Public Sphere", Jurgen Habermas berpendapat bahwa
media massa yang independen dan bebas dari kepentingan politik atau ekonomi adalah kunci bagi
terwujudnya demokrasi komunikasi yang sehat.
Namun, bukan berarti kekuasaan selalu berdampak negatif pada demokratisasi komunikasi. Kekuasaan
juga dapat digunakan untuk memperkuat partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan dan
memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi. Sebagai contoh, pemerintah dapat memberikan
akses terhadap data publik dan mengembangkan teknologi untuk memperkuat partisipasi publik dalam
proses pengambilan keputusan.
Seperti dalam buku "The Power of Public Participation: Mobilizing Knowledge and Action for the
Common Good" karya Mary Johnstone-Louis dan Suneeta Kaimal. Mereka menjelaskan bahwa partisipasi
publik dapat membantu memperkuat demokrasi komunikasi dengan memberikan akses yang lebih luas
terhadap informasi dan membangun kesadaran masyarakat tentang isu-isu publik yang relevan.
Dalam kesimpulannya, kekuasaan memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hakikat demokratisasi
komunikasi. Namun, kekuasaan tidak selalu berdampak negatif pada demokrasi komunikasi, dan dapat
digunakan untuk memperkuat partisipasi publik dan memberikan akses yang lebih luas terhadap
informasi.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan rekan-rekan. 😊

Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Habermas, J. (1991). The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of
Bourgeois Society. MIT Press.
Johnstone-Louis, M., & Kaimal, S. (2018). The Power of Public Participation: Mobilizing Knowledge and
Action for the Common Good. Edward Elgar Publishing.
15. Media Komunikasi dan Kehidupan Manusia
Perkembangan media komunikasi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia. Hubungan
komunikasi antarmanusia menjadi demikian luas hampir tak terbatas. Perkembangan media komunikasi
telah mengubah cara-cara pengumpulan, pengolahan, dan pendistribusian pesan-pesan komunikasi atau
informasi. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membuat media
komunikasi berubah kegunaannya dalam kehidupan manusia, seperti televisi yang sedianya untuk
hiburan menjadi toko serba ada dan lain-lain. Bertambahnya media komunikasi menyebabkan
bertambahnya jumlah pesan komunikasi/informasi yang harus disalurkan.
Begitu banyaknya informasi yang datang yang tidak dapat dipilih dan dimaknai oleh komunikan karena
terbatasnya kemampuan untuk itu, sehingga menimbulkan peluberan informasi. Pesan-pesan
komunikasi atau informasi yang kita terima dari berbagai media terutama media massa telah diolah
sedemikian rupa, telah dimaknai sedemikian rupa sehingga kemungkinan komunikan kehilangan
kesempatan untuk menafsirkan informasi tampa interupsi. Keperkasaan media komunikasi terutama
media massa dalam membentuk persepsi diperkuat dengan tori agenda setting, yang menjelaskan bahwa
media massa mempengaruhi persepsi komunikan tentang apa yang dianggap penting. Berlainan dengan
teori ini, pendekatan "uses and gratification" menjelaskan bahwa komunikan secara aktif memilih dan
menggunakan media komunikasi untuk memuaskan kebutuhannya.

Diskusi 7
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Dalam memahami keseragaman etnis kultur, sikap yang seharusnya kita lakukan adalah:
 Sikap Terbuka: Penting bagi kita untuk memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan etnis dan kultur.
Ini berarti kita harus bersedia mengakui dan menerima bahwa setiap kelompok etnis memiliki ciri khas
dan keunikan sendiri dalam budaya dan tradisi mereka. Sikap terbuka memungkinkan kita untuk
menghindari prasangka atau stereotip yang dapat menghambat pemahaman yang mendalam tentang
keseragaman etnis kultur. Contoh kasusnya adalah ketika kita berinteraksi dengan anggota kelompok
etnis yang berbeda, kita harus menghargai dan mempelajari nilai-nilai, kepercayaan, dan adat istiadat
yang mungkin berbeda dengan kelompok kita sendiri.
 Empati: Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta perspektif orang
lain. Dalam konteks keseragaman etnis kultur, kita perlu memiliki empati terhadap pengalaman dan
sudut pandang kelompok etnis lain. Ini akan membantu kita membangun ikatan yang lebih baik dengan
mereka, mendorong dialog yang saling menguntungkan, dan menghindari konflik yang tidak perlu.
Contoh kasusnya adalah ketika seorang mahasiswa dari kelompok etnis tertentu berbagi pengalaman
atau masalah yang berkaitan dengan budaya dan tradisi mereka, kita harus berusaha untuk memahami
perspektif mereka dan menunjukkan empati dalam meresponsnya.
 Menghargai Keberagaman: Menghargai keberagaman berarti mengakui dan menghormati nilai-nilai,
keyakinan, dan praktik-praktik budaya yang berbeda. Kita harus menghindari sikap superioritas atau
merendahkan kelompok etnis lain karena perbedaan mereka. Dalam konteks komunikasi, menghargai
keberagaman berarti memberikan kesempatan yang adil kepada setiap kelompok etnis untuk berbicara,
berbagi pandangan, dan berkontribusi dalam diskusi. Contoh kasusnya adalah ketika kita berada dalam
diskusi kelompok yang terdiri dari anggota etnis yang berbeda, kita harus memastikan bahwa setiap
orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara dan bahwa pendapat mereka dihormati tanpa
mengesampingkan latar belakang budaya mereka.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Eunson, B. (2017). Communicating in the 21st Century (edisi ke 4). John Wiley & Sons.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2017). Communication Between Cultures (edisi ke 9).
Cengage Learning.

16. Ideal Komunikasi: dalam Dimensi Sistem Authoritarianism


Sistem Authoritarianism merupakan sistem kekuasaan yang melegitimasi terhadap kekuasaan absolut.
Sejak Zaman Plato pemikiran-pemikiran telah mulai diarahkan kepada kemakmuran negara, kebijakan
penguasa dalam mewujudkan keadilan.
Menurut Plato wewenang yang dijalankan oleh "filosof raja" yang berkuasa yaitu menentukan keadilan,
kemakmuran komunitas.
Aristoteles mengenal empat macam logika kausalitas yaitu material, efisien, formal dan final. Menurut
Aristoteles semua penyebab pada dasarya terdiri dari bentuk dan materi atau potensi dan aktulitas.
Menurut sistem authoritarianism maka negara berada pada derajat tinggi di atas posisi individu-individu.
Menurut hegel negara itu suatu organisme berdasarkan kesusilaan. Hegel menyindir terhadap demokrasi
dengan suatu asumsi pemikiran bahwa yang berkuasa memiliki nilai lebih dari yang dikuasai. Sebagai
penguasa ia merasa mempunyai kelebihan dalam hal intelek, kearifan, dan pengalaman.
Dalam sistem authoritarianism semua sumber komunikasi berada pada penguasa.
Masyarakat tidak berkesempatan di dalam turut mengelola media massa. Simbol-simbol komunikasi
telah dikonstruksi ke dalam simbol-simbol kerajaan, sehingga tidak ada simbol lain yang berkembang
dalam wilayah kerajaan.
Secara normatif bahwa hukum komunikasi tidak berfungsi. Output komunikasi fidak berdasar atau tidak
memperhatikan output.

Diskusi 8

Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor. 😊


Terima kasih atas pertanyaannya. Dalam konteks komunikasi, kondisi homophily dan heterophily
merujuk pada pola hubungan antara individu-individu dalam suatu komunitas. Homophily terjadi ketika
individu cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal,
seperti latar belakang sosial, minat, nilai, atau pandangan politik. Sementara itu, heterophily terjadi
ketika individu lebih cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dari mereka dalam hal-
hal tersebut.
Jika kita melihat dari perspektif mencapai ideal komunikasi, terdapat argumen yang bisa dibuat untuk
kedua kondisi. Namun, dalam konteks komunikasi yang efektif dan efisien, kondisi heterophily cenderung
dapat mencapai tujuan tersebut dengan lebih mudah, karena:
Pembahasan yang beragam: Ketika individu berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda, mereka
akan terpapar dengan berbagai sudut pandang, pengalaman, dan pengetahuan yang berbeda. Ini
membuka peluang untuk pembahasan yang lebih kaya, pemikiran yang lebih luas, dan pengembangan
gagasan yang lebih mendalam. Melalui dialog dan pertukaran ide yang heterogen, orang dapat mengatasi
keterbatasan pemikiran yang sempit dan mencapai pemahaman yang lebih komprehensif.
Pemecahan masalah yang lebih kreatif: Dalam kondisi heterophily, individu memiliki akses ke
beragam cara berpikir dan penyelesaian masalah. Interaksi dengan orang-orang yang berbeda
memungkinkan adanya kolaborasi yang melintasi batasan disiplin ilmu atau sudut pandang yang lebih
sempit. Hal ini dapat menghasilkan inovasi dan pemecahan masalah yang lebih kreatif karena adanya
pertukaran ide yang tak terduga.
Peningkatan pemahaman sosial dan toleransi: Melalui interaksi dengan orang-orang yang berbeda,
individu dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai budaya, latar belakang,
dan perspektif yang beragam. Ini membantu membangun toleransi, memecah stereotip, dan
meningkatkan keterbukaan terhadap perbedaan. Dalam konteks masyarakat yang semakin pluralistik,
kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu yang berbeda menjadi sangat penting.
Pandangan di atas didukung oleh penelitian seperti yang dijelaskan oleh McPherson, Smith-Lovin, dan
Cook (2001) dalam artikel "Birds of a Feather: Homophily in Social Networks" yang menunjukkan bahwa
homophily dapat menyebabkan penghalusan pemikiran dan polarisasi, sedangkan heterophily memiliki
potensi untuk memperluas wawasan dan pemahaman.
Namun, penting untuk dicatat bahwa homophily juga memiliki nilai dalam beberapa konteks. Misalnya,
homophily dapat memberikan rasa kebersamaan dan dukungan dalam komunitas yang memiliki nilai-
nilai bersama. Namun, dalam mencapai ideal komunikasi yang lebih luas, kondisi heterophily sering kali
memberikan manfaat yang lebih besar.

Demikian, mohon tanggapan Tutor dan Rekan-rekan. 😊

Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
McPherson, M., Smith-Lovin, L., & Cook, J. M. (2001). Birds of a feather: Homophily in social networks.
Annual review of sociology, 27(1), 415-444.

17. Ideal Komunikasi dalam Dimensi Libertarianisme


Konsep-konsep pemikiran tentang demokrasi berawal dari Magna Charta (1225)
yang mengilhami terhadap para filosof di abad ketujuh belasan (17).
Montesquieu dan John Locke menghubungkan pandangan mengenai pemerintahan yang stabil melalui
pemecahan liberal.
Peran rakyat dalam demokrasi adalah tidak untuk memerintah atau menjalan keputusan namun untuk
menghasilkan suatu pemerintahan atau badan kekuasaan lainnya melalui pemilihan umum.
Penempatan hukum pada tanga utama member isyarat bahan sistem libertarianism sebagai sistem
kekuasaan yang berdasar hukum atau disebut juga "The Government Under The Rule of Law”.
Suatu negara terdapat dua ikatan yaitu "Social Society" dan "Legal Society", Maka kebebasan pun
terdapat dua ikatan yaitu "Legal Liberty" dan "Social Liberty".
Setiap konstitusi terdapat empat unsur, yaitu Bill of Rights, Govermental Frame Work, Political Frame
Work, dan Administrative Frame Work.
Dalam sistem libertarianism setiap individu diberi kebebasan untuk memasarkan ide, gagasan, cita-cita
termasuk pengelolaan di bidang media komunikasi.

18. Ideal Komunikasi: dalam Dimensi Sistem Komunis


Dalam konsep totaliter, sistem komunis dikualifikasikan ke dalam totaliter modern.
Sumber-sumber kehidupan termasuk sumber-sumber komunikasi dikelola secara sentralis dan bersifat
etatisme.
Untuk menentukan rigid tidaknya kebebasan berkomunikasi dapat diperhatikan dari tiga aspek yaitu
perkembangan pendapat umum, kesertaan masyarakat dalam mengelola media massa, dan sosialisasi
sistem nilai.
Peristiwa politik yang terjadi di Eropa Timur menunjukkan bahwa bagaimanapun kuat dan ketatnya
peraturan perundangan, akhirnya dapat diizinkan oleh keampuhan pendapat umum.
Organisasi kepemudaan yang terdapat di Uni Soviet yaitu, Pioneers dan Komsomols.
Dalam sistem totaliter tampak bahwa transaksi komunikasi bersifat silang, dalam artian bahwa
komunikator memproyeksikan dirinya kepada komunikan.
Isi komunikasi bersifat: instruktif, indoktrinatif, dan mobilisasi seluruh aspek kehidupan untuk mencapai
masyarakat komunis.

19. Ideal Komunikasi dalam Dimensi Tanggung Jawab Sosial


Konsep tanggung jawab sosial (social responsibility) meletakkan titik berat kajian pada bidang jurnalistik
dan penerbitan.
Konsep ini melihat bahwa manusia dapat membandingkan dan mempertimbangkan secara rasional atas
segala tindakan yang diperbuatnya.
Dalam konsep tanggung jawab sosial bahwa bidang pers menjadi ajang rebutan para penyandang modal,
sehingga pada tangga tertentu dengan sajian-sajian sensasional dapat mengganggu wibawa pemerintah.
Di Juar keempat kajian maka kajian sistem Pancasila memberi warna berbeda, sesuai sistem nilai yang
diangkat dari nilai budaya bangsa.

