FILSAFAT
Secara etimologis filsafat berasal dari bahasa Yunani dari kata philo berarti cinta
dan sophia yang berarti kebenaran, sementara itu menurut I.R. Pudjawijatna (1963 : 1)
Filo artinya cinta dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin lalu
artinya pandai, mengerti dengan mendalam, jadi menurut namanya saja Filsafat boleh
artinya segala upaya pemikiran untuk selalu mencari hal-hal yang bijaksana, bijaksana
di dalamnya mengandung dua makna yaitu baik dan benar, baik adalah sesuatu yang
berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi
sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Berikut beberapa definisi
1. Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum
Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta
2. Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga
berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
1|Page
3. Cicero (106 – 43 S.M). Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha
sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan Filsafat sebagai ilmu pokok dan
yaitu:
1. Filsafat Barat
Filsafat barat yaitu pengetahuan yang umum dipelajari dengan cara akademis di
beberapa kampus di Eropa serta koloni mereka. Filosofi ini sudah berkembang dari
kebiasaan filsafat Yunani kuno. Ciri-ciri paling utama dari filsafat barat, seperti Plato,
2|Page
2. Filsafat Timur
Filsafat timur yaitu kebiasaan filsafat yang terlebih tumbuh di Asia, terlebih di
India, Cina serta daerah lain yang pernah dipengaruhi oleh budaya. Satu tanda dari
filsafat timur yaitu hubungan dekat dengan filsafat agama. Walau ini yaitu kurang dari
dapat disebutkan untuk filsafat barat, terlebih di era pertengahan, namun di dunia barat
filsafat’an sich’ masihlah lebih menonjol dari pada agama. Beberapa nama filsuf
Filsafat timur tengah diliat dari histori yaitu filsuf yang dapat menyampaikan juga
pewaris kebiasaan filsafat Barat. Untuk filsuf pertama di Timur Tengah yang orang
Arab atau Muslim, serta sebagian orang Yahudi, yang menundukan daerah sekitaran
Mediterania serta pertemuan dengan kebiasaan filsafat Yunani dari budaya mereka.
Lalu mereka menafsirkan serta memberi komentar karya-karya Yunani. Saat Eropa tiba
filsuf Yunani classic Timur Tengah ini pelajari karya-karya yang sama , serta bahkan
juga terjemahan mereka dipelajari lagi oleh beberapa orang Eropa. Beberapa nama
filsuf Timur Tengah yaitu Ibnu Sina, Ibnu Tufail, Kahlil Gibran, serta Averroes.
4. Filsafat Islam
3|Page
Filsafat islam yaitu filsafat yang semua Muslim Scholar. Terdapat banyak
perbedaan utama pada filsafat islam dengan filsafat lain. Pertama, walau beberapa
Kedua, islam itu agama tauhid. Lalu, saat filsafat merupakan “menemukan Tuhan”,
dalam filsafat islam malah Tuhan telah diketemukan, dalam makna kalau semacam itu
tak berarti usang, serta belum dibicarakan, tetapi filsuf Islam, sudah difokuskan pada
manusia serta alam, lantaran, seperti diketahui, kajian Tuhan cuma bakal jadi diskusi
5. Filsafat Kristen
Filsafat Kristen awal mulanya didesain oleh bapa gereja untuk hadapi tantangan
jaman di era pertengahan. Kristen dunia barat pada saat itu di tengah-tengah era
Kristen banyak bergelut pada permasalahan ontologis serta kehadiran tuhan. Nyaris
semuanya filsuf Kristen yaitu seseorang teolog pakar atau beberapa gosip agama.
ALIRAN FILSAFAT
1. IDEALISME
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia
fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh
4|Page
(spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari
arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat
moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat
melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari
kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa
kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme
mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau
menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan
yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi.
Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab,
memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia
ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan
5|Page
menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan
jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan
rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan
kualitas manusia.
2. MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat
bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi
ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa
pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
3. EKSISTENSIALISME
Sekalipun demikian, ada sesuatu yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun
6|Page
tema sentral Namun tidak ada salahnya, untuk memberikan sedikit gambaran
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex
yang berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri
dengan keluar dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia
sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam
ini dalam bahasa Jerman disebut dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu
dengan alam jasmani, manusia selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah
eksistensi adalah benar-benar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan
adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain
tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon juga. Akan tetapi cara
dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi dunia,
menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon,
batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti.
