Anda di halaman 1dari 14

QUIS

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

Oleh :

Nama : Nurna Mila Nasuwa


Nim : 2205905030101
Prodi : Ilmu Komunikasi
Unit/Ruang : U2A-203

Dosen Pengampu :

Said Fadhlain, MA

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2022
SOAL

1. Apa yang anda ketahui filsafat, ruang lingkup dan fungsinya dalam ilmu
pengetahuan !
2. Apa yag dimaksud dengan Filsafat Komunikasi dan bagaimana sejarah
perkembangan Ilmu komunikasi sebagai salah satu displin ilmu tersendiri?
3. Jelaskan sejarah tradisi pemikiran, serta basis pemikiran ilmu pengetahuan
yang terdiri dari epistemologi, teologis, universalisme dan empiris ?
4. Filsafat (ilmu) komunikasi memiliki tiga ranah. Jelaskan ketiga ranah tersebut
disertai contoh !
5. Jelaskan bagaimana etika menjadi pedoman dalam komunikasi dan mengapa
setiap orang harus menjadi orang yang beretika? Berikan contoh kasusnya
6. Jelaskan beberapa level etika dasar dalam kehidupan manusia yaitu etika
berbahasa, etika perilaku, etika berpikir,etika teologis (agama), dan etika taat
hukum. Jelaskan dengan contoh-contoh yang nyata dan konkrit.
JAWABAN

1. Apa yang anda ketahui filsafat, ruang lingkup dan fungsinya dalam ilmu
pengetahuan !

Definisi Filsafat :

pengertian filsafat secara bahasa (etimologi). Filsafat berasal dari beberapa


bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan
gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti
mencintai, menghormati, menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya
kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, atau kejernihan. Secara
etimologi, berfilsafat atau filsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan
atau kebenaran. ( Sutardjo: 2007,10)
definisi filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Ruang Lingkup:

Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia
yang amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata),
baik material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Filsafat
sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat
ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup
dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang
tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat
tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Jadi obyek filsafat itu
tidak terbatas.

Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau


permasalhan kehidupan mausia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga
objek pemikiran filsafat pendidikan. . Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu
pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri,
tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan
pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah
dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.Filsafat
Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa
dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang
terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan
berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan
pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana
(yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
 

Epistemologi ilmu
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand),akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara
akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam
epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model epistemologik seperti:
rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno-
menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan
kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan
(ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

Akslologi llmu
meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna
terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau
pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini
sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik
dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu
Fungsi :

 Melatih manusia berfikir kritik dan runtut dalam menyusun hasil fikiran secara
sistematis
 Meenambah pandangan dan cakrawala yangg lebih luas agar tidak berfikir
sempit
 Melatih diri mengambil kesimpulan mengenai sesuatu hal secara mendalam
dan komprehensif
 Menjadikan diri bersikap dinamis dan terbuka dalam menghadai suatu
problem
 Membuat diri menjadi manusia yang penuh toleransi dan tenggangg rasa
 Mejadi alat yang beguna bagi manusia baik unttuk kepentingan pribadinya
maupun dalam hubungannya dengan orang lain.
 Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadi maupun dalam
hubungan dengan orang lain, alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa

Referensi :
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/07/pengertian-dan-ruang-lingkup-
filsafat-ilmu-7/

2. Apa yag dimaksud dengan Filsafat Komunikasi dan bagaimana sejarah


perkembangan Ilmu komunikasi sebagai salah satu displin ilmu tersendiri?

Filsafat Komunikasi:
Filsafat Komunikasi menurut Kriyantono (2012:47) bisa didefinisikan
sebagai kegiatan berpikir dan menyelidiki secara lebih mendalam,
cermat, dan kritis terhadap proses komunikas yang meliputi ontologinya,
epistemologinya juga aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang
tepat dengan terus menanyakan jawaban -jawaban buat memecahkan masalah
problem pada proses komunikasi tadi. dari Prof. Onong U. Efendy, Filsafat
komunikasi ialah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki pemahaman secara
fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis, serta holistis
tentang teori serta proses komunikasi yang meliputi segala dimensi berdasarkan
bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, kegunaannya, teknik dan perannya.