20. Ideal Komunikasi: Etika Moral dalam Proses Komunikasi


Etika moral sebagai filsafat praktis yang digunakan dalam lingkup ilmu pengetahuan.
lima komunikasi dalam kenyataan empiris berada pada naungan filsafat praktis dalam proses komunikasi
simbol-simbol.
Etika sendiri dibagi lagi ke dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum nempertanyakan prinsip-
prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia, edangkan etika khusus membahas prinsip-
prinsip itu dalam hubungan dengan ewajiban manusia dalam berbagai lingkup kehidupannya
Etika sebagaimana di atas, merupakan produk konsensus bersama antaranggota munitas. Etika sangar
dijunjung tinggi oleh komunitas bersangkutan. Proses munikasi yang terjadi berlandas pada etika
tersebut sekaligus yang mendasari rlangsungnya proses komunikasi. Hal ini tampak dalam kontrak
simbol-simbol yang zunakan dalam proses komunikasi. Simbol-simbol tersebut sesuai dengan kapasitas
pikir dan lingkup pengalaman dalam pergaulan komunitas.
Dalam kaitan moral maka moral sebagai faktor internal yang ada pada individu-individu. Pada gilirannya
moral menjadi produk budaya komunitas yang akan menjadi prototif bahkan menjadi karakter
komunitas moral sebagai produk budaya dalam kaitan hubungan antarmanusia.
Manusia dalam memasuki determinan lain teriadi kontrak simbol sesuai kepentingan bersama. Dalam
proses komunikasi formal mengandung makna bahwa manusia telah berada dalam komunitas yang
berlandas pada etika moral. Dalam organisasi etika terdiri dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi, ditaati,
dan dipathi.
Apabila ingkar dari nilai-nilai tersebut maka akan dikenakan sanksi.
Etika moral bersifat filsafat praktis untuk mencapai kondisi yang dimaksud dalam filsafat teoritis yaitu
renungan manusia dalam alam semesta in. Secara filosofis bahwa yang ada dalam sifat-sifat kedamaian,
ketenteraman, dan keserasian.
21. Hak-hak Berkomunikasi sebagai Bagian dari Hak-hak Asasi Manusia
Hak-hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak manusia sebagaimana hak-hak asasi lainnya.
Hak-hak berkomunikasi melekat pada diri manusia semenjak manusia lahir.
Penggunaan hak harus berorientasi kepada manfaat yang dinikmati bersama (ole komunikator dan
komunikan) dan mencerminkan sifat-sifat keadilan dan kebenaran.
Karakter yang muncul dari keadilan yaitu tidak terjadinya saling mendominasi kepentingan antara
komunikator dan komunikan. Sedangkan karakter yang muncul dari kebenaran yaitu proses transaksi
komunikasi yang berlangsung tidak ingkar dari ikatan-ikatan normatif.
Pengaturan hak-hak berkomunikasi dalam kenyataan empiris dikualifikasikan ke dalam dua sifat, yaitu
Totaliter dan Demokrasi. Kebebasan berkomunikasi tidak dapat dinikmati secara mutlak karena diatur
secara normatif agar tidak merugikan kebebasan berkomunikasi individu lain.
Pada kutub totaliter produk-produk pemikiran terikat oleh kebenaran nisbi yang bersifat kultus
intelektualitas. Sedangkan pada kutub demokrasi manusia berpikir bebas dan produk-produk pemikiran
diabadikan untuk kepentingan umum.

22. Demokratisasi Komunikasi


Munculnya silang pendapat antara aliran Frankfurt dengan aliran Chaniago, pada prinsipnya melihat
kemampuan media massa dalam mentransformasi produk-produk berpikir, ide, pandangan manusia baik
secara individual maupun sebagai anggota masyarakat.
Demikian perkasanya produk teknologi komunikasi yang telah menghamparkan jasanya bagi
kepentingan umat manusia tapa memperhatikan ras, etnis kultur, norma, jenis kelamin, dan usia.
Media komunikasi menjadi ajang rebutan antara penguasa dan masyarakat dan masyarakat penyandang
modal untuk difungsikan sesuai tingkat kepentingannya.
Hilangnya kesempatan masyarakat dalam kesertaan mengelola media massa, merupakan replika dari
hapusnya hak-hak individual dalam masalah keperdataan.
Hakikat kesertaan masyarakat dalam mengelola bidang media massa sebagai hakikat manusia untuk
mengejar cita-cita hidup yang lebih berkualitas.
Kehadiran media massa membantu manusia dalam memperluas cakrawala pandang yang melintasi batas
kemampuan indriatif.
Dalam wacana politik, maka media massa dapat dijadikan bursa ideologi untuk lebih memperluas
pengaruh.
Pemanfaatan kehadiran media massa oleh individu tidak terlepas dari karakteristik yang dimiliki
individu bersangkutan. Hal in sesuai dengan tori tentang pemahaman manusia yang melahirkan tiga
paham, yaitu materialisme, idealisme dan eksistensialisme.

