Anda di halaman 1dari 9

1. a. Filsafat adalah penjabaran dari filsafat ilmu melalui tiga hakikatnya sebagai landasan filosofisnya.

Aspek-aspek komunikasi sebagai ilmu pengetahuan, seperti fenomena komunikasi manusia (sebagai suatu obyek), bagaimana mendapatkan pengetahuan tentang komunikasi manusia sebagai ilmu secara benar atau berdasarkan cara-cara tertentu, dan untuk apa komunikasi manusia sebagai ilmu pengetahuan digunakan, dan berbagai ragam pertanyaan filsafat ilmu lainnya tentang komunikasi manusia sebagai sebuah obyek adalah merupakan ruang lingkup dan lokus filsafat komunikasi. Sedangkan Filsafat Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy, suatu disiplin ilmu yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analisis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, teknik, dan perannya.

b. Ruang Lingkup Filsafat Komunikasi

Para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponenfilsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan). Ontologis: What It Is?

Ontologi berarti studi tentang arti ada dan berada, tentang cirri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan: 2005). Ontolgi sendiri berarti memahami hakikat jenis ilmu pengetahuan itu sendiri yang dalam hal ini adalah Ilmu Komunikasi. lmu komunikasi dipahami melalui objek materi dan objek formal. Secara ontologism, Ilmu komunikasi sebagai objek materi dipahami sebagai sesuatu yang monoteistik pada tingkat yang paling abstrak atau yang paling tinggi sebagai sebuah kesatuan dan kesamaan sebagai makhluk atau benda. Sementara objek forma melihat Ilmu Komunikasi sebagai suatu sudut pandang (point of view), yang selanjutnya menentukan ruang lingkup studi itu sendiri. Contoh relevan aspek ontologis Ilmu Komunikasi adalah sejarah ilmu Komunikasi, Founding Father, Teori Komunikasi, Tradisi Ilmu Komunikasi, Komunikasi Manusia, dll. Epistemologis: How To Get?

Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, what can we know, and how do we know it? (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting.Secara sederhana sebetulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru oada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri.

Aksiologis: What For?

Hakikat individual ilmu pengetahuan yang bersitaf etik terkait aspek kebermanfaat ilmu itu sendiri. Seperti yang telah disinggung pada aspek epistemologis bahwa aspek aksiologis sangat terkait dengan tujuan pragmatic filosofis yaitu azas kebermanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri. Perkembangan ilmu Komunikasi erat kaitannya dengan kebutuhan manusia akan komunikasi.Kebutuhan memengaruhi (persuasive), retoris (public speaking), spreading of information, propaganda, adalah sebagian kecil dari manfaat Ilmu Komunikasi. Secara pragmatis, aspek aksiologis dari Ilmu Komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.

c. Ontologi Komunikasi Menjawab apa objek formalnya? Hal ini dikarenakan ontology menekankan pada usaha untuk menemukan jawaban terhadap objek formal dari ilmu komunikasi. Objek formal ilmu komunikasi adalah pernyataan manusia, ini yang membedakan komunikasi dengan ilmu lainnya. Ontologi adalah cabang yang berusaha mengenali sifat wujud (nature of being), lebih sempit lagi adalah fenomena yang ingin kita ketahui. Untuk komunikasi, ontologi akan berkaitan dengan cara bagaimana para ahli memahami fenomena komunikasi. Richard L. Lanigan menyebutkan ontology berkaitan dengan teori komunikasi yang juga disebut metafisika (studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita).

2. Ciri-ciri kajian Filsafat dikaitkan dengan filsafat Komunikasi :

Apabila ilmu komunikasi dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari penyampaian pesan antarmanusia, dapat dinyatakan bahwa filsafat ilmu komunikasi mencoba mengkaji ilmu komunikasi dari segi ciri-ciri, cara perolehan, dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, filsafat ilmu komunikasi mencoba untuk menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut:

Ontologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Apakah ilmu komunikasi? Apakah yang ditelaah oleh ilmu komunikasi? Apakah objek kajiannya? Bagaimanakah hakikat komunikasi yang menjadi objek kajiannya?

Epistemologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan menjadi ilmu? Bagaimanakah prosedurnya, metodologinya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar bisa mendapat pengetahuan dan ilmu yang benar dalam hal komunikasi? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Apakah kriteria kebenaran dan logika kebenaran dalam konteks ilmu komunikasi?

Aksiologi. Pertanyaan yang menyangkut wilayah ini antara lain: Untuk apa ilmu komunikasi itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan dan ilmu tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimanakah kaitan ilmu komunikasi berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara

operasionalisasi metode ilmiah dalam upaya melahirkan dan menemukan teori-teori dan aplikasi ilmu komunikasi dengan norma-norma moral dan profesional?

3. a. Mempelajari Filsafat Komunikasi Sekaligus Mempelajari Filsafat Manusia dan Filsafat Ilmu Komunikasi. Maksudnya, Manusia telah diberi kemampuan yang lebih disbanding makhluk lainnya, khususnya dalam hal berkomunikasi. Selama hidupnya, manusia senantiasa melakukan komunikasi, 75 % waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Filsafat sebagai ibu atau induk dari segala ilmu, menjadi alat untuk mengkaji komunikasi. Dengan mempelajari Filsafat akan menjadikan kita mempunyai pemahaman yang mendalam terhadap ilmu komunikasi, bahkan filsafat akan menjadikan kita sebagai orang yang bijak dalam melaksanakan dan menyikapi fenomena komunikasi. Dan dengan berfilsafat manusia akan menjadi manusia yang bijak penuh dengan hikmah yang didapat dari setiap gerak atau komunikasi yang dilakukan.

b. 3 Mazhab Utama Filsafat Manusia :

Materialisme Kata materialisme terdiri dari kata materi dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang hidupnya berorientasi kepada materi disebut sebagai materialis. Orang-orang ini adalah para pengusung paham (ajaran) materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata (harta,uang,dsb). Contohnya, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada.

Idealisme Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Realitas sendiri dijelaskan dengan gejala-gejala psikis, roh, pikiran, diri, pikiran mutlak, bukan berkenaan dengan materi. Idealisme ialah filsafat yang pandangan yang menganggap atau memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide.

Eksistensisme Eksistensi manusia sebagai tema sentral dalam filsafat eksistensialisme membuka wawasan baru akan pentingnya suatu pemikiran yang bebas dan tidak terbatas. Pikiran yang bebas dan tidak terbatas pada manusia seperti halnya daya imaginasi yang tidak terkekang oleh jarak, ruang dan waktu merupakan keistimewaan ( special gift ) manusia dalam memahami eksistensinya sebagai makhluk berakal.

c.Homo Symbolicum

Manusia adalah makhluk yang senantiasa bermain dengan symbol. Dunia manusia dibangun dari symbol-simbol. Sepanjang hidupnya, manusia berinteraksi dengan symbolsimbol (Ernest Cassirer). Konsepsi ini mendorong lahirnya teori interaksionisme simbolik, yang member kontribusi bagi lahirnya teori-teori konstruktivisme, semiotika, dan interpretasi.

4. a. Paradigma adalah suatu hasil pemikiran, pemahaman, penjelasan tentang unsurunsur yang terkait, dan keyakinan. b. Perspektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perspektif ini memandu teoritikus dalam memilih apa yang menjadi fokus dalam teori dan bagaimana mengkonseptualisasikan apa yang di amati. EMPAT JENIS PERSPEKTIF TEORITIKAL (Littlejohn) a) Perspektif Behavioristik : Menekankan pada rangsangan dan tanggapan. Teori komunikasi yang menggunakan perspektif ini cenderung untuk menekankan pada cara bahwa orang dipengaruhi oleh pesan. b) Perspektif Transmisional : Menekankan media komunikasi, waktu, dan unsur-unsur konsekuensial. Teori komunikasi yang

menggunakan perspektif ini memandang komunikasi sebagai pengiriman informasi dari sumber kepada penerima (linier). c) Perspektif Interaksional :Perspektif ini memandang bahwa pelaku komunikasi secara timbal balik menanggapi satu sama lain. d) Perspektif Transaksional : Menekankan kegiatan saling memberi, dan memandang peserta komunikasi terlibat secara aktif.

Komunikasi dipandang secara situasional dan sebagai proses dinamis yang memenuhi fungsi-fungsi individual sosial. Perspektif ini menekankan holisme, yang memandang komunikasi sebagai proses saling menyampaikan makna.

5. Kaitan teori komunikasi dengan filsafat komunikasi.

Richard Lanigan Karyanya yang berjudul Communication Models in Philosophy, Review and Commentary membahas secara khusus analisis filsafati mengenai komunikasi.

Mengatakan; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini : Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?) Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?) Apakah aku yakin ? (Am I sure ?) Apakah aku benar ? (Am I right ?)

Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap : Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sbb : a) Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta; b) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan c) Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia

Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran. Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :

a) Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi. b) Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera)

Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi. Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis. Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi : a) Kerangka pemikiran yang logis b) Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran c) Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.

Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional. Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.

Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut : 1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. 2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu. 3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Aksiologi : asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama.

Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.

Anda mungkin juga menyukai