Sejarah:
Ilmu komunikasi berawal dari sebuah seni berbicara yang kita kenal dengan
sebutan retorika dan dimulai di Yunani. Seiring perkembangan zaman retorika
berubah menjadi publizistik yang lebih dikenal dengan ilmu persuratkabaran
dan jurnalistik dan pada akhirnya menjadi suatu disiplin ilmu yaitu
komunikologi atau ilmu komunikasi (communication science) yang mengkaji
tentang pernyataan antara manusia verbal dan non verbal baik itu melalu media
massa (mass communication), radio, televise dan lainnya.

Referensi : https://ilmukomunikasi.uma.ac.id/2022/02/26/filsafat-komunikasi/

3. Jelaskan sejarah tradisi pemikiran, serta basis pemikiran ilmu pengetahuan yang
terdiri dari epistemologi, teologis, universalisme dan empiris?

Semua ilmu pasti memiiki epistemologi di dalamnya termasuk di dalam sejarah.


Pengandaian, dasar pertanggungjawaban dalam sejarah biasanya adalah dalam bentuk
fakta, kronologi dan kaulitas (sebab akibat) di dalam suatu peristiwa. Manfaat
epistemologi dalam sejarah adalah:

 Agar dapat memberikan identitas bahwa sejarah adalah sebuah ilmu yang
mampu dipertanggungjawabkan
 Agar fakta sejarah dapat diakui keberadaanya sebagai ilmu yang illmiah
 Agar sejarah dapat memberikan gambaran yang utuh tentang perkembangan
dari masa ke masa suatu peristiwa, yang mampu menunjukan kausalitas yang
bisa dijadikan ilmu pengetahuan yang layak diperhitungkan.
 Agar sejarah dapat diperhitungkan dalam mecari kebenaran melalui metode
ilmiah yang telah diciptakan

Menjadikan sejarah sebagai bagian yang penting dalam mata pelajaran sekolah.
Sejarah dianggap penting karena sejarah memiliki kajian ilmu yang baik di dalam
mengetahui secara ilmiah, perjuangan dan kemenangan bangsa di masa lampau, dan
kegagalan yang terjadi agar tidak terulang kembali
Epistomologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan. Di dalam epistemologi terdapat pengandaian-pengandaian, dasar-dasar
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

Referensi: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwihiu2P
u836AhVNUGwGHfUcBbIQFnoECBEQAQ&url=https%3A%2F%2Fedukasi.blog
%2Fan-https-brainly.co.id%2Ftugas%2F52281985&usg=AOvVaw3-
7rHw3XZ6hciAqGUQxuNx

4. Filsafat (ilmu) komunikasi memiliki tiga ranah. Jelaskan ketiga ranah tersebut
disertai contoh?

 Epistemologi
Epistemology is a branch of philosophy that studies knowledge, or how people know
what they claim to know. Secara etimologi, epistemologi berarti kata, pikiran
percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan. Secara tradisional yang
menjadi pokok persoalan dalam epistemologi adalah sumber, asal mula dan sifat dasar
pengetahuan; bidang, batas, dan jangkauan pengetahuan; serta validitas dan
reliabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan. Demikian juga dalam ilmu
komunikasi, epistemologi menjadi dasar untuk memahami secara mendalam apa
sesungguhnya ilmu komunikasi itu.
Isu-isu dasar dalam kajian ini biasanya diekspresikan melalui beberapa pertanyaan,
seperti: apakah ilmu komunikasi itu, apakah yang menjadi sumber dan dasar
terjadinya ilmu komunikasi, apakah ilmu komunikasi itu merupakan kebenaran yang
pasti atau hanya dugaan belaka. Misalnya dengan bersandar pada konstruktivisme dan
kesadaran bahwa dunia ini merupakan proses dan orang mengambil peran aktif dalam
menciptakan pengetahuan, maka komunikasi diasumsikan sebagai kendaraan yang
vital dalam konstruksi realitas sosial.
Untuk mengilustrasikan penjelasan epistemologi ini, penulis menggunakan kajian
gender dan media. Ada yang mengatakan bahwa media merupakan ruang bagi pria
untuk menyatakan eksistensi mereka. Ada pun tempat untuk wanita adalah selalu
berada pada domain belakang. Kaum feminis melontarkan kritik atas fenomena
komunikasi yang demikian. Isu politis, sosial dan budaya kemudian diangkat untuk
mengadvokasi hak perempuan dalam media. Secara epistemologi, wacana ini muncul
atas kritik dari kaum feminis terhadap ketidakadilan dalam media. Apakah isu ini
merupakan kebenaran atau bukan, yang jelas dia timbul dari kegelisahan manusia
akan sebuah fenomena yang dinilai tidak adil bagi sebagian dari mereka.
 
 Ontologi
Ontology is a branch of philosophy that deals with the nature of being, or mre
narrowly the nature of tings we seek to know. Pertanyaan untuk mengekspresikan
ontology ilmu komunikasi, misalnya: Apakah realitas dalam komunikasi itu? Apa
eksistensi yang sesungguhnya dari ilmu komunikasi itu? Apakah ilmu komunikasi
merupakan realitas yang tampak atau tidak?. Untuk ilmuwan dalam bidang
komunikasi, hal ini meliputi pemikiran mengenai tabiat dunia sosial dan entitas yang
memenuhi dunia. Dalam ilmu komunikasi, ontologi berpusat pada interaksi sosial
manusia. Seperti hanya pada ranah epistemologi, ontologi dalam ilmu komunikasi
juga dapat dilihat dari beragam perspektif. Misalnya Burell dan Morgan (1979) yang
berposisi sebagai realis. Menurut kaum realis ini, dunia fisik dan sosial dilihat sebagai
struktur yang eksis di “luar sana” dan bebas dari persepsi individu. Bagi kaum realis,
setiap individu bisa memiliki tingkat konsep yang beragam yang disebut kompensi
berkomunikasi seperti seseorang memiliki rambut dengan warna yang tertentu.
Sedangkan menurut kaum nominalis, kompetensi komunikasi individu merupakan
label dari pengalaman spesifik individu dalam dunia sosial mereka; hal ini tidak riil
dan tidak obyektif.
Ontologi dalam ilmu komunikasi menjadi penting karena para teoritisi
mengkonseptualisasikan komunikasi dengan bergantung pada pengukuran yang luas
mengenai bagaimana melihat para komunikator itu. Walaupun begitu banyak posisi
ontologis dapat dilihat dalam teori komunikasi, ada dua posisi dasar yang
mengemuka: actional theory dan nonactional theory. Actional theory berasumsi
bahwa individu menciptakan makna, memiliki intensi, dan membuat pilihan-pilihan
yang riil. Mereka berasumsi bahwa orang-orang bertingkah laku secara berbeda dalam
situasi yang berbeda karena perubahan aturan. Non actional theory berasumsi bahwa
tingkah laku pada dasarnya terbagi dan tergantung pada kondisi biologis dan
lingkungan. Hukum biasanya dipandang sebagai sesuai dengan tradisi ini; intepretasi
individu ada di ranah bawah.
Sebagai ilustrasi, penulis akan mengemukakan kasus kekerasan dalam media yang
dipotret melalui paradigma intepretif. Secara ontologi, paradima ini mengakui bahwa
realitas sosial terjadi dalam bentuk multi konstruksi mental berdasarkan lingkungan
sosial ataupun pengalaman individu, bersifat lokal dan spesifik, tergantung pada
individu yang melakukan pendefinisian terhadap sesuatu. Social realities cime to be
understood and acted upon social actors.  Reality can not be understood except
trough a consideration of the mental and social process that are continually
constructing that reality.  Setiap individu memiliki interpretasi yang berbeda terhadap
fenomena kekerasan dalam media. Kestabilan pendangan mengenai realitas yang
ditampilkan dalam media akan mempengaruhi perilakunya dalam realitas sosial
mereka. Dengan paradigma ini, secara ontologis, kekerasan dalam media dipandang
sebagai multikonstruksi mental dari individu yang mengambil referensi brdasarkan
lingkungan sosial ataupun pengalaman individu masing-masing.
 Aksiologi
Axiology is the branch of philosophy studying value. Sebuah pertanyaan subtantif dari
ranah ini adalah apakah ilmu komunikasi bebas nilai?. Pandangan klasik dalam ranah
ini menyatakan bahwa “nilai-nilai” tertentu tidak boleh mencemari proses kajian ilmu
pengetahuan – dalam hal ini ilmu komunikasi. Namun, beberapa ilmuwan lain
membantahnya dengan mengatakan bahwa nilai dari suatu konteks pengkajian ilmu
tidak dapat dieliminasi namun di dalam konteks verifikasi ilmu memang ilmuwan
harus memiliki mekanisme untuk mengeliminir nilai yang akan menodai aktivitas
keilmuan itu (Karl Popper, 1976)
Ilustrasi untuk bagian ini masih dengan contoh media dan kekerasan di atas dipandang
dengan paradigma interpretif. Secara aksiologi, tentu saja paradigma ini membantu
kita keluar dari kekakuan aliran klasik. Dia menyajikan konteks individu dan interaksi
sosialnya dalam berbagai kajian serta meminimalkan bias nilai dalam proses
pengkonstruksian kekerasan dalam media

Referensi: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj9nZK
Wzs36AhXHR2wGHZ3lAMYQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F
%2Fprimacademic.wordpress.com%2F2011%2F08%2F09%2Ffilsafat-komunikasi
%2F&usg=AOvVaw05irkbjaVII1PFOsO-0aZB

5. Jelaskan bagaimana etika menjadi pedoman dalam komunikasi dan mengapa setiap
orang harus menjadi orang yang beretika? Berikan contoh kasusnya
Etika komunikasi adalah gagasan moral yang mempengaruhi komunikasi.Secara
umum,etika komunikasi berkaitan dengan moral good present dalam segala bentuk
komunikasi manusia,ini termasuk komunikasi antara orang,komunikasi media
massa,dan komunikasi digital.Komunikasi yang Etis mencakup kejujuran dalam
komunikasi,menjaga kerahasiaan informasi,dan tidak membahas hal yang bersifat
pribadi maupun urusan orang lain didepan umum atau di depan pihak ketiga.

Mengapa manusia perlu beretika ? karena pada dasarnya setiap manusia ingin
dihargai satu sama lain. Manusia secara naluriah ingin menciptakan citra yanag baik
tentang dirinya kepada orang lain. Untuk alasan itu maka manusia perlu beretika.

Contoh :

 Berbicara dengan suara yang jelas


 Tidak berbicara terlalu cepat dan terlalu lambat
 Saling melihat,jadi tiada kesan tak diperhatikan
 Berbicara seperlunya
 Memberikan kesempatan kepada lawan bicara
 Tidak menyela pembicaraan
 Menjaga emosi saat berkomunikasi
 Tidak menguap saat lawan berbicara
 Berbicara dengan sopan dan baik

Referensi: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjj5MDazs36AhXhwnMB
HV70DQsQFnoECA0QAQ&url=https%3A%2F%2Fbrainly.co.id%2Ftugas
%2F46295499&usg=AOvVaw17NJ4jWI0UP7FSrKfcNWW1

6. Jelaskan beberapa level etika dasar dalam kehidupan manusia yaitu etika berbahasa,
etika perilaku, etika berpikir,etika teologis (agama), dan etika taat hukum. Jelaskan
dengan contoh-contoh yang nyata dan konkrit.

Etika berbahasa.

Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah sebuah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika juga mencakup tata krama, sopan santun, berperilaku, mental positif. Dari
cakupan-cakupan tersebut dapat dikatakan bahwa etika adalah hal yang mengatur
tingkat kecerdasan manusia. Etika timbul karena adanya kesepakatan. Semakin tinggi
pemahaman etika, maka semakin tinggi pula pluralism.Bahasa merupakan hal pokok
dan paling mendasar dalam komunikasi. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan
pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai
alatnya.bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai
tanda yang menyimpulkan suatu tujuan.
Dari beberapa pengertian tadi dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah ucapan dari
pemikiran dan perasaan manusia yang mengandung makna dan memiliki tujuan.Etika
pun mengatur cara kita berbahasa. Jika memiliki etika, maka bahasa yang kita
ucapkan pun memiliki makna. Dengan kata lain, etika mengatur cara kita bertutur
kata. Namun, seiring perkembangan zaman, secara perlahan etika mulai menghilang,
sehingga makna dari setiap tutur kata pun juga berkurang.Contoh : Pada zaman
dahulu, memanggil ke dua orang tua harus dengan “Ayah” atau “Ibu”. Namun
sekarang, beberapa orang yang tidak memiliki etika memanggilnya dengan sebutan
“Lo” atau “gue”.

Etika perilaku

Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud
bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut
rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan
perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Dari
pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan aksi ataupun
tindakan ketika berinteraksi dan dapat dipelajari.Etika mengatur caranya manusia
berperilaku. Etika juga menentukan bagaimana kita bisa berperilaku dengan sesama
kita dan orang lain.Contoh kecil perilaku tanpa etika adalah ketika seorang mahasiswa
merokok di lingkungan kampus atau bahkan di dalam ruang kelas,padahal mahasiswa
tersebut sudah tau bahwa ada larangan untuk tidak merokok di lingkungan kampus.
Etika berpikir

Berpikir adalah timbulnya ide-ide yang berada di dalam otak seseorang dan memiliki
tujuan. Biasanya seseorang berpikir untuk mencari sesuatu yang sedang dibutuhkan,
misalnya bagaimana cara memecahkan suatu masalah, caranya mendapatkan sesuatu,
dan sebagainya.Diimbangi dengan etika, maka berpikir dapat menghasilkan hal-hal
yang positif. Jika tidak, yang dihasilkan adalah hal-hal negative. Berpikir menentukan
cara kita bermoral dalam bermasyarakat.Contoh : sex merupakan kebutuhan pasangan
laki-laki dan perempuan yang sudah menikah. Namun, bagi mereka yang belum
menikah dan apabila memiliki pikiran yang negative maka mereka bisa jadi
berhubungan seks sebelum waktunya sehingga memiliki moral yang buruk dimata
masyarakat.

Etika Teologis

Etika ini mengajar kita mengenai hal-hal yang baik maupun yang buruk.Contohnya
Dilarang mencuri.Etika Taat hukum dan peraturan yang berlakuTaat hukum dan
menaati peraturan yang berlaku tidak akan merugikan kita. Justru ini melindungi kita
dari bahaya dan hal-hal yang tidak kita inginkan. Jika kita memiliki etika, maka pasti
kita akan menaati hukum dan peraturan yang berlaku.Contohnya pengendara motor
wajib menggunakan helm; setiap pengendara wajib memiliki SIM, karena jika tidak
memilikinya maka akan terkena tilang.

Referensi: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjX8qH
B0c36AhVZ_XMBHUeNAHoQFnoECBYQAQ&url=http%3A%2F
%2Feprints.ipdn.ac.id
%2F23%2F2%2FISI.pdf&usg=AOvVaw03ZaOnBjP6bPME2PbA1T_4

Anda mungkin juga menyukai