Anda di halaman 1dari 78

FILSAFAT ILMU

prof dr gatot suradji, msc

Materi mencakup :
1. Pengertian Filsafat
2. Persamaan dan perbadaan Fulsafat dan Ilmu
3. Perbedaan Ilmu Filsafat dan Filsafat Ilmu
4. Dari Mitos ke Logos
5. Periodisasi Filssafat Barat
6. Pemetaan Cabang Fisafat : Ontologi – Epistologi - Aksiologi
– Etika – Estetika.
7. Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan Agama
8. Persamaan, perbadaan dan titik singgungnya
9. Ciri berpikir filsafat
10. Cara belajar filsafat
11. Melakukan penelitian dan menulis filsafat
12. Melakukan dialog filsafat
13. Metode filsafat Sokrates, Plato, Aristoteles, Plotinos,
Descrates, Francis Bacon, dan Zeno.
14. Manfaat mempelajari Ilmu Filsafat dan Falsafat Ilmu.
A. APA ITU FILSAFAT ?
Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang berbeda makna.
Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris,
sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia atau philosophos.
Philos atau philein berarti teman atau cinta, dan shopia atau shopos
berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah.
Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artinya induk dari segala
ilmu pengetahuan.
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata
falsafah (Arab), philosophie (Prancis, Belanda dan Jerman), serta
philosophy (Inggris).
Dengan demikian filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat
bijaksana (menjadi kata sifat) bisa berarti teman kebijaksanaan
(menjadi kata benda) atau induk dari segala ilmu pengetahuan.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN FILSAFAT
DAN ILMU

 PERSAMAAN:
• Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki
obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya
• Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau
koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan
mencoba menunjukkan sebab-akibatnya
• Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan
yang bergandengan
• Keduanya mempunyai metode dan sistem
• Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan
seluruhnya timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan
pengetahuan yang lebih mendasar.
 PERBEDAAN:
• Obyek material [lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum],
yaitu segala sesuatu yang ada [realita] sedangkan obyek material
ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing
secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin tertentu
• Obyek formal [sudut pandangan] filsafat itu bersifat non
fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang
ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek
formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide
manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.
• Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah
diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai
ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat
timbul dari nilainnya
• Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam
berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari
tidak tahu menjadi tahu
• Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu
menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih
dekat, yang sekunder [secondary cause]
Perbedaan ilmu filsafat dengan filsafat ilmu.

Ilmu filsafat adalah ilmu tentang dasar-dasar filsafat yang mencakup


sistematika filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, objek-
objek filsafat, sejarah filsafat dan metode-metode filsafat.
Sedangkan filsafat ilmu adalah cabang filsafat dan bagian dari
Epistemologi yang mengkaji ilmu pengetahuan dari segi ciri-ciri dan
cara-cara memperolehnya.
Dilihat dari objek kajiannya, objek kajian ilmu filsafat adalah semesta
atau semua yang ada di sekitar manusia dalam arti seluas-luasnya.
Sedangkan objek kajian filsafat ilmu adalah ilmu-ilmu yang
diperoleh manusia baik yang bersifat ilmiah maupun tidak.
Selain itu, perbedaan juga ditemukan pada sudut pandang atau
pendekatan yang dipakai. Ilmu filsafat pendekatannya bersifat integral
yang artinya ilmu filsafat tidak hanya mengkaji dari satu sudut pandang
saja tetapi menyeluruh.
Sedangkan filsafat ilmu pendekatannya disesuaikan dengan kajian
ilmunya masing-masing.
• Perbedaan filsafat pengetahuan (Epistemologi) dengan filsafat ilmu
pengetahuan.
• Walaupun objek kajian keduanya sama-sama pengetahuan, filsafat
pengetahuan mengkaji pengetahuan dalam arti seluas-luasnya,
termasuk pengetahuan sehari-hari.
• Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan mengkaji pengetahuan yang
bersifat khusus dan bersifat ilmiah untuk membedakannya dari
pengetahuan sehari-hari.
• Selain itu, filsafat pengetahuan juga  membahas tentang batas, sumber,
struktur dan keabsahan pengetahuan
• Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan membahas ciri keilmiahan suatu
ilmu pengetahuan dengan cara kerja ilmiah.
• Perbedaan yang lain, filsafat pengetahuan bertujuan untuk mencapai
hakikat ilmu pengetahuan sedangkan filsafat ilmu pengetahuan hanya
mencoba menerangkan gejala-gejala secara ilmiah.
B. DARI MITOS KE LOGOS
Pada abad ke 6, ketika globalisasi belum ada, di seluruh dunia
(especially di Yunani) simultaneously terjadi pergantian cara berpikir
dari ‘mitos’ menjadi ‘logos’.
Mitos atau mite adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan
kisah masa lalu (masa lampau), yang mengandung penafsiran
tentang alam semesta serta keberadaan makhluk di dalamnya, dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau
penganutnya.
Dalam pengertian yang lebih luas, mitos dapat mengacu kepada
cerita tradisional (cerita kuno).[2] 
Pada umumnya, mitos menceritakan kejadian alam semesta,
dunia dan para makhluk penghuninya, bentuk topografi, kisah para
mahkluk supranatural, dan sebagainya.
Mitos bisa muncul dari catatan peristiwa sejarah yang terlalu
dilebih-lebihkan.
Sedangkan logos, termasuk konsep salah satu kunci dalam agama Yahudi.
Kata logos dalam bahasa Ibrani, davar, sangat erat hubungannya dengan
penciptaan, kristologi, soteriologi, dan teologi.
Kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti sabda, atau "buah
pikiran" yang diungkapkan dengan perkataan, pertimbangan nalar, atau
arti.
Dalam bahasa Ibrani, davar berarti hal yang berada di belakang, yang
berarti firman Tuhan, yang dianggap sejajar dengan sofia (hikmat), yaitu
perantara (wasilah) Tuhan dengan makhluk ciptaannya. [3]

Sekitar abad ke-6 S.M. sudah mulai berkembang suatu pendekatan yang
sama sekali berlainan. Sejak saat itu manusia mulai mencari jawaban-
jawaban rasional tentang masalah-masalah yang diajukan oleh alam
semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mitos (mythos), dengan
begitulah filsafat dilahirkan.
Bisa dikatakan bahwa kata "logos" mempunyai arti yang lebih luas
dibandingkan kata "rasio". Logos berarti baik kata (tuturan, bahasa)
maupun juga rasio.
Disimpulkan bahwa perubahan mitos ke logos merupakan
revolusi, mengingat pemenuhan pengertian dan syarat-syarat.
Dengan demikian Revolusi pengetahuan ini secara tidak langsung
merupakan revolusi pertama dan utama. Hal tersebut dikarenakan
buah dari revolusi ini merupakan dasar dari segala perubahan
pemikiran.
Poin yang perlu digaris bawahi ialah perubahan pola pikir yang
tidak hanya menerima mitos sebagai wahyu yang diwartakan turun
temurun, melainkan pola pikir untuk mencari dan terus mencari
kebenaran.
Revolusi-revolusi yang terjadi setelah Revolusi pengetahuan
merupakan usaha untuk mencari kebenaran.
Selain itu munculnya ilmu pengetahuan, yang memiliki banyak
pengaruh dalam merubah dunia, juga merupakan buah dari Revolusi
pengetahuan.
• Dengan adanya ilmu pengetahuan, maka berkembanglah pola pikir
manusia yang nantinya pola pikir tersebut melahirkan revolusi yang
lain.
C. PERIODISASI FILSAFAT BARAT
Sejarah filsafat Barat dibagi dalam empat periode, yaitu
zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa
kini.
a) Zaman filsafat Yunani Kuno ( 600 SM – 400 SM)
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
Tokoh-tokohnya dikenaldengan nama filsuf pertama atau
filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut Thales, arche itu air, Anaximandors berpendapat
arche itu yang tak terbatas(to aperion).Anaximenes : arche
itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu
api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu teta, tidak
bergerak.
b)Zaman Keemasan Filsafat Yunani Kuno
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles,kegiatan politik dan filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai
berpidato (retorika) dinamakan kaum sofis.
Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.
Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia,
sebagaimana dikatakan oleh Pythagoras, “manusia adalah ukuran untuk
segala-galanya”.hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan
bahwa
“yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif
yang dijunjung tinggi oleh semua orang”.
Akibat ucapannya itu Socrates dihukum mati.
Hasil pemikirannya Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato.
Dalam filsafatnya Plato mengatakan: “realitas seluruhnya terbagi atas
dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya
terbuka bagi rasio kita.
Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua adalah ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa
yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkrit. Ide manusia tidak
terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis.
Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan adalah mengenai
abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh
pengetahuan.
c) Masa Helinistis dan Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran,sebagai berikut:
1) Stoisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
“logos”. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari.
2) Epikurisme
Segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan
bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada
dewa-dewa.
3) Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
4) Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil beberapa unsur filsafat dari
aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-
sungguh
5) Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah
Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Alloh sebagai “yang satu”. Segala
sesuatu berasal dari yang satu daningin kembali kepada nya.
d) Zaman Abad Pertengahan
Filsafat pada zaman pertengahan mengalami dua periode:
1) Periode Patristik
Pratistik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa
Gereja,ialah ahli agama kristen pada abad permulaan agama
Kristen.
2) Periode Skolastik
Periode Skolastik berlangsung dari tahun 800-1500 M

e) Zaman modern
• Zaman modern dimulai dengan masa Renaissance yang berarti
kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali
kebudayaan klasik(Yunani-Romawi).
• Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene
Descartes (1596-1650),B.Spinosa (1632-1677), dan G.Leibniz
(1646-1716).
• Mereka menekankan pentingnya rasio atau akal budi manusia.
f) Masa Kini
Masa kini dimulai pada abad ke-19 dan 20 dengan timbulnya berbagai
aliran yang berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Pragmatisme, Neo Kantianisme, Neo Tomisme, dan Fenomenologi.
1) Positivisme
Positivisme mulai pada filsuf A.Comte(1798-1857). A.Comte(sosiolog
pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia,pemikiran setiap
ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati tiga
tahap, yaitu: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap positif-ilmiah.
2) Marxisme
Tokohnya adalah Karl Max, Pemikiran Karl Max ditunjukkan dengan
materialisme dialektis dan materialisme historis.
3) Eksistensialisme
Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad ke-19oleh S.Kierkegaard (1813-
1855) dan F.Nietsche(1844-1900).Pada abad ke20 eksistensialisme menjadi
aliran filsafat yang sangat penting.Filsuf-filsuf yang paling besar adalah
K.Jaspars, M.Heideger, J.P.Sarte,G.Marcel dan Merleau Ponty.
4)Fenomenologi
Metode fenomenologi berasal dari E.Husserl (1859-1938) dan kemudian
dikembangkan oleh M.Scheler (1874-1928) dan M.MerleauPonty.
Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-
gejala dengan menggunakan intuisi.
5)Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir diAmerika Serikat
sekitar 1900.
Tokoh-tokoh terpenting dari pragmatisme adalah W.James(1842-1920)
dan J.Dewey (1859-1914).
Pragmatisme mengajarkan bahwa ide-ide tidak “benar” atau “salah”
melainkan ide-ide dijadikan benar oleh suatu tindakan tertentu.
6)Neo-Kantianisme dan Neo-tomisme
Neo-Kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran
ini dianggap sebagai epistemolog dan kritik ilmu pengetahuan.
Tokoh-tokoh terpenting adalah E.Cassier (1874-1945),H.Rickert (1863-
1936), H.Vaihinger (1852-1933).
Neo-Tomisme berkembang di dunia Katolik di banyak negara di Eropa
dan di Amerika.
D. PEMETAAN CABANG FILSAFAT
Cabang – cabang ilmu filsafat  di antaranya Ontologi, Epistimologi, dan
Aksiologi. Ontologi adalah cabang ilmu yang membahas hakikat segala
sesuatu yang ada. Epistimologi adalah cabang ilmu menjelaskan tentang
bagaimana mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut.
Aksiologi membahas tentang untuk apa ilmu itu digunakan.
• ONTOLOGI
Ontologi berasal dari bahasa Yunani  yaitu  Ontos  berarti yang berada
(being) dan Logos berarti pikiran (logic).
Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang
ada/berada atau dengan kata lain  artinya ilmu yang mempelajari tentang
“yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika.  
Sedangkan,  menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang
telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani.
Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang membahas tentang
prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda  yang
terdiri dari alam , manusia individu, umum, terbatas  dan tidak terbatas
(jiwa). Di dalam ontologi juga terdapat  aliran yaitu  aliran monoisme
yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu sumber (1 hakekat).

Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah


pernyataan – pernyataan dalam sebuah  ilmu. Landasan-landasan itu
biasanya kita sebut dengan Metafisika. Metafisika merupakan cabang
dari filsafat yang menyelidiki gerakan atau perubahan yang berkaitan
dengan yang ada (being).
Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya:
• Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?
• Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
• Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia
(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan
pengetahuan?
• Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu?
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah
secara :
• Metodis            : menggunakan cara ilmiah.
• Sistematis         :saling berkaitan satu sama lain secara teratur  dalam satu
keseluruhan.
• Koheren           : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh
• mengandung uraian yang bertentangan.
• Rasional           : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar
(logis)
• Komprehensif  : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
• Radikal            : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
• Universal         : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum  yang
berlaku dimana saja.
• Hakikat dari Ontologi  Ilmu Pengetahuan
• Ilmu berasal dari riset (penelitian)
• Tidak ada konsep wahyu
• Adanya konsep pengetahuan empiris
• Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
• Pengetahuan metodologis
• Pengetahuan observatif
• Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
• Menghargai asas skeptisisme yang redikal.
Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari
suatu yang ada atau berwujud berdasarkan logika sehigga dapat
diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional dapat difikirkan dan
sudah terbukti keabsahaanya.
• EPISTIMOLOGI
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme
berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau
teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan
sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan
sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges). Epistimologi
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal, sumber,
metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Istilah epistimologi dipakai pertama kali oleh J. F. Feriere untuk
membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi (metafisika
umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang
filsafat yang mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi
merupakan bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya
pengetahuan, sumber pengetahuan asal mula pengetahuan, batas – batas,
sifat sifat dan kesahihan pengetahuan. Objeck material epistimologi
adalah pengetahuan . Objek formal epistemologi adalah hakekat
pengetahuan.
Logika Material adalah usaha untuk menetapkan kebenaran
dari suatu pemikiran di tinjau dari segi isinya. Lawannya adalah
logika formal (menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal).
Dengan kata lain, apabila logika formal yang biasanya disebut
istilah’logika’berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk
pemikiran yang masuk akal, maka logika material berusaha untuk
menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi
isinya.
Kriteriologia  berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran.
Ukuran yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar
tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian
kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang berusaha untuk
menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan
berdasarkan ukuran tentang kebenaran.
Gnoseologia (gnosis = keilahian, logos = ilmu pengetahuan) adalah
ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk
memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan,
khususnya mengenahi pengetahuan yang bersifat keilahian.
J.A.Niels Mulder menjelaskan bahwa epistimologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya
dari ilmu pengetahuan. 
Abbas Hamami Mintarejo berpendapat bahwa epistemologi adlah
bagian filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan dan mengadakan penilaian atau pembenaran
dari pengetahuan yang telah terjadi itu.
Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang
terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
Jadi, objek material epistimologi adalah pengetahuan, sedangkan
objek formalnya adalah hakikat pengetahuan itu.
Aspek estimologi merupakan aspek yang membahas tentang
pengetahuan filsafat. Aspek ini membahas bagaimana cara kita
mencari pengetahuan dan seperti apa pengetahuan tersebut. Dalam
aspek epistemologi ini terdapat beberapa logika, yaitu: analogi,
silogisme, premis mayor, dan premis minor.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persaaman antar bentuk yang
menjadi dasar terjadinya bentuk – bentuk yang lain.
Silogisme adalah penarikan kesimpilan konklusi secara deduktif
tidak langsung, yang konklusinya ditarik dari premis yang di
sediakan sekaligus.
Premis mayor bersifat umum yang berisi tentang pengetahuan,
kebenaran, dan kepastian.
Premis Minor bersifat spesifik yang berisi sebuah struktur berpikir
dan dalil – dalilnya.
Dalam epistimologi dikenal dengan 2 aliran, yaitu:
• Rasionalisme :Pentingnya akal yang menentukan
hasil/keputusan.
• Empirism :Realita kebenaran terletak pada benda kongrit
yang dapat diindra karena ilmu atau pengalam impiris
• AKSIOLOGI
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani
yaitu: axios yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. . Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang
berharga yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksioloagi adalah ilmu yang membecirakan tentang tujuan ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Jadi, aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat
yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu
tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula karena
akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang
lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu
tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan
nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan
ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah
menimbulkan bencana
• ETIKA
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan
sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada
perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah
satu cabang filsafat tertua
Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi
sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh
dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem
filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan
deontologi.
• Hedoisme adalah pandangan moral yang menyamakan baik menurut
pandangan moral dengan kesenangan.
• Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar
tujuan. Dan adapun tujuan dari amnesia itu sendiri adalah
kebahagiaan.
• Utilitarisme yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah
memajukan kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan
perintah-perintah illahi atau melindungi apa yang disebut hak-hak
kodrati.
• Deontologi adalah pemikiran tentang moral yang diciptakan oleh
Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik secara
terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila
digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
• ESTETIKA
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu
terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu
kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat
selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kulaitas objek, melainkan
sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan.
Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa
sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya
pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan
nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat
objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap.
Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
E. FILSAFAT, ILMU PENGETAHUAN, DAN AGAMA
Filsafat adalah salah satu bidang kajian yang mengkaji cara berpikir sampai
dengan mendalam tentang hakikat sesuatu, filsafat juga merupakan induk
dari ilmu pengetahuan.
Adapun fungsi filsafat ilmu yaitu:
1. Membantu mendalami pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu, atau juga
mendalami asumsi manusia tentang makna atau realitas dan lingkup
tanggung jawab secara sistematis dan historis
2. Sebagai bentuk ideologi artinya mempunyai analisis secara terbuka dan
bersikap kritis untuk mendalami argumentasi-argumentasi agama, ideologi,
dan pandangan-pandangan tentang dunia.
3. Sebagai dasar metode dan wawasan yang lebih mendalam dan kritis dalam
mempelajari ilmu
4. Menerapkan dasar yang paling fundamental untuk bisa berpartisipasi
secara kritis dalam kehidupan intelektual pada umumnya, dan lingkungan
akademis secara khusus
5. Memberikan keluasan wawasan dan kemampuan analisis serta kritis yang
bertujuan untuk memahami lebih dalam terhadap masalah-masalah
intelektual, spiritual dan ideologi.
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan merupakan hal fundamental dalam kehidupan manusia di dunia,
tujuannya agar manusia mampu meningkatkan kualitas dan eksistensi pada dirinya.
Adapun fungsi lain dari ilmu pengetahuan, yaitu:
1.Fungsi deskriptif
Fungsi deskriptif ini menggambarkan, melukiskan dan menampakkan suatu objek
atau masalah sehingga mudah dan dipelajari dan dipahami oleh peneliti
2.Fungsi pengembangan
Fungsi pengembangan ini yaitu melanjutkan hasil penemuan yang lalu atau
sebelumnya untuk kemudian dapat menemukan ilmu pengetahuan yang baru.
3.Fungsi prediksi
Fungsi prediksi yaitu meramalkan kejadian yang mungkin terjadi pada masa yang
akan datang, sehingga manusia dapat mengambil tindakan yang perlu disiapkan dalam
menyikapi kejadian tersebut.
4.Fungsi kontrol
Fungsi kontrol ini yaitu berusaha mengendalikan peristiwa yang dikehendaki ataupun
tidak.
• AGAMA
Agama merupakan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang
bersifat spiritual dalam hal yang ghaib dan tidak terlihat langsung
oleh mata. Agama merupakan kepercayaan atau keyakinan seseorang
akan adanya kekuatan ghaib yang ada di luar panca indera yang dapat
ia rasa untuk kemudian ia imani dan percayai dengan keyakinan
seyakin-yakinnya.
Fungsi agama dalam kehidupan individu dan masyarakat yaitu:
1. Fungsi edukatif
Fungsi edukatif yaitu seseorang yang menganut agama
berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut merupakan
ajaran-ajaran yang harus ditaati atau dipatuhi.
2. Fungsi penyelamat
Fungsi penyelamat yaitu berfungsi sebagai media penyelamat bagi
manusia. Artinya saat manusia menginginkan keselamatan dalam
kehidupan di dunia dan akhirat, maka hanya agama yang mampu
menunjukkan cara mencapai keselamatan tersebut.
3. Fungsi perdamaian
Fungsi perdamaian merupakan suatu kepercayaan yang dianut
seseorang, bahwa siapa saja mahluk yang berdosa akan
mendapatkan imbalan ataupun balasan dari apa yang ia lakukan.
kepercayaan inilah kemudian dapat menciptakan perdamaian.
4. Fungsi sosialisasi terkontrol
Agama berfungsi sebagai kontrol bagi individu pemeluknya,
penganut agama akan memperoleh keterikatan batin pada tuntunan
agama yang ia yakini, fungsi ini akan berjalan dengan baik bagi
pribadi maupun berkelompok jika dijalankan dengan kepatuhan
seutuhnya pada doktrinasi agama yang ia yakini.
 PERSAMAAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA
Yang paling pokok persamaan dari ketiga bagian ini adalah sama-
sama bertujuan untuk mencari kebenaran.  Ilmu pengetahuan dengan
metodenya sendiri, mencari kebenaran tentang alam dan termasuk di
dalamnya manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
menghampiri kebenaran, baik tentang alam, maupun tentang
manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena
diluar atau diatas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan. Agama
dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas
segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang
alam, manusia, atau tentang Tuhan.

 PERBEDAAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA


Terdapat perbedaan yang mencolok antara ketiga aspek tersebut,
dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal budi atau rasio
manusia. Sedangkan agama bersumber wahyu dari Tuhan.
Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset),
pengalaman (empiri), dan percobaan (eksperimen). Filsafat menemukan
kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi atau rasio
yang dilakukan dengan cara mendalam, menyeluruh, dan universal.
Kebenaran yang diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil
pemikiran (logika) manusia, dengan cara perenungan (berpikir) yang
mendalam (radikal) tentang hakikat segala seuatu (metafisika). Sedangkan
agama mengajarkankebenaran atau memberi  jawaban tentang berbagai
masalah asasi melalui wahyu atau kitab suci yang berupa firman Tuhan.
Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu pengetahuan adalah kebenaran
positif yaitu kebenaran yang masih berlaku sampai dengan ditemukan
kebenaran atau teori yang lebih kuat dalilnya atau alasannya. Kebenaran
filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa dugaan yang tidak dapat
dibuktikan secara empiris, riset, dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu
maupun kebenaran filsafat keduanya nisbi (relatif). Sedangkan kebenaran
agamabersifat mutlak (absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang
diturunkan oleh yang Maha Benar, yang Maha Mutlak
• TITIK SINGGUNG

Tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat dijawab


secara positif oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu terbatas, terutama
oleh subjeknya (sang penyelidik), oleh objeknya (baik objek
material maupun objek formalnya) dan juga oleh metodologinya. 
Agama memberikan jawaban tentang banyak (pelbagai) soal asasi
yang sama sekali tidak terjawab oleh ilmu yang di pertanyakan,
namun tidak terjawab secara bulat oleh filsafat. Allah telah
menganugerahkan kepada manusia : alam, akal budi, dan wahyu.
Dengan akal budi manusia dapat lebih memahami, baik ayat
qur’aniyah (wahyu) maupun ayat kauniyah (alam) untuk
kebahagiaan mereka yang hakiki. 
Filsafat sama halnya dengan agama, sama-sama mengkaji tentang
kebajikan, tentang Tuhan, baik dan buruk dan lain-lain. Itulah sebabnya
maka filsafat mempunyai hubungan yang dekat dengan agama di satu
sisi dan ilmu pengetahuan di sisi lain. 
Hubungan yang lebih dekat lagi, dapat disaksikan bahwa hal-hal yang
tidak terjangkau oleh akal pikiran (filsafat) akan terjawab melalui
wahyu atau agama. Begitu juga dengan filsafat, membahas persoalan-
persoalan yang tidak terjawab oleh ilmu pengetahuan. 
Dengan demikian, antara ilmu, filsafat, dan agama dapat saling mengisi
dan saling melengkapi. Sehingga menjadi lengkaplah sudah kebutuhan
manusia untuk memahami keberadaan alam, manusia, dan Tuhan.
F. CIRI BERFIKIR FILSAFAT
1. Radikal
Arti dari berfikir radikal berfikir sampai ke akar-akarnya. Kata
radikal berasal dari kata Yunani radix yang berarti akar. Maksud dari
berfikir sampai ke akar-akarnya yaitu berfikir sampai pada hakikat,
esensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang
berfilsafat dengan akalnya akan berusaha untuk dapat menangkap
pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala
pengetahuan indrawi.
Implementasi dari berpikir radikal dalam filsafat ini adalah jika ada
suatu permasalahan saya akan mencari tau masalah itu sampai saya
mengetahui titik awal masalah itu agar saya tau kebenarannya, dapat
terjadi sehingga saya dapat menentukan penyelesaian masalah
tersebut dengan tepat.
Contoh terdapat perselisihan antara dua teman saya, kemudian saya
mencari tahu sebab awal terjadinya perselisihan tersebut, kemudian
saya akan membantu menyelesaikannya.
2. Kritis
Maksud dari berpikir kritis adalah saya akan tanggap terhadap setiap
persoalan yang terjadi atau yang sedang berkembang, bahkan saya akan
mendatanginya jika itu memungkinkan. Setelah itu saya akan
mengumpulkan bukti-bukti serta menggunakan otak saya untuk
berpikir bagamana cara menyelesaikan persoalan tersebut.
3. Rasional
Maksud dari berpikir rasional adalah saya akan berfikir menggunakan
otak saya (bukan menggunakan perasaan) untuk menyelesaikan suatu
persoalan dan hasil pemikiran saya tentunya harus masuk akal.
4. Reflektif
Maksud dari berpikir reflektif adalah saya akan membandingkan suatu
permasalahan yang sama (yang pernah ditemukan) kemudian saya akan
mengevaluasi cara pandang diri saya saat menyelesaikan permasalahan
yang dulu setelah itu saya akan mengaitkan permasalahan yang baru
dengan pandangan-pandangan dan realitas baru yang saya dapat atau
yang telah saya alami.
5. Konseptual
Berfikir secara konseptua yaitu berfikir mengenai hasil generalisasi dan
abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.
Berfikir secara kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran
terhadap perbuatan-perbuatan bebas yang dilakukan oleh orang-orang
tertentu sebagaimana yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, akan
tetapi bersangkutan dengan pemikiran “apakah kebebasan itu”?
Implementasi dari berpikir konseptual dalam filsafat ini adalah jika
terdapat suatu persoalan saya hendaknya tau konsep konsep dari setiap
masalah agar mudah dalam mencari kebenarannya.
Contohnya saya membuat suatu penyelesaian masalah, kemudian saya
tau apa saja konsep konsep dari maslah yang saya hadapi.
6. Koheren
Berfikir secara koheren artinya berfikir sesuai dengan kaidah-kaidah
berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula diartikan
dengan berfikir secara runtut.
Implementasi dari berpikir koheren adalah saya akan menyelesaikan
suatu persoalan dengan runtut sesuai kaiah-kaidah berfikir.
7. Konsisten
Maksud dari berpikir konsisten adalah saya akan menyelesaikan suatu
persoalan dengan runtut sesuai kaiah-kaidah berfikir serta saya akan
konsisten dengan apa yang telah saya lakukan.
8. Sistematis
Berfikir secara sistematis yaitu mengemukakan jawaban terhadap suatu
masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses
befilsafat. Pendapat-pendapat tersebut harus saling berhubungan secara
teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu.
Implementasi dari berpikir sistematis dalam filsafat ini adalah jika ada
suatu permasalahan kita harus menyelesaikannya secara runtut (dimulai
dari cikal bakal permasalahan sampai penyelesaian permasalahan),
tidak boleh terjadi jumping conclusion.
Contohnya ada suatu persoalan, kemudian saya mencari tahu dan mulai
menyelesaikannya secara bertahap (dari awal sampai akhir tanpa ada yang
dilompati
9. Metodis
Maksud dari berpikir metodis adalah saya akan mengguakan metode
yang paling baik (menurut saya) untuk menylesaikan suatau
persoalan yang terjadi.
10. Komperhensif
Maksud dari berpikir komperhensif adalah saya akan mencari tahu
secara menyeluruhterlebih dahulu tentang persoalan yang sedang
terjadi dan saya akan berusaha menjelaskan sesuai kebenarannya.
11. Bebas dan bertanggungjawab
Maksud dari berpikir bebas dan bertanggungjawab adalah ketika
terdapat suatu persoalan saya bebas menggunakan cara apa saja
untuk menyelesaikannya, akan tetapi saya harus bisa
mempertanggungjawabkan cara yang saya pilih (ada bukti yang
dapat dipercaya).
Contohnya saya akan menyelesaikan suatu permasalahan, kemudian
saya memilih suatu metode penyelesaian sesuai dengan pemikiran
tokoh X.
G. CARA BELAJAR FILSAFAT
1. KULIAH, Gelar Pendidikan Filsafat
Raih gelar diploma atau sarjana. Pada tingkat S-1, jurusan filsafat
biasanya mempelajari beragam filosofi dari perspektif sejarah
maupun teoritis.[1]
Program diploma filsafat yang dapat ditempuh selama dua tahun
agak jarang ditemukan, karena ilmu filsafat dapat diterapkan pada
begitu banyak bidang pengetahuan. Karena itulah, program sarjana
filsafat yang dapat ditempuh selama empat tahun di institusi-institusi
pendidikan ilmu sosial (atau "liberal arts") lebih umum.
Anda mungkin akan mempelajari filsafat dunia, yaitu pemikiran dan
karya-karya para filsuf Yunani dan Eropa, serta filsafat analitis, yaitu
ilmu matematika, logika dan teori fisika.
Bidang-bidang ilmu yang umumnya dipelajari adalah etika,
metafisika, epistemologi dan estetika.
 
2. Raih gelar pasca-sarjana. Jika Anda ingin melanjutkan pendidikan di
bidang filsafat setelah meraih gelar sarjana, Anda dapat menempuh
pendidikan pasca-sarjana untuk meraih gelar Magister Filsafat (disebut
juga dengan “Magister Philosophiae” atau disingkat menjadi M.Phil.).
Program pasca-sarjana di bidang filsafat biasanya membutuhkan waktu
penyelesaian selama dua tahun.
Dalam sebagian besarnya, Anda akan menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran yang sama seperti yang dibutuhkan di dalam program
doktoral. Perbedaan utamanya hanyalah bahwa Anda tidak akan perlu
menulis disertasi.
 
3. Tempuh pendidikan dalam program doktoral. Meraih gelar Doktor di
bidang filsafat memang terkesan rumit, karena banyak bidang ilmu yang
memberikan gelar “doctorate in philosophy” (Ph.D.), atau “Doktor
Filsafat”. Anda perlu menyelidiki lebih lanjut untuk menemukan program
doktoral yang memang berfokus di bidang filsafat, bukan di bidang ilmu
yang lain.
Kebanyakan program doktoral yang berfokus di bidang filsafat disebut
dengan “filsafat sosial” atau “filsafat terapan”.
Membaca Karya-karya Filsafat
1. Bacalah seluruh teks beberapa kali. Kebanyakan pelajar filsafat
butuh membaca seluruh materi bacaan filsafat beberapa kali sebelum
dapat benar-benar memahaminya. Seiring dengan semakin majunya
studi, Anda mungkin dapat mengambangkan sistem membaca yang
tepat untuk Anda. Namun, pada awalnya, membaca setiap materi
sebanyak empat kali akan bermanfaat bagi Anda.
Saat membaca materi untuk pertama kalinya, amati daftar isi, pokok-
pokok pikiran kunci, dan/atau daftar istilah yang ada, kemudian baca
secara singkat seluruh isinya. Bacalah dengan cepat, dan selesaikan
setiap halaman dalam waktu kira-kira 30-60 detik. Garis bawahi
istilah-istilah dan gagasan-gagasan yang penting dengan pensil.
Tandai juga istilah-istilah yang baru bagi Anda.
Saat membaca untuk kedua kalinya, gunakan kecepatan yang mirip,
namun berhentilah untuk mengamati setiap istilah atau kata-kata
yang tidak Anda kenali dan tidak dapat Anda jelaskan dari
konteksnya..
Saat membaca untuk ketiga kalinya, kembalilah ke bagian-bagian
yang ditandai dengan tanda tanya atau tanda silang tadi, lalu bacalah
bagian-bagian itu dengan lebih teliti. Beri tanda centang jika Anda
telah memahaminya, atau tambahkan tanda tanya atau tanda silang
lagi jika Anda tetap belum memahaminya.
Saat membaca untuk keempat kalinya, bacalah kembali seluruh
materi dengan cepat, agar Anda tetap mengingat fokus utama dan
argumentasi kunci yang ada. Jika Anda membaca materi pelajaran,
temukan bagian-bagian di mana Anda masih mengalami kesulitan
pemahaman, agar Anda dapat bertanya mengenainya di kelas nanti.
2. Bacalah sebanyak mungkin materi. Satu-satunya cara untuk
membiasakan diri dengan filsafat adalah dengan membenamkan
diri di dalam karya-karya filsafat orang lain. Jika Anda tidak
membaca karya filsafat, Anda tidak akan dapat membicarakan atau
menuliskan tentangnya.
Jika Anda mempelajari filsafat secara formal, Anda harus selalu
menyelesaikan tugas membaca yang diwajibkan. Jangan hanya
mendengarkan penafsiran orang lain terhadap materi bacaan itu di
kelas. Anda sendiri perlu mempelajari dan menangkap gagasan-
gagasan yang ada, bukan sekedar membiarkan orang lain
melakukannya untuk Anda.
Menemukan materi bacaan sendiri juga bermanfaat. Saat Anda
telah makin terbiasa dengan berbagai cabang ilmu filsafat, secara
bertahap Anda dapat mulai memilih materi bacaan berdasarkan
topik-topik yang mungkin Anda minati.
3. Pelajari konteks dari karya yang Anda baca. [2] Setiap karya filsafat ditulis
secara berkaitan dengan konteks sejarah maupun budaya tertentu. Memang
karya-karya yang bersifat sepanjang masa menyajikan kebenaran dan
argumentasi yang dapat diterapkan di zaman modern ini, namun setiap karya
juga memiliki sisi bias budaya yang perlu Anda perhitungkan.
Pikirkan siapa penulisnya, kapan karya itu dipublikasikan, target pembaca
yang disasar, serta tujuan asli penulisannya. Pertanyakan juga tanggapan
masyarakat terhadap karya itu pada saat ia dipublikasikan, serta tanggapan
masyarakat di masa-masa sesudahnya.
4. Tentukan gagasan kunci yang utama. Sebagian gagasan kunci utama akan
tampak jelas dan dinyatakan secara eksplisit, namun banyak juga yang tidak.
Anda perlu mempelajari bagian-bagian dan gagasan-gagasan kunci yang
Anda temukan saat membaca untuk pertama dan kedua kalinya, agar dapat
menentukan gagasan kunci yang utama yang sedang diperdebatkan atau
yang menajdi argumentasi si filsuf.
Gagasan kunci ini bisa bersifat positif maupun negatif, yaitu bahwa ia
menerima/setuju dengan gagasan filsafat tertentu atau justru menolaknya.
Temukan gagasan yang dibahas pertama-tama. Kemudian, gunakan
penyataan si penulis tentang gagasan itu untuk menemukan apakah gagasan
kuncinya positif atau negatif.
7. Evaluasi seluruh argumen. Setelah Anda menyelidiki setiap premis
dan landasan dasar yang melingkupi sebuah gagasan kunci utama,
Anda perlu mengevaluasi apakah gagasan itu sendiri benar dan
berhasil.
Jika seluruh premis dan landasan dasarnya terbukti sahih dan kuat,
serta Anda tidak dapat menemukan argumen logis lainnya yang
dapat mematahkan gagasan kunci utamanya, Anda harus menerima
kesimpulannya secara resmi, meskipun mungkin secara pribadi
Anda tidak memercayainya.
Sebaliknya, jika salah satu premis atau landasan dasar terbukti
salah, Anda dapat menolak kesimpulannya.
Melakukan Penelitian dan Menulis Karya Filsafat
1. Pahami tujuannya. Setiap makalah yang Anda tulis memiliki tujuannya
masing-masing. Jika Anda menulis esai sebagai tugas di kelas,
pertanyaan yang perlu Anda jawab itu mungkin telah disediakan.
Namun jika tidak demikian, Anda perlu mengidentifikasi suatu
pertanyaan atau gagasan yang Anda ingin bahas, sebelum mulai
menulis.
Pastikan bahwa Anda memiliki jawaban yang jelas terhadap pertanyaan
pertama tadi. Jawaban ini akan menjadi gagasan kunci utama Anda.
Pertanyaan pertama Anda mungkin perlu dipecah menjadi beberapa sub-
pokok pikiran, yang masing-masingnya membutuhkan suatu jawaban
tersendiri. Saat Anda merumuskan sub-pokok pikiran, struktur esai Anda
akan mulai terbentuk.
2. Nyatakan dan dukung gagasan kunci utama Anda. Seperti yang telah
disebutkan tadi, gagasan kunci utama Anda akan muncul dari jawaban
yang Anda berikan terhadap pertanyaan pertama pada esai Anda.
Gagasan kunci utama ini haruslah berupa lebih dari sekedar sebuah
pernyataan. Anda perlu menunjukkan suatu argumentasi yang berjalan
dan bergerak ke arahnya.
4. Bahas topik yang ada dari segala sisi. Antisipasi argumen-argumen yang
menentang masing-masing pokok pikiran yang Anda kemukakan.
Sebutkan argumen-argumen yang bertentangan ini di dalam esai Anda, dan
jelaskan mengapa keberatan itu tidak sahih atau tidak cukup kuat.
Bahas argumen-argumen yang bertentangan ini hanya di sebagian kecil
saja esai Anda. Sebagian besar dari esai ini haruslah tetap berfokus pada
penjelasan akan gagasan-gagasan asli Anda.
5. Susun gagasan-gagasan Anda secara teratur. Sebelum mulai menuliskan
karya ini, Anda harus menyusun gagasan-gagasan yang akan Anda
gunakan. Anda dapat melakukannya dengan membuat draf atau teknik
corat-coret lainnya yang Anda milih, tetapi membuat kerangka dan
diagram pengelompokan seringkali terbukti merupakan cara yang paling
berguna.[3]
Identifikasi gagasan kunci utama Anda di bagian teratas pada diagram atau
kerangka Anda. Setiap argumen pendukung harus memiliki kelompok atau
kotak tersendiri di dalam diagram atau menjadi judul tersendiri di dalam
kerangka tulisan. Kotak berikutnya atau sub-judul kemudian harus memuat
pokok-pokok pikiran yang merupakan pengembangan dari masing-masing
argumen itu, yaitu premis dan landasan dasar.
6. Tulis dengan jelas. Jika Anda menulis esai, Anda harus menggunakan
bahasa yang konkret dan singkat, serta bentuk kalimat aktif.
Hindari penggunaan bahasa yang berbunga-bunga secara tidak perlu
demi kesan hebat. Berfokuslah hanya pada konten yang bermanfaat
saja.
Singkirkan segala sesuatu yang tidak diperlukan. Pembahasan yang
tidak relevan dan berulang-ulang haruslah dibuang.
Definisikan istilah-istilah kunci dan gunakan istilah-istilah itu di
seluruh esai Anda.

7. Revisi karya Anda. Setelah menulis darf pertama, baca kembali


seluruh isinya dan lakukan pengujian ulang terhadap argumentasi dan
tulisan Anda. Argumen yang lemah perlu diperkuat, atau justru
dihilangkan dari tulisan Anda.
Tulis ulang bagian-bagian yang memiliki kesalahan tata bahasa,
proses pemikiran yang tidak teratur, serta paragraf yang terlalu kacau.
Melakukan Dialog Filsafat
1. Persiapkan diri Anda. Melakukan persiapan sebelumnya memang
tidak mungkin jika Anda mengikuti dialog filsafat yang sudah ada,
namun biasanya diskusi filsafat yang diadakan selama masa studi
Anda dapat direncanakan.
Baca kembali materi diskusi yang telah ditugaskan dan ambil
kesimpulan Anda sendiri berdasarkan argumentasi yang kuat.
Jika Anda akan memasuki dialog yang tidak terencana, ingat
kembali secara singkat pengetahuan Anda terhadap konsep yang
terkait, sebelum melibatkan diri secara aktif ke dalam diskusi itu. 
2. Tetaplah bersikap hormat, namun ketahuilah bahwa Anda mungkin
akan mengalami konflik. Dialog filsafat tidak akan menarik jika
setiap orang memiliki gagasan yang sama persis. Tentu akan ada
perbedaan pendapat, namun Anda harus tetap bersikap sopan dan
hormat terhadap orang lain dan gagasan-gagasan mereka, termasuk
saat Anda sedang berusaha membuktikan bahwa gagasan mereka
salah.
Tunjukan sopan-santun dengan cara mendengarkan seluruh
pendapat mereka dan usahakan untuk memandang pokok-pokok
pikiran yang berseberangan sebagai gagasan yang patut
dipertimbangkan juga.
Jika pembicaraan ini memunculkan isu yang signifikan,
perdebatan akan menjadi lebih bersemangat, dan mungkin akan
timbul konflik. Meski demikian, Anda harus tetap mengakhiri
pembicaraan dengan sikap yang positif dan menunjukkan rasa
hormat.
3. Berikan pemikiran yang berbobot. Jika gagasan-gagasan yang
didiskusikan bukanlah gagasan-gagasan di mana Anda memiliki
pendapat yang cukup kuat atau pengetahuan yang cukup mendalam,
lebih baik Anda lebih banyak mendengarkan daripada terlibat secara
aktif dalam diskusi. Jangan hanya asal berbicara. Jika pokok pikiran
yang Anda kemukakan tidak berbobot, kontribusi Anda ini tidak akan
berguna bagi diskusi yang ada.
Sebaliknya, jika Anda memiliki argumen yang cukup kuat,
berbicaralah. Jangan sekedar berusaha untuk memutar-balik gagasan
orang lain, tetapi Anda tentu harus menyuarakan gagasan dan
argumen pendukung Anda sendiri.
4. Ajukan banyak-banyak pertanyaan. Pertanyaan yang tepat adalah
sama pentingnya di dalam sebuah diskusi dengan argumen yang kuat.
Klarifikasi kembali masing-masing pokok pikiran yang dikemukakan
oleh orang lain yang masih samar-samar bagi pemahaman Anda.
Jika Anda memiliki pokok pikiran yang belum dikemukakan oleh
orang lain namun Anda belum memiliki landasan yang kuat untuknya,
kemukakan pokok pikiran itu dalam bentuk pertanyaan.
H. 9 alasan, kenapa Anda harus belajar filsafat
I. Mampu berpikir kritis
1. Mampu berpikir secara rasional dan logis
2. Berpikir independen
3. Berpikir secara fleksibel
4. Memperluas wawasan
5. Mampu menganilis setiap permasalahan
6. Menjadi seorang yang skeptis
7. Memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi berdasar sebab-
akibat
8. Menjawab segala pertnyaan tentang kehidupan
I. METODE-METODE FILSAFAT
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodeuo yang berarti
mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti yang
berasal dari kata methodos dari akar kata meta (dengan) dan hodos
(jalan). Dalam hubungan dengan suatu upaya yang bersifat ilmiah,
metode berarti cara kerja yang teratur dan sistematis yang digunakan
untuk memahami suatu objek yang dipermasalahkan, yang
merupakan sasaran dari bidang ilmu tertentu. Metode yang benar
dan tepat akan menjamin kebenaran yang diraih.

Filsafat memiliki metode sendiri, filsafat sesungguhnya tidak


memiliki metode tunggal yang digunakan oleh semua filsuf sejak
zaman purba hingga sekarang ini. Dapat dikatakan bahwa jumlah
filsafat adalah sebanyak jumlah filsufnya.
• Metode Sokrates : Maieutik Dialektis Kritis Induktif
Sokrates ( 470-399 SM ) hanya dikenal lewat berbagai karya tulis
murid-muridnya, yakni Aristophanes, Xenophon, Plato dan karya
tulis murid Plato, Aristoteles. Ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan Sokrates yang ditampilkan oleh keempat orang itu pun
tak begitu jelas dan tidak lengkap. Saat ini, pada umumnya para ahli
menggunakan keempat sumber yang tersedia itu, namun ada
kesepakatan bersama yang menunjukan bahwa pemikiran-pemikiran
Sokrates hampir lengkap ditemukan lewat berbagai karya tulis Plato,
teristimewa dalam dialog-dialog yang pertama, yang disebut
dialog-dialog Sokratik. Lewat berbagai karya tulis Plato, yang
terlihat jelas ialah bahwa pemikiran-pemikiran Sokrates terpusat
kepada manusia. Dengan kata lain, manusia menjadi titik perhatian
paling utama dalam filsafat Sokrates.
Bagi Sokrates, kebenaran objektif yang hendak digapai bukanlah semata-mata
untuk membangun suatu ilmu pengetahuan teoritis yang abstrak, tetapi justru
untuk meraih kebajikan karena, menurut Sokrates, filsafat adalah upaya untuk
mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku
manusianyang pantas, yang baik dan terpuji. Untuk menggapai kebenaran objektif
itu, Sokrates menggunakan suatu metode yang dilandaskan pada suatu keyakinan
yang amat erat digenggamnya.Sokrates begitu yakin bahwa pengetahuan akan
kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa
praeksistensinya. Karena itu, Sokrates tidak pernah mengajar tentang kebenaran
itu, melainkan berupaya untuk menolong untuk mengungkapkan apa yang
memang ada dan tersimpan dalam jiwa seseorang. Sokrates merasa terpanggil
utnuk melakukan tugas yang mirip ibunya (ibunya adalah bidan), maka cara yang
digunakannya pun disebutnya maieutika tekne (teknik kebidanan).
 
Sokrates  mempraktekan teknik kebidanan itu lewat percakapan. Lewat
percakapan demikian itulah ia melihat dengan jelas adanya kebenaran-kebenaran
individual yang ternyata bersifat universal. Dengan demikian, ia telah
memperkokoh dasar berpikir induktif yang kemudian akan dikembangkan oleh
para pemikir lainnya. Lewat dialog-dialog kritis , Sokrates menggiting orang
untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya. Karena Sokrates selalu
mengajak orang untuk bercakap-cakap, metode yang digunakannya disebut
• Metode Plato : Deduktif Spekulatif Transendental
Plato memusatkan perhatiannya pada pada bidang yang amat luas,
yaitu mencakup seluruh ilmu pengetahuan. Dari berbagai ilmu
pengetahuan yang diminatinya itu, eksaktalah bidang ilmu yang
memperoleh tempat istimewa. Pada umumnya para ahli membagi
dialog-dialog Plato ke dalam tiga periode :
1. periode dialog-dialog awal, disebut juga sebagai oeriode
penyelidikan (inquiry).
2. periode dialog-dialog pertengahan, disebut juga sebagai
periode spekulasi/pemikiran (speculation).
3. periode dialog-dialog akhir, disebut juga sebagai periode
kritisisme, penilaian dan aplikasi (critism, appraisal, and
application).
Inti dan dasar dari seluruh filsafat Plato ialah ajaran-ajaran tentang ide-
ide. Plato percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata
daripada objek-objek material yang terlihat oleh mata. Hanya ide yang
merupakan realitas yang sesungguhnya dan abadi. Dunia indrawi adalah
suatu realitas yang tetap dan berubah-ubah, dan itulah yang dialami
manusia hinc et nunc. Apa yang disebut pengetahuan sebenarnya hanya
merupakan ingatan terhadap apa yang telah diketahuinya di dunia ide-
konon sebelum berada di dunia indrawi, manusia pernah berdiam di
dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu berada di luar pengalaman manusia
di dunia, mengatasi realitas yang tampak, dan keberadaannya terlepas
dari dunia indrawi. Karena itu, system pemikiran Plato bersifat
transcendental. Karena itu pula, secara menyeluruh dapat dikatakan
bahwa metode filsafat Plato adalah metode deduktif spekulatif
transcendental.
• Metode Aristoteles: Silogistis Deduktif
Aristoteles mengatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan
kebenaran baru. Kedua metode itu disebut metode induktif dan metode
deduktif. Induksi ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari
hal-hal khusus. Deduktif adalah cara menarik konklusi yang bertolak
dari sifat umum ke khusus. Baik deduksi maupun induksi, keduanya
dipaparkan oleh Aristoteles di dalam logika.
Sebenarnya istilah logika tidak pernah dikemukakan oleh Aristoteles.
Untuk meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi-
proposisi yang benar, ia memakai istilah analitika. Adapun untuk
meneliti argumentasi-argumentasi yang bertolak dari proposisi-
proposisi yang diragukan kebenarannya, ia memakai istilah dialektika.
Istilah logika diperkenalkan oleh Alexander Aphrodisias pada awal
abad ke-3 SM.
Inti logika adalah silogisme. Silogisme merupakan alat dan
mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar
berdasarkan premis-premis yang benar. Bagi Aristoteles, metode
deduksi merupakan metode terbaik untuk memperoleh konklusi
demi mencapai kebenaran dan pengetahuan baru. Demikianlah
metodenya dikenal sebagai metode silogistis deduktif.
Setiap silogisme terdiri atas dua premis dan satu konklusi. Berikut
adalah contoh silogisme:
• Semua manusia adalah makhluk sosial (umum/universal)
• Joni adalah manusia (khusus/partikular)
• Joni adalah makhluk sosial
Immanuel Kant mengatakan bahwa logika yang diciptakan
Aristoteles sejak semula sudah sempurna sehingga tidak mungkin
bertambah sedikit pun.
• Metode Plotinos :Kontemplatif-Mistis
Plotinos merupaka filsuf neoplatonis. Filsafat Plotinos
didasarkan pada ajaran Plato, khususnya mengenai ide kebaikan
selaku ide yang tertinggi di dalam filsafat Plato. Karena Plotinos
menggunakan istilah-istilah dan mengembangkan dasar-dasar
pemikiran Plato, filsafat Plotinos disebut neoplatonisme. Tetapi
tidak berarti ia hanya mempelajari filsafat Plato, ia mempelajari
berbagai filsafat lainnya. Filsafat Plotinos merupakan sintesis dari
semua filsafat yang mendahuluinya walaupun memang terlihat
dengan jelas bahwa pengaruh Platonisme sangat dominan.
Ide kebaikan atau yang sangat baik, selaku ide tertinggi bagi
Plato, oleh Platinos disebut ‘to hen’ atau yang esa/the one. Yang esa
itu adalah yang awal atau yang pertama, yang paling baik, paling
tinggi, dan yang kekal. Yang esa itu adalah pusat daya dan kekuatan.
Seluruh realitas merupakan pancaran dari yang esa. Proses yang
mengalir keluar disebut emanasi. Walaupun emanasi terjadi, tetapi
yang esa itu tidak pernah berkurang atau berubah.
Dalam proses emanasi, yang pertama kali keluar merupakan ‘nous’. Nous sangat sulit
diterjemahkan. Ada yang menerjemahkannya dengan budi, akal, dan juga roh. Nous itu
berada paling dekat dengan ‘to hen’. Nous merupakan gambaran atau baying-bayang
dari ‘to hen’.
Kemudian dari nous, keluar yang Platinos sebut ‘psykhe’ atau jiwa. Psykhe merupakan
sesuatu yang memiliki tingkat lebih rendah daripada nous. Psykhe berada di antara
nous dan materi. Oleh sebab itu psykhe dapat dikatakan sebagai penghubung antara
roh dan materi, lalu melahirkan suatu tubuh, yang pada hakikatnya berlawanan dengan
nous dan to hen.
Hal itu merupakan penyimpangan dari semestinya. Penyimpangan dari semestinya itu
berarti penyimpangan dari kebenaran. Untuk mencapai kebenaran, manusia harus
kembali ke to hen dan menyatu dengannya. Itulah yang menjadi tujuan hidup manusia.
Filsafat Plotinos merupakan suatu sistem yang hendak menjelaskan asal mula dan
tujuan seluruh realitas, termasuk manusia. Menurutnya filsafat bukan hanya
merupakan doktrin melainkan juga merupakan suatu jalan kehidupan. Karena itu
metode Plotinos disebut metode kontemplatif-mistis.
• Metode Descartes: Skeptis
Filsafat Descartes yang paling terkenal yaitu: cogito ergo sum, (aku
berpikir maka aku ada). Bagi Descartes, manusia harus menjadi titik
berangkat dari pemikiran yang rasional demi mencapai kebenaran yang
pasti. Untuk mencapai kebenaran yang pasti itu, rasio harus berperan
semaksimal mungkin.
Cara untuk mencapai kebenaran dengan pasti, membutuhkan keraguan.
Apabila melalui keraguan yang begitu radikal ada suatu kebenaran yang
saggup bertahan sehingga tidak mungkin lagi diragukan kebenarannya,
maka kebenaran itu adalah kebenaran yang pasti. Setelah meragukan
segala sesuatu, Descartes menemukan bahwa ada satu hal yang tidak
dapat diragukan, yaitu: saya sedang meragukan segala sesuatu, sedang
berpikir, dan jika saya sedang berpikir itu berarti tidak dapat diragukan
lagi bahwa saya pasti ada. Ini karena tidak mungkin yang tidak ada
dapat berpikir dan dapat meragukan segala sesuatu.
Descartes menciptakan metode ini, tetapi ia bukan penganut skeptisisme
yang menyangsikan segala-galanya dan mengatakan bahwa apa yang
dinamakan pengetahuan itu tidak ada. Keraguan Descartes hanya
keraguan metodis.
• Metode Francis Bacon: Induktif
Secara umum dapat dikatakan bahwa pandangan-pandangan Bacon
bersifat praktis, konkret, dan utilitaris. Untuk mengenal sifat-sifat
segala sesuatu, dibutuhkan penelitian-penelitian yang empiris.
Pengalamanlah yang menjadi dasar pengetahuan. Pengetahuan itu
sangat penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena hanya
dengan pengetahuanlah manusia sanggup menaklukka alam kodrat.
Menurut Bacon, logika silogistis tradisional tidak sanggup
menghasilkan penemuan-penemuan empiris. Ia mengatakan bahwa
logika silogistis tradisional hanya dapat membantu mewujudka
konsekuensi deduktif dari apa yang sebenarnya telah diketahui. Agar
pengetahuan itu berkembang dan memperoleh pengetahuan baru,
metode deduktif harus ditinggalkan dan diganti dengan metode
induktif.
Metode induktif adalah penarikan kesimpulan dari hal-hal khusus ke
hal-hal yang umum. Bacon memang bukan penemu metode induktif,
namun ia berupaya memperbaiki dan menyempurnakan metode itu
melalui pengkombinasian metode induktif tradisional dengan
eksperimentasi yang cermat.
• Metode Zeno : Reductio ad Absurdum
Zeno adalah seorang murid Parmenides yang termasyhur, yang
terkenal sebagai filsuf metafisika Barat yang pertama. Sejak usia
muda, ia telah menulis banyak buku yang terkenal, tetapi sayangnya
semua telah hilang. Kemayshurannya bukan hanya diakui oleh
Plato, melainkan juga oleh Aristoteles, murid Plato yang hidup
sekitar seratus tahun sesudah Zeno. Memang Zeno dikenal sebagai
seorang pemikir jenius yang berhasil mengembangkan metode untuk
meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis
lawan, yang caranya ialah mereduksikannya menjadi suatu
kontradiksi sehingga konklusinya pun menjadi mustahil ( reduction
ad absurdum ). Zeno sependapat dengan Parmenides yang
mengatakan bahwa realitas yang sesungguhnya di alam semesta ini
hanya satu.
Untuk mempertahankan monisme dari serangan plularisme, dengan metode
reductio ad absurdum Zeno mengatakan bahwa seandainya ada banyak titik
yang terdapat di antara titik A dan titik B, berarti kita juga harus mengakui
adanya suatu jumlah tak terbatas karena akan senantiasa terdapat titik di antara
titik-titik itu, dan demikian seterusnya. Akan tetapi, ternyata bahwa orang
dapat berjalan dari A ke B, dan itu berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi.
Oleh karena itu, hipotesis semula, yang menyatakan bahwa ada banyak titik
yang terdapat di antara titik A dan B adalah tidak benar. Jadi, jelas bahwa
pluralitas itu absurd, tidak masuk akal, dan mustahil.
 
Parmenides juga pernah mengatakan bawha tidak ada ruang kosong, yang
berarti bahwa yang ada tidak berada dalama ada yang lain karena yang ada
senantiasa mengisi seluruh tempat. Parmenides pun pernah mengatakan bahwa
jika ruang kosong itu tidak ada, berarti bahwa gerak pun tidak ada. Untuk
membuktikan kebenaran ajaran gurunya itu, Zeno mengemukakan empat
contoh sebagai berikut :
1. Dikotomi paradox.
2. Akhilles, si juara lari.
3. Anak Panah.
4. Benda yang bergerak bertentangan. 

Metode Zeno member nilai abadi bagi filsafat karena memang


tidak satu pun pernyataan yang melahirkan pertentangan dapat
dianggap benar. Metode yang dikembangkan oleh Zeno sangat
berguna dalam suatu perdebatan karena dengan metode itu ia telah
member dasar yang kokoh bagi argumentasi-argumentasi yang
rasional dan logis. Zeno juga dikenal sebagai orang pertama yang
menggunakan metode dialektik, dalam arti mencari kebeneran
lewat perdebatan atau bersoal jawab secara sistematis.
• TUGAS MAHASISWA
1. Memberi penjelasan tentang empat dikotomi
Zeno yaitu tentang a.Dikotomi paradox,
b. Akhilles, si juara lari atau Akhiles dan Kura-
kura, c. Anak Panah dan d.Benda yang bergerak
bertentangan atau stadion.

• Tulisan Anda akan dibaca oleh siswa sekolah


dasar, jadi gunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh anak usia 10 – 12 tahun.
J. MANFAAT MEMPELAJARI ILMU FILSAFAT DAN
FILSAFAT ILMU
Menurut Purwati (2011) manfaat mempelajari ilmu filsafat adalah
• membantu kita untuk mencari kebenaran dari segala fenomena yang
ada,
• memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia,
• memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam
kehidupan memahami diri sendiri dan dunia,
• mengembangkan kemampuan kita dalam menalar, dan memberikan
bekal untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan orang lain
dengan kritis
• menjadikan seseorang bijaksana dalam hal menyikapi masalah hidup
dan kehidupan karena telah ‘berteman’ dengan kebijaksanaan, serta
mengetahui dengan benar apa tujuan mereka berbuat (tidak merugikan
orang lain dan untuk kemashlatan diri sendiri) sehingga ilmu filsafat
berperan sebagai pandangan hidup, pegangan hidup bahkan sebagai
pedoman hidup
sedangkan manfaat mempelajari filsafat ilmu adalah memberikan
pandangan yang luas sehingga dapat membendung egoisme dan
ego-sentrisme,
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis
dandogma,
memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian
disiplinilmu yang ditekuni,
filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap
disiplin ilmu.
agar kita sebagai manusia lebih bijaksana dalam memanfaatkan
suatu ilmu sehingga dapat menyejahterakan kehidupan manusia
atau dengan kata lain agar suatu ilmu tetap terintegrasi dengan nilai
luhur ilmu yaitu untuk menyejahterakan umat manusia.
manfaat mempelajari ilmu filsafat
 membantu kita untuk mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada,
 memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan
pandangan dunia,
 memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  memahami diri sendiri dan dunia, mengembangkan kemampuan kita
dalam menalar, dan
 memberikan bekal untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan orang
lain dengan kritis
manfaat mempelajari filsafat ilmu adalah 
• memberikan pandangan yang luas sehingga dapat membendung egoisme
dan ego-sentrisme,
• membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dandogma,
• memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplinilmu yang
ditekuni, filsafat ilmu
• memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu
Jika dilakukan suatu kontemplasi lebih lanjut, maka manfaat ilmu filsafat
secara radikal menjadikan seseorang bijaksana dalam hal menyikapi
masalah hidup dan kehidupan karena telah ‘berteman’ dengan
kebijaksanaan, serta
mengetahui dengan benar apa tujuan mereka berbuat (tidak merugikan
orang lain dan untuk kemashlatan diri sendiri) sehingga ilmu filsafat
berperan sebagai pandangan hidup, pegangan hidup bahkan sebagai
pedoman hidup.
Sedangkan manfaat filsafat ilmu adalah agar kita sebagai manusia lebih
bijaksana dalam memanfaatkan suatu ilmu sehingga dapat
menyejahterakan kehidupan manusia atau dengan kata lain agar suatu
ilmu tetap terintegrasi dengan nilai luhur ilmu yaitu untuk
menyejahterakan umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai