Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FILSAFAT KOMUNIKASI

OLEH

GIANCINTA M. BERNADETHA 1803050002

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
1. Judul Buku : FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI

Pengarang : H. Aang Ridwan, M.Ag

Bab 1 mengenai studi awal tentang filsafat. Faktor timbulnya pemikiran filsafat. Menurut
Rinjin yang menulis buku pengantar filsafat ilmu dan ilmu sosial dasar yang penulis kemukakan
pendapatnya yaitu filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan
aporia. Yang di maksud akal budi yaitu kemampuan manusia dalam bersuara bisa berkembang
menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi,sehingga manusia di sebut sebagai homo
loquens dan animal symbolic. Thauma sendiri yaitu rasa kagum yang dimiliki manusia pada apa
yang diciptikan Sang Maha Pencipta. Sedangkan aporia yaitu masalah yang dihadapi manusia,
itulah ketiga faktor yang mempengaruhi timbulnya filsafat dan ilmu. Pengertian filsafat secara
garis besar dalam buku ini pengertian filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab yang
sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu yang berdasarkan pikiran dan rasio. Dalam pengertian
filsafat ini penulis juga menuliskan ciri-ciri berpikir filosofis, manfaat filsafat dalam kehidupan,
persoalan yang ingin di pecahkan oleh filsafat dan persoalan umum yang disebut filsafat
(metafisika, aksiologi,epistemologi).

Objek materi filsafat yaitu segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat (hakikat Tuhan,
hakikat alam, dan hakikat manusia). Lalu objek forma filsafat ialah mencari keterangan secara
radikal (sedalam-dalamnya sampai ke akar) tentang objek materi filsafat. Cabang-cabang filsafat
dalam buku ini terdapat sebelas cabang, dan ciri-ciri filsafat diantaranya metodis, sistematis,
koheren, rasional, komprehensif, radikal, universal. Perkembangan filsafat pada abad
pertengahan yang menggambarkan zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun
bangsa yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini di sebut filsafat skolastik yang di bagi
menjadi tiga bagian yaitu, filsafat skolastik pada abad pertengahan (476-1492) di sebut juga
sebagai “abad gelap”, masa awal skolastik di masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad
pertengahan, dan masa keemasan skolastik pada abad ke-13. Adapun dalam buku ini juga di
sebutkan pada abad pertengahan perkembangan filsafat terbagi dua yaitu skolastik dan patristik.

Teori tentang pengetahuan yang kemudian penulis menguraikan pentingnya pengetahuan


bagi mausia yang mendapat sumber dan alat pengetetahuan yang telah diberikan Tuhan
seperti,alam fisik,alam akal,dan analogi. Dasar-dasar pengetahuan baik di sebabkan bahasa
maupun kemampuan berpikir lalu berlanjut pada tingkatan dalam pengetahuan. Dalam
pengetahuan terbagi tiga yaitu pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, pengetahuan fillosofis,
pengetahuan teologis. Kebenaran prespektif filsafat, penulis tidak hanya asal dalam memberi
penjelasan, penulis juga menjabarkan teori-teori kebenaran yang terdapat 7 macam teori
kebenaran yaitu, teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatis, teori kebenaran
berdasarkan arti, teori kebenaran sintakis, teori kebenaran logik, dan teori kebenaran spiritual.
Kebenaran dalam filsafat ilmu dibedakan menjadi tiga diantaranya, yang berkaitan dengan
kualitas ilmu, yang berkaitan dengan sifat atau karakteristik,dan yang berkaitan atas
ketergantungan. Yang terakhir adalah hakikat fakta dan kebenaran. Fakta adalah kenyataan
konkret yang dapat di tangkap pancaindra dan dapat diketahui kebenarannya. Sedangkan
kebenaran merupakan hubungan tertentu antara kepercayaan dan suatu fakta atau lebih di luar
kepercayaan.

Selanjutnya bab 2 sejarah komunikasi. Retorika sejarah awalnya komunikasi, untuk


pertama kalinya, uraian retorika dimunculkan oleh orang syracuse, sebuah koloni Yunani di
Pulau Sicilia. Definisi retorika itu sendiri ialah seni berkomunikasi secara lisan yang dilakukan
oleh seorang kepada sejumlah orang secara langsung bertatap muka. Istilah retorika juga sering
di samakan dengan istilah pidato. Tujuan retorika adalah persuasi, yaitu keyakinan terhadap
kebenaran gagasan hal yang di bicarakan pembicara. Fungsi retorika ialah membimbing penutur
dalam mengambil keputusan, membimbing penutur secara lebih baik lebih baik memahami
masalah kejiwaan, membimbing penutur menemukan ulasan yang baik, dan membimbing
penutur mempertahankan diri serta mempertahankan kebenaran dengan alasan yang masuk akal.
Metode retorika diantaranya, pendahuluan, latar belakang, isi, dan kesimpulan. Dalam retorika
juga terdapat beberapa etika retorika yang diantaranya: memerhatikan kondisi keadaan tertentu,
memerhatikan standar benar tidaknya di tentukan hukum, memerhatikan etika nilai adat istiadat,
memerhatikan alasan logis atau fakta, dan memiliki kekuatan dalil atau nash.

Sejarah perkembangan retorika di mulai dari retorika zaman Romawi dengan tokoh yang
terkenal dalam ilmu retorika adalah Cato Senior (234-149). Retorika abad pertengahan,
sepanjang abad pertengahan, ilmu retorika pada umumnya dikembangkan dan di majukan di
dalam biara-biara dalam bentuk berkhotbah. Retorika masa modern, aliran pertama retorika
dalam masa modern , yang menekankan proses psikologis,di kenal sebagai aliran epistemologis.
Pengembangan retorika di negara maju seperti Prancis,sesudah revollusi Prancis, ilmu retorika
mulai meluas dan tersebar juga diantara kaum awam; Inggris, orang Inggris mempelajari ilmu
retorika secara sistematis dan mengembangkannya dengan karakter sendiri, di Inggris sendiri
terdapat tahapan atau fase kejayaan ilmu retorika yang terkenal diantaranya masa kejayaan Ratu
Elisabet, selama revolusi Puritanis, masa jaya antara abad ke-17 dan kke-19, masa kejayaan
Victoria, abad dua puluh; Amerika Serikat, retorika di negara ini mengalami beberapa tahap
perkembangan diantaranya, pada masa awal, selama perang saudar (1861-1865), abad ke-19 dan
ke-20; Jerman, sesudah kaum Nazi pada taun 1933 mengambi allih pucuk pemerintahan,retorika
dijadikan wadah untuk menanamkan pengaruh di antara rakyat Jerman. Penulis juga
menyebutkan tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam perkembangan retorika dari masa ke
masa. Dinamika perkembangan komunikasi yang diantaranya, komponen komunikasi, proses
komunikasi, bentuk komunikasi, komunikasi masssa, komunikasi medio, sifat komunikasi,
metode komunikasi, teknik komunikasi, tujuan komunikasi, fungsi komunikasi, model
komunikasi, dan bidang komunikasi. Semua itu penulis mendetailkannya dalam tabel jadi mudah
pembaca pahami.

Bab 3 membahas filsafat komunikasi. Hakikat komunikasi dalam filsafat yang banyak
definisi-definisi yang di ambil oleh penulis dari berbagai sumber dan berbagai imuwan dan
setiap definisi mempunyai penekanan dan konteks yang berbeda satu sama lain. Pada akhirnnya
definisi komunikasi secara umum adalah proses pembentukkan, penyampaian, penerimaan, dan
pengelohaan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan/atau di antara dua atau lebih dengan
tujuan tertentu. Hal-hal yang membedakan makna komunikasi seperti,komunikasi sebagai proses
sosial, hal ini terjadi karena menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan politik
dari kehidupan manusia. Komunikasi sebagai peristiwa, dalam hal ini komunikasi merupakan
gejala yang dipahami dari sudut bentuk dan sifat tetrjadinya. Komunikasi sebagai ilmu, dalam
hal ini struktur ilmu pengetahuan meliputu aspek aksiologi, epistomologi, dan ontologi.
Komunikasi sebagai keterampilan, komunikasi dipandang skill yang oleh individu dipergunakan
untuk melakukan profesi komunikasi.

Proses komunikasi, dari definisi komunikasi yang beragam terdapat bebera kesamaan
konseptual,antara lain komunikasi adalah sebuah proses, komunikasi merupakan proses
transaksional, komunikasi merupakan sebuah simbolik. Lalu proses komunikasi itu sendiri
terbagi kedalam dua bagian yaitu, proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi
secara sekunder. Komunikasi secara primer yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.
Komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seorang kepada orang lain
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai
media pertama.

Hakikat filsafat komunikasi, filsafat komunikasi adalah disiplin ilmu yang menelah
pemahaman secara fundamental, metodologis. Sistematis, analisis, kristis, dan holistis mengenai
teori dan proses komunikasiyang meliputi beberapa dimensi dan berdasarkan bidang,sifat,
tatanan, tujuan, fungsi, teknik, dan metode komunkasi. Di sini penulis menuliskan beberapa
pendapat para ahli yang salah satunya Lanigan yang menuliskan bahwasannya filsafat sebagai
suatu di siplilln,biasanya dikattegorikan menjadi subbidang utama,terutama bberkaitan dengan
pertanyaan pokok seperti, what do I know?, how do I know it?, am I sure?, am I right?.
Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui berbagai disiplin, di antaranya adalah studi terhadap
metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika. Pikiran sebagai isi pesan komunikasi, dalam
filsafat komunikasi masalah berpikir sebagai fungsi komunikator ini perlu di telaah secara
mendalam, setidak-tidaknya mengenai dua hal, yakni intensitas berpikir dan sistematika berpikir.
Penulis menguraikan mengenai intensitas berpikir, berpikir sensitivo-rasional, dan berpikir
metarasional. Sistematika berpikir, efektif-tidaknya komunikasi tergantung pada pesan, dan
pesan tergantung pada isi pesan, yaitu pikiran, dan pada akhirnya bergantung pada komunikator
yang menyusun pikiran itu. Ada beberapa sistematis berpikiiri, yaitu berpikir deduktif, berpikir
induktif, berpikir memecahkan masalah, berpikir kausatif, berpikir kreatif, dan berpikir filsafati.
Poin terakhir mengenai simbol sebagai syarat komunikasi, pengirim isyarat dapat berupa
seseorang yang berusaha menyampaikan niat kepada orang lain. Niat atau maksud disampaikan
dalam simbol-simbol. Simbol komunikasi yang penting adalah kata-kata, tindakan, gambar, dan
angka.

Bab 4 membahas tentang epistemologi komunikasi, dari segi epistemologi, yatu meliputi
aspek normatif mencapai kesahihan perolehan pengetahuan secara ilmiiah, di samping aspek
prosedural,metode dan teknik dalam memperoleh data empires. Sejarah epistemologi,
epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan. Mengikuti masa-masa
renaisans, terdapat dua epistemologikal utama yang posisinya mendominasi filsafat, yaitu
empirisisme dan rasionalisme. Refleksi epistemologi dalam komunikasi, dalam penguraian di
buku ini dapat di simpulkan tentang refleksi epistemologi forma peneorisasian fenomena
komunikasi mengidentifikasikan bahwa sangatlah rumit untuk bisa memahami eksistensi suatu
teori komunikasi dengan baik. Dilihat dari sejarah filsafat, perhatian terhadap fenomena
komunikasi dalam rangka menjadikannya sebagai bagian dari objek forma ilmu, dimulai oleh
Aristoteles. Menjadikan teori sebagai petunjuk dalam menelaah suatu fenomena komunikasi pun
tidak bisa sembarangan kalau tidak mau terjerumus ke dalam kekeliruan memahami masalah.

Objek kajian ilmu komunikasi secara umum ilmu komunikasi adalah pengetahuan
tentang peristiwa komunikasi yang di peroleh melalui penelitian tentang sistem, proses, dan
pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji.
Funsi komunikasi adalah sebagai informasi, sosialisasi, motivasi, berdebad dan diskusi,
pendidikan, memajukan kehidupan, hiburan, dan integrasi. Sedangkan tujuan komunikasi yaitu
informasi yang disampaikan dapat dimengerti orang lain, memahami orang lain, agar gagasan
dapat di terima orang lain dangan pendekatan persuasif, menggerakkan orang lain untuk
melakukan sesuatu. Secara singkat, dapat ditegaskan bahwa komunikasi bertujuan
mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan. Sejak awal perkembangannya
hingga tahun 1970-an, ilmu komunikasi di dominasi oleh paradigma tertentu yang kemudian
digeser secara pasti oleh paradigma lain. Terkait dengan hal ini penulis mencatat dua paradigma
yang dapat disebut pardigma lama dan paradigma baru. Adapun paradigma/perspektif B.Aubrey
fisher dalam model mekanistis itu sangat jelas komponen-komponennya yaitu sumber/penerima,
saluran dan pesan/umpan balik/efek,. Model mekanistis telah mengalami perkembangan yanng
tidak hanya menarik, tetapi juga membesarkan ilmu komunikasi. Paradigma atau perspektif dari
model komunikas adalah yang paling lama, paling banyak, dan paling luas dianut sampai
sekarang.

Teori komunikasi bertujuan meningkatkan pemahaman kita tentang proses komunikasi.


Dengan pemahaman yang lebih baik, kita berada pada posisi yang lebih baik untuk memprediksi
dan mengontrol hasil-hasil komunikasi. Teori komunikasi saat ini sedang berubah dan memang
perlu diperbaiki dalam rangka menyesuaikan perubahan yang terjadi di media. Untuk kerangka
teori komunikasi terbagi dalam empad kategori teori, yaitu teori peerbedaan individu, teori
kategori sosial, teori hubungan sosial, teori norma-norma budaya.

Bab 5 mengenai komunikasi sebagai disiplin ilmu, pertama ilmu pengetahuan adalah
kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistematis dan metode untuk mencapai tujuab
yang berlaku universal dan dapat di uji ataupun iverifikasi kebenarannya. Objek ilmu
pengetahuan adalah alam dan manusia, tujuan ilmu pengetahuan adalah mencapai kebenaran.
Cara atau jalan yang dilalui itu tergantung pada sifat ilmu itu sendiri. Adapun yang lazim dengan
metode ilmiah yaitu pengumpulan, pengamatan, pemilihan, penggolongan, penafsiran,
penafsiran kesimpulan umum, perumusan hipotesis, pengujian terhadap hipotesis melalui (riset,
empires, dan eksperimen), penilaian (menerima atau menolak, menambah, atau mengubah)
hipotesis, perumusan teori ilmu pengetahuan,, perumusan hukum ilmu pengetahuan. Sikap
ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya. Ciri-ciri
ilmu pengetahuan adalah empires, sistematis, objektif, analitis, dan verifikatif. Bentuk
komunikasi antara lain, intrapibadi, antararibadi, kelompok, piblik, organisasi, dan massa. Proses
komunikasi terbag dua kategori yaitu dalam perspektif psikologis dan perspektif mekanistis.
Unsur-unsur komunikasi adalah sumber, pesan, media, penerima, pengaruh, umpan balik, dan
lingkungan. Hambatan komunikasi yaitu gangguan, kepentingan, motivasi terpendam, dan
prasangka. Teknik komunikasi terdiri atas, informatif, persuasif, pervasif, koersif, indtruktif, dan
manusiawi. Untuk metode komunikasi tersiri dari, jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan,
propaganda, perang urat syaraf, perpustakaan. Ruang lingkup komunikasi mencakup beberapa
hal diantaranya berdasarkan bidangnya, berrdasarkan sifatnya, dan jumlah komunikannya.

Bab 6 mengenai tanggung jawab dalam komunikasi, pada bab ini saya tidak akan
menuliskan semua hal yang penting tapi saya hanya akan menuliskan hal yang penting mengenai
komunikasi saja. Etika komunikasi akan mencoba mencari standar etika apa yang digunakan
oleh komunikator dan komunikan dalam menilai teknik, isi dan tujuan komunikasi. Di buku ini
terdapat 11 hal yang tidak boleh di lakukan komikator dalam etika persuasif yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu. Pertimbangan nilai dilakukan seorang komunikator saat mengemas
pikirannya dengan bahasa dalam ideal, sesaat sebelum suatu pesan ditransmisikan kepada
komunikan.
Dalam buku ini banyak di jelaskan secara mendasar baik secara filsafat maupun
perspektif lainnya mengenai ilmu komunikasi. Secara etimologi, istilah komunikasi berasal dari
bahasa latin, communication, yang bersumber dari kata communis, yang berarti sama makna dan
rasa mengenai suatu hal. Secara terminologi komunikasi merupakan proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Secara paradigmatis komunikasi mengandung
tujuan tertentu.

Pada perkembangannya, setelah retorika menjadi komunikasi, peran dan fungsi


komunikasi tidak lagi sederhana. Berbagai persoala terus beriringan dengan kebutuhan manusia
dalam mengaktulisasikan dirinya, begitu pula komunikasi. Perkembangan komunikasi menjadi
ilmu mandiri tidak dapat dilepaskan dari induknya, yaitu filsafat. Oleh karena itu, dalam buku
ini di ungkap secara detail filsafat komunikasi. Buku ini secara menalam membahas mengenai
teori-teori ilmu komunikasi, beserta alasan filosofis dan etis berkaitan dengan ilmu komunikasi,
antara lain landasan filosofi ilmu komunikasi, komunikasi sebagai disiplin ilmu, dan tanggung
jawab etis dalam komunikasi, yang meliputi sejarah dan refleksi epistemologi dala komunikasi.

2. Judul Buku : Etika dan Filsafat Komunikasi

Penulis : Muhamad mufid

A. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Yang berarti tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, perasaan, cara berpikir. Etika berarti ilmu tentang apa
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Sifat dasar etika adalah sifat kritis. Etika
bertugas:

 Untuk mempersoalkan norma yang dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu
norma itu dan apakah dasar itu membenarkan ketaatan yang dituntut oleh norma itu
terhadap norma yang dapat berlaku.

 Mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya. Norma yang tidak dapat mempertahankan


diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan haknya.
 Mempersoalkan pula hak setiap lembaga seperti orang tua, sekolah, negara, dan agama
untuk memberikan perintah yang harus ditaati.

 Memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap semua
norma.

 Menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang ahli dan siapa
saja yang tidak mau diombang-ambing dengan norma yang ada.

Etika disebut filsafat moral. Berbicara mengenai tindakan manusia dan kaitannya degan
tujuan utama hidupnya. Membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan
manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban manusia. Mempersoalkan bagaimana manusia
seharusnya berbuat atau bertindak. Etika dibedakan menjadi etika deskriptif dan etika normatif.
Etika normatif memberikan gambaran Dari gejala kesadaran moral, dari norma dan konsep etis.
Tidak membicarakan lagi tentang gejala. Tetapi, tenatng apa yang sebenarnya menjadi tindakan
manusia. Etika normatif, norma dinilai dan manusia ditentukan.

B. Hubungan Filsafat dan Etika

Filsafat adalah seperangkat keyakinan, sikap, cita-cita, aspirasi, tujuan, norma, dan aturan
etis. Florence Kluckholn mengidentifikasi sejumlah orientasi yang berkaitan dengan masalah
kehidupan dasar:

 Manusia berhubungan dengan alam, dlaam arti mendominasi, hidup dengan alam.

 Manusia menilai sifat manusia sebagai baik, campuran baik dan buruk.

 Manusia hendaknya bercermin pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.

 Manusia lebih menyukai aktivitas yang sedang dilakukan, akan dilakukan, telah
dilakukan.

 Manusia menilai hubungan dengan orang lain

Orientasi nilai ini berbeda dianatar berbagao kebudayaan dan subbudaya dalam masyarakat.
orientasi nilai budaya dinyatakan dalam konsep, sikap, harapan orang yang bersangkut paut
dengan diri mereka sendiri, khususnya sebagai bagian dari peranan sosial yang mereka anut
dalam masyarakat. Nilai-nilai mempunyai tingkatan:

 Nilai akhir: demokrasi, keadilan, persamaan, kebebasan, kedamaian, dan kemajuan


sosial.

 Nilai tingkat menengah: kualitas keberfungsian manusia, keluarag ayang baik,


pertumbuhan, peningkatan kelompok, masyarakat yang baik.

 Nilai tingkat tiga: nilai instrumental yang mengacu pada ciri perilaku dari lembaga sosial
yang baik, pemerintah yang baik, professional yang baik.

 Nilai dan norma yang telah diinternaisasikan ke dalam diri individu. Akan menjadi
kerangka referensi individu. Petunjuk bagi kita dalam mengatasi maslaah kehidupan
menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Membantu pula mengatur dan memberikan
makna dan kesatuan yang bulat terhadap kepribadian kita

C. Perbedaan Etika, Etiket, Moral, dan Agama

Batas antara etika dan etiket sangatlah tipis. Padahal sangat berbeda satu sama lain.
Persamaannya adalah bahwa etika dan etiket menyangkut tindakan dan perilaku manusia, etika
dan etiket mengatur perilaku manusia secara normatif. Perbedaan etika dan etiket:

 Menyangkut cara perbuatan yang harus dilakukan oleh sesroang atau kelompok tertentu.
Etiket memberikan dan menunjukkan cara yang tepat dalam bertindak.

 Etiket berlaku dalam pergaulan sosial, selalu berlaku ketika ada orang lain. Etika
memerhatikan orang lain atau tidak.

 Etiket bersifat relative, terjadi keragaman dalam menafsirkan perilaku yang sesuai
dengan etiket terntentu. Etika jauh lebih mutlak. Bisa sangat universal dan tidak bisa ada
proses tawar-menawar.

 Etiket hanya menyangkut segi lahiriah saja. Sementara, etika lebih menyangkut aspek
internal manusia.
Perbedaan etika dan estetika:

 Pembahasan etika lebih menitikberatkan pada baik buruknya atau benar-tidaknya tingkah
laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban tanggung jawab
manusiawi.

 Etika berkaitan dengan apa yang menjadi dasar bahwa tindkaan manusia adalah baik atau
buruk, benar atau salah.

 Etika terapan menjadi fokus perhatian, misalnya: kita mengenal etika profesi, kode etik,
rambu-rambu, dll.

Estetika memiliki karakter:

 Mempermasalahkan seni atau keindahan yang diproduksi oleh manusia.

 Estetika: estetika deskriptif dan estetika normative.

 Estetika berkaitan dengan imitasi atau reproduksi realitas

Perbedaan Moral dan Hukum

Terdapat hubungan yang erat saling memengaruhi dan saling membutuhkan. Kualitas
hukum ditentukan oleh moralnya. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu
masyarakat kesadaran moralnya. Undang-undang moral tidak dapat diganti apabila dalam suatu
masyarakat kesadaran moralnya mencapai tahap cukup matang. Moralpun membutuhkan hukum,
moral akan mengambang saja apabila tidak dikukuhkan, diungkapkan, dan dilembagakan dalam
masyarakat. perbedaan antara lain:

 Hukum bersifat objektif karena hukum dituliskan dan disusun dalam kitab undang-
undang.

 Norma bersifat subjektif dan akibatnya sering kali diganggu oleh pertanyaan.

 Hukum hanya membatasi ruang lingkupnya pada tingkah laku lahiriah manusia saja.

 Moralitas menyangkut perilaku batin seseorang.


 Sanksi hukum bisanya dapat dipaksakan.

 Sanksi moral satu-satunya adalah pada kenyataan bahwa hati nuraninya akan merasa
tidak tenang.

 Sanksi hukum pada dasarnya didasarkan pada kehendak masyarakat

Perbedaan Etika dan Agama

Etika mendukung keberadaan agama. Membantu manusia dalam menggunakan akal


pikiran untuk memecahkan masalah. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional. Agama
menuntut seseorang untuk mendasarkan diri pada Wahyu Tuhan dan ajaran agama. Dalam
agama ada etika dan sebaliknya. Kedua berkaitan, namun terpisahkan secara teoritis. Tidak bisa
mengesampingkan salah satu diantaranya.

Perbedaan Etika dan Moral

Etika lebih condong kea rah ilmu tentang baiak atau buruk. Dikenal sebagai kode etik
moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asa dan atau nilai yang berkenaan dengan baik
buruk. Dua kaidah dasar moral:

 Kaidah sikap baik. Kita meski bersikap baik terhadap aja saja. Diyatakan dalam bentuk
yang konkret.

 Kaidah keadilan. Kesamaan yang masih tetap mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Harus dipikulkan harus sama, disesuaikan dengan kadar anggota masing-masing.

D. Unsur Pokok dalam Etika

Unsur pokok itu adalah kebebasan, tanggung jawab, hati nurani, dan prinsip-prinsip moral
dasar. Kebebasan adalah unsur pokok dan utama dalam wacana etika. Bersifat rasional ketika
etika selalu mengandaikan kebebasan. Kebebasan adalah unsur hakiki etika. Kebebasan
eksistensial adalah kemampuan manusia untuk menentukan dirinya sendiri. Mempunyai ragam
yang banyak yaitu kebebasan jasmani rohani, kebebasan sosial, kebebasan psikologi, kebebasan
moral.
Tanggung jawab adalah kemampuan individu untuk menjawab segala pertanyaan yang
mungkin timbul dari tindakan. Tidak boleh mengelak, bila diminta penjelasan tentang
perbuatannya. Hati burani adalah penghayatan tentang nila baik buruk berhubungan dengan
situasi konkret. Nurani memerintahkan suatu tindakan menurut situasi, waktu, dan kondisi
tertentu. Berhubungan dengan kesadaran. Kesanggupan manusia untuk mengenal dirinya sendiri
dank arena itu berefleksi tentang dirinya. Hati nurani merupakan ungkapan dan norma yang
bersifat subjektif.

Prinsip kesadaran moral adalah beberapa tartan yang perlu diketahui untuk memosisikan
tindakan individu dalam kerangka nilai moral tertentu. Ada tiga prinsip dalam kesadaran moral:
prinsip sikap baik, keadilan dan hormat terhadap diri sendiri merupakan syarat pelaksanaan sikap
baik, prinsip sikap baik menjadi dasar mengapa seseorang untuk bersikap adil dan hormat.

E. Beberapa Isme dalam Etika

1. Egoisme

Tindakan atau perbuatan yang paling baik adalah memberikan manfaat bagi diri sendiri
dalam jangka waktu yang diperlukan atau waktu tertentu. Bentuk dalam pemikiran hedonism dan
eudaemonisme. Tema adalah perolehan kesenangan. Bahwa manusia menggunakan waktu dan
kesempatan untuk bersenang-senang. Tesis utama adalah kebahagiaan. Kebagiaan adalh tujuan
yang dicari oleh kodrat manusia. Merealisasikan bakat dan kesenangan diri.

2. Deontologisme

Baik buruknya tindakan tidak diukur dari akibat yang ditimbulkan, tetapi berdasar sifat
tertentu dari hasil yang dicapainya. Keharusan etis yang harus dipatuhi. Deontologisme tindakan
dan deontologisme aturan. Deontologis tindakan menyatakan bahwa baik dan burukny tindakan
dapat dirumuskan dalam dan untuk situasi tertentu dan sama sekali tidak ada peraturan umum.
Deontologisme aturan adalah bahwa kaidah morah dan tindakan baik-buruk diukur dari aturan
yang berlaku yang berlaku secara universal, bersifat mutlak, dan tidak dilihat dari baik buruknya
akibat perbuatan itu.

3. Utilitarianisme
Kaidah moral dan baik buruknya tindakan diukur dari akibat yang ditimbulkannya. Tujuan
dari akibat yang ditimbulkannya. Tujuan tindakan adalah hasil yang timbul akibat perbuatan
yang dikerjakan.

4. Pragmatisme

Pemikiran yang menyatakan bahwa perbuaan etis berhubungan dengan soal pengetahuan
praktis yang dilakukan demu kemajuan masyarakat dan dunia. Lebih mengutamakan tidakan
darpada ajaran. Perbuatan baik adalah perbuatan yang bisa dilaksanakan, dipraktekkan,
mendatangkan hal positif bagi masyarakat. pragatisme ini berguna untuk menyeimbngkan antara
kata dengan perbuatan, teori dan praktek.

F. Etika Komunikasi

Komunikasi diperlihatkan sebagai ilmuyang berhubungan dengan berbagai macam ilmu yang
berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Etika komunikasi mencoba
untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan. Tujuh
perspektif etika komunikasiyang bisa dilihat:

1. Perpektif politik, mengembangkan kebiasaan ilmiah dalam prkatek berkomunikasi,


menumbuhkan sikap adil dengan memilih atas dasar kebebasan, penghargaan atas
perbedaan.

2. Perpektif sifat manusia, kemampuan berpikir dan kemampuan menggunakan symbol.

3. Perspektif dialogis, proses transaksi diagonal dua arah. Sikap setiap partisipan ditandai
oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan, kejujuran, kerukunan, dll.

4. Perspektif situasional, relevansi bagi setiap penilaian moral. Memerhatikan peran dan
fungsi komunikator, standar khalayak, derajat kesadaran, tingkat urgensi,dll.

5. Prespektif religious, kitab suci dpat dipakai sebagai standar mengevaluasi etika
komunikasi.

6. Perspekti ultilitarian, mengevaluasi cara dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya
kegunaan, kesenangan, dan kegembiraan.
7. Perspektif legal, disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap sebagia
perilaku yang etis.

Kelebihan dalam buku ini adalah memberikan kita suatu pelajaran bagaimana kita harus
mengunakan etika dimanapun dan sedang apapun. Dan filsafat memberikan pengetahuan apa
yang kita pikiran untuk kedepan dan masalalu dan masalah dalam kehidupan. Dalam dua konsep
ini sangat berharga bagaimana kita dapat menjadikannya satu menjadi lebih baik untuk seorang
individu dan individu lainnya.

3. Judul Buku : FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI SUATU PENGANTAR

Pengarang : Dani Vardiansyah

Setiap manusia mempunyai naluri ingin tahu, dari naluri inilah manusia terdorong untuk
mendapatkan pengetahuan terhadap segala sesuatu. Pengetahuan manusia didapat dari
pengalaman mereka, pengetahuan pun dibedakan atas dua macam yaitu pengetahuan biasa yang
hanya sekedar tahu dan ada Pengetahuan Ilmu yang harus memenuhi syarat ilmu yaitu objektif,
metodis, sistematis dan universal.

Filsafat adalah akar bagi seluruh ilmu, dari filsafatlah pengetahuan itu dilahirkan. Bahkan
setiap ilmu yang menghadapi kesulitan akan dikembalikan pada berpikir mendasar. Berpikir
filsafat di kategorikan menjadi tiga karakteristik, yaitu Berpikir mendasar, proses pencarian
kebenaran dengan cara mempertanyakan terus menerus hingga dicapai jawaban yang paling
dalam, paling mendasar hingga ke akar. Berpikir filsafat kedua ialah Spekulatif, sebuah
pertanyaan akan terus berputar seperti lingkaran akan tetapi dalam sebuah pemikiran harus dapat
memilih spekulatif yang dapat diandalkan sehingga dapat menemukan titik awal dari ilmu
pengetahuan. Yang ketiga adalah Menyeluruh, seseorang yang ingin mendapatkan jawaban atas
sesuatu hal hendaknya dapat meneliti objek secara rinci dan detail, sehingga akan ditemukan
jawaban yang benar.

Filsafat ilmu tidak akan terlepas dari wilayah ada (ontology), pengetahuan
(epistemology) dan nilai (aksiologi). Dalam filsafat komunikasi wilayah ada (ontologi)
membahas apa komunikasi itu? Apa saja yang menjadi objek kajian komunikasi? Dll, pada
pengetahuan (epistemology) akan dibahas bagaimana komunikasi itu dibangun? Sedangkan pada
wilayah nilai (aksiologi) membahas tentang penggunaan ilmu komunikasi itu sendiri.

Ontology berarti memahami hakikat ilmu dan objeknya dari satu bidang keilmuan, objek
ilmu terdiri dari objek material dan objek forma. Dalam ilmu komunikasi objek material yaitu
tindakan manusia dalam konteks sosial sedang objek forma adalah komunikasi itu sendiri. Disini
komunikasi didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia dan ilmu komunikasi
sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antarmanusia. Agar mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam terhadap objek kajian ilmu komunikas, terdapat tiga unsur utama
yaitu usaha, penyampaian pesan, dan antarmanusia. Usaha yang dimaksudkan adalah proses
komunikasi yang terjadi antar individu memiliki suatu unsur kesengajaan dalam penyampaian
pesan. Penyampaian pesan sendiri ialah salah satu kunci bagi proses komunikasi, tanpa
penyampaian pesan tidak akan terjadi komunikasi. Yang terakhir ialah antarmanusia, suatu
proses komunikasi akan selalu melibatkan manusia, penyampaian pesan kepada selain manusia
tidak layak untuk disebut dengan komunikasi.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah pelaku komunikasi,
melihat manusia secara mendasar dalam diri manusia terdiri atas peralatan jasmaniah dan
rohaniah. Peralatan jasmaniah manusia yang juga disebut hardware bekerja sebagai alat
pengiriman pesan dan penerima pesan yang bersifat kongkrit, dapat dilihat,dan dipegang, serta
mudah membedakan satu sama lainnya. Sedangkan peralatan rohaniah yang sering disebut
software terdiri dari akal, budi, hati nurani, dan naluri yang bekerja secara simultan, terus
menerus selama manusia hidup, hasil kerja peralatan rohaniah yaitu, falsafah hidup, konsepsi
kebahagiaan, motif komunikasi dan pesan.

Epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang
batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, dan
pengetahuan manusia. Dalam ilmu komunikasi, epistemology selalu mempermasalahkan
kelayakan komunikasi sebagai ilmu pengetahuan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya
kelayakan ilmu Pengetahuan harus memenuhi syarat ilmu yaitu objektif, metodis, sistematis dan
universal. Pada Objek kajian komunikasi sendiri telah dijelaskan sebelumnya dan dapat
dinyatakan bahwa komunikasi mempunyai objek kajian yang jelas sabagai salah satu syarat
kelayakan ilmu, syarat kedua yaitu sistematis, yang merupakan proses terjadinya rangkaian
hubungan sebab akibat yang sistematis. Dalam komunikasi, proses terjadinya komunikasi
didasari dari suatu hubungan sebab akibat yang utuh, menyeluruh, dan terpadu. Komunikasi juga
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyek kajiannya. Yang ketiga ialah
metode dalam komunikasi mengenal dua macam metode dalam penelitiannya yaitu kuantitatif
positivist dan kualitatif antipositivist. Kedua metode ini membangun ilmu dan tujuannya berbeda
satu sama lainnya. Positivisme mencari hasil secara generalisasi dan objektifitas universal dan
tidak terkait dengan nilai, sedangkan antipositivist mencari hasil intersubjektivitas untuk
membangun ilmu secara ideografik serta terkait dengan nilai. Syarat yang terakhir adalah
universal, pada metode kuantitatif positivist sudah jelas bahwa metode ini membangun ilmu
secara generalisasi universal.

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang membahas nilai suatu bidang keilmuan. Dalam
ilmu komunikasi, Aksiologi mempertanyakan tentang penggunaan ilmu komunikasi itu sendiri.
Dan penggunaan ilmu komunikasi itu bergantung pada falsafah hidup individu manusianya
sendiri. Falsafah hidup Seorang ilmuan komunikasi akan menentukan dalam memilih objek
penelitiannya, cara melakukan penelitiannya dan menggunakan produk penelitiannya.

Anda mungkin juga menyukai