Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurhayati

NIM : 11831001
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Smt/Kelas :III/ KPI A
Mata Kuliah : Filsafat dan Etika Komunikasi
Dosen Pengampu : Dr. Ria Hayatunnur Taqwa, S.Ag., M.Si.

1. Apa dan bagaimana penerapan komponen-komponen filsafat ilmu, seperti


ontologis, epistemologis, aksiologis, dan perspektif ke dalam ilmu komunikasi?
Berikan contoh yang relevas dengan kondisi yang kekinian.
Jawab

A. Ontologis
Ontologi berarti studi tentang arti “ada” dan “berada”, tentang cirri-ciri esensial dari yang
ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi
sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini
adalah Ilmu Komunikasi.
Ilmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism,
Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada
tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan
sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu
sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri.
Contoh dari ontologi, misalnya ontologi rumah. Di zaman sekarang, begitu banyak
model dan bentuk dari rumah.
Bahkan, sudah sangat umum rumah yang kita tempati saat ini bukan lagi berupa rumah
yang berdiri menginjak tanah seperti yang biasa ada sejak zaman dahulu, melainkan berupa
rumah susun ataupun apartemen yang dibangun bertingkat di sebidang lahan tertentu.
Menurut Plato, realitasnya adalah ide atau gambaran yang membuat kita selalu mengenali
tentang rumah. Di tengah begitu banyak bentuk atau model-model rumah, namun ide tentang
rumah ini yang membuat kita tetap mengenali bahwa apa yang kita lihat adalah rumah
meskipun dari segi bentuknya sudah banyak berubah. Kita akan tetap mengenalinya sebagai
rumah dimana sebuah keluarga pulang dan berkumpul serta menjadi tempat tujuan untuk
pulang.
B. Epistemologis
Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai
pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama
epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan
bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it?” (Lacey:
1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reson, judgement,
sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”.
Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah
sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah
sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu
bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai
ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan
Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini.
contoh kasus dari epistemologi. Sebelumnya sudah dibahas bahwa epistemologi ini
adalah cara manusia dalam memperoleh sebuah ilmu pengetahuan. Maka, jika kita membahas
mengenai rumah yang sebelumnya, maka pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa
mengetahui bahwa sesuatu tersebut disebut sebagai rumah.
Apa saja yang kita lihat sehingga kita mengetahui bahwa benda yang sedang kita lihat
adalah benar-benar rumah. Misalnya, melihat dari fungsinya, lokasinya, atau tolak ukur
lainnya.
C. Aksiologis
Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu
itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis
sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan
kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan
kebutuhan manusia akan komunikasi.
Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of
information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara
pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan
manusia.
Contoh Ranah dari aksiologi ini sendiri adalah tentang etika dan estetika. Maka, dengan
aksiologi kita bisa memilah apakah ilmu pengetahuan yang kita peroleh tersebut bermanfaat
atau tidak bermanfaat bagi kita. Maka, jika kita masih membahas mengenai ilmu pengetahuan
tentang rumah seperti sebelumnya, maka dengan aksiologi kita mencoba untuk mengetahui
apakah rumah memberi manfaat atau tidak untuk kehidupan kita sehari-hari.
Misalnya, dengan kita mengetahui bahwa sesuatu itu adalah rumah, kita bisa lebih mudah
untuk menentukan dimana kita akan tinggal, tempat seperti apa yang nyaman untuk kita dan
kita bisa mengenali bahwa rumah itu adalah komponen yang penting untuk kebahagiaan
keluarga kita sehari-hari.
D. Perspektif Komunikasi
Perspektif adalah sudut pandang secara spesifik dan beragam dalam melihat suatu
fenomena atau gejala tertentu yang hendak dikaji, dari berbagai-bagai unsur yang bisa
membedakan sebuah teori satu dengan yang lain. Perspektif memungkinkan terjadinya
perbedaan teori dalam mengkaji dan menafsirkan gejala gejala yang ada.
Bisa saja sebuah fenomena didekati dengan teori yang beragam rupa sesuai dengan
perspektif yang ada. Perspektif tentu saja berbeda dengan paradigm, definisi dan tradisi.
Karena masing-masing punya sudut pandang yang berbeda. Perbedaan antara perspektif
dengan definisi adalah kalau definisi merupakan suatu penjelasan atau suatu eksplikasi dari
sesuatu.
Contoh dari perspektif adakah dimana ketika orang membicarakan orang lain, mereka
mengatakan bahwa si A itu tidak baik, namun menurut orang yang lainnya lagi mengatakan
bahwa si A tersebut adalah orang yang baik.

2. Sebutkan salah seorang tokoh filsafat komunikasi yang kalian tau, dan mengapa
alasan anda memilih dia?
jawab
Richard L. Lanigan

Saya memilih Richard L. Lanigan karena Richard Lanigan menyatakan bahwa metafisika
adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada beberapa
hal yang direfleksikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan hubungannya dengan alam, sifat
dan fakta kehidupan manusia, problema pilihan manusia dan soal kebebasan pilihan tindakan
manusia. Ini yang membuat saya memilih Beliau karena sangat jelas dan sangat mudah
dipahami untuk di pelajari baik segi materi aksiologi, ontologis, epistemologis dan materi
lainnya.
3. Apa yang anda pahami tentang sejarah filsafat komunikasi dari masa ke masa?
Jawab
1. Filsafat India
Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara
manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari
supaya dunia tidak dialami sebagai tempat keterasingan, sebagai penjara.
Perkembangan filsafat India dibagi kedalam beberapa periode, yakni zaman Weda
(2000 – 600 SM), zaman Skeptisisme (200 SM – 300 M), zaman Puranis (300 – 1200
M), zaman Muslim (1200 – 1757 M), dan zaman Modern (setelah 1757 M). Beberapa
periode tersebut menunjukkan bahwa perkembangan filsafat di India tidak lepas dari
pengaruh kepercayaan dan agama.
2. Filsafat Cina
Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat Cina yakni harmoni, toleransi, dan
perikamanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara
dua ekstrem antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia
dan surga. Toleransi kelihatan dalam keterbukaan untuk pendapat-pendapat pribadi,
suatu sikap perdamaian yang memungkinkan pluraitas yang luar biasa, juga dalam
bidang agama. Kemudian, perikemanusiaan.
Pemikiran cina lebih antroposentris (menempatkan manusia sebagai pusat kajian)
daripada filsafat India dan Barat. Manusialah yang selalu merupakan pusat filsafat
Cina. Ada empat periode besar dalam Filsafat Cina, yakni zaman Klasik (600 – 200
SM), zaman Neo-Taoisme dan Buddhisme (200 SM – 1000 M), zaman Neo-
Konfusianisme (1000 – 1900 M), dan zaman Modern (setelah 1900M). Tradisi,
agama dan ilmu pengetahuan memegang peran penting dalam perkembangan filsafat
di Cina.
3. Filsafat Islam
Pada abad IV SM, orang-orang Yunani memasuki Timur Tengah di bawah pimpinan
Aleksander Yang Agung untuk memperluas wilayah kekuasaannya dan juga
menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Maka
berkembanglah falsafah dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, yang pada
akhirnya memunculkan pusat-pusat peradaban Yunani, seperti Iskandariah di Mesir,
Antakia di Suria, dan lain-lain. Selain bermunculannya pusat-pusat peradaban
tersebut, ilmu pengetahuan juga semakin berkembang. Bukan hanya filsafat, tapi juga
sains pada masa antara abad VIII dan XIII M.  Selain peradaban Yunani,
perkembangan filsafat Islam juga tentu saja tidak luput dari pengaruh agama Islam
itu sendiri.
4. Filsafat Barat
Filsafat Barat kuno dimulai dari filsafat pra-sokrates di Yunani.
Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas sejarah filsafat Barat memperlihatkan
aliran-aliran yang besar, yang mempertahankan diri lama dalam wilayah-wilayah
yang luas, yaitu rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu,
fisafat Barat dalam abad kesembilan belas dan kedua puluh kelihatan terpecah-pecah.
Macam-macam aliran baru muncul, dan aliran-aliran ini sering terikat pada hanya
hanya satu negara atau satu lingkungan bahasa.

Anda mungkin juga menyukai