23. Transaksi Produk Berpikir


Dalam lingkup alam semesta (macrocosmos), manusia merupakan suatu kesatuan, namun alam sendiri
yang menempatkan manusia dalam determinan-determinan sconatur yang berbeda. Perbedaan geonatur
mendorong manusia untuk berfikir ke tuar dari geonatur, untuk menemukan cara berhubungan dengan
manusia lain dalam goonatur yang berbeda tersebut.
Produk-produk berpikir dalam bidang teknologi komunikasi ini dilhami oleh "aliran filsafat modern" dan
aliran "pragmatisme" di Amerika Latin dan di Amerika Serikat. Pemikiran-pemikiran ini berdasar kepada
kondisi masyarakat yang senantiasa memica kepada perubahan-perubahan.
Produk berpikir teknologi seperti media elektronik dan media cetak hanyalah untuk memperluas
jaringan komunikasi yang dapat memasuki geonatur dan geokultur bangsa lain. Sehingga produk berpikir
bangsa lain mengandung tiga unsur, yaitu:
 Pendidikan
 Hiburan
 Informasi
Dengan adanya tiga unsur tersebut maka akan terjadi tukar-menukar informasi, pendidikan, dan hiburan.
Lebih dari itu, unsur-unsur tersebut di atas akan mengarah kepada untuk perjanjian antamegara yaitu
untuk saling memenuhi kepentingan dan kebutuhan negara-negara bersangkutan.
Isi komunikasi pada hakikatya merupakan produk berpikir, konsep perasaan yang diekspresikan dari
seseorang kepada orang lain. Isi komunikasi merupakan hasil final yang telah diuji dari sis kualitas dan
efektivitasnya. Pengujian isi (pesan) sebagai proses encoding yaitu proses memilih alternatif-alternatif
dan memformulasikannya ke dalam bentuk simbol-simbol menurut kapasitas penerima pesan
komunikasi.
Dalam sistem nilai (sistem kekuasaan) merupakan tolok ukur untuk mengetahui sistem nilai yang
melandasi berlangsungnya proses komunikasi.

24. Hakikat dan Orientasi Pola Pikir Etnis Kultur


Setiap etnis kultur memiliki pola-pola sika, perilaku sebagai cerminan budaya.
Wujud budaya etnis kultur terbagi ke dalam tiga wujud yaitu wujud ide-ide, nilai-nilai, dan norma-norma,
wujud aktivitas sosial serta wujud benda-benda kebudayaan.
Lingkungan geonatur memaksa manusia terbagi ke dalam geokultur yang berbeda sekaligus pola-pola
hidup yang berbeda pula.
Kualitas berpikir dan kualitas kepentingan etnis yang terus meningkat dan berkembang menyebabkan
terjadinya penggeseran pola interaksi dan pola perilaku baru dalam wujud etnis bangsa. Penggeseran
pola sika yang terjadi bukan hanya pada tingkat pemenuhan kebutuhan namun telah meningkat ke sika
mempertahankan keberadaan bangsa dan kelestarian sistem nilai.
Pola komunikasi mulai mengembangkan sifat-sifat toleransi dan kompromistis terhadap nilai-nilai luar,
sehingga proses komunikasi mengarah kepada terwujudnya transaksi-transaksi komplementer.
Sikap toleransi dan kompromistis yaitu dalam rangka mewujudkan harmonisasi dalam kehidupan etnis
bangsa.

25. Hakikat Komunikasi Antaretnis Kultur dan Etnis Bangsa


Perkembangan komunikasi akan selalu mengikuti perkembangan taraf berpikir manusia, sehingga
komunikasi dihadapkan kepada kompleksitas problem kehidupan manusia.
Oleh sebab itu, hakikat berkomunikasi bukan sekadar tukar-menukar pesan-pesan komunikasi melalui
lambang-lambang yang berorientasi ke skala kecil, namun berkomunikasi merupakan tempt menyimpan
ide bersama, memperkuat perasaan mengubah pikiran menjadi suatu perbuatan yang bermanfaat bagi
manusia.
Transaksi-transaksi komunikasi melebar ke skala nasional, regional, dan global dengan mengaitkan
berbagai kepentingan etnis-etnis bangsa yang saling menguntungkan.
Dominasi terhadap sumber-sumber komunikasi ole salah satu etnis bangsa akan mengundang tuntutan
keadilan dari etnis lain, sehingga hakikat hidup berdampingan secara harmonis akan terganggu.
Ketimpangan-ketimpangan yang terjadi pada hakikatnya telah ingkar dari mili-nilai yang terdapat dalam
alam yaitu sifat-sifat ketenteraman, keharmonisan, keseimbangan, dan keadilan.
Untuk member manfaat secara maksimal maka kebutuhan akan komunikasi harus di tata secara bijak
sesuai Tatanan Baru Dunia Komunikasi dan Informasi.

26. Hakikat Sistem Nilai dalam Proses Komunikasi Antaretnis


Dalam proses kerjanya maka filsafat komunikasi selalu mencari dan membentuk nilai-nilai kebenaran
dan keadilan yang diabadikan untuk kepentingan umat manusia.
Setiap manusia yang berada dalam etnis kultur maupun sebagai etnis bangsa akan memiliki sejumlah
nilai yang memedomani sikap perilaku pada kelangsungan hidupnya dalam lingkungan etnisnya.
Dalam lingkup etnis bangsa maka norma-norma telah diarahkan untuk mewujudkan sikap perilaku
integratif.
Hak berkomunikasi merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia. Karena itu dalam mengaktualisasikan
hak berkomunikasi tersebut selalu berlandaskan kepada ketentuan-ketentuan normatif. Hal ini
dimaksudkan agar nilai-nilai kebenaran dan keadilan sebagai akibat dari proses komunikasi dapat
diwujudkan.

27. Pengertian Homophily dan Heterophily dalam Konteks Tujuan Komunikasi


Wilbur Scramm menempatkan komunikator dan komunikan sebagai dua kesatuan yang terpisah (two
separate units) yang mengadakan dua kegiatan yang terpisah pula (two seperate acts).
Menurut Rogers yang dimaksud homophily yaitu suatu keadaan yang menunjukkan adanya persamaan
antara dua individu yang mengadakan interaksi, dalam hal kepercayaan, nilai-nilai pendidikan, status
sosial, dan lain-lain.
Kondisi homophily dapat pula ditujukan kepada masyarakat yang mash sederhana dalam kualitas
kehidupan dan struktur sosialnya. Masyarakat dalam kondisi seperti ini oleh Durkheim dikualifikasikan
ke dalam "solidaritas mekanis" atau masyarakat Gemeinschaft menurut Ferdinand Tonnies.
Heterophily berbanding terbalik dengan homophily. Pada heterophily, individu-individu manusia dalam
kualitas berbeda, baik pendidikan, starus, tingkatrujukan maupun milainitai dan pola keyakinannya.
Dalam kondisi heterophily aktivitas komunikan dibadapkan Kepada problem simbol-simbol komunikasi
vang dapat dipertukarkan dan yang dapat diferima oleh sclunah individu yang berbeda tersebut.
Homophily berdasar ideologi merupakan proses pembentukan sikap, perilako melalai proses
kescragaman persepsi untuk menerima pola kevakinan berdasar ideolog tersebut
Heterophily dapat pala disinonimkan dengan pluralistis, multietnis ata Keragaman. Terhadap
pengelolaan sumber sumber komunikasi bersifat desentralisasi
Problem heterophily selala dihadapkan Repada masalah integratif, masala kesaruan, dan persatuan atau
masalah menstrukturisasikan simbol-simbol komunik ke dalam struktur fertenta yang dapat mengayomi
simbol-simbol komunikasi var beragam.

28. Monomorphic dan Polymorpic dengan Karakteristik Simbol-simbol Komunikasi


Monomorphic dan Polymorphic merupakan produk berpikir manusia untak menentukan kualitas proses
komunikasi. Sebagai tolak ukur untuk menentukan kualitas keduanya maka baik monomorphic maupun
polymorphic harus diekspresikan melalui strukturisasi simbol-simbol komunikasi.
Proses berpikir manusia terus meningkat sesuai tingkat rujukan (referensi) yang dimilikinya. Proses
berpikir manusia terus meningkat sesuai tingkat rujukannya (referensi) yang dimilikinya. Proses berpikir
hakikatya untuk mencapai kepuasan rohaniah yang memberi dampak terhadap kualitas kehidupan
secara badaniah (material).
Wujud konkret negara adalah pemerintahan (dalam arti luas). Pada pemerintahanlah terdapat
komunikator-komunikator utama sebagai penyandang inisiatif untuk meningkatkan kualitas hidup
seluruh is negara bersangkutan. Pada tangga in produk berpikir telah bergeser ke cita-cita dan
kebijaksanaan (policy) sebagai das wollen negara.
Das wollen negara mendekatkan kepada fungi primer negara yang ideal negara, ekaligus termasuk di
dalamnya ideal komunikasi negara bersangkutan.
Transaksi dalam konteks pembangunan dapat diberi mana partisipasi aktif nasyarakat dalam melibatkan
dir untuk mempercepat proses tercapainya tujuan embangunan bag masyarakat. Atau dengan perkataan
lain transaksi-transaksi dapat iberi mana keterlibatan langsung antara komunikan dalam memberikan
reaksi rhadap simbol-simbol komunikasi yang ditrasnformasikan komunikator.

29. Hakikat Integritas Mental, Pola Pikir ke dalam Pola Keyakinan, dan Karakteristik Simbol-simbol
Komunikasi
Integritas mental dan pola pikir harus diartikan sebagai suatu tanggung jawab terhadap keberadaan etnis
bangsa dalam lingkup geo natur secara utuh. Transaksi-transaksi komunikasi tidak lagi berada dalam
lingkaran etnis kultur, namun telah melintas batas wilayah etnis kultur memasuki kultur etnis lain.
Integritas mental dan pola pikir akan meniadi faktor pembeda terhadap pola-pola Keyakinan di luar etnis
bangsa (eris bangsa lain). Karakter ini akan tampak di Kala berlangsung transaksi komunikasi antareinis
bangsa (antarbangsa, antarnegara) karena setiap etnis bangsa memiliki moral nasional sebagai unsur
terwujudnya moral internasional.
Simbol mempersonifikasikan sesuatu yang ada pada pikiran dan perasaan manusia. Simbol dapat
melukiskan, menjelaskan, mempertegas tentang cita-cita ideal dalam kehendak yang ada pada diri
manusia.
Kemajuan yang dicapai manusia pada hakikatya adalah produk transformasi simbol-simbol dalam
frekuensitinggi. Secara filosofi simbol-simbol hadir bersama-sama dengan keberadaan umat manusia.
Pengenalan terhadap simbol-simbol berlangsung dalam suatu proses relatif lama, berawal dari
pengenalan simbol yang sangat sederhana sampai kepada sifat-sifat yang kompleks dan rumit. Oleh
karena itu, simbol selalu berimpit dengan tingkat peradaban manusia.
Simbol verbal lebih bersifat ekspresif namun bagi individu yang berbeda pada tingkat penginderaan skup
kecil dan terbatas maka simbol verbal berada dalam kualitas abstrak.
Non verbal yaitu lambang-lambang yang digunakan untuk menyamakan persepsi antar orang yang
sedang berkomunikasi yaitu untuk lebih mempertegas lambang-lambang komunikasi yang menggunakan
verbal. Simbol nonverbal pada dasarya jarang digunakan bahkan banyak ditinggalkan kecuali nonverbal
yang berupa gambar-gambar atau foto-foto untuk digunakan sebagai data untuk membentuk transaksi
antarkultur yang berbeda yang bersifat nonverbal pada dasamya bersifat informatif.
Pelestarian sistem nilai mengandung makna sebagai proses transformasi nilai-nilai yang dikemas dalam
seperangkat simbol-simbol komunikasi dari datu generasi ke generasi selanjutnya secara
berkesinambungan.
Proses transformasi nilai-nilai mengandung makna pula memproyeksikan pola keyakinan atau
kepercayaan yang berlangsung dalam kenyataan empirik ke abstraksi ambang masa depan.

Anda mungkin juga menyukai