7|Page
Artinya bahwa manusia sebagai subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang
4. DUALISME
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran
yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak
misalnya substansi adi kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh
dengan materi, jiwa dengan badan dll. Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme
mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat sebagai sumber yaitu
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa
segala sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri
adalah Thomas Hyde (1700), yang mengungkapkan bahwa antara zat dan
kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Jadi adanya segala sesuatu
terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran. Yang termasuk dalam aliran ini adalah
Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman
yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari
dunia idea. Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea.
8|Page
merupakan tiruan yang tidak sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia
pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal
Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang masing-masing mandiri
dan tidak saling bergantung yakni dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat
dimengerti, dunia tipe kedua adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada
satu. Sedang dunia tipe pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak
sempurna. Apa yang dikatakan Plato dapat dimengerti seperti yang dibahasakan
oleh Surajiyo (2005), bahwa dia membedakan antara dunia indera (dunia bayang-
bayang) dan dunia ide (dunia yang terbuka bagi rasio manusia). Rene Descartes
substansi yaitu substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan badan
Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran dan substansi
keluasan (badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran. Sebab
dengan berpikirlah maka sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka
5. PLURALISME
9|Page
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan
bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak
substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam
semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan
mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno
yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman
di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi
atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara
Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM),
yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air
dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri
dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan
semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang
SEJARAH FILSAFAT
Asal-usul filsafat, dalam pengertian cara-cara baru berpikir yang diberi nama
filsafat pertama kali dibuat dan menjadi tradisi besar dan berpengaruh, mulai dari
10 | P a g e
peradaban Yunani Kuno. Asal-usul filsafat dalam pengertian ini biasanya lebih tepat
asal-usul filsafat Barat, yang bermula dari Yunani Kuno sekitar Abad ke-7 dan ke-6
sebagai cikal-bakal filsafat berawal dan tumbuh hingga dewasa ini. Pythagoras disebut-
sebut sebagai pemikir pertama yang menyebut model berpikir Thales dan kawan-
kawannya itu dengan filsafat. Tetapi jika dari sudut pandang cara-cara yang dipakai
Thales dan kawan-kawan, yaitu cara dari dalam diri manusia memahami realitas atau
alam, yang dipandang secara awal-mula filsafat, sebenarnya cara-cara berpikir yang
Pada tahun 1500 – 700 SM, di India, di tengah-tengah usaha memahami realitas
atau alam ini secara mistis dan religius, menurut Velasques, ada cara-cara baru dalam
memahami realitas atau alam seperti bisa ditemui dalam himne-himne dalam Veda-
veda karya para penulis dan pemikir India yang umumnya tidak diketahui. Cara-cara
memahami realitas atau alam adalah upaya mendeskripsikan asal-usul alam semesta
dalam istilah-istilah mistis, namun dalam saat yang sama juga menggambarkan cara-
cara yang nonmistis dan dekat dengan terma-terma filsofis sebagaimana kita kenal
sekarang, misalnya, tentang eksplanasi Yang Satu yang dipahami yang bukan
eksistensi ataupun noneksistensi, yang tidak di bumi dan tidak dilangit, pendeknya
11 | P a g e
kita bisa menemukan upaya-upaya pertma para pemikir India memahami realitas
Filsafat dalam pengertian hakikinya, tanpa harus bernama filsafat, yaitu sebagai
upaya mengerti secara rasional tentang dunia luar dan dunia dalam manusia, barangkali
tidak bisa hanya disebut bermula dari masyarakat India, Mesir, Yunani atau yang
lainnya. Kata-kata yang bijak untuk mengatakan asal-usul filsafat yang sesungguhnya,
tanpa terjebak pada istilah, adalah semenjak manusia itu ada. Sejak manusia ada,
berfilsafat atau sebut saja berpikir mendalam dan mendasar mengenai realitas
barangkali telah menjadi bagian dari hidup manusia itu, meski mungkin pengertian
filsafatnya tidak sedalam yang bisa dimengerti orang di jaman sekarang. Tidak bijak
kiranya mengatakan bahwa berfilsafat hanya mungkin dimengerti orang setelah sekian
masa perjalanan umat manusia. Tidak bijak kalau kita bilang, orang-orang primitif
tidak mungkin bisa berfilsafat, hanya orang setelah jaman filosof-filosof Yunani saja
yang bisa berfilsafat. Berfilsafat adalah bagian cari cara hidup manusia dalam
hakikinya tanpa melihat namanya karena sebelum ada nama filsafat orang sudah
Yang sampai pada kita tentang informasi historis mengenai filsafat dalam periode
paling awal adalah dari tradisi Yunani Kuno, ketika Thales dan kawan-kawan mencoba
menjawab misteri asal-usul alam semesta dengan cara-cara rasional yang kemudian
12 | P a g e
tradisi berpikir ini oleh Pythagoras disebut ФіλοσοФіα atau Philosophia. Informasi ini
sampai karena pikiran-pikiran mereka terekam dalam bentuk tulisan. Thales dan
dengan filsafat, namun cara-cara berpikir mereka yang baru dalam mengerti dunia yang
berbeda dengan cara-cara orang yang hanya mengerti dunia dengan mengikuti mitos-
mitos yang ada ini oleh orang setelahnya dinamai aktivitas berpikir awal yang disebut
filsafat.
Boleh jadi orang-orang yang berpikir seperti cara-cara berpikir Thales dan kawan-
kawannya juga bisa ditemukan jauh sebelum Thales dan kawan-kawannya. Sayangnya,
tidak ada jejak tertulis untuk mengenali tradisi berpikir orang-orang dulu jauh sebelum
era Yunani Kuno yang pantas dipayungi dengan istilah filsafat. Untuk mengapresiasi
mereka dalam periodisasi sejarah filsafat, mereka perlu diberi tempat masuk dalam
Periode klasik dari sejarah filsafat biasanya banyak disebutkan dimulai dari filosof-
mereka, periode klasik sejarah filsafat diakhiri dengan serentetan filsafat mulai dari
13 | P a g e
Oleh karena itu, sejarah filsafat periode klasik, yaitu pada jaman Yunani Kuno,
sering dalam literatur-literatur filsafat dibagi menjadi dua peiode. Ada yang menyebut
Periode Klasik I dan Periode Klasik II, ada yang menamai Periode Yunani Kuno dan
Yunani Setelah Klasik, dan lain sebagainya. Tulisan ini lebih suka menggunakan
Yunani Periode Sebelum Socrates, Yunani Periode Trio Filosof Legendaris, dan
pertumbuhan pemikiran filosofis yang membedakan diri dari kondisi pada saat
sebelumnya menganggap bahwa alam tercipta karena adanya dewa Apollo, atau
alam ini berasal dari air demikian dikemukakan oleh Thales (625-545 BC)[4].
Bahkan Thales menambahkan bahwa air adalah segala sesuatu, sebab air
dibutuhkan oleh semua yang ada. Air dapat diamati dalam bentuknya yang
bermacam-macam. Air dapat berbentuk benda halus (uap), sebagai benda cair
(air), sebagai benda keras (es). Air dapat diamati di mana-mana, di laut, di
bukanlah air melainkan to apeiron yaitu sesuatu yang tidak terbatas. Sebab air
14 | P a g e
masih ada lawannya adalah api. Api tidak mungkin berasal dari air. Oleh sebab
itu to apeiron pada dasarnya adalah sesuatu yang tidak terbatas. Alam terjadi
dari to aperion disebabkan oleh adanya penceraian (ekliresis) dari yang tidak
terbatas (to apeiron), dilepas unsur-unsur yang berlawanan seperti panas dan
dingin, kering dan basah dan sebagainya, selain itu juga ada hukum
berasal hawa dan udara. Heraklitos (540-475 BC) mengatakan bahwa segala
sesuatu menjadi, segala yang ada bergerak terus menerus, bergerak secara abadi
artinya perubahan adalah pangkal dari yang ada. Lain halnya Parmindes (540-
Filosof-filosof awal pada periode ini mengenalkan suatu cara baru dalam
tidak memahami alam dari luar diri manusia, seperti hanya mengambil jawaban
dari mitos-mitos yang sudah ada, melainkan dari dalam diri manusia itu sendiri,
Kuno. Era ini merupakan pola pemikiran Yunani Klasik yang sangat menonjol
dari segi analisis rasionalnya. Era ini bersinar dan berpengaruh luas ke seluruh
15 | P a g e
dunia karena pemikiran tiga filosof Yunani yang legendaris, yaitu Socrates
Trio filosof besar diataslah yang banyak memberikan kontribusi besar terhadap
dunia filsafat dan ilmu pengetahuan. Bahkan dapat dikatakan bahwa puncak
filsafat Yunani dicapai pada zaman ini[5]. Banyak sekali temuan filosofis yang
nilai kebaikan yang dicapai melalui pengetahuan tentang apa yang baik itu.
berkesimpulan sebenarnya realitas yang tampak itu secara empiris itu bukan
apa yang ada dibalik realitas yang tampak. Plato meyakini bahwa dalam pikiran
manusia terdapat ide-ide bawaan. Ide-ide ini akan terpanggil kembali ketika
tidak lebih dari proses rekoleksi ide-ide yang telah ada secara bawaan melalui
Berbeda dengan Plato yang berbicara tentang sesuatu yang ada secara hakiki
gurunya. Dia cenderung mengabaikan ide sebagai sesuatu yang ada secara
16 | P a g e
ada secara nyata, bukan fatamorgana. Dari pemikirannya ini lahir paham
realisme. Realisme merupakan paham filsafat yang mengakui bahwa yang ada
politik, ekonomi dan etika, serta Filsafat Poetika yakni estetika[6] . Inilah
yang bernama asli Plotenus (205-270 BC) yang merupakan pendukung Trio
suatu proses emanisasi, yang berasal dari yang Esa. Yang Esa adalah sumber
dari yang ada. Konsep ini banyak dikembangkan kedalam nilai-nilai dari
17 | P a g e
memperkuat doktrin agama digunakan argument akal seperti yang ada dalam
pandangan Neo Platonisme. Jadi ilmu pengetahuan pada saat ini bukan hanya
hal-hal yang berada pada masalah metafisik. Zaman ini berlangsung hingga
Periode pertengahan dari sejarah filsafat adalah periode antara Abad ke-8 sampai
filosof seperti St. Anselm, St. Thomas Aquinas, Duns Scotus, William of Ockham,
Maimonide, dan termasuk para filosof muslim, seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu
Rushd, dll.[7]
Zaman (abad) pertengahan dikenal sebagai abad keemasan bagi dunia Kristen dan
dibalik itu dunia filsafat dan ilmu pengetahuan terjadi kemunduran (jumud) bahkan
pada masa ini filsafat dan ilmu pengetahuan adalah identik dengan agama. Sebab
agama (Kristen) yang bersifat dogmatik cenderung menolak keberadaan filsafat dan
ilmu, dianggap gerejalah sebagai pusat kebenaran (The Trust is in The Church). Jadi
ukuran kebenaran adalah apa yang menjadi keputusan gereja, gereja sangat otoriter dan
Ekses yang dirasakan pada saat ini adalah tidak adanya kebebasan berpikir seperti yang
dialami pada masa Trio filosof dan hasilnya banyak para pemikir yang dijebloskan
18 | P a g e
kedalam penjara seperti Galile Galilio, Cicero adalah ilmuan dan pemikir kondang
pada saat itu dan tidak ketinggalan adalah Copernicus seorang astronom.
Sedemikian berkuasanya dan dominannya gereja maka masa ini dikenal juga sebagai
zaman Patristik dan Skolastik. Disebut zaman Patristik diambil dari kata Patres artinya
Bapa-Bapa Gereja, yang mana fase ini dikuasai oleh para teolog dan tokoh gerejani,
seperti Augustinus (354-430 AC). Kemudian disebut Skolastik berarti guru[8], atau
sarjana yang menjadi pengajar seperti Thomas van Aquinas (1225-1274 AC) dan
agama telah menjadi cara pandang dunia manusia. Para filosof pada era ini
teologi. Salah satu karakter dasar dari filsafat Abad Tengah adalah ketiadaan
kemandirian yang penuh dari akal, dia bekerja sebagai pembenar dogma-dogma
19 | P a g e
b. Dogmatisme religius sebagai kebenaran otoritatif
kebenaran dogmatisme religius yang telah ditetapkan oleh para otoritas religius.
Berfilsafat pada era ini adalah berteologi. Kritik terhadap dogmatisme religius
merupakan suatu kesalahan. Padahal boleh jadi agamanya sendiri belum tentu
mengatakan seperti yang diberikan oleh hasil pemahaman religus, yakni suatu
dogmatisme religus tertentu. Kritik akal terhadap teologi tidak harus dimengerti
telah menjadi ukuran kebenaran yang harus diikuti. Ini merupakan kenyataan
sejarah yang tak bisa diingkari pada sejarah filsafat dan Gereja di Abad
Pertengahan.
atau dogmatisme religius yang dipegangi saat itu telah mendorong filsafat
yang tak boleh disalahkan karena datang dari Tuhan. Filsafat di era ini, oleh
20 | P a g e
karenanya dicirikan secara fundamental dengan teosentrisme, karena pusat
persoalan terkait dengan alam semesta atau kosmos seperti para filosof Yunani,
dogma-dogma religius yang ada. Kosmosentrisme pada era ini bukan bersifat
dogma agama.
Periode modern dari sejarah filsafat biasanya dimulai dari filosof-filosof pada Abad
ke-16 sampai Abad ke-19. Periode modern mulai dari filosof-filosof Abad ke-16
seperti Francis Bacon dan Thomas Hobbes; kemudian filosof-filosof Abad- ke-17
seperti Rene Descartes, Baruch de Spinoza, dan Leibnizt; lalu filosof-filosof Abad ke-
18 seperti John Locke, George Berkeley, dan David Hume, dan akhirnya filosof-filosof
dari filsafat abad pertengahan memandang alam semesta dalam logika hirarkhi wujud
atau konsepsi organis tentang alam semesta ini yang berujung pada Tuhan sebagai
21 | P a g e
keberadaan Tuhan. Filosof-filosof modern tidak berarti menyalahkan begitu saja proses
berfilsafat seperti ini, namun yang menjadi pertanyaan besar mereka adalah
ketidakterbukaannya pada cara-cara objektif dalam melihat dan mengetahui alam dan
menjadi ilmu-ilmu alam magis. Francis Bacon menawarkan cara mengetahui alam
dari alam itu sendiri, sehingga manusia bisa menguasai dan mengontrol alam; bukan
Jika Francis Bacon bereaksi terhadap filsafat abad pertengahan dengan mengambil
fokus pada cara-cara induktif mengetahui alam, Réné Descartes bereaksi dengan
yang sudah ada, dan seolah potensi pengetahuan dalam diri manusia sendiri tidak boleh
Rasionalismenya dengan slogan filosofisnya yang sangat terkenal, cogito ergo sum,
aku berpikir maka aku ada, telah menggugah masyarakat Eropa waktu itu bahwa ada
22 | P a g e
bergantung pada manusia itu sendiri selama dia mau berpikir. Sejak saat itu,
kesadaran baru bahwa manusia adalah subjek realitas atau pusat realitas, menggantikan
Tuhan yang selalu menjadi pusat pembicaraan. Kebebasan berpikir berkembang dan
Descartes disebut-sebut sebagai bapak filsafat modern. Sebenarnya, Francis Bacon pun
pantas disebut sebagai filsafat modern dari segi tawaran barunya dalam mengerti alam
yang bukan lagi dalam logika organisisme melainkan mekanisme; yakni dari
memahami alam yang hanya sekedar berupa hubungan antar wujud-wujud yang
digerakkan dan dihidupkan oleh Wujud Tertinggi berubah memahami alam dari alam
yaitu mechanism dan subjectivism. Mekanisme sebagai prinsip dari filsafat modern
adalah pemahaman alam sebagaimana diinginkan oleh Francis Bacon. Yang perlu
tidak lagi memperpanjang cara mengetahui alam sebagai diciptakan dan dikuasai oleh
sebagai gantinya, mengatahui alam dengan melihat alam dari alam itu sendiri, belajar
dari alam untuk mengerti hukum-hukum pastinya dan hidup dengannya. Subjektivisme
yang dia maksudkan adalah pandangan yang mengalihkan manusia dari konsentrasi
23 | P a g e
sebelumnya pada Tuhan dan menggantinya dengan manusia atau subjek sebagai pusat
perhatiannya.[10]
Dengan mengamati karakter pokok dari filsafat modern yang lahir dari respon kritikal
terhadap cara berfilsafat Abad Pertengahan, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dasar
a. Reformasi keagamaan, Filsafat modern tidak akan lahir jika tanpa ada gerakan
agama Kristen itu sendiri. Gerakan protes keagamaan ini dikenal dengan
gerakan reformasi keagamaan yang dipimpin oleh Martin Luther King. Inti dari
gerakan ini adalah purifikasi keagamaan. Kristen telah dinodai oleh Gereja
keagamaan Gereja waktu itu yang menurut mereka telah menyimpang dari
pesan substansial dari agam Kristen. Gerakan ini kemudian memuculkan aliran
Gerakan kritik dan protes ini memberi dorongan yang kuat bagi komunitas lain
24 | P a g e
b. Kebebasan ekspresi kreasi manusia dengan mengabaikan tabu-tabu yang
capital intensive
pengetahuan lain .
ke internasionalisme
25 | P a g e