Anda di halaman 1dari 5

FILSAFAT SOSIOLOGI KOMUNIKASI

DISUSUN OLEH :

Mohamad Sofyan Al Masyi


(20190508083)

BROADCASTING
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2019/2020
FILSAFAT SOSIOLOGI KOMUNIKASI
A. Penalaran Filsafat
Filsafat adalah upaya rasional manusia dalam memahami ‘sesuatu’. Jika manusia
mengajukan pertanyaan tentang sesuatu, mengenai keberadaan sesuatu, filsafat berusaha
untuk membantu memberikan jawabannya. Pada umumnya, orang belajar filsafat mengenai
apa itu manusia, keberadaan, keadilan, asal-usul pencipta alam. Semua itu adalah bagian dari
masalah filsafat dan dikaji dalam filsafat.
Louis Kattsoff (2004:65) filsafat adalah usaha mengetahui. Dalam pengertian ini,
filsafat bukanlah kebijaksanaan. Filsafat adalah sebuah usaha, ikhtiar, cara manusia dalam
mengetahui. Alat yang digunakan untuk mengetahui itu, yaitu logika dan nalar. Berfilsafat
artinya menggunakan penalaran dalam mencari jawaban. Berfilsafat mengenaii sosiologi
komunikasi, maknanya adalah kita mengajukan pertanyaan terkait dengan objek kajian
sosiologi komunikasi.
Louis Kattsoff (2004:67) mengingatkan bahwa dalam melakukan analisis atau
penalaran terhadap pertanyaan, ada kemungkinan tiga jawaban. Pertama, ada jawaban yang
sifatnya subjektif. Kedua, jawaban dengan dengan menggunakan makna opersaional.
Kemudian yang terakhir yaitu adanya makna objektif.

B. Aspek-Aspek Filsafat Sosiologi Komunikasi


Kajian utam dalam filsafat, setidaknya terkelompokkan pada tiga bagian, yaitu
ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi kadang disebut pula metafisika umum.
Ontologi adalah bidang kajian filsafat yang khusus membincangkan mengenai esensi, atau
hakikat sesuatu. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkhususkan perhatian pad
acara atau metode. Cabang ini, kadang disebut pula dengan istilah metodologi. Terakhir, ada
yang disebut aksiologi, yang memberi perhatian pada masalah nilai. Jika ontologi berbicara
mengenai “apa itu…?”, sedangkan epistemologi berbicara tentang “bagaimana mengenai
itu…?”, maka aksiologi berbicara mengenai “untuk apa itu…?”.
C. Kerangka Keilmuan Sosiologi Komunikasi
1. Akar Filsafat
Pada abad ke-5 SM, untuk pertama kalinya dikenal ilmu yang mempelajari
proses pertanyaaan antar manusia. Ilmu ini dikenal dengan nama rhetorike, dengan
pelopornya adalah Georgias (480-370 SM). Menurut Onong Uchyana Effendy
(2003:2), Georgias adalah orang yang dianggap sebagai guru retorika pertama dalam
sejarah manusia, dan dialah yang pertama kali mempelajari dan menelaah proses
pernyataan antar manusia.
Pada abad-abad berikutnya, ilmu ini dikembangkan oleh bangsa Romawi dan
dikenal dengan rhetorika, dan kemudian diadopsi dalam Bahasa inggris dengan nama
rhetoric, atau dalam bahsa Indonesia yaitu retorika. Menurut Protagoras (5000-432
SM), kemahiran berbicara bukan demi kemenangan, melainkan demi keindahan
bahasa. Sedangkan Socrates (469-399 SM) berpendapat, retorika itu adalah demi
kebenaran, dengan dialog sebagai tekniknya, karena dengan dialog kebenaran akan
timbul dengan sendiri. Puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antar
manusia (komunikasi) ditandai oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles, dua
pakar yang teorinya hingga kini masih dijadikan bahan kuliah.
Demosthenes (384-322), di zaman Yunani terkenal karena mampu
mempertahankan Athena dari ancaman Raja Philipus dari Mecedonia. Sementara
Aristoteles berpendapat bahwa retorika adalah seni persuasi, suatu uraian yang harus
singkat, jelas, dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal
yang bersifat memperbaiki, memerintah, mendorong, dan mempertahankan.
Empat pemikiran mengenai aliran pers, yaitu authoritarian, libertarian, social
responsibility dan soviet Communist. Authoritarian yaitu alam teori authoritarian pers
adalah pelayanan negara. Teori Libertarian, media tidak bisa tunduk kepada
pemerintah, tetapi harus bebas otonom, bebas untuk menyatakan idenya tanpa rasa
takut diintervensi pemerintah. Teori Social Responsibility, merupakan modifikasi atau
perkembangan dari teori libertarian, tetapi berbeda dengan akarnya. Teori Soviet
Communist dikatakan bahwa pers Uni Soviet melayani partai yang sedang bekuasa
dan dimiliki oleh negara.
Ada enam etika komunikasi yang dikembangkan dalam masyarakat islam.
Pertama, yaitu menggunakan dan mengembangkan tata tutur yang benar (qoulan
syadidan). Kedua, berbicara dengan orang lain usahakan menggunakan tata tutur yang
mengenai, membekas di hati atau makna (qoulan balighan). Ketiga, berbicara dengan
orang lain, usahakan dengan menggunakan pantas (qoulan maisuran). Kempat,
menyampaikan pesan dengan menggunakan perkataan yang lembut (qoulan layyinan.
Kelima, menyampaikan pesan dengan menggunakan perkataan yang mulia dan
memuliakan (qoulan kariman). Terakhir, yaitu menggunakan kata-kata yang baik
(qoulan ma’rufan).

2. Pemikir Sosiologi Komunikasi


Bila yang diacunya itu adalah kelahiran ilmu komunikasi, pemikir yang akan
banyak dirujuk adalah Paul Lazarsfeld. Menurut Noshir S. Contractor (1996:191)
kajian tentang komunikasi massa dimulai sejak akhir tahun 1930-an di USA (Delia
1987). Schramm (1983) mengalamatkan kelahiran ilmu komunikasi ini pada empat
ilmuan saat itu, yakni Harold Lasswell dari kalangan ilmuawan politik, Paul
Lazarsfeld sebagai sosiolog, dan dari kalangan psikologi yaitu Kurt Lewin dan Carl
Hovland.
Khusus Indonesia, Sutaryo dari Universitas Gajah Mada Jogjakarta,
menerbitkan kumpulan tulisannya mengenai Sosiologi Komunikasi, kemudian
dibukukan pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, terbit buku dengan judul
Sosiologi Komunikasi yang dianggit oleh M Burhan Bungin, pengajar Univeritas
Muhammadiyah Malang, dan diangkat sebagai guru besar di Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya. Nina Syam, pakar komunikasi dari Universitas Padjajaran perlu
dicatat pula sebagai pemikr sosiologi komunikasi. Pengajar satu ini termasuk pakar
komunikasi yang produktif.
3. Batang Tubuh Keilmuan
Sosiologi komunikasi merupakan pengembangan lanjutan dari disiplin ilmu
sosiologi dengan kekhususan kajian tentang komunikasi. Komunikasi adalah salah
satu dari “prnata social”, disamping pranata keluarga, Pendidikan, politik, ekonomi,
lingkungan, dan kesehatan. Kesimpulan sederhananya, sosiologi komunikasi adalah
bagian darian kajian sosiologi, dengan kekhususan pada pranata komunikasi sebagai
objek materialnya.
Bisa dikemukakan bahwa batang tubuh keilmuan sosiologi komunikasi itu,
pada dasarnya terbangun dari dua suku keilmuan, yaitu ilmu sosiologi dan ilmu
komunikasi. Fokus utamanya adalah masalah komunikasi dilihat dari ilmu
kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai