Anda di halaman 1dari 15

TUGAS

UJIAN TENGAH SEMESTER GAJIL

DISUSUN OLEH

Nama

: NISMI HERYANI

NPM

: A2M013117

MATA KULIAH

: FILSAFAT ILMU

DOSEN

: Dr. Rosane Medriati, M.Pd

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA (S2) TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU

2014

Soal
1. Kemukakan minimal lima perbedaan antara kebenaraan ilmu dengan kebenaran ilmu
filsafat. Jelaskan masing-masing perbedaan itu dan beri contoh.
2. Terdapat tiga macam kebenaran menurut sebagai ahli, antara lain kebenaran koherensi,
kebenaran korespondensi, dan kebanaran pragmatis. Jelaskan perbedaan ketiganya dan
masing-masingnya beri contoh dalam dunia pendidikan.
3. Jelaskan bagaimana peran filsafat ilmu dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
4. Jelaskan bagaimana hubungan implementasi dari filsafat pendidikan (konstruktivisme,
eksistensialisme, pragmatisme, progresivisme) dalam pembelajaran di pendidikan.
5. Bagaimana hubungan ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu? Jelaskan secara
kompreshensip.
6. Bagaimana pendapat saudara tentang sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan
sejak abad klasik (yunani) sampai dengan abad konteporer. Bagaimana corak filsafat ilmu
pengetahuan pada setiap

periode tersebut dan pengaruhnya terhadap pemikiran

keagamaan filsafat, agama dan ilmu merupakan tiga titik pencarian kebenaran.
Bagaimana tanggapan saudara tentang posisi ketiga entitas tersebut dalam kehidupan
manusia, apakah mungkin disatukan atau tidak.
7. Kemukakan pendapat anda tentang Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi yang
merupakan bagian dari filsafat ilmu secara jelas. Kemukaaan pendapat anda tentang
moralitas, ideologi, dan jati dari bangsa dalam menghadapi tantangan global dewasa ini.
Dan kemukakan pendapat anda tentang pembentukan/pengembangan karakter bangsa
dikaitkan dengan aksiologi kirtikal.
8. Kemukakan pendapat anda tentang manfaat belajar flsafat ilmu bagi (calon) ilmuwan dan
guru.
9. Dalam mengembangkan teori suatu penelitian dibituhkan landasan filsafat yang kuat dan
jelas untuk menentukan arah kemana pengembangan teori dilakukan. Coba saudara buat
suatu bentuk pengembangan teori yang didasarkan kepada filsafat sesuai dengan bidang
penelitian yang suadara kembangkan.
10. Jelaskan bagaimana peran ilmu terhadap pengembangan kebudayaan nasional.

Jawaban Soal
1. lima perbedaan antara kebenaraan ilmu dengan kebenaran ilmu filsafat dan sekaligus
contohnya.
No
a.

Kebenaran Ilmu
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan

Kebenaran Ilmu Filsafat


a. Filsafat menghampiri kebenaran dengan

penyelidikan (riset, research), pengalaman (empiri),

cara menuangkan (mengembarakan atau

dan

batu

mengelanakan ) akal budi secara radikal

ujian.Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri

(mengakar) dan integral, serta universal

mencari kebenaran tentang alam dan manusia.

(mengalam), tidak merasa terikat oleh

percobaan

(eksperimen)

sebagai

ikatan apapun, kecuali

oleh ikatan

tangannya sendiri yang bernama logika.


b.

Ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan

b.

empiris juga bersifat eksperimental. Artinya, ilmu

Filsafat itu bersifat universal (umum),


yaitu segala sesuatu yang ada (realita).

hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing


secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian
c.

d.

filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.


Ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik,

c.

dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu

karena mencari pengertian dari segala

bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide

sesuatu yang ada itu secara luas,

manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan

mendalam dan mendasar.

realita.
Ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial

d.

pengetahuan yang menonjolkan daya

kegunaan

spekulasi,

pragmatis.

Ilmu

didahului

oleh

Ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara

Ilmu

pengetahuan

kritis,

dan

pengawasan,

kegunaan filsafat timbul dari nilainnya

logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.


g.

Filsafat dilaksanakan dalam suasana

and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada


keingintahuan,
e.

Filsafat itu bersifat non fragmentaris,

dengan

metodenya

sendiri

mencari kebenaran tentang alam dan manusia.

f.

Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh


dan lebih mendalam berdasarkan pada

pengalaman realitas sehari-hari,


g. Filsafat dengan wataknya sendiri yang
menghampiri kebenaran, baik tentang
alam maupun tentang manusia (yang
belum atau tidak dapat dijawab oleh
ilmu, karena diluar atau di atas batas
jangkauannya), ataupun tentang tuhan.

Contoh Kebenaran Ilmu


Kebenaran Ilmu Filsafat

: Berupa pertanyaankenapa dunia itu ada?


: Penelitian tentang sains pelangi, proses terjadi hujan, dll.

2. Tiga macam kebenaran menurut sebagai ahli

Tiga macam perbedaan kebenaran menurut sebagai


ahli
a. Kebenaran
Koherensi
yaitu:
adanya
kesesuaian atau keselarasan antara sesuatu
dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih
tinggi dari sesuatu unsur tersebut, berupa
skema, sistem, dan nilai.
b. Kebenaran korespondensi yaitu: berfikir
tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
sesuatu lain dengan di buktikan oleh adanya
kejadian sejalan atau berlawanan arah
antara fakta dengan nilai kehidupan yang
diyakini dan bersifat spesifik.
c. Kebanaran pragmatis yaitu: benar itu nyata,
memilki karekteristik atribut individual dan
spesifik serta memiliki kegunaan pragmatis
dalam kehidupan.

Contohnya.
keprcayaan terhadap agama aties

Penelitian para ahli dalam


meneliti
sebuah
peneltian
misalnya meneliti kebudayaan
yang ada di daerah pedalaman.
Kepercayaan bahwa adanya tuhan
sesuai dengan apa yang di
ajarankan oleh nene moyang
sebelumnya/secara
turun
menurun.

3. Peran filsafat ilmu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yaitu:
Untuk membantu mempermudah pemahaman memarifati adanya kekuasaan di atas
segala-galanya bagi insani sebagai kekhalifaan.
Mampu menciptakan krisis identitas diri yang menghawatirkan, yang cenderung
merasakan alienasi budaya di masyarakat sendiri.
4. Implementasi dari filsafat pendidikan (konstruktivisme, eksistensialisme, pragmatisme,
progresivisme) dalam pembelajaran di pendidikan adalah sebagai berikut:
Filsafat pendidikan konstruktivisme memberikan implikasi yang berarti terhadap
pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan sains dan matematika. Bagi
penganut konstruktivisme, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan
pengetahuan dari guru kepada murid, melainkan suatu kegiatan yang
memungkinkan siswa membangun pengetahuan dirinya sendiri.
Filsafat pendidikan Eksistensialisme memberikan implikasi yang berarti: manusia
berdiri sebagai dirinya sendiri dengan ke luar dari dirinya sendiri. Eksistensi
adalah cara manusia ber-ada (mengada) di dunia. Eksistensi manusia berarti cara
ber-ada-nya manusia sebagai subjek (pribadi) yang sadar diri dan memiliki
penyadaran diri, yang keluar dari dirinya sendiri.
Filsafat pendidikan pragmatisme memberikan implikasi yang berarti suatu aliran
yang menggunakan konsekuensi - konsekuensi praktis sebagai standar untuk
menentukan nilai dan kebenaran.

Filsafat pendidikan progresivisme memberikan implikasi yang berarti gerakan


pendidikan yang dilakukan oleh suatu perkumpulan yang dilandasi konsep
konsep filsafat tertentu, dan sangat berpengaruh dalam pendidikan bangsa
terutama dalam hal memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial sehingga menjadi warga Negara yang demokratis.
5. Hubungan ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu secara kompreshensip adalah.
Pengetahuan bagian dari kajian filsafat ilmu, sedangkan pengetahuan lahir sejak
adanya peradaban manusia dan berkembang pesat sesuai dengan budayanya.
Pengetahuan lahir dari aktivitas.
Aktivitas memerlukan metode.
Pengetahuan memlahirkan ilmu-ilmu.
Ilmu dan pengetahuan tidak bisa dipisahkan.
Aktivitas memerlukan metode.
Pengetahuan memlahirkan ilmu-ilmu.
Ilmu dan pengetahuan tidak bias dipisahkan.
6. a. Sejarah perkembangan filsafat ilmu pengetahuan sejak abad klasik (yunani) sampai
dengan abad konteporer dimana setiap periode memiliki ciri khasnya sendiri terhadap
perkembangan ilmu di eranya.
Begitu juga di zaman Yunani kuno banyak orang yang menyebut bahwa zaman
yunani kuno adalah zaman keemasan yang melahirkan berbagai dasar disiplin ilmu.
Semua ini tidak terlepas dari rasa ingin tahu dan sikap kritis yang dimiliki oleh
pemikir-pemikir /filsuf Yunani kuno. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa
Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli pikir terkenal sepanjang masa. Sebut saja
Thales, Socrates, Aristoteles, Phytagoras, dan masih banyak lagi filsuf Yunani kuno
yang buah pemikirannya memberikan dampak yang luar biasa bagi kita yang hidup
di masa ini. Zaman modern, pada filosof zaman ini menjadikan manusia sebagai
pusat analisis filsafat, sehingga lazim disebut dengan corak antroposentrisme. Pada
abad kontemporer, ciri pokok pemikiran zaman ini ialah logosentris, artinya teks
menjadi tema sentral diskursus para filosof.
zaman yunani kuno sampai dengan abad ke-20 atau zaman kontemporer, muncullah
berbagai aliran pemikiran: Rasionalsme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme,

Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme, Filsafat


Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Neo-Thomisme.
b. Bagaimana corak filsafat ilmu pengetahuan pada setiap

periode tersebut dan

pengaruhnya
terhadap pemikiran keagamaan filsafat?

Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta
ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.

Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means.


Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide
manusia.

Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan


sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan
produk alasan
praktis. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan
melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan
Filsafat) bukan yang satu mengabdi terhadap yang lain atau sebaliknya.

c. Bagaimana tanggapan saudara tentang posisi ketiga entitas tersebut dalam kehidupan
manusia, apakah mungkin disatukan atau tidak.
Tidak. Kerena harus satu hakikat pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman
ini.
7. a). Kemukakan pendapat anda tentang Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi yang
merupakan bagian dari filsafat ilmu secara jelas. Penjelasan/teori/definisi tentang
Ontologi, Epistomologi, dan Aksiologi maka pendapat saya tentang Ontologi,
pistomologi, ini adalah:
Ontologi (apa yang dikaji) Ontologi ialah ciri-ciri yang esensial dari objek ilmu
yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-cabang ilmu yang
lain.
Epistemologi (suatu teori penngetahuan) Yang dimaksud dengan epistimologi

ialah membahas secara mendalam segenap proses untuk memperoleh


pengetahuan.
Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai-nilai yang
terkandung dalam ilmu, yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

Dasar aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang didapatkanya.
7. b). Kemukaaan pendapat anda tentang moralitas, ideologi, dan jati dari bangsa dalam
menghadapi tantangan global dewasa ini.
Moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan, akhlak atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib bathin atau tata tertib nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku bathin dalam hidup (Poespoprodjo, 1986, BP-7, 1993, Soegito,
2002). Kata moral dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang melahirkan etika. Moral
adalah sebuah pranata seperti halnya agama, politik, bahasa dan sebagainya yang sudah ada
sejak dahulu kala dan diwariskan secara terun menurun. (dalam, Ihsan. 2010:272).
Moral/Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit
adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia
tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit
karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang
sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki
moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber
interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang
berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga
sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar
moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak
lama. http://id.wikipedia.org/wiki/Moral diakses pada tanggal 6 Januari 2012.
Menurut Kant ( dalam Raditya: 2006) Moral adalah kata hati, suara hati, perasaan,
suatu prinsip yang apriori, absolut. Moral merupakan suatu realitas yang mengherankan
dalam diri manusia, perasaan yang tidak bisa dielakkan, menentukan ini benar atau ini salah.
Kata hati itu memberi perintah. Ia adalah suatu categorial imperirative, perintah tanpa syarat
yang ada di dalam kesadaran kita. Perintah itu ialah perintah untuk berbuat sesuai dengan
keinginan universal, yaitu suatu hukum kewajaran.

Kita mengetahui hukum kewajaran bukan karena memikirkannya, melainkan dengan


perasaan tiba-tiba. Kita merasakan bahwa kita harus menghindari perbuatan yang bila
dilakukan oleh semua orang akan mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi tidak
mungkin. Misalnya, apakah saya akan menghindarkan diri dari hukuman karena berbohong?
Padahal, tatkala saya akan berbohong, bahkan sebelumnya, saya tahu bahwa hukum universal
mengatakan berbohong itu jahat. Ada kesadaran dalam diri saya, saya tidak boleh berbohong,
sekalipun menghasilkan keuntungan bagi saya, atau bagi orang lain. Moral yang kita miliki
itu absolut! (Iswara N Raditya, 2006).
Menurut Santoso ( 201 ) Pengertian moral, menurut Suseno (1998) adalah ukuran
baik-buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara. Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadaikan anak manusia
bermoral dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah
prinsip baik-buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang. Walaupun moral itu
berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujut aturan.
Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk
sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian,
hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam
mematuhi maupun menjalankan aturan.
Dengan demikian moral adalah petunjuk konkret yang siap pakai tentang bagaimana
kita harus hidup. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan ide, gagasan,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang politik, social,
ekonomi, budaya dan keagamaan. Secara harfiah ideologi berasal dari kata ide dan logis
yang dapat diartikan sebagai aturan / hukum tentang ide, konsep ini berasal dari Plato
(Takwim dalam Unsilster : 2009). Ditinjau dari pendekatan aliran, pengertian ideologi dapat
dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Ideologi sebagai seperangkat nilai dan aturan tentang kebenaran yang dianggap terberi,
alamiah, universal dan menjadi rujukan bagi tingkah laku manusia;

2. Ideologi sebagai ilmu yang mengkaji bagaimana ide-ide tentang suatu hal
diperoleh manusia dari pengalaman serta tertata dalam benak untuk kemudian
membentuk kesadaran yang mempengaruhi tingkah laku (Takwim dalam Unsilster
: 2009).

Ideologi sebagai sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau
kebenaran oleh kelompok tertentu. .
Ciri ciri ideologi adalah sebagai berikut :
1) Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;
2) oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, diamalkan dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban.
Fungsi ideologi menurut beberapa pakar dibidangnya :
a. sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara
individual ( Cahyono : 1986 );
b. sebagai jembatan kendali pergeseran kekuasaan dari generasi tua ( Founding
fothers) dengan generasi muda ( Setiardja : 2001 ).
c. sebagai kekuatan yang mampu memberikan motivasi dan semangat individu,
masyarakat dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan
( Hidayat : 2001 ).
Jati diri adalah siapa diri kita sesungguhnya, fitrah manusia, atau juga nur Ilahi yang
berisikan sifat-sifat dasar manusia yang murni dari Tuhan yang berisikan percikanpercikan sifat Ilahiah dalam batas kemampuan insani diberikan sewaktu lahir. Ini
tentunya merupakan potensi yang dapat memancar dan ditumbuhkembangkan selama
persyaratannya dipenuhi. Persyaratan tersebut adalah hati yang bersih dan sehat.
Menurut Dimitra ( 2009 ) menyatakan konsep dan pengertian tentang jati diri
disadari berada dalam posisi interpretasi ganda (multi-interpretable), terdapat dua
fungsi imperatif yakni :

1) bersifat memerintah subyeknya agar berbuat yang baik dan benar, dan;
2) melarang subyeknya untuk berbuat tidak baik dan tidak benar.
Istilah jati diri pada dasarnya berasal dari bahasa Jawa Kuno yang terdiri
dari dua kata yaitu jati berarti yang sesungguhnya atau merupakan realitas dan diri
berarti tubuh
Era globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Khaerudin
Kurniawan

(1999),

memerinci

berbagai

tantangan

pendidikan

menghadapi

globalisasi, yaitu: (1). tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan (continuing development ); (2) tantangan untuk melakukan riset secara
komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat,
dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasikomunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan
kualitas kehidupan SDM; (3) tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat,
yaitu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang
berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (4) tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di
bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan
ekonomi. Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan
berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan
yang memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Dari penjelasan/teori/definisi tentang moralitas, ideologi, jati diri maka
pendapat saya tentang moralitas, ideologi, dan jati diri dari bangsa dalam menghadapi
tantangan global dewasa ini adalah:
Bangsa Indonisia tidak bisa menghindar dari Era globalisasi dengan terjadinya
revolusi teknologi informasi, teknologi komunikasi, dan teknologi industri. Kondisi
kemajuan teknologi informasi dan industri di atas yang berlangsung dengan sangat
cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap negara untuk berbenah diri dalam

menghadapi persaingan tersebut. Bangsa yang yang mampu membenahi dirinya


dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu
bersaing dalam kompetisi sehat tersebut. Di sinilah pendidikan diharuskan
menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa yang
berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran
berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
Era globalisasi adalah tantangan besar bagi dunia pendidikan. Khaerudin
Kurniawan

(1999),

memerinci

berbagai

tantangan

pendidikan

menghadapi

globalisasi, yaitu: (1). tantangan untuk meningkatkan nilai tambah, yaitu bagaimana
meningkatkan produktivitas kerja nasional serta pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan pembangunan
berkelanjutan (continuing development ); (2) tantangan untuk melakukan riset secara
komprehensif terhadap terjadinya era reformasi dan transformasi struktur masyarakat,
dari masyarakat tradisional-agraris ke masyarakat modern-industrial dan informasikomunikasi, serta bagaimana implikasinya bagi peningkatan dan pengembangan
kualitas kehidupan SDM; (3) tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat,
yaitu meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya kreatif yang
berkualitas sebagai hasil pemikiran, penemuan dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (4) tantangan terhadap munculnya invasi dan kolonialisme baru di
bidang Iptek, yang menggantikan invasi dan kolonialisme di bidang politik dan
ekonomi. Semua tantangan tersebut menuntut adanya SDM yang berkualitas dan
berdaya saing di bidang-bidang tersebut secara komprehensif dan komparatif yang
berwawasan keunggulan, keahlian profesional, berpandangan jauh ke depan
(visioner), rasa percaya diri dan harga diri yang tinggi serta memiliki keterampilan yang
memadai sesuai kebutuhan dan daya tawar pasar.
Dalam era globalisasi dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan Bangsa Indonesia
ditengah percaturan dunia. Sudah barang tentu, dampak positiflah yang kita inginkan, akan
tetapi tidak menutup kemungkinan dampak negative akan terkandung di dalamnya.
Jati diri bangsa Indonesiua sangat dibutuhkan dalam era globalisasi, sehingga
masyarakat tidak memilih jatidiri bangsa lain yang sekuler, liberal, dan hedonis, tetapi
kenyataannya bangsa Indonesia sedang mengalami krisis jatidiri bangsa. Krisis jatidiri yang
berkelanjutan telah menimbulkan krisis moralitas dan akhlak yang berkelanjutan. Moralitas
paradoks terjadi dimana-mana, karena mentalitas warga telah menjadi mental yang hipokrit

(munafik). Ketika masyarakat dan bangsa Indonesia kehilangan jatidirinya maka, maka saat
itulah muncul sikap perilaku yang menyatakan bahwa semangat dan ideoligi kebangsaan
Indonesia tidak relevan dan diperlukan. Karena itulah semangat dan ideologi kebangsaan
tidak dipandang terlalu penting untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Sesungguhnya unsur semangat dan ideologi suatu bangsa menjadi unsur yang sangat
dalam penentuan perubahan dan kemajuan . Negara dan penguasa suatu bangsa berupaya
melindungi seluruh rakyatnya dari gemburan era globalisasa dengan semangat dan ideoligi
kebangsaan yang kokoh. Penulis cenderung menyatakan bahwa kondisi semangat dan
ideologi kebangsaan Indonesia sangat lemah, bahkan cenderung menuju kematian. Terdapat
lima faktor penyebab yang membuat semangat ideologi kebangsaan Indonesia menjadi lemah,
bahkan menuiju kematian. Kelima faktor itu adalah:
1) Aktualisasi dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara RI tidak efektif
atau tidak berhasil.
2) Hingga kini jatidiri Bangsa Indonesia belum terbentuk secara kokoh akibat gemburan
keras datangnya ideologi-ideologi asing dan berkembang pandangan baru yang liberal.
3)

Negara atau penguasa tidak memiliki sikap konsisten untuk menjaga, mengembangkan,
dan melestarikan semangat ideologi kebangsaan Indonesia akibat negara dan penguasa
yang tidak memiliki kemampuan mandiri dan melepaskan diri dari ketergantungan
terhadap bangsa asing.

4) Pengelolahan proses kebangsaan untuk menjadi negara bangsa kurang berhasil sehingga
muncul faham Etno-sentrisme dan primordialisme yang eksklusif dan tidak produktif.
5) Berbagai masalah-masalah nasional yang fundamental tidak diselesaikan sehingga
menjadi penyakit-penyakit terhadap kemerdekaan sendiri.
Persoalan yang sangat besar dihadapi bangsa bangsa dan negara sekarang ialah
pembudayaan dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila yang tidak berjalan secara efektif dan
mendasar. Pancasila hanyalah sebatas tema dan semboyan semata-mata. Tentu saja aktualisasi
nilai-nilai Pancasila kandas sehingga semangat dan ideologi kebangsaan tidak dapat
dilahirkan dan dikembangkan.
Mentalitas bangsa telah dijajah oleh bangsa asing sehingga bangsa kita tidak percaya
dengan kekuatan sendiri. Contoh masyarakat Indonesia lebih mencintai dan lebih percaya
akan produk bangsa asing, Para pemimpin tidak percaya dengan kemampuan bangsanya

sendiri. Lihat kalau sakit cenderung berobat ke Singapura.. Untuk mengubah mentalitas (mind
set) tersebut. Kita harus mengembangkan kecerdasan bangsa dengan pola-pola mentalitas
yang diiringi dengan kekuatan logika dan ke sadaran yang kuat untuk mencintai,
mempercayai, setia akan bangsa dan negara sendiri. Harus ada dinamika internal yaitu
perubahan cara berfikir masyarakat dan bangsa dalam Era globalisasi.
Untuk memperbaiki mentalitas bangsa penulis mengusulkan bahwa keseluruhan
pendidikan harus memiliki tujuan bukan hanya untuk mengubah kecerdasan dan kompetensi
saja, namun juga harus mengubah karakter dan moralitas. Paling tidak peserta didik harus
dapat memiliki sikap dan kesadaran menghargai dan menguasai Ipteks.
Pembangunan nasional, modernisasi, mekanisasi, rasionalisasi, dan globalisasi telah
membawa banyak perubahan dan berbagai dampak-dampak perubahan kehidupan dan
lingkungan. Namun banyak warga negara yang masih memiliki mental konservatif, yang tabu
memandang perubahan dan kemajuan. Karena itulah pembangunan nasional harus memiliki
makna juga membangun karakter manusia Indonesia baru. Manusia yang cerdas dan
menguasai Iptek.

7. c). Kemukakan pendapat anda tentang pembentukan/pengembangan karakter bangsa


dikaitkan dengan aksiologi kritikal.
Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur
pokok yaitu: mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good),
dan melakukan kebaikan (doing the good). Ada juga yang menyamakan kata karakter dengan
watak, tabiat, perangai atau ahlak. Mengacuh ke bahasa Inggris character diberi arti a
distinctive differentiating mark, tanda yang membedakan secara tersendiri. Karakter adalah
keakuan rohaniah, yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh
bakat, atau potensi dalam diri dan lingkungan.
Secara harfiah karakter adalah stempel, atau yang tercetak, yang terbentuk
dipengaruhi oleh faktor endogeen/ dalam diri dan faktor exogeen/luar diri. Sebagai contoh
rakyat Indonesia semula dikenal bersikap ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi, suka
membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain. Namun saat ini
pengembangan karakter bangsa ada yang menilai karakter bangsa itu telah luntur, terbawah
arus global, perubahan pembentukan/pengembangan karakter bangsa berubah menjadi sikap
yang kurang terpuji, seperti tidak memiliki rasa malu, mencaci maki pihak lain, banyak sikap
dan tindakan jahat dibiarkan berlalu, banyak murid dan mahasiswa yang curang mengikuti
ujian, banyak tindakan kejahatan korupsi yang dibiarkan dengan berbagai alasan dan

pembenaran, warga masyarakat atau bangsa Indonesia telah memiliki mental karet, karenanya
sangat sukar bertindak tegas.

Karena

permasalahan

diatas

maka

penulis

mengusulkan

untuk

mengembangkan kesadaran akan kebangsaan itu haruslah kita mengembangkan


pembentukan karakter manusia Indonesia baru. Pembentukan/Pengembangan karakter
bangsa/manusia baru Indonesia yang diharapkan ialah karakter-karakter baru sebagai
berikut:
Adanya mentalitas keterbukaan akan nilai-nilai baru dan perubahan budaya
serta peradaban dunia,
Adanya orientasi yang kuat kemasa depan, bukan masa lampau, karena itu
harus ada orientasi mencapai perubahan dan kemajuan,
Adanya karakter demiokrasi yang bebas dari segala bentuk tindakan
kekerasan,

Memiliki karakter etos kerja dan kemandirian, serta kepercayaan akan


kekuatan sendiri;

Menghargai dan menguasai Iptek yang maju;

Adanya karakter disiplin diri dan disiplin sosial yang tinggi;


8. Manfaat belajar filsafat ilmu bagi (calon) ilmuwan dan guru adalah
Agar terlatih berpikir serius, agar mampu memahami filsafat.
Agar mungkin menjadi ahli filasafat, agar menjadi warga Negara yang baik.
Sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga kita menjadi kritis terhadap
kegiatan ilmiah.
Untuk merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan.
Untuk memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
Memberikan wawasan yang bersifat komprehensif mengenai hakikat pendidikan.
Menjadi asumsi bagi praktek pendidikan.
Memberikan pedoman kemana pendidikan seharusnya diarahkan, yang dirumuskan dalam
tujuan pendidikan.
Membangun sikap kritis dan kemandirian intelektual di tengah tengah teori pendidikan
dan praktek pendidikan yang ada atau sedang berlangsung.

9. Dalam mengembangkan teori suatu penelitian dibutuhkan landasan filsafat yang kuat dan
jelas untuk menentukan arah kemana pengembangan teori dilakukan. Coba saudara buat
suatu bentuk pengembangan teori yang didasarkan kepada filsafat sesuai dengan bidang
penelitian yang suadara kembangkan.
Jawab: Jelas kiranya bahwa lingkup bahasan filsafat pendidikan itu aspek-aspek yang
berhubungan dengan pendidikan, seperti: hakekat dasar, tujuan, isi dan kebijakan
serta penyelanggaraan pendidikan. Oleh karena itu bahasan filsafat pendidikan
sangatlah luas dan pelik. Pendidikan yang menjadi sarana mencerdaskan dan
mencerahkan manusia sangatlah luas lingkup bahasannya, filsafat pendidikan pun
tidak jauh berbeda lingkup bahasannya. Lingkup bahasan atau obyek filsafat
pendidikan sangat luas, seluas aspek pendidikan dan aspek yang berkait. Semua
aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan atau
memahami hakikat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan bagaimana
pelaksanaan pendidikan yang baik, dan bagaimana tujuan pendidikan dapat
dicapai sesuai yang dicita-citakan (Jalaluddin, 2007:25).
10. Peran ilmu terhadap pengembangan kebudayaan Nasional yaitu:
a. Sebagai pedoman dalam membina persatuan dan kesatuan bagi masyarakat majemuk
Indonesia.
b. Untuk memperkuat jati diri kita sebagai bangsa.
c. Sebagai pedoman dalam pengambilalihan dan pengembangan ilmu dan teknologi
modern.
d. Sebagai sistem gagasan dan perlambang yang memberi identitas kepada warga
Indonesia.
e. Sebagai sistem gagasan dan perlambang yang dapat dipakai oleh semua warga negara
Indonesia yang beraneka ragam untuk saling berkomunikasi/memperkuat rasa
solidaritas.
f. Sebagai sarana pemberi identitas bangsa, wahana komunikasi, dan penguat
soladaritas, serta pedoman alih ilmu dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai