1. Pengertian Filsafat
Filsafat harus didekati dan dipahami secara sungguh sungguh apabila Anda ingin memperoleh pengertian
filsafat dan bagaimana berfilsafat. Secara etimologis, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosopia
yang berarti cinta akan kebijaksanaan/ kearifan. Kata philosophia pertama kali dipergunakan oleh
Pythagoras.
Pengertian filsafat dapat dibedakan:
Filsafat sebagai suatu sika dan pandangan hidup
Filsafat sebagai suatu metode.
Filsafat sebagai kumpulan persoalan.
Filsafat merupakan sistem pemikiran.
Filsafat merupakan analisis logis.
Filsafat merupakan suatu usaha untuk memperoleh pandangan secara menyeluruh.
Filsafat, merupakan suatu bentuk pemikiran manusia mengenai segala sesuatu dengan meninjau sebab-
sebabnya yang terdalam dengan menggunakan kekuatan akal manusia sendiri. Hal yang dicari ole filsafat
adalah hakikat dari segala sesuatu tersebut.
2. Teori-teori Filsafat
Untuk berbicara secara lengkap tentang teori-teori filsafat memerlukan waktu yang banyak, karena itulah
Anda seyogianya membaca buku-buku tentang filsafat apabila Anda memiliki hasrat untuk menggeluti
persoalan filsafat lebih lanjut.
Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, sebagian tokoh yang mewakili masa Pra - Sokrates adalah Thales sebagai
filsuf pertama yang mencari arkhe dari alam semesta. Herakleitos mengemukakan teorinya, bahwa segala
sesuatu di alam semesta ini adalah mengalami perubahan. Namun sebaliknya, Parmenides menganggap
bahwa segala sesuatu di alam semesta in adalah tetap.
Sedangkan Sokrates adalah sosok filsuf yang dengan gigih mempertahankan kebenarannya, sampai akhir
hidupnya dengan rela minum racun sebagai dakwaan terhadap dirinya. Ajaran Sokrates diteruskan ole
muridnya yaitu Plato. Plato mengajarkan teorinya tentang dua dunia, yaitu dunia Ide yang sifatnya tetap
dan dunia konkret yang sifatnya berubah.
Teori-teori filsafat memuncak pada pemikiran Aristoteles, karena pada masa itu pemikiran Aristoteles
telah secara sistematis tertuang dalam karya karyanya, yaitu:
Logika.
Filsafat Alam.
Psikologi.
Biologi.
Metafisika.
Etika.
Politik dan Ekonomi.
Retorika dan Poetika.
Untuk melengkapi teori-teori Yunani, Anda dapat membandingkan pemikiran tentang pengetahuan dari
filsuf Islam, yaitu Al Kindi. Al Kindi membagi pengetahuan menjadi pengetahuan Ilahi dan pengetahuan
Manusiawi.
3. Mazhab-mazhab Filsafat
Pengertian mazhab dalam filsafat dimaksudkan sebagai golongan pemikir yang sepaham dalam teori,
ajaran, atau aliran yang kemudian dikuti oleh manusia lain sebagai
pengikutnya dan berusaha untuk memajukan teori atau ajaran dalam mazhab tersebut.
Sebagian mazhab pada zaman Yunani dan abad pertengahan dapat Anda pelajari
pada teori-teori filsafat. Sedangkan dalam kegiatan belajar 3 ini dapat Anda pelajari
beberapa mazhab beserta tokoh yang memajukannya, yaitu:
Rasionalisme, tokohnya Rene Descartes.
Empirisme, tokohnya Thomas Hobbes dan John Locke.
Idealisme, tokohnya Leibniz dan GWF Hegel.
Positivitisme, tokohnya August Comte.
Pragmatisme, tokohnya John Dewey.
Fenomenologi, tokohnya Edmund Husserl.
Eksistensialisme, tokohnya Jean Paul Sartre.
Diskusi 2
Etika komunikasi adalah seperangkat nilai, norma, dan prinsip moral yang berlaku dalam interaksi
komunikasi manusia. Etika komunikasi bertujuan untuk mempromosikan perilaku komunikasi yang
positif, adil, dan bertanggung jawab. Beberapa prinsip etika komunikasi yang umum dikenal adalah
kejujuran, integritas, rasa hormat, kerahasiaan, dan tanggung jawab sosial.
Salah satu isu yang bertentangan dengan etika komunikasi adalah manipulasi informasi atau
disinformasi. Manipulasi informasi dapat merugikan pihak lain dan menyebarkan informasi yang tidak
benar, sedangkan disinformasi merupakan informasi yang disengaja dikabarkan untuk tujuan tertentu.
Kedua hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada hubungan sosial, politik, dan ekonomi.
Manipulasi dan disinformasi biasanya dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk
memperoleh keuntungan atau kekuasaan. Hal ini dapat dilihat dalam politik, di mana seringkali terdapat
berita palsu atau propaganda yang disebarkan untuk mempengaruhi pendapat publik. Manipulasi dan
disinformasi juga dapat ditemukan dalam iklan dan pemasaran, di mana informasi yang diberikan tidak
selalu akurat atau jujur.
Untuk menghindari manipulasi dan disinformasi, kita perlu mengembangkan kemampuan kritis dalam
mengevaluasi informasi yang kita terima. Kita juga perlu memperhatikan sumber informasi yang kita
gunakan, serta memeriksa kebenaran informasi sebelum mempercayainya atau menyebarkannya kepada
orang lain.
Sumber referensi:
Mattson, M. (2015). Communication Ethics Today. Polity Press.
Cheney, G., & Christensen, L. T. (2011). Handbook of communication ethics. Routledge.
7. Pengertian Etika
Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan menyelidiki gejala-gejala yang timbul
dalam diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun sebagai anggota masyarakat. Objek etika
adalah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan kesadaran penuh (implisit hati dan ucapan) ditinjau
dari sudut baik dan buruk, benar dan salah.
Etika sering diidentikkan dengan ajaran moral. Padahal sesungguhnya keduanya dapat dibedakan dalam
penggunaannya. Etika lebih ditujukan pada suatu sistem pengkajian, sedangkan moral lebih ditujukan
kepada sesuatu yang dikaji atau tingkah laku perbuatan itu sendiri.
Menurut Kattsoff, ragam definisi etika ditinjau dari pengertiannya ada tiga, etika deskriptif, etika
normatif, dan etika kefilsafatan.
Diskusi 3:
Konsep manusia sebagai pelaku komunikasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk
menghasilkan, mengirimkan, dan menerima pesan atau informasi secara verbal atau non-verbal dengan
tujuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Menurut Aristoteles, manusia
adalah makhluk sosial yang secara alamiah membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan orang lain
untuk dapat hidup secara bermakna.
Salah satu contoh kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia adalah dalam membangun hubungan
interpersonal yang sehat dan efektif. Dalam bukunya yang berjudul "Interpersonal Communication:
Relating to Others", Steven A. Beebe dan Susan J. Beebe (2019) menyatakan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang melibatkan minimal dua orang yang
saling mempengaruhi dalam konteks yang saling mempengaruhi. Melalui komunikasi interpersonal yang
efektif, manusia dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain, meningkatkan keterbukaan
dan kepercayaan, serta menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan kooperatif.
Referensi:
BMP SKOM4323
Beebe, S. A., & Beebe, S. J. (2019). Interpersonal Communication: Relating to Others. Pearson.
8. Mazhab-mazhab Etika
Etika selalu berhubungan dengan hal-hal yang baik dan buruk, antara hal-hal yang tau tidak susila,
ataupun antara hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang oich dilakukan. Benarkah ada nilai-nilai
etika yang sifatnya universal, objektif, laku umum tanpa menuntut suatu syarat apapun? Di sinilah timbul
permasalahan etika dalam menetapkan nilai-nilai dasarya.
Permasalahan tersebut mengakibatkan munculnya berbagai mazhab dalam etika yang mencoba
menjawab permasalahan apa sebenarnya perilaku yang baik itu. Mazhab-mazhab tersebut di antaranya:
1. Egoisme
a. Hedonisme.
b. Eudaemonisme.
2. Deontologisme
a. Deontologisme tindakan.
b. Deontologisme peraturan.
3. Utilitarianisme
a. Utilitarianisme tindakan.
b. Utilitarianisme peraturan.
4. Theonom
a. Teori theonom murni.
b. Teori hukum kodrat.
Diskusi 4:
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Media komunikasi memang telah membawa dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia, baik itu
dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun profesional. Kehadiran media komunikasi memungkinkan
manusia untuk berkomunikasi dengan lebih mudah dan cepat dari jarak yang jauh, memungkinkan untuk
tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan rekan bisnis dari seluruh dunia.
Namun, kehadiran media komunikasi juga membawa dampak negatif, seperti kecanduan dan isolasi
sosial, informasi yang tidak valid atau bahkan palsu, dan kehilangan keterampilan interpersonal.
Istilah "era digital 5.0" merupakan sebuah konsep yang diusulkan oleh Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Eng.
Beliau menyatakan bahwa era digital 5.0 adalah lanjutan dari era digital 4.0 yang lebih menitikberatkan
pada keterkaitan antara teknologi digital dengan kehidupan sosial manusia.
Dalam era digital 5.0, teknologi digital menjadi semakin terintegrasi dalam kehidupan sosial manusia dan
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh, kehadiran media sosial
dan teknologi Big Data membuat masyarakat semakin mudah untuk berkomunikasi, berbagi informasi,
dan membuat keputusan yang lebih baik.
Namun, terdapat juga beberapa tantangan dalam era digital 5.0 yang harus diatasi. Salah satunya adalah
gap digital atau kesenjangan digital yang terjadi antara mereka yang memiliki akses ke teknologi digital
dan mereka yang tidak memiliki akses. Tantangan lainnya adalah masalah privasi dan keamanan data
yang semakin penting dalam era digital 5.0.
Hal ini membawa implikasi etis dan moral dalam penggunaan media komunikasi, seperti privasi dan
keamanan data, cyberbullying, dan dampak psikologis pengguna. Sebagai pengguna media komunikasi,
kita perlu memahami etika dan tanggung jawab dalam penggunaan media komunikasi.
Menurut Immanuel Kant, etika adalah tentang tindakan manusia yang didasarkan pada kewajiban moral
dan niat yang baik. Oleh karena itu, sebagai pengguna media komunikasi, kita harus bertanggung jawab
dan beretika dalam menggunakan media komunikasi, serta mempertimbangkan dampak sosial dari
penggunaan media tersebut.
Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Binus University Malang. (2021). The Gap Between 4.0 Era and Social Digital 5.0. Diakses dari
https://binus.ac.id/malang/2021/11/the-gap-between-4-0-era-and-social-digital-5-0/
Kant, I. (1998). Groundwork of the metaphysics of morals. Cambridge University Press.
13. Arti, Fungsi, dan Hakikat Media sebagai Penunjang Kegiatan Komunikasi
Media komunikasi merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan. Media dapat berupa alat seperti majalah, surat kabar, radio, televisi, telegram, teleks, surat,
e-mail, komputer dan lain-lain. Selain itu media juga dapat berupa non alat yaitu lambang verbal dan non-
verbal termasuk kondisi personal dan situasional, lingkungan yang mendukung terjadinya komunikasi.
Fungsi media komunikasi adalah untuk memperluas jangkauan komunikasi antarmanusia dan
memperbesar kemampuan untuk menjalin hubungan komunikasi antara manusia. Media komunikasi
juga berfungsi untuk menyediakan dan menyimpan dan mendistribusikan pesan-pesan komunikasi.
Media komunikasi merupakan sarana penting bagi kehidupan manusia. Dengan adanya media, manusia
dapat melakukan kegiatan komunikasi bahkan menembus ruang dan waktu.
Diskusi 5
Pada dasarnya, ideal komunikasi dalam dimensi sistem terbagi menjadi empat, yaitu sistem
authoritarianisme, sistem libertarianisme, sistem komunis, dan sistem tanggung jawab sosial. Setiap
sistem memiliki karakteristik yang berbeda dalam hal pengaturan, kontrol, dan kebebasan dalam
berkomunikasi.
Sistem authoritarianisme memiliki ciri-ciri pemerintah atau pemimpin yang sangat kuat dan membatasi
kebebasan individu dalam berkomunikasi. Pada sistem ini, media diatur dan diawasi secara ketat oleh
pemerintah, sehingga cenderung menjadi alat propaganda. Contoh negara yang menerapkan sistem ini
adalah Korea Utara.
Sistem libertarianisme, sebaliknya, cenderung memberikan kebebasan yang sangat besar dalam
berkomunikasi dan media diatur oleh pasar. Namun, dalam sistem ini, media cenderung diisi oleh pemilik
modal yang memiliki kepentingan bisnis, sehingga tidak selalu dapat memberikan informasi yang benar
dan objektif. Contoh negara yang menerapkan sistem ini adalah Amerika Serikat.
Sistem komunis memiliki ciri-ciri pengendalian negara yang kuat terhadap media dan informasi yang
beredar, sehingga cenderung terjadi pembatasan kebebasan berbicara dan berpendapat. Tujuan dari
sistem ini adalah memperkuat solidaritas dan kesetaraan sosial. Contoh negara yang menerapkan sistem
ini adalah Tiongkok.
Sistem tanggung jawab sosial, sebaliknya, memberikan kebebasan dalam berkomunikasi dan media
diatur oleh undang-undang dan etika jurnalistik yang menekankan pada kebenaran, keadilan, dan
kemanusiaan. Sistem ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, kritis, dan bertanggung
jawab. Contoh negara yang menerapkan sistem ini adalah Jepang dan Finlandia.
Namun, dalam konteks Indonesia saat ini, sistem tanggung jawab sosial dalam media masih belum
sepenuhnya diterapkan. Terdapat masih banyak pelanggaran etika jurnalistik yang dilakukan oleh media,
seperti menyajikan informasi yang tidak benar dan terlalu bersifat sensasional, tidak menghargai privasi
individu, dan menyebarkan ujaran kebencian. Selain itu, ada pula kendala-kendala dalam kebebasan
berbicara dan berpendapat, terutama terkait dengan kasus-kasus penangkapan aktivis dan jurnalis yang
dianggap mengkritik pemerintah.
Sumber Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Fakhrudin Anwar, dkk. (2019). Filsafat Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Eko Prasetyo (2018). Etika Komunikasi Media: Memahami, Mengelola, dan Menerapkan Etika
Komunikasi dalam Dunia Jurnalistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Diskusi 6
Terima kasih atas pertanyaan yang menarik, Tutor. Menurut saya, kekuasaan memiliki potensi besar
untuk mempengaruhi hakikat demokratisasi komunikasi karena adanya ketidakseimbangan kekuasaan
yang terjadi di antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Ketika satu kelompok atau individu memiliki kekuasaan yang lebih besar daripada yang lain, mereka
dapat memanipulasi informasi dan kontrol terhadap cara informasi tersebut disebarkan ke publik.
Sebagai contoh, sebuah pemerintahan otoriter yang memiliki kontrol penuh atas media massa dapat
membatasi akses dan menyensor berita yang tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Contoh lain adalah media sosial yang memiliki kekuatan besar dalam menyebarkan informasi. Namun,
ketika platform tersebut dimiliki oleh perusahaan besar dengan kepentingan ekonomi, mereka dapat
membatasi algoritma untuk menampilkan konten tertentu atau menghapus konten yang dianggap tidak
sesuai dengan kebijakan mereka. Ini dapat mempengaruhi hakikat demokratisasi komunikasi dengan
mengurangi kebebasan berbicara dan membatasi akses ke informasi yang benar-benar diperlukan untuk
membangun opini publik yang sehat.
Dalam buku "The Structural Transformation of the Public Sphere", Jurgen Habermas berpendapat bahwa
media massa yang independen dan bebas dari kepentingan politik atau ekonomi adalah kunci bagi
terwujudnya demokrasi komunikasi yang sehat.
Namun, bukan berarti kekuasaan selalu berdampak negatif pada demokratisasi komunikasi. Kekuasaan
juga dapat digunakan untuk memperkuat partisipasi publik dalam proses pengambilan keputusan dan
memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi. Sebagai contoh, pemerintah dapat memberikan
akses terhadap data publik dan mengembangkan teknologi untuk memperkuat partisipasi publik dalam
proses pengambilan keputusan.
Seperti dalam buku "The Power of Public Participation: Mobilizing Knowledge and Action for the
Common Good" karya Mary Johnstone-Louis dan Suneeta Kaimal. Mereka menjelaskan bahwa partisipasi
publik dapat membantu memperkuat demokrasi komunikasi dengan memberikan akses yang lebih luas
terhadap informasi dan membangun kesadaran masyarakat tentang isu-isu publik yang relevan.
Dalam kesimpulannya, kekuasaan memiliki potensi besar untuk mempengaruhi hakikat demokratisasi
komunikasi. Namun, kekuasaan tidak selalu berdampak negatif pada demokrasi komunikasi, dan dapat
digunakan untuk memperkuat partisipasi publik dan memberikan akses yang lebih luas terhadap
informasi.
Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Habermas, J. (1991). The Structural Transformation of the Public Sphere: An Inquiry into a Category of
Bourgeois Society. MIT Press.
Johnstone-Louis, M., & Kaimal, S. (2018). The Power of Public Participation: Mobilizing Knowledge and
Action for the Common Good. Edward Elgar Publishing.
15. Media Komunikasi dan Kehidupan Manusia
Perkembangan media komunikasi telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia. Hubungan
komunikasi antarmanusia menjadi demikian luas hampir tak terbatas. Perkembangan media komunikasi
telah mengubah cara-cara pengumpulan, pengolahan, dan pendistribusian pesan-pesan komunikasi atau
informasi. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membuat media
komunikasi berubah kegunaannya dalam kehidupan manusia, seperti televisi yang sedianya untuk
hiburan menjadi toko serba ada dan lain-lain. Bertambahnya media komunikasi menyebabkan
bertambahnya jumlah pesan komunikasi/informasi yang harus disalurkan.
Begitu banyaknya informasi yang datang yang tidak dapat dipilih dan dimaknai oleh komunikan karena
terbatasnya kemampuan untuk itu, sehingga menimbulkan peluberan informasi. Pesan-pesan
komunikasi atau informasi yang kita terima dari berbagai media terutama media massa telah diolah
sedemikian rupa, telah dimaknai sedemikian rupa sehingga kemungkinan komunikan kehilangan
kesempatan untuk menafsirkan informasi tampa interupsi. Keperkasaan media komunikasi terutama
media massa dalam membentuk persepsi diperkuat dengan tori agenda setting, yang menjelaskan bahwa
media massa mempengaruhi persepsi komunikan tentang apa yang dianggap penting. Berlainan dengan
teori ini, pendekatan "uses and gratification" menjelaskan bahwa komunikan secara aktif memilih dan
menggunakan media komunikasi untuk memuaskan kebutuhannya.
Diskusi 7
Terima kasih atas pertanyaannya, Tutor.
Dalam memahami keseragaman etnis kultur, sikap yang seharusnya kita lakukan adalah:
Sikap Terbuka: Penting bagi kita untuk memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan etnis dan kultur.
Ini berarti kita harus bersedia mengakui dan menerima bahwa setiap kelompok etnis memiliki ciri khas
dan keunikan sendiri dalam budaya dan tradisi mereka. Sikap terbuka memungkinkan kita untuk
menghindari prasangka atau stereotip yang dapat menghambat pemahaman yang mendalam tentang
keseragaman etnis kultur. Contoh kasusnya adalah ketika kita berinteraksi dengan anggota kelompok
etnis yang berbeda, kita harus menghargai dan mempelajari nilai-nilai, kepercayaan, dan adat istiadat
yang mungkin berbeda dengan kelompok kita sendiri.
Empati: Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan serta perspektif orang
lain. Dalam konteks keseragaman etnis kultur, kita perlu memiliki empati terhadap pengalaman dan
sudut pandang kelompok etnis lain. Ini akan membantu kita membangun ikatan yang lebih baik dengan
mereka, mendorong dialog yang saling menguntungkan, dan menghindari konflik yang tidak perlu.
Contoh kasusnya adalah ketika seorang mahasiswa dari kelompok etnis tertentu berbagi pengalaman
atau masalah yang berkaitan dengan budaya dan tradisi mereka, kita harus berusaha untuk memahami
perspektif mereka dan menunjukkan empati dalam meresponsnya.
Menghargai Keberagaman: Menghargai keberagaman berarti mengakui dan menghormati nilai-nilai,
keyakinan, dan praktik-praktik budaya yang berbeda. Kita harus menghindari sikap superioritas atau
merendahkan kelompok etnis lain karena perbedaan mereka. Dalam konteks komunikasi, menghargai
keberagaman berarti memberikan kesempatan yang adil kepada setiap kelompok etnis untuk berbicara,
berbagi pandangan, dan berkontribusi dalam diskusi. Contoh kasusnya adalah ketika kita berada dalam
diskusi kelompok yang terdiri dari anggota etnis yang berbeda, kita harus memastikan bahwa setiap
orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbicara dan bahwa pendapat mereka dihormati tanpa
mengesampingkan latar belakang budaya mereka.
Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
Eunson, B. (2017). Communicating in the 21st Century (edisi ke 4). John Wiley & Sons.
Samovar, L. A., Porter, R. E., & McDaniel, E. R. (2017). Communication Between Cultures (edisi ke 9).
Cengage Learning.
Diskusi 8
Referensi:
Sumarno. (2013). SKOM4323 – Filsafat dan Etika Komunikasi (Edisi 2). Jakarta: Universitas Terbuka.
McPherson, M., Smith-Lovin, L., & Cook, J. M. (2001). Birds of a feather: Homophily in social networks.
Annual review of sociology, 27(1), 415-444.
29. Hakikat Integritas Mental, Pola Pikir ke dalam Pola Keyakinan, dan Karakteristik Simbol-simbol
Komunikasi
Integritas mental dan pola pikir harus diartikan sebagai suatu tanggung jawab terhadap keberadaan etnis
bangsa dalam lingkup geo natur secara utuh. Transaksi-transaksi komunikasi tidak lagi berada dalam
lingkaran etnis kultur, namun telah melintas batas wilayah etnis kultur memasuki kultur etnis lain.
Integritas mental dan pola pikir akan meniadi faktor pembeda terhadap pola-pola Keyakinan di luar etnis
bangsa (eris bangsa lain). Karakter ini akan tampak di Kala berlangsung transaksi komunikasi antareinis
bangsa (antarbangsa, antarnegara) karena setiap etnis bangsa memiliki moral nasional sebagai unsur
terwujudnya moral internasional.
Simbol mempersonifikasikan sesuatu yang ada pada pikiran dan perasaan manusia. Simbol dapat
melukiskan, menjelaskan, mempertegas tentang cita-cita ideal dalam kehendak yang ada pada diri
manusia.
Kemajuan yang dicapai manusia pada hakikatya adalah produk transformasi simbol-simbol dalam
frekuensitinggi. Secara filosofi simbol-simbol hadir bersama-sama dengan keberadaan umat manusia.
Pengenalan terhadap simbol-simbol berlangsung dalam suatu proses relatif lama, berawal dari
pengenalan simbol yang sangat sederhana sampai kepada sifat-sifat yang kompleks dan rumit. Oleh
karena itu, simbol selalu berimpit dengan tingkat peradaban manusia.
Simbol verbal lebih bersifat ekspresif namun bagi individu yang berbeda pada tingkat penginderaan skup
kecil dan terbatas maka simbol verbal berada dalam kualitas abstrak.
Non verbal yaitu lambang-lambang yang digunakan untuk menyamakan persepsi antar orang yang
sedang berkomunikasi yaitu untuk lebih mempertegas lambang-lambang komunikasi yang menggunakan
verbal. Simbol nonverbal pada dasarya jarang digunakan bahkan banyak ditinggalkan kecuali nonverbal
yang berupa gambar-gambar atau foto-foto untuk digunakan sebagai data untuk membentuk transaksi
antarkultur yang berbeda yang bersifat nonverbal pada dasamya bersifat informatif.
Pelestarian sistem nilai mengandung makna sebagai proses transformasi nilai-nilai yang dikemas dalam
seperangkat simbol-simbol komunikasi dari datu generasi ke generasi selanjutnya secara
berkesinambungan.
Proses transformasi nilai-nilai mengandung makna pula memproyeksikan pola keyakinan atau
kepercayaan yang berlangsung dalam kenyataan empirik ke abstraksi ambang masa